Saturday, October 14, 2017

Review Film: 'Geostorm' (2017)

Review Film: 'Geostorm' (2017) - Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Review Film: 'Geostorm' (2017), kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Aksi, Artikel Review, Artikel Sci-Fi, Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Geostorm' (2017)
link : Review Film: 'Geostorm' (2017)

Baca juga


Review Film: 'Geostorm' (2017)

Film 'Geostorm' tak memberikan apa yang ia janjikan. Mana geostorm-nya?

“You can't just touch it and expect everything to work.”
— Jake Lawson
Rating UP:
Berani taruhan bahwa 90% dari penonton yang membeli tiket akan kecewa mendapati film yang mereka tonton ini. Ketika masuk ke bioskop yang menayangkan Geostorm, penonton berharap melihat geostorm, terlepas dari apakah mereka paham apa arti kata tersebut atau tidak. Kita tak mengharapkan hal lain, apalagi lebih sering menyaksikan orang-orang yang ngomong tanpa henti atau terlihat khawatir di depan layar komputer. Film Geostorm tak memberikan apa yang ia janjikan. Mana geostorm-nya?


Film ini harusnya bisa menjadi 2012-nya 2017. Maksud saya, rajanya film bencana dikarenakan usahanya untuk memasukkan segala macam jenis bencana alam ke dalam satu film. Posternya menyesatkan; kita melihat tsunami besar melanda kota. Namun, sebagian besar film dihabiskan dengan obrolan seputar keluarga, kalau tidak yaa konspirasi pemerintah, kalau tidak yaa jargon canggih yang nonsens.

Bukannya saya komplain soal film bencana yang doyan memakai jargon canggih yang nonsens. Film bencana yang efektif, menggunakan hal tersebut sebagai build-up, membuat kita mengantipasi bahaya yang akan datang. Kita tak peduli apakah itu masuk akal secara logika atau hukum fisika, namun percaya saja, wong filmnya bilang begitu. Akan tetapi, ada begitu banyak obrolan seperti itu di dalam film ini, seolah-olah ia bermain seperti A Spacetime Odyssey saja. Padahal masuk akal saja tidak, boro-boro ilmiah. Sekilas info: tak ada orang yang berharap menjadi lebih cerdas setelah menonton film semacam Geostorm. Ketika melihat mobil berkejaran menghindari hujan petir, saya berteriak girang. Ini dia film yang ingin saya tonton. Tiba-tiba, filmnya habis.

Film ini memang juga memparadekan bangunan dan kota yang porak-poranda dengan lebay. Cuma sebentar tapi. Sebagaimana semua film bencana, sekuens seperti ini menggelikan tapi seru untuk ditonton. Premis Geostorm sebenarnya sudah sangat pas sekali konyolnya, tapi ia hanya sebatas menggoda saja. Faktanya, dan ini sangat spoiler sekali, film ini tak menampilkan geostorm sama sekali. Geostorm berhasil dicegah sebelum terjadi. Jadi lebih akurat jika judulnya "Pra-Geostorm".

Yang mencegahnya —dan saya harus menekankan ini— seorang diri (!) adalah Gerard Butler yang bermain sebagai Jake, ilmuwan yang luar biasa cerdas tapi juga luar biasa slenge’an sampai santai saja meledek anggota DPR saat sedang rapat. Untung kejadiannya di Amerika, jadi Jake hanya dipecat saja dari jabatannya sebagai koordinator “Dutch Boy”. Ia digantikan oleh adiknya sendiri, Max (Jim Sturgess). Di Indonesia bikin meme saja bisa dipidanakan, apalagi meledek langsung, Jake.

Oh, saya lupa soal “Dutch Boy”. Perangkat ini adalah semacam satelit yang dibuat oleh 18 negara untuk menanggulangi cuaca ekstrim. Diceritakan di awal bahwa di tahun 2019 bumi dilanda perubahan iklim yang mengerikan. Satelit tadi mampu menetralisir cuaca seperti apapun dengan cara, uhm, menembakkan rudal-rudal yang saya asumsikan sangat-sangat canggih. Tentu saja, alat ini di kemudian hari mengalami malfungsi, yang diprediksi akan memberikan bumi sebuah bencana pamungkas bernama g-e-o-s-t-o-r-m.

Jadi, oleh karena “Dutch Boy” ini rusak, maka kita akan melihat orang-orang tunggang-langgang di jalanan dan kota dibuat berjumpalitan? Hmm, tidak juga, karena misteri di balik sabotase “Dutch Boy” lebih penting. Presiden Amerika (Andy Garcia) serta sekretarisnya (Ed Harris) meminta Max untuk memanggil kembali Jake. Jake harus menangani malfungsi di satelit tersebut, sementara Max, yang ngomong-ngomong pacaran dengan anggota paspampres (Abbie Cornish), menyelidiki siapa dalang dari peristiwa tersebut di bumi.

Dalam film lain, subplot semacam ini biasanya jadi bumbu saja. Dalam Geostorm, ia menjadi bahan utama. Sabotase terjadi beberapa saat ketika Amerika, yang memegang kendali sementara “Dutch Boy”, harus menyerahkan satelit ini kepada PBB. Kejadian in kebetulan bertepatan pula dengan momen kampanye pemilu presiden. Apalagi coba pemicu konflik kalau bukan politik. Helaw, orang-orang di belahan bumi lain lagi panik btw; Timur Tengah diterpa salju, pantai di Brazil membeku, dan suhu udara Hongkong sampai melelehkan aspal. Kalau mau fokus konspirasi politik, kita mending membaca hikayat Setnov.

Film ini digarap oleh Dean Devlin yang memulai debutnya sebagai sutradara setelah bertahun-tahun menjadi produser bagi Roland Emmerich, bapaknya film bencana yang sudah kita akrabi lewat Independence Day, The Day After Tomorrow, dan 2012. Meski berdurasi singkat, efek spesialnya cukup mengagumkan. Mungkin karena dipoles bertahun-tahun. Tapi film bencana bukan sekedar menghancurkan gedung atau monumen. Manusia, sekonyol apapun prilaku mereka di film, adalah salah satu elemen yang membuat film bencana menjadi seru. Makin histeris, makin seru. Apa gunanya film bencana kalau kita tak merasakan bencana yang dirasakan karakternya? Itulah kenapa orang menyewa Emmerich.

Satu pertanyaan mengganjal yang muncul ketika saya melihat Gerard Butler mengambang di ruang angkasa dalam baju astronotnya: bagaimana sebenarnya mekanisme “Dutch Boy”? Satelit ini berfungsi untuk mencegah cuaca ekstrim. Saat disabotase, ia akan memicu geostorm. Tokoh utama kita berjuang mati-matian mengatasi hal tersebut, yang ujung-ujungnya adalah dengan menghancurkan “Dutch Boy”. Nah lho, kalau “Dutch Boy” hancur, bumi dilanda cuaca ekstrim lagi dong? Jika sekuelnya dirilis, saya pasti akan menontonnya. Di film tersebut kita pasti akan mendapatkan bencana sungguhan. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Geostorm

109 menit
Remaja
Dean Devlin
Dean Devlin, Paul Guyot
David Ellison, Dean Devlin, Dana Goldberg
Roberto Schaefer
Lorne Balfe


Demikianlah Artikel Review Film: 'Geostorm' (2017)

Sekianlah artikel Review Film: 'Geostorm' (2017) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Review Film: 'Geostorm' (2017) dengan alamat link https://moviefilm99.blogspot.com/2017/10/review-film-2017.html

No comments:

Post a Comment