Wednesday, August 23, 2017

Review Film: 'Kidnap' (2017)

Review Film: 'Kidnap' (2017) - Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Review Film: 'Kidnap' (2017), kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Review, Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Kidnap' (2017)
link : Review Film: 'Kidnap' (2017)

Baca juga


Review Film: 'Kidnap' (2017)

Daripada menonton filmnya, lebih seru untuk menghitung jumlah cut yang dipakai di setiap adegan aksinya.

“You took the wrong kid!”
— Karla McCoy
Rating UP:
Pada tahun 2001, Halle Berry mendapat piala aktris terbaik Oscar berkat penampilannya dalam Monster’s Ball. Berry bermain sebagai seorang pramusaji di restoran, yang juga merupakan seorang single mom dengan pernikahan yang bermasalah sehingga harus membesarkan anak semata wayangnya yang masih belia sendirian. Enam belas tahun kemudian, siapa sangka ia mengulang peran yang sama lewat Kidnap. Pramusaji. Pernikahan bermasalah. Satu anak belia. Namun saya yakin, tak ada satupun orang dengan akal sehat yang akan mempertimbangkannya masuk dalam nominasi award manapun. Well, kecuali Razzie mungkin.


Berry bermain dengan lebai sebagai Karla McCoy, ibu dari Frankie (Sage Coreea) yang harus selalu tampak histeris dan berteriak “Oh, Tuhan!”, “Astaga!”, dan/atau “Ia menculik anakku!” nyaris sepanjang film. Yah, walau sebenarnya kita tak bisa menyalahkan Berry sepenuhnya, karena bagaimana lagi caranya untuk menjual film semacam ini. Lagipula, hei, disini diceritakan anaknya diculik. Kita pun boleh jadi akan sepanik ini saat si kecil dibawa kabur orang.

Untuk memastikan kita peduli dengan nasib Frankie, film dibuka dengan potongan video dokumentasi mulai dari Frankie bayi sampai beranjak SD. Kita lalu melihat Karla yang sedang bekerja di restoran dengan mengajak Frankie. Selama sekitar 10 menit, film ini berfokus pada bagaimana susahnya Karla menangani pelanggan yang rewel; ada yang salah pesan, ada yang tiba-tiba mengganti pesanan, sampai ada yang judes karena kebetulan sedang berantem dengan pacarnya. Tepat sebelum saya menyangka film ini berjudul Hari Terburuk Seorang Pramusaji, Karla diijinkan pulang oleh bosnya. Akhirnya.

Karla mengajak Frankie bermain ke taman. Anda tahu, proses perceraian Karla dengan suaminya sedang berlangsung, jadi wajar saat ia mendapat telpon dari pengacaranya. Persoalan kali ini tampaknya cukup pelik sehingga sedemikian teralihkannya Karla, ia sampai tak menyadari bahwa Frankie sudah hilang. Karla segera mencarinya kemana-mana. Ia sempat melihat Frankie dibawa masuk ke dalam mobil oleh seorang wanita paruh baya. Tapi semua sudah terlambat. Yang bisa dilakukan Karla memakai metode primitif: mengejar langsung dengan mobilnya sendiri secara membabi-buta, mungkin karena Karla terlalu banyak menonton film Fast & Furious.

Kenapa tak menelepon polisi, anda bilang? Penulis naskah Knate Lee sudah memikirkan ini. Sebelum naik mobil, Karla tak sengaja menjatuhkan ponselnya di taman. Dan semua orang yang dimintainya tolong untuk menelpon 911 harus selalu salah paham, agar tak ada polisi yang mengejar dan membuat kacau plot yang sudah disiapkan untuk film yang kacau ini. Bagaimana pula dengan media yang biasanya sebegitu gesit meliput hingga bisa memberitakan dengan segera tas bermerek yang baru saja dibeli seorang artis top? Entahlah. Mungkin wartawan Amerika tak secanggih wartawan Indonesia.

Jika Liam Neeson menghajar orang yang menculik putrinya karena punya special set of skills yang diperoleh dari profesi sebelumnya dalam Taken, maka darimana Karla mendapatkan kelihaian menyupir sekelas Dominic Toretto dalam Kidnap? Sejujurnya, saya tak tahu. Mungkin insting ibu-ibu. Ia mengoper persnelling, menghantam pedal gas, berganti arah mendadak, membuat mobil-mobil di belakangnya berjumpalitan, dan menabrak mobil penculik. Saya jadi ragu apa Karla ingin menyelamatkan Frankie atau malah membahayakan nyawanya juga. Sekuens ini tak seseru kedengarannya, karena dirancang dan disorot ala kadarnya.

Narasi film ini sebenarnya punya stuktur sederhana yang bergantung pada arguably satu mekanika aksi, yaitu kejar-kejaran mobil gila-gilaan antara dua supir yang tak kompeten di jalan raya, yang menghasilkan beberapa kecelakaan lalu-lintas yang mematikan, bukan bagi mereka tapi buat orang lain yang tak bersalah. Namun sekuens aksinya begitu samar-samar, kita tak bisa menangkap apa yang sebenarnya berlangsung di layar. Editing-nya serampangan. Banyak potongan adegan repetitif —gambar muka histeris Berry, gambar speedometer, gambar mobil tampak belakang, gambar mobil tampak depan— yang berganti dengan cepat sekali. Mungkin untuk membuat kita mengira sesuatu yang menegangkan sedang terjadi, yang malah menciptakan ketidakjelasan. Saya tak tahu sensasi apa yang ingin dibuat oleh sutradaranya, Luis Prieto.

Untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi, tokoh utama kita perlu untuk bicara pada dirinya sendiri dan kadang-kadang pada Tuhan, entah itu saat ingin mengambil sesuatu atau hanya memikirkan sesuatu. Dan ini sering sekali sampai terasa menjengkelkan. Nah pertanyaannya, apa yang akan dilakukan Karla saat berhasil mengejar penculik? Karla pun tidak tahu. Kejar-kejaran usai begitu saja (takkan saya ungkap bagaimana). Satu-satunya momen dimana karakter utama kita menunjukkan intelejensinya adalah di bagian klimaks saat ia langsung mendatangi rumah penculik.

Daripada menonton filmnya, lebih seru untuk menghitung jumlah cut yang dipakai di setiap adegan aksinya. Jika sekadar ingin tahu filmnya tentang apa, anda bisa membaca sinopsisnya saja, karena anda takkan melewatkan apapun. Anda tak perlu menontonnya. Sebagian besar adegan aksinya toh tak bisa dicerna juga. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Kidnap

121 menit
Remaja
Luis Prieto
Knate Lee
Gregory Chou, Lorenzo di Bonaventura, Erik Howsam, Joey Tufaro, Taylar Wesley, Elaine Goldsmith-Thomas, Halle Berry
Flavio Martinez Labiano
Federico Jusid


Demikianlah Artikel Review Film: 'Kidnap' (2017)

Sekianlah artikel Review Film: 'Kidnap' (2017) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Review Film: 'Kidnap' (2017) dengan alamat link https://moviefilm99.blogspot.com/2017/08/review-film-2017.html

No comments:

Post a Comment