Friday, June 26, 2015

Review Film: 'The Face of an Angel' (2015)

Review Film: 'The Face of an Angel' (2015) - Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Review Film: 'The Face of an Angel' (2015), kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Drama, Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'The Face of an Angel' (2015)
link : Review Film: 'The Face of an Angel' (2015)

Baca juga


Review Film: 'The Face of an Angel' (2015)

Senasib dengan motif pelaku dan kenyataan yang kabur, 'The Face of an Angel' akhirnya juga menjadi film yang abu-abu. Saya rasa sedikit sekali penonton di luar sana yang ingin menonton film sutradara egosentris yang membahas dirinya sendiri selama 101 menit.

“You should make a love story.”
— Melanie
Setelah menonton film ini, saya baru tahu bahwa film The Face of an Angel diangkat dari kasus pembunuhan Meredith Kercher pada tahun 2007. Kercher adalah seorang mahasiswi yang ditemukan tewas di kamarnya di Itali dan yang dicurigai sebagai pembunuh adalah teman sekamarnya, Amanda Knox. Kasus ini sangat bias. Knox yang membuat pengakuan awalnya dinyatakan bersalah, kemudian dibebaskan, ditahan lagi, hingga akhirnya dibebaskan kembali.

Sutradara Michael Winterbottom bersama penulis skrip Paul Viragh mengangkatnya menjadi film berdasarkan buku berjudul Angel Face dari Barbie Latza Nadeau. Namun alih-alih menelisik kasusnya lebih jauh, Winterbottom malah mengambil sudut pandang dari seorang sutradara fiktif, Thomas (Daniel Bruhl) dan menceritakan konflik batin dari detektif tersebut, yang sejujurnya takkan pernah penonton pedulikan.

Kercher dan Knox diganti namanya menjadi Elizabeth Pryce (Sai Bennett) dan Jessica Fuller (Genevive Gaunt). Di awal film, kasus pembunuhan tersebut diceritakan dengan cepat melalui komunikasi yang dilakukan oleh Thomas dengan Simone Ford (Kate Beckinsale), seorang jurnalis yang juga merupakan penulis buku laris berjudul The Face of an Angel yang akan diangkat menjadi film. Detail-detail kasus yang sangat mirip dengan kasus Amanda Knox dipaparkan.


Thomas adalah seorang sutradara yang idealis, dan tak ingin membuat film dangkal tanpa mengetahui kebenaran dari kasus tersebut. Dia berusaha mencari fakta-fakta secara mandiri di lorong-lorong sempit Siena dan mewawancarai berbagai saksi, mulai dari kenalan Elizabeth, hingga rekan awak media dari Simone yang mencurigakan, Edoardo (Valerio Mastandrea). Pencarian ini berujung pada degradasi batin Thomas, membuatnya kembali mengonsumsi narkoba, halusinasi, dan depresi akibat perceraian yang dialaminya.

Eksistensi Thomas seperti pengejawantahan dari Winterbottom sendiri, yang ingin membuat film idealis dengan mengambil pendekatan meta-movie. Pada akhirnya, Thomas tak peduli pada kasus tersebut, sama halnya seperti Winterbottom yang tak peduli bagaimana penonton akan mencerna filmnya ini. Winterbottom tak pernah menelisik barang bukti, korban dan hal-hal lain yang relevan dengan kasus, dan hanya ingin membuat film tentang pembuat film yang tak punya cerita.

Kekecewaan saya mungkin disebabkan karena ekspektasi bahwa film ini akan mengungkap kenyataan yang sebenarnya. The Face of an Angel bukanlah seperti Zodiac dari David Fincher — yang juga tak mengungkap kebenaran kasus dengan gamblang. Setidaknya Zodiac lebih memuaskan karena selalu fokus dengan kasusnya, berbeda dengan film ini selalu mengalihkan penonton ke dalam pikiran tokoh utama saat narasi bergerak ke kasus.

Entah bagaimana dengan penonton lain, namun saya merasa larutnya Thomas dalam depresi dan halusinasi — yang dihadirkan dengan CGI yang cukup bagus — tak ada hubungannya dengan plot film. Saya tak mengerti apa yang dia cari dan apa yang akhirnya dia temukan.

Kontras dengan warna gambarnya yang disorot dengan warna pudar yang suram, deretan pemeran yang dihadirkan sedikit mengalihkan dengan tampilan fisik yang "sueeger" (sesuai dengan judulnya "Wajah Malaikat". Ehem). Sayangnya, semua karakter nyaris underwritten. Gaunt dan Bennett sebagai Jessica dan Elizabeth hanya menjadi si cantik bertatapan kosong yang tak tahu mau melakukan apa, selain menampilkan senyum manis, ekspresi kaget, dan kabur dari media.

Beckinsale juga hanya menjadi sekedar informan bagi Thomas dan tak pernah terlibat lebih jauh (yah, mereka sempat berhubungan seksual sih). Satu-satunya karakter yang mendapat porsi yang signifikan selain Thomas adalah Melanie yang dimainkan oleh Cara Delevingne. Sebagai remaja yang polos, Melanie merupakan pelipur lara bagi Thomas yang kehilangan hak asuh bagi anaknya, Bea (Ava Acres). Melanie mengajak Thomas melihat sisi lain kota Siena dan membagikannya optimisme, yang akhirnya membuat Thomas bisa menghadapi dirinya sendiri.

Menurut saya, Winterbottom punya materi yang menarik disini. Namun, senasib dengan motif pelaku dan kenyataan yang kabur, The Face of an Angel juga menjadi film yang abu-abu. Saya rasa sedikit sekali penonton di luar sana yang ingin menonton film yang menceritakan tentang sutradara egosentris yang membahas dirinya sendiri selama 101 menit. ■ UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem

'The Face of an Angel' |
|

IMDb | Rottentomatoes
101 menit | Remaja

Sutradara Michael Winterbottom
Penulis Paul Viragh (screenplay), Barbie Latza Nadeau (buku)
Pemain Kate Beckinsale, Daniel Brühl, Cara Delevingne


Demikianlah Artikel Review Film: 'The Face of an Angel' (2015)

Sekianlah artikel Review Film: 'The Face of an Angel' (2015) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Review Film: 'The Face of an Angel' (2015) dengan alamat link https://moviefilm99.blogspot.com/2015/06/review-film-face-of-angel-2015.html

No comments:

Post a Comment