Judul : Review Film: 'Poltergeist' (2015)
link : Review Film: 'Poltergeist' (2015)
Review Film: 'Poltergeist' (2015)
Bukanlah remake yang buruk. Sayangnya, di balik sisi visual yang menarik, 'Poltergeist' versi Gil Kenan hanya menjadi reka ulang yang dangkal akibat melewatkan karakterisasi dan pacing narasi.
“They're here.”Poltergeist versi orisinil yang dirilis tahun 1982 merupakan film yang ikonik, mendefinisikan genre horor baru, melahirkan banyak pengikut, bahkan mendapat pengakuan dari Academy dengan 3 nominasi Oscar. Film ini juga disebut-sebut sebagai salah satu film horor terseram yang pernah dibuat. Saat kemudian sutradara Gil Kenan me-remake film tersebut, pertanyaannya adalah perlukah Poltergeist dibuat ulang?
— Madison
Cukup logis sebenarnya alasan Kenan bersama dengan produser Sam Raimi (Evil Dead, Spider-Man) mereka-ulang kisah klasik ini. Poltergeist versi Tobe Hooper yang mengangkat tema horor keluarga dan teror dari teknologi yang tak kita mengerti (baca: televisi) tak lagi relevan dengan jaman sekarang. Di era modernisasi, kehidupan kita sudah dikelilingi oleh berbagai macam barang elektronik. Poltergeist versi baru menyadari hal tersebut dan menyelipkan terornya dalam wujud baru seperti smartphone dan tablet dengan tetap tak meninggalkan properti lamanya.
Dalam hal mereview Poltergeist versi baru ini, mau tak mau saya harus membandingkan dengan versi lama. Bukan hanya karena ini adalah adaptasi langsung dari versi lama, melainkan juga karena versi barunya nyaris mencaplok semua elemen dari versi lamanya, termasuk penokohan dan detail cerita, dengan sedikit polesan tentunya.
Kali ini fokus cerita adalah keluarga Bowen (bukan keluarga Freeling), dimana sang ayah tak lagi bekerja sebagai agen real estate melainkan seorang pekerja kantoran yang baru saja dipecat. Pasangan suami istri Eric (Sam Rockwell) dan Amy Bowen (Rosemarie DeWitt) beserta ketiga anaknya, Kendra (Saxon Sharbino), Griffin (Kyle Catlett), dan Madison (Kennedi Clements) pindah ke rumah baru di pinggiran kota. Peristiwa-peristiwa aneh mulai terjadi namun penghuni baru ini bisa dibilang tak terlalu ambil pusing.
Saat Eric dan Amy pergi makan malam ke luar, ponsel Kendra mengalami keanehan yang disusul dengan munculnya tangan dari balik ubin, Griffin melihat boneka badut yang ditemukannya di loteng muali bergerak, sementara Madison bersembunyi dengan takut di kamarnya. Peristiwa-peristiwa aneh ini terus berlanjut hingga akhirnya Madison terjebak di dunia lain dan semua anggota keluarga ini harus bersatu untuk menyelamatkannya.
Bagi anda yang belum pernah menonton Poltergeist versi lama mungkin akan menganggap film ini mirip dengan The Conjuring dari James Wan. Ya, memang plotnya kurang lebih sama. Dalam film ini juga dihadirkan karakter pengusir hantu lengkap dengan peralatan canggih untuk mendeteksi kejadian supranatural melalui tokoh Dr. Brooke Powell (Jane Adams) dan Carrigan Burke (Jared Harris). Tokoh yang terakhir memberikan nuansa humoris dan (entah disengaja atau tidak) terkesan mengejek film horor bertema pengusir hantu.
Poltergeist adalah tontonan keluarga dan meski termasuk dalam genre horor, film ini nyaris tanpa darah-darahan. Film ini bisa dibilang horor yang "aman" karena efek CGI lebih banyak digunakan sehingga secara visual tak terlalu menakutkan.
Versi baru ini tampaknya ingin setia terhadap versi lamanya, dengan tetap mempertahankan beberapa adegan ikonik seperti Madison yang menyentuh dan berkomunikasi dengan layar TV — kali ini TV-nya adalah TV LCD bukannya TV tabung —, teror dari pohon yang bisa bergerak, hingga tarik menarik antara arwah dunia lain dengan keluarga Bowen. Di film ini, kita bisa melihat sekilas bagaimana situasi dunia arwah melalui drones yang dikemudikan oleh Griffin dalam usahanya menyelamatkan Madison.
Saya bukanlah penggemar berat film orisinalnya. Alih-alih film horor dengan sentuhan cerita keluarga, Poltergeist memang lebih cenderung seperti film keluarga dengan sentuhan horor. Namun ia adalah film yang bagus karena lebih berfokus pada karakter dan pacing. Dengan durasi yang lebih singkat, Poltergeist versi baru tak ingin berlama-lama membangun karakter. Naskah dari David Lindsay-Abaire dengan cepat menginformasikan penonton bahwa Eric adalah kepala keluarga yang mengalami masalah finansial, sementara Amy adalah ibu yang perhatian, Kendra adalah remaja putri pemberontak, Griffin sebagai anak aneh yang selalu ketakutan sepanjang waktu, dan Madison sebagai si kecil polos yang justru menikmati hal-hal mistis yang dilihatnya. Karakterisasi ini disajikan dengan cepat dalam adegan-adegan yang singkat, sehingga sulit bagi penonton untuk benar-benar terikat dengan para tokohnya, satu poin yang berhasil digarap dengan baik oleh versi lamanya.
Lagi-lagi karena karakterisasi, kita tak dapat menangkap pesan moral mengenai anggota keluarga yang bahu membahu untuk satu tujuan. Di film versi baru ini, gara-gara karakterisasi one-note-nya kita tak bisa merasakan betapa tidak kompaknya anggota keluarga di awal film dan oleh karenanya kerjasama yang akhirnya mereka lakukan saat klimaks juga kurang mengena. Sejujurnya, saya bahkan tak peduli dengan apa yang terjadi dengan keluarga Bowen ini.
Meski dinamika keluarga ini terkesan datar, tapi penampilan yang cukup bagus diberikan oleh Sam Rockwell. Tak hanya menjadikan karakter Eric jauh dari persona Steven Freeling (yang dimainkan oleh Craig T. Nelson), namun juga memberi sedikit improvisasi dan membuat dialog yang monoton menjadi menarik. Selain Rockwell, akting yang lain bisa dibilang rata-rata, tapi perlu digarisbawahi bahwa peran Griffin disini lebih signifikan dibanding peran Robbie Freeling dalam versi lamanya.
Sebagai film horor, Poltergeist terasa kurang intens dan kurang menyeramkan. Penonton tak dibuat merasakan bahaya yang mengancam keluarga Bowen. Kenan bukannya tak berpengalaman menangani film horor. Sebelumnya di pernah menyutradarai Monster House. Namun disini dia terkesan tak konsisten. Entah kenapa di pertengahan hingga paruh akhir, Kenan merasa harus mulai memasukkan jump scares klise, sesuatu yang tak ada di film versi lamanya.
Bukan berarti bahwa film ini adalah reka ulang yang buruk. Secara teknis, Poltergeist tak kalah dengan versi lamanya yang diklaim sangat maju dalam hal efek. Dengan teknologi special effects yang semakin maju, tentu film ini bisa menyajikan efek horor yang lebih halus dengan bantuan CGI. Kru di belakang layar juga melakukan eksekusi yang baik. Camerawork yang mengalir dari Javier Aguirresarobe serta editing yang bagus dari Jeff Betancourt & Bob Murawski membuat Poltergeist menjadi film yang berkualitas secara visual. Sayangnya film ini hanya superior dari sisi tersebut dan lebih memilih visual alih-alih narasi.
Usaha untuk memodernisasikan kisah klasik Poltergeist ini tidaklah buruk, namun film ini menjadi sekedar remake dangkal yang tak menggali lebih jauh sebagaimana harusnya. Seperti kebanyakan remake Hollywood lain, Poltergeist versi Kenan pada akhirnya termasuk dalam kategori remake yang tak perlu dan gampang terlupakan. ■UP
Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
'Poltergeist' |
TEGUH RASPATI | 25 Juni 2015
TEGUH RASPATI | 25 Juni 2015
Sutradara Gil Kenan
Penulis David Lindsay-Abaire
Pemain Sam Rockwell, Rosemarie DeWitt, Jared Harris, Jane Adams
Penulis David Lindsay-Abaire
Pemain Sam Rockwell, Rosemarie DeWitt, Jared Harris, Jane Adams
Demikianlah Artikel Review Film: 'Poltergeist' (2015)
Sekianlah artikel Review Film: 'Poltergeist' (2015) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Review Film: 'Poltergeist' (2015) dengan alamat link https://moviefilm99.blogspot.com/2015/06/review-film-2015.html
No comments:
Post a Comment