Wednesday, August 26, 2015

Review Film: 'The Man from U.N.C.L.E.' (2015)

Review Film: 'The Man from U.N.C.L.E.' (2015) - Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Review Film: 'The Man from U.N.C.L.E.' (2015), kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Adventure, Artikel Aksi, Artikel Komedi, Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'The Man from U.N.C.L.E.' (2015)
link : Review Film: 'The Man from U.N.C.L.E.' (2015)

Baca juga


Review Film: 'The Man from U.N.C.L.E.' (2015)

Meskipun 'The Man from U.N.C.L.E.' bisa dibilang lebih inferior dibanding film-film Ritchie sebelumnya, namun berkat akting yang solid dan sentuhan humor dengan timing yang tepat, mampu mengangkat narasinya yang sedikit stereotip menjadi sajian yang punya nilai hiburan berkualitas.

“For a special agent, you're not having a very special day, are you?”
— Waverly
Guy Ritchie ikut ambil bagian dalam hiruk pikuk film spionase tahun ini dengan reboot/adaptasi serial TV era 60-an, The Man from U.N.C.L.E.. Meskipun film ini bisa dibilang lebih inferior dibanding film-film Ritchie sebelumnya, namun berkat akting yang solid dan sentuhan humor dengan timing yang tepat, mampu mengangkat narasinya yang sedikit stereotip menjadi sajian yang punya nilai hiburan berkualitas.

Setting yang diambil, tentu saja, adalah di era 60-an, tepatnya tahun 1963 saat Rusia dan Amerika berada dalam status perang dingin setelah menaklukkan Jerman, yang kini terbagi menjadi dua, Jerman Barat dan Jerman Timur. Agen CIA, Napoleon Solo (Henry Cavill), diperintahkan untuk menyelamatkan seorang gadis mekanik yang bekerja di sebuah bengkel di balik tembok Jerman Timur, Gaby Teller (Alicia Vikander). Penyelamatan ini dilakukan demi mendapatkan informasi mengenai ayah Gaby yang dipekerjakan sebagai teknisi nuklir oleh sisa-sisa prajurit Nazi.

Namun Gaby tak hanya diinginkan oleh Amerika saja. Pihak Rusia menugaskan agen KGB terbaik mereka, Ilya Kuryakin (Armie Hammer). Usaha perebutan Gaby oleh dua agen elit yang menjadi adegan pembuka yang lezat ini disuguhkan dalam adegan kejar-kejaran mobil berskala kecil tapi intens, yang tak hanya dikemas dengan sangat menarik dan menghibur — adegan ini adalah favorit saya — namun juga menjembatani penonton untuk mengenal karakter keduanya dan asal mula rivalitas mereka.


Dengan perkenalan pertama yang menyerempet sikon hidup-mati ini, tentu saja keduanya sangat kaget saat atasan masing-masing menugaskan mereka bekerja sama dalam misi mencari ayah Gaby. Saling unjuk skill, saling memata-matai, saling sindir menyindir menjadi poin utama dari dinamika interaksi keduanya, yang terkadang membuat saya iseng terpikir bahwa keduanya tampak sebagai pasangan yang serasi. Ups.

Yang menjadi femme fatale di film ini adalah Elizabeth Debicki sebagai Victoria, wanita cerdas, menawan, tapi juga mematikan. Saya tak ingin mengungkap plotnya lebih jauh, karena ada beberapa plot twist yang jika saya jelaskan maka akan mengurangi kenikmatan bagi yang belum menonton. Sebagaimana tipikal film spionase, dalam film ini ada pengkhianatan, kejar-kejaran mobil, kejar-kejaran kapal, ledakan, dan hal-hal berbau mata-mata lainnya.

Berkolaborasi dengan rekan penulis skripnya dalam Sherlock Holmes, Lionel Wingram, Ritchie menghadirkan alur cerita yang rumit dan bermaksud mendahului penonton. Bagusnya, mereka berhasil. Alurnya berkelok di dan ke arah yang tak kita duga yang bakalan membuat kita terikat hingga akhir film meski punya durasi yang cukup lama, hampir 2 jam.

Jelas, yang menjadi fokus Ritchie disini adalah komedinya. Celotehan-celotehan ringan maupun komedi situasi bertebaran dimana-mana, namun mengalir begitu saja dengan natural tanpa kesan dipaksakan. Bahkan adegan klimaks saat pengejaran Victoria yang kabur dengan kapal, terasa "ringan", padahal melibatkan ini melibatkan bom nuklir.

Walaupun demikian, Ritchie tetap tak meninggalkan adegan aksi yang menjadi salah satu syarat film khas mata-mata. Dengan set yang bagus dan mendetail, Ritchie menawarkan sekuens aksi yang asyik. Salah satu adegan yang menarik adalah kejar-kejaran yang melibatkan jip, ATV, serta sepeda motor di hutan dan sungai. Dan ini diambil dengan direksi ikonik dari Ritchie: sorotan gesit dengan cut frame cepat, yang terkadang ditambah dengan gaya split-screen.

Dengan hanya sedikit backstory, memang tak ada perkembangan karakter yang berarti. Napoleon adalah mantan pencuri ulung yang dipekerjakan CIA, Ilya agen kaku yang punya masalah keluarga sebagaimana halnya Gaby. Namun yang membuat film ini bekerja di balik karakterisasinya yang one-note adalah dinamisnya interaksi antar-karakter. Punya skill yang hampir selevel dengan karakter yang berbeda, Napoleon dan Ilya punya hubungan yang komikal tipikal buddy-movie, dengan Gaby yang menjadi penengah diantara keduanya.

Henry Cavill menunjukkan pesona yang entah kenapa selama ini disembunyikannya. Penampilannya sebagai Napoleon menjadi bahan bakar utama film ini dengan karisma, gaya, dan cara bertuturnya yang parlente tanpa kehilangan selera humor yang mengingatkan kita pada James Bond era Sean Connery. Mengejutkan bagaimana Cavill mengeluarkan kapabilitas akting yang tak monoton, yang berbanding terbalik dalam Man of Steel.

Selain Debicki, penampilan pemain lainnya tak begitu mencolok. Namun kemunculan Hugh Grant sebagai karakter sampingan yang muncul mendekati akhir film cukup signifikan, yang menjadi penanda keterlibatan agen negara lain dalam perebutan teknologi pembunuh massal ini.

Meski tetap ada sedikit cita rasa kontemporer di dalamnya, nuansa retro sangat terasa berkat tata produksinya yang menampilkan fashion, aksesoris, mobil, dan bangunan yang menangkap dengan baik era 60-an. Hal ini juga didukung dengan soundtrack jazz jadul dan scoring dari Daniel Pemberton.

Saya tak pernah menonton serial orisinalnya, jadi tak bisa memastikan apakah film ini setia terhadap materi aslinya atau dirombak besar-besaran. Yang jelas, The Man from U.N.C.LE. adalah film spionase old-school dengan sentuhan modern yang digarap dengan serius, meski memang tak seambisius dan seberani film Ritchie lainnya sejak era Snatch.. Film yang menghibur dan stylish, dan tentunya saya tak berkeberatan menantikan sekuel yang sempat diisyaratkan sebelum credit title. ■ UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem

'The Man from U.N.C.L.E.' |
|

IMDb | Rottentomatoes
116 menit | Remaja

Sutradara: Guy Ritchie
Penulis: Guy Ritchie, Lionel Wigram
Pemain: Henry Cavill, Armie Hammer, Alicia Vikander


Demikianlah Artikel Review Film: 'The Man from U.N.C.L.E.' (2015)

Sekianlah artikel Review Film: 'The Man from U.N.C.L.E.' (2015) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Review Film: 'The Man from U.N.C.L.E.' (2015) dengan alamat link https://moviefilm99.blogspot.com/2015/08/review-film-man-from-uncle-2015.html

No comments:

Post a Comment