Friday, August 21, 2015

Review Film: 'Hitman: Agent 47' (2015)

Review Film: 'Hitman: Agent 47' (2015) - Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Review Film: 'Hitman: Agent 47' (2015), kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Aksi, Artikel Kriminal, Artikel Review, Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Hitman: Agent 47' (2015)
link : Review Film: 'Hitman: Agent 47' (2015)

Baca juga


Review Film: 'Hitman: Agent 47' (2015)

Apakah 'Hitman: Agent 47' lebih baik dibanding 'Hitman' versi 2007? Saya tak begitu yakin, namun saya lebih menikmati film ini dibanding film sebelumnya. Apakah film ini bisa memutus kutukan adaptasi film dari game? Ini lain cerita.

“We determine who we are by what we do.”
— Agent 47
Saya tak pernah memainkan game Hitman, jadi saya tak bisa bicara apakah film ini sesuai dengan material sumbernya. Ada yang bilang game-nya sendiri lebih mengenai strategi, dimana untuk "menetralkan" target, sang agen harus bertindak secara diam-diam dengan sumber daya terbatas. Kalau memang begitu, Hitman: Agent 47 tak terliha begitu stealth, namun film ini menyuguhkan jumlah korban cukup banyak yang mungkin setara dengan korban dalam sebuah game tembak-tembakan.

Premis dasarnya, yaah, cukup mendasar. Sebuah organisasi rahasia yang hanya diperkenalkan sebagai Sindikat, menciptakan manusia untuk menjadi mesin pembunuh sempurna yang tak mengenal rasa sakit, empati atau cinta. Ciptaan ini disebut dengan panggilan sederhana: agen. Setiap agen diidentifikasi dengan tato nomor di belakang leher mereka, dimana agen dengan nomor lebih besar punya ketangguhan yang lebih tinggi dibanding nomor yang kecil. Program ini ditutup karena dinilai membahayakan, namun tentu saja masih ada oknum tertentu yang ingin membangkitkannya kembali.

Hal di atas dijelaskan melalui suara narator dan kilasan gambar di awal film. Karakter yang diperkenalkan pertama kali bukanlah Agent 47 (Rupert Friend) melainkan seorang gadis bernama Katia van Dees (Hannah Ware) yang tengah mencari keberadaan ayahnya, Dr.Piotr Litvenko (Ciaran Hinds), mantan peneliti Sindikat yang kabur.


Penulis naskah Skip Woods (yang juga menulis Hitman pertama) dan Michael Hinds menyajikan beberapa twist dari plotnya yang inkoheren dan tak rasional. Salah satu sentuhan yang bagus adalah saat Katia bertemu dengan John Smith (Zachary Quinto), yang katanya akan melindunginya dari buruan Agen 47. Faktanya, Smith memang beberapa kali menyelamatkan nyawa Katia. Namun saat semua motif terungkap, kenyataan tidaklah seperti kelihatannya. Saya rasa ini bukan spoiler karena anda mungkin sudah bisa menduga bahwa Agen 47 lah yang menjadi protagonis disini. Semua ini berakhir pada adegan tembak-tembakan, pertarungan tangan kosong, kejar-kejaran dan (banyak) adegan pembunuhan yang akan membuat anda terkagum-kagum karena baju Agen 47 tak pernah kusut sama sekali. Mungkin dia membawa baju cadangan, tapi entahlah.

Katia awalnya bukan hanya dimaksudkan sebagai eye-candy meski pada akhirnya jatuh pada peran tersebut. Katia sendiri dibekali oleh sang ayah dengan kemampuan dan kecerdasan di atas manusia rata-rata dan ada adegan menarik saat Agen 47 menjadi mentornya. Namun dengan kapabilitas seperti itu, Katia berkali-kali berlindung di balik pundak Agen 47. Agar punya musuh yang setara bagi Agen 47, dihadirkan seorang karakter kuat yang akan mengingatkan anda pada Terminator 2: Judgment Day.

Untuk film seperti ini penonton tak mungkin berharap akan cerita yang realis. Alih-alih kita diajak bergerak dari satu sekuens aksi ke sekuens aksi lain diiringi dengan dialog minimalis yang garing. Kita bisa menyaksikan berbagai macam metode pembunuhan yang efektif (salah satunya melibatkan baling-baling pesawat terbang), meski dengan tensi yang kurang. Ini adalah film tentang kekerasan dan sutradara Aleksander Bach komit dengan visinya untuk menyajikan adegan brutal dengan potongan tubuh yang bertebaran dimana-dimana. Kebanyakan disajikan melalui slow motion.

Agen 47 dan Katia yang bergerak dari Berlin ke Singapura demi menggulingkan Sindikat, mengantarkan kita pada lokasi-lokasi indah seperti hotel berbintang hingga taman mengambang di Singapura (saya lupa namanya) yang bisa saja membuat anda mengira bahwa film ini adalah iklan tourism board.

Rupert Friend menggantikan Timothy Olyphant dari film Hitman versi 2007 yang tak ingin tampil lagi dalam film ini. Dengan kepala botak, ekspresi dingin, dan jas hitam berdasi merah menyala, secara fisik Friend bisa merepresentasikan Agen 47. Skenario menjadikannya sebagai karakter tanpa kepribadian yang sulit untuk kita pedulikan. Tetap saja, dia terlihat keren saat menampilkan sekuen ala The Matrix dengan pistol dobel di tangan.

Apakah film ini lebih baik dibanding Hitman versi 2007? Saya tak begitu yakin, namun saya lebih menikmati film ini dibanding film sebelumnya. Apakah film ini bisa memutus kutukan adaptasi film dari game? Ada maksud untuk menjadikan Hitman sebagai franchise baru, namun ini lain cerita. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem

'Hitman: Agent 47' |
|

IMDb | Rottentomatoes
96 menit | Dewasa

Sutradara Aleksander Bach
Penulis Michael Finch, Skip Woods
Pemain Rupert Friend, Hannah Ware, Zachary Quinto


Demikianlah Artikel Review Film: 'Hitman: Agent 47' (2015)

Sekianlah artikel Review Film: 'Hitman: Agent 47' (2015) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Review Film: 'Hitman: Agent 47' (2015) dengan alamat link https://moviefilm99.blogspot.com/2015/08/review-film-agent-47-2015.html

No comments:

Post a Comment