May 2015 - Hallo sahabat
Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul May 2015, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Adventure,
Artikel Misteri,
Artikel Review,
Artikel Sci-Fi, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
Review Film: 'Tomorrowland' (2015)link :
Review Film: 'Tomorrowland' (2015)
Baca juga
May 2015
Terlalu sibuk menyajikan santapan visual bagi penonton hingga lupa dengan narasi, tak mampu mengejawantahkan pesan inovasi dan optimisme yang digaungkan secara verbal sepanjang film.
“Imagination is more important than knowledge.”
— Albert Einstein
Hingga premiernya kemarin (20/5),
Disney menyimpan rapat-rapat mengenai film
Tomorrowland, yang semakin meningkatkan antusiasme dan ekspektasi. Nah sekarang film yang telah lama ditunggu-tunggu dengan bujet besar, kru berbakat, tema futuristik yang menjanjikan, desain produksi yang tinggi, dan
visual effects yang canggih, apa yang bisa salah dari
Tomorrowland? Sebenarnya ada banyak, setidaknya menurut saya.
Diangkat dari salah satu wahana Disney, film ini mungkin diproyeksikan menjadi franchise sukses semacam
Pirates of the Caribbean. Meskipun punya
production value yang setara, namun
Tomorrowland tak punya energi yang sama. Beberapa
product placement yang diselipkan di dalam film — seperti produk kue dan minuman terkenal — sebenarnya bisa dimaklumi, namun pada akhirnya,
Tomorrowland terasa seperti sekedar iklan wahana Disney.
Sedikit membuat penasaran, di depan sebuah alat
countdown berdesain unik, Frank (
George Clooney) dan Casey (
Britt Robertson) tengah berdebat bagaimana cara menceritakan kisah mereka. Frank memulai dengan menceritakan masa kecilnya saat dia tengah menghadiri World's Fair di tahun 1964.
Frank kecil (yang dipilih dengan tepat untuk diperankan oleh
Thomas Robison) adalah bocah jenius penuh semangat yang membawa jetpack buatannya untuk mengikuti kontes di World's Fair. Masih punya kekurangan teknis, penemuan Frank ditolak oleh juri David Nix (
Hugh Laurie), namun dia bertemu dengan seorang gadis kecil misterius bernama Athena (
Raffey Cassidy) yang memberinya sebuah pin. Berbekal pin ini, Frank masuk ke dunia futuristik nan higienis dengan gedung pencakar langit, kendaraan yang bisa melayang di udara, serta teknologi maju lainnya.
Sementara kita tak tahu bagaimana nasib Frank disana, Casey kemudian mengambil alih dengan ceritanya yang menyabotase usaha pemerintah untuk menghancurkan landasan peluncuran roket NASA yang tak dipakai lagi. Tak hanya menyangkut masa depan ayahnya, Eddie (
Tim McGraw) yang akan menjadi pengangguran, penghancuran ini juga merepresentasikan keputusasaan manusia untuk menjelajah angkasa.
Dalam usaha sabotase yang kedua, Casey ditangkap oleh pihak keamanan. Saat pelepasannya, Casey memperoleh pin yang sama dengan Frank dulu, yang saat disentuh memperlihatkannya dunia paralel Tomorrowland, yang dihadirkan oleh para kru melalui sebuah efek visual keren.
Dari durasinya yang 130 menit, film ini menghabiskan sekitar separuh waktunya untuk menceritakan backstory yang seharusnya bisa diringkas. Cerita sebenarnya baru dimulai saat Frank dan Casey bersama dengan Athena berusaha untuk menyelamatkan masa depan dunia nyata yang bergantung pada dunia paralel tersebut. Cukup janggal film yang mengangkat judul
Tomorrowland namun tak banyak bercerita di Tomorrowland.
Film ini punya sedikit kemiripan dengan film animasi
Up, dengan adanya karakter Frank sebagai si tua yang pesimis dan Casey sebagai anak muda yang optimis dan penuh semangat. Interaksi keduanya stereotip dengan sedikit perselisihan kecil. Yang mengejutkan adalah penampilan Raffey Cassidy sebagai Athena yang sangat mencolok dan mampu mengimbangi akting Clooney dan Robertson.
Brad Bird adalah sutradara yang pas menurut Disney untuk menyutradarai film utopia semacam ini melihat trackrecord-nya dalam
The Iron Giant dan
The Incredibles. Dengan bantuan desainer produksi
Scott Chambliss dan sinematografer
Claudio Miranda, Bird menghadirkan dunia fantasi futuristik yang menjadi impian semua orang, kontras dengan masa depan dunia nyata di ambang kehancuran, yang diperlihatkan sekilas mendekati ending. Tampaknya sedikit menyenggol isu
global warming dan perubahan iklim akibat gaya hidup manusia, namun pesan ini tak pernah tersampaikan dengan baik.
Naskah yang ditulis oleh Bird bersama
Damon Lindelof (
Prometheus, serial
Lost) terkesan berantakan. Dimulai dari pemilihan sudut pandang narasi, hingga usaha menggabungkan pesan moral (yang selalu diulang-ulang sampai membuat bosan) dengan sekuens aksi yang tak pas. Adegan di toko jadul milik
Kathryn Hahn dan
Keegan-Michael Key seharusnya menjadi pengantar konflik utama film, tapi terasa janggal melihat posisinya dari narasi secara keseluruhan. Mengejutkan melihat fakta bahwa Bird pernah menangani film
Mission: Impossible - Ghost Protocol yang notabene adalah film aksi.
Dengan mengesampingkan hal di atas,
Tomorrowland adalah sebuah sajian visual yang apik. Desain dunia futuristik yang impresif dengan gedung-gedung dan kendaraan yang unik mengundang kekaguman layaknya anak kecil. Secara teknis, film ini mengagumkan. Nuansa fiksi ilmiahnya sangat terasa dengan kehadiran pistol laser, bom plasma, serta kapsul lintas waktu dan dimensi. Pastinya hal seperti ini akan mengundang decak kagum adik/anak-anak anda, meski tak menutup kemungkinan anda juga akan tertarik.
Bagi anda yang sudah berumur (seperti saya), adegan di toko
Blast from the Past akan sedikit mengundang nostalgia. Ada banyak referensi sci-fi klasik yang dihadirkan, seperti
Star Wars, Flash Gordon, dan
Planet of the Apes yang tentunya mengundang sensasi nostalgia. Salah satu trivia fiktif menarik yang dihadirkan adalah terungkapnya perkumpulan rahasia yang dinamakan "Plus Ultra" yang beranggotakan Thomas Alva Edison dan Nikola Tesla yang berujung pada peluncuran roket oleh Frank dkk melalui Menara Eiffel.
Tomorrowland terlalu sibuk menyajikan santapan visual bagi penonton hingga lupa dengan narasi. Pesan moral tentang inovasi dan optimisme yang selalu digaungkan secara verbal sepanjang film tak pernah mengena bagi penonton, karena filmnya sendiri tak pernah mengejawantahkan pesan besar tersebut dengan baik. ■UP
Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
'Tomorrowland' |
TEGUH RASPATI |
21 Mei 2015 Sutradara Brad Bird
Penulis Damon Lindelof, Brad Bird
Pemain George Clooney, Hugh Laurie, Britt Robertson, Raffey Cassidy
Terlalu sibuk menyajikan santapan visual bagi penonton hingga lupa dengan narasi, tak mampu mengejawantahkan pesan inovasi dan optimisme yang digaungkan secara verbal sepanjang film.
“Imagination is more important than knowledge.”
— Albert Einstein
Hingga premiernya kemarin (20/5),
Disney menyimpan rapat-rapat mengenai film
Tomorrowland, yang semakin meningkatkan antusiasme dan ekspektasi. Nah sekarang film yang telah lama ditunggu-tunggu dengan bujet besar, kru berbakat, tema futuristik yang menjanjikan, desain produksi yang tinggi, dan
visual effects yang canggih, apa yang bisa salah dari
Tomorrowland? Sebenarnya ada banyak, setidaknya menurut saya.
Diangkat dari salah satu wahana Disney, film ini mungkin diproyeksikan menjadi franchise sukses semacam
Pirates of the Caribbean. Meskipun punya
production value yang setara, namun
Tomorrowland tak punya energi yang sama. Beberapa
product placement yang diselipkan di dalam film — seperti produk kue dan minuman terkenal — sebenarnya bisa dimaklumi, namun pada akhirnya,
Tomorrowland terasa seperti sekedar iklan wahana Disney.
Sedikit membuat penasaran, di depan sebuah alat
countdown berdesain unik, Frank (
George Clooney) dan Casey (
Britt Robertson) tengah berdebat bagaimana cara menceritakan kisah mereka. Frank memulai dengan menceritakan masa kecilnya saat dia tengah menghadiri World's Fair di tahun 1964.
Frank kecil (yang dipilih dengan tepat untuk diperankan oleh
Thomas Robison) adalah bocah jenius penuh semangat yang membawa jetpack buatannya untuk mengikuti kontes di World's Fair. Masih punya kekurangan teknis, penemuan Frank ditolak oleh juri David Nix (
Hugh Laurie), namun dia bertemu dengan seorang gadis kecil misterius bernama Athena (
Raffey Cassidy) yang memberinya sebuah pin. Berbekal pin ini, Frank masuk ke dunia futuristik nan higienis dengan gedung pencakar langit, kendaraan yang bisa melayang di udara, serta teknologi maju lainnya.
Sementara kita tak tahu bagaimana nasib Frank disana, Casey kemudian mengambil alih dengan ceritanya yang menyabotase usaha pemerintah untuk menghancurkan landasan peluncuran roket NASA yang tak dipakai lagi. Tak hanya menyangkut masa depan ayahnya, Eddie (
Tim McGraw) yang akan menjadi pengangguran, penghancuran ini juga merepresentasikan keputusasaan manusia untuk menjelajah angkasa.
Dalam usaha sabotase yang kedua, Casey ditangkap oleh pihak keamanan. Saat pelepasannya, Casey memperoleh pin yang sama dengan Frank dulu, yang saat disentuh memperlihatkannya dunia paralel Tomorrowland, yang dihadirkan oleh para kru melalui sebuah efek visual keren.
Dari durasinya yang 130 menit, film ini menghabiskan sekitar separuh waktunya untuk menceritakan backstory yang seharusnya bisa diringkas. Cerita sebenarnya baru dimulai saat Frank dan Casey bersama dengan Athena berusaha untuk menyelamatkan masa depan dunia nyata yang bergantung pada dunia paralel tersebut. Cukup janggal film yang mengangkat judul
Tomorrowland namun tak banyak bercerita di Tomorrowland.
Film ini punya sedikit kemiripan dengan film animasi
Up, dengan adanya karakter Frank sebagai si tua yang pesimis dan Casey sebagai anak muda yang optimis dan penuh semangat. Interaksi keduanya stereotip dengan sedikit perselisihan kecil. Yang mengejutkan adalah penampilan Raffey Cassidy sebagai Athena yang sangat mencolok dan mampu mengimbangi akting Clooney dan Robertson.
Brad Bird adalah sutradara yang pas menurut Disney untuk menyutradarai film utopia semacam ini melihat trackrecord-nya dalam
The Iron Giant dan
The Incredibles. Dengan bantuan desainer produksi
Scott Chambliss dan sinematografer
Claudio Miranda, Bird menghadirkan dunia fantasi futuristik yang menjadi impian semua orang, kontras dengan masa depan dunia nyata di ambang kehancuran, yang diperlihatkan sekilas mendekati ending. Tampaknya sedikit menyenggol isu
global warming dan perubahan iklim akibat gaya hidup manusia, namun pesan ini tak pernah tersampaikan dengan baik.
Naskah yang ditulis oleh Bird bersama
Damon Lindelof (
Prometheus, serial
Lost) terkesan berantakan. Dimulai dari pemilihan sudut pandang narasi, hingga usaha menggabungkan pesan moral (yang selalu diulang-ulang sampai membuat bosan) dengan sekuens aksi yang tak pas. Adegan di toko jadul milik
Kathryn Hahn dan
Keegan-Michael Key seharusnya menjadi pengantar konflik utama film, tapi terasa janggal melihat posisinya dari narasi secara keseluruhan. Mengejutkan melihat fakta bahwa Bird pernah menangani film
Mission: Impossible - Ghost Protocol yang notabene adalah film aksi.
Dengan mengesampingkan hal di atas,
Tomorrowland adalah sebuah sajian visual yang apik. Desain dunia futuristik yang impresif dengan gedung-gedung dan kendaraan yang unik mengundang kekaguman layaknya anak kecil. Secara teknis, film ini mengagumkan. Nuansa fiksi ilmiahnya sangat terasa dengan kehadiran pistol laser, bom plasma, serta kapsul lintas waktu dan dimensi. Pastinya hal seperti ini akan mengundang decak kagum adik/anak-anak anda, meski tak menutup kemungkinan anda juga akan tertarik.
Bagi anda yang sudah berumur (seperti saya), adegan di toko
Blast from the Past akan sedikit mengundang nostalgia. Ada banyak referensi sci-fi klasik yang dihadirkan, seperti
Star Wars, Flash Gordon, dan
Planet of the Apes yang tentunya mengundang sensasi nostalgia. Salah satu trivia fiktif menarik yang dihadirkan adalah terungkapnya perkumpulan rahasia yang dinamakan "Plus Ultra" yang beranggotakan Thomas Alva Edison dan Nikola Tesla yang berujung pada peluncuran roket oleh Frank dkk melalui Menara Eiffel.
Tomorrowland terlalu sibuk menyajikan santapan visual bagi penonton hingga lupa dengan narasi. Pesan moral tentang inovasi dan optimisme yang selalu digaungkan secara verbal sepanjang film tak pernah mengena bagi penonton, karena filmnya sendiri tak pernah mengejawantahkan pesan besar tersebut dengan baik. ■UP
Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
'Tomorrowland' |
TEGUH RASPATI |
21 Mei 2015 Sutradara Brad Bird
Penulis Damon Lindelof, Brad Bird
Pemain George Clooney, Hugh Laurie, Britt Robertson, Raffey Cassidy