- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
CEO Disney akhirnya memastikan nasib franchise ‘Deadpool’ usai mengakuisisi Fox.
Di luar kepastian bahwa X-Men akan bergabung dengan Marvel Cinematic Universe, masih ada satu pertanyaan yang kerap timbul dari akuisisi Disney terhadap Fox. Pertanyaan ini tidak lain menyangkut nasib franchise Deadpool, pasca ia diambil alih studio yang dikenal dengan film-filmnya yang ramah keluarga.
Dengan rating R yang Deadpool yang sarat adegan nakal dan kekerasan brutal, tak sedikit yang pesimistis franchise ini akan dilanjutkan Disney, walaupun kita sudah mendengar akan ada Deadpool 3 plus spin-off-nya X-Force. Bagaimanapun, Disney rupanya tak ingin menyia-nyiakan pangsa pasar film superhero rating R yang menjanjikan begitu saja, seiring mereka mengkonfirmasi franchise Deadpool akan tetap berlanjut.
“Kami akan melanjutkan bisnis itu,”ujar Bob Iger selaku CEO Disney terkait masa depan film rating R seperti Deadpool, yang dulunya ditangani Fox. Mengenai alasan kenapa studio berani mengambil langkah beresiko ini, Iger tahu betul film-film rating R punya popularitas yang tak kalah dengan film-film PG-13, sehingga pihaknya mantap melanjutkan franchise Deadpool.
Lebih jauh lagi, Iger juga menjelaskan bagaimana Disney meng-handle perilisan film-film rating R. Untuk menjaga imejnya sebagai studio dengan film ramah keluarga, serta untuk mencegah timbulnya kebingungan di kalangan penonton, Iger mensinyalkan film-film rating R takkan dirilis di bawah bendera Disney maupun Marvel Studios.
Tak berhenti sampai disitu, kepada para investor, Iger pun menegaskan komitmen Disney untuk tetap memproduksi film Deadpool berating R yang sudah terbukti sukses, dan terbuka untuk membuat film dari karakter Marvel lainnya yang menawarkan cerita dewasa. Sebagian pihak pun menilai pernyataan Iger juga berlaku pada franchise Alien dan Predator, yang notabene berating R. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa film-film rating R bekas produksi Fox akan tetap eksis di tangan Disney kedepannya.
CEO Disney akhirnya memastikan nasib franchise ‘Deadpool’ usai mengakuisisi Fox.
Di luar kepastian bahwa X-Men akan bergabung dengan Marvel Cinematic Universe, masih ada satu pertanyaan yang kerap timbul dari akuisisi Disney terhadap Fox. Pertanyaan ini tidak lain menyangkut nasib franchise Deadpool, pasca ia diambil alih studio yang dikenal dengan film-filmnya yang ramah keluarga.
Dengan rating R yang Deadpool yang sarat adegan nakal dan kekerasan brutal, tak sedikit yang pesimistis franchise ini akan dilanjutkan Disney, walaupun kita sudah mendengar akan ada Deadpool 3 plus spin-off-nya X-Force. Bagaimanapun, Disney rupanya tak ingin menyia-nyiakan pangsa pasar film superhero rating R yang menjanjikan begitu saja, seiring mereka mengkonfirmasi franchise Deadpool akan tetap berlanjut.
“Kami akan melanjutkan bisnis itu,”ujar Bob Iger selaku CEO Disney terkait masa depan film rating R seperti Deadpool, yang dulunya ditangani Fox. Mengenai alasan kenapa studio berani mengambil langkah beresiko ini, Iger tahu betul film-film rating R punya popularitas yang tak kalah dengan film-film PG-13, sehingga pihaknya mantap melanjutkan franchise Deadpool.
Lebih jauh lagi, Iger juga menjelaskan bagaimana Disney meng-handle perilisan film-film rating R. Untuk menjaga imejnya sebagai studio dengan film ramah keluarga, serta untuk mencegah timbulnya kebingungan di kalangan penonton, Iger mensinyalkan film-film rating R takkan dirilis di bawah bendera Disney maupun Marvel Studios.
Tak berhenti sampai disitu, kepada para investor, Iger pun menegaskan komitmen Disney untuk tetap memproduksi film Deadpool berating R yang sudah terbukti sukses, dan terbuka untuk membuat film dari karakter Marvel lainnya yang menawarkan cerita dewasa. Sebagian pihak pun menilai pernyataan Iger juga berlaku pada franchise Alien dan Predator, yang notabene berating R. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa film-film rating R bekas produksi Fox akan tetap eksis di tangan Disney kedepannya.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Duo sutradara Russo mengungkap tantangan yang mereka hadapi dalam menggarap ‘Infinity War’ dan ‘Endgame’, sekaligus durasi sementara film penutup Phase 3.
Memulai debut impresif mereka di Marvel Cinematic Universe lewat Captain America: The Winter Soldier, duo sutradara Anthony dan Joe Russo kini menjadi sineas andalan Marvel dalam menangani proyek film penting studio. Eksekusi solid mereka pun tak hanya membuat Russo kembali dipercaya menyutradarai Captain America: Civil War, tapi juga dua proyek raksasa Marvel, Avengers: Infinity War dan sekuelnya Avengers: Endgame. Dengan proses produksi kedua film yang berlangsung dalam sekali jalan, belum lama ini Russo mengungkap tantangan yang mereka hadapi dalam menggarap Infinity War dan Endgame.
Kepada Cinemablend, Russo menjelaskan tantangan ini adalah menemukan keseimbangan antara kedua film. Dengan posisi Infinity War dan Endgame sebagai klimaks Phase 3 serta kulminasi dari segala event MCU yang terjadi selama 10 tahun terakhir, Russo merasa kedua film tim superhero ini begitu kompleks lantaran ceritanya yang sedikit kebanyakan. Untuk menyiasati cerita yang penuh sesak ini, Russo pun akhirnya memisahkan Infinity War dan Endgame, agar mereka bisa fokus pada narasi masing-masing film. Adapun meski Infinity War dan Endgame saling berkaitan, Russo menekankan bahwa kedua film ini punya cerita yang sangat berbeda.
Lebih jauh lagi, Russo juga membicarakan durasi sementara dari Endgame saat berbincang dengan Collider. Menurut pengakuan mereka, Disney setuju Endgame mengusung durasi tiga jam, asalkan filmnya bisa tampil memuaskan. Russo juga menyebut, sejauh ini test screening Endgame menuai respon positif, dan karenanya, sang sutradara merasa optimistis dengan durasi tiga jam ini.
Bagaimanapun, Russo juga menggarisbawahi proses editing Endgame masih berjalan, sehingga durasi filmnya masih bisa berubah. Yang jelas, untuk saat ini Russo menilai Endgame layak berdurasi tiga jam, karena selain ceritanya yang kompleks, Endgame juga butuh ruang lebih untuk membangun momen emosional, sehingga nantinya ia bisa jadi penutup Phase 3 yang sempurna.
Melanjutkan pertarungan epik Iron Man cs melawan Thanos pasca Infinity War, rencananya Avengers: Endgame akan dirilis 26 April 2019.
Duo sutradara Russo mengungkap tantangan yang mereka hadapi dalam menggarap ‘Infinity War’ dan ‘Endgame’, sekaligus durasi sementara film penutup Phase 3.
Memulai debut impresif mereka di Marvel Cinematic Universe lewat Captain America: The Winter Soldier, duo sutradara Anthony dan Joe Russo kini menjadi sineas andalan Marvel dalam menangani proyek film penting studio. Eksekusi solid mereka pun tak hanya membuat Russo kembali dipercaya menyutradarai Captain America: Civil War, tapi juga dua proyek raksasa Marvel, Avengers: Infinity War dan sekuelnya Avengers: Endgame. Dengan proses produksi kedua film yang berlangsung dalam sekali jalan, belum lama ini Russo mengungkap tantangan yang mereka hadapi dalam menggarap Infinity War dan Endgame.
Kepada Cinemablend, Russo menjelaskan tantangan ini adalah menemukan keseimbangan antara kedua film. Dengan posisi Infinity War dan Endgame sebagai klimaks Phase 3 serta kulminasi dari segala event MCU yang terjadi selama 10 tahun terakhir, Russo merasa kedua film tim superhero ini begitu kompleks lantaran ceritanya yang sedikit kebanyakan. Untuk menyiasati cerita yang penuh sesak ini, Russo pun akhirnya memisahkan Infinity War dan Endgame, agar mereka bisa fokus pada narasi masing-masing film. Adapun meski Infinity War dan Endgame saling berkaitan, Russo menekankan bahwa kedua film ini punya cerita yang sangat berbeda.
Lebih jauh lagi, Russo juga membicarakan durasi sementara dari Endgame saat berbincang dengan Collider. Menurut pengakuan mereka, Disney setuju Endgame mengusung durasi tiga jam, asalkan filmnya bisa tampil memuaskan. Russo juga menyebut, sejauh ini test screening Endgame menuai respon positif, dan karenanya, sang sutradara merasa optimistis dengan durasi tiga jam ini.
Bagaimanapun, Russo juga menggarisbawahi proses editing Endgame masih berjalan, sehingga durasi filmnya masih bisa berubah. Yang jelas, untuk saat ini Russo menilai Endgame layak berdurasi tiga jam, karena selain ceritanya yang kompleks, Endgame juga butuh ruang lebih untuk membangun momen emosional, sehingga nantinya ia bisa jadi penutup Phase 3 yang sempurna.
Melanjutkan pertarungan epik Iron Man cs melawan Thanos pasca Infinity War, rencananya Avengers: Endgame akan dirilis 26 April 2019.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Setelah sekian lama mengalami tarik ulur dalam proses pengembangannya, nasib ‘World War Z 2’ akhirnya ditentukan.
Setelah sekian lama mengalami tarik ulur dalam proses pengembangannya, nasibWorld War Z 2akhirnya ditentukan. Terlepas dari bergabungnya sineas bertangan dingin David Fincher sebagai sutradara, Paramount kini telah membatalkan sekuel yang kembali dibintangi Brad Pitt. Adapun perbedaan pendapat antara Fincher dan studio dalam hal budget, disinyalir jadi penyebab kandasnya film invasi zombie.
Menurut laporan The Playlist, Fincher ingin menggarap World War Z 2 dengan budget lebih irit ketimbang film pertama, yang diketahui berbudget $190 juta. Namun usut punya usut, sumber Collider mengklaim budget yang diinginkan Fincher sebenarnya di atas $190 juta. Lantaran Fincher bersikukuh dengan budgetnya, Paramount pun akhirnya menangguhkan proses pra-produksi, dan kini Fincher tak lagi terlibat di proyek.
Studio disebut keberatan dengan budget Fincher bukan hanya karena film ini berating R, tapi juga karena belakangan ini studio kekurangan film yang sukses secara finansial. Tercatat di tahun 2018 lalu, hanya A Quiet Place dan Mission: Impossible – Fallout saja yang menjadi hits dari Paramount, dan sisanya seperti Annihilation dan Bumblebee terhitung medioker. Karena itulah studio akan lebih selektif dalam melampuhijaukan proyek film kedepannya.
World War Z 2 bukan film besar pertama yang batal disutradarai Fincher, seiring di masa lalu ia nyaris mendalangi Mission: Impossible 3 dan 20,000 Leagues Under the Sea. Sineas yang dikenal idealis ini mau bergabung di World War Z 2 setelah dilobi Pitt, yang sudah tiga kali berkolaborasi dengan Fincher di Se7en, Fight Club dan The Curious Case of Benjamin Button. Adapun Fincher merupakan sutradara kedua yang hengkang dari World War Z 2 menyusul J.A. Bayona.
FYI, World War Z mengisahkan mantan penyidik PBB, Gerry Lane, yang berkeliling dunia demi menemukan solusi untuk mengatasi wabah zombie. Disutradarai Marc Foster, film adaptasi novel Max Brooks ini banyak dipuji karena penggambaran ceritanya yang realistis dalam menghadirkan kisah wabah zombie. Dengan budget mencapai $190 juta, film ini berhasil meraup total pendapatan $540 juta.
Sementara itu, informasi lainnya juga menyebutkan, masih ada peluang World War Z 2 untuk dibuat, jika studio menemukan sutradara yang sejalan dengan visi mereka. Apalagi karena Pitt dikabarkan puas dengan skrip filmnya, tentu hal ini semakin meningkatkan potensi World War Z 2 untuk dilanjutkan.
Setelah sekian lama mengalami tarik ulur dalam proses pengembangannya, nasib ‘World War Z 2’ akhirnya ditentukan.
Setelah sekian lama mengalami tarik ulur dalam proses pengembangannya, nasibWorld War Z 2akhirnya ditentukan. Terlepas dari bergabungnya sineas bertangan dingin David Fincher sebagai sutradara, Paramount kini telah membatalkan sekuel yang kembali dibintangi Brad Pitt. Adapun perbedaan pendapat antara Fincher dan studio dalam hal budget, disinyalir jadi penyebab kandasnya film invasi zombie.
Menurut laporan The Playlist, Fincher ingin menggarap World War Z 2 dengan budget lebih irit ketimbang film pertama, yang diketahui berbudget $190 juta. Namun usut punya usut, sumber Collider mengklaim budget yang diinginkan Fincher sebenarnya di atas $190 juta. Lantaran Fincher bersikukuh dengan budgetnya, Paramount pun akhirnya menangguhkan proses pra-produksi, dan kini Fincher tak lagi terlibat di proyek.
Studio disebut keberatan dengan budget Fincher bukan hanya karena film ini berating R, tapi juga karena belakangan ini studio kekurangan film yang sukses secara finansial. Tercatat di tahun 2018 lalu, hanya A Quiet Place dan Mission: Impossible – Fallout saja yang menjadi hits dari Paramount, dan sisanya seperti Annihilation dan Bumblebee terhitung medioker. Karena itulah studio akan lebih selektif dalam melampuhijaukan proyek film kedepannya.
World War Z 2 bukan film besar pertama yang batal disutradarai Fincher, seiring di masa lalu ia nyaris mendalangi Mission: Impossible 3 dan 20,000 Leagues Under the Sea. Sineas yang dikenal idealis ini mau bergabung di World War Z 2 setelah dilobi Pitt, yang sudah tiga kali berkolaborasi dengan Fincher di Se7en, Fight Club dan The Curious Case of Benjamin Button. Adapun Fincher merupakan sutradara kedua yang hengkang dari World War Z 2 menyusul J.A. Bayona.
FYI, World War Z mengisahkan mantan penyidik PBB, Gerry Lane, yang berkeliling dunia demi menemukan solusi untuk mengatasi wabah zombie. Disutradarai Marc Foster, film adaptasi novel Max Brooks ini banyak dipuji karena penggambaran ceritanya yang realistis dalam menghadirkan kisah wabah zombie. Dengan budget mencapai $190 juta, film ini berhasil meraup total pendapatan $540 juta.
Sementara itu, informasi lainnya juga menyebutkan, masih ada peluang World War Z 2 untuk dibuat, jika studio menemukan sutradara yang sejalan dengan visi mereka. Apalagi karena Pitt dikabarkan puas dengan skrip filmnya, tentu hal ini semakin meningkatkan potensi World War Z 2 untuk dilanjutkan.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Box Office, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Di minggu Super Bowl, 'Glass' masih bertahan di posisi puncak. Sementara itu, 'Miss Bala' punya debut lemah. Berikut rekap box office minggu ini.
Di Amerika, minggu ini merupakan minggu penyelenggaraan Super Bowl. Acara tahunan yang mempertandingkan dua tim pemuncak NFL ini adalah sebuah even raksasa. Jadi wajar saja kalau kemudian penonton Amerika lebih memilih untuk berbondong-bondong menyaksikan acara tersebut dibanding menonton di bioskop.
Maka, box office Amerika minggu ini tentu saja masih diisi oleh pemuncak dari minggu lalu. Sebetulnya ada satu film baru sih, tapi performanya relatif lemah sehingga tak meninggalkan kesan yang signifikan di box office.
Glass berhasil bertahan di posisi puncak selama tiga minggu berturut-turut. Minggu ini, ia mendapat $9,4 juta dengan total $88,7 juta. Ada tambahan $12,2 juta dari 54 negara yang menggenapkan total pendapatan globalnya menjadi $200 juta.
Di posisi kedua, The Upside masih melanjutkan performanya yang cukup solid, dimana penurunannya minggu ini hanya $27,3% saja. Dengan pendapatan $8,7 juta, total pendapatannya sejauh ini sudah $75,4 juta.
Film baru yang tadi saya maksud adalah Miss Bala, film aksi-thriller yang dibintangi oleh Gina Rodriguez. Debutnya yang $6,9 juta cuma bisa menempatkannya di posisi ketiga. Film ini juga mendapat respon yang sama jeleknya dari penonton dan kritikus.
Aquaman, yang sudah tayang selama 7 minggu, rupanya masih nyaman berada di lima besar. Tepatnya di posisi empat dengan $4,9 juta. Total pendapatannya di Amerika saja adalah $323,6 juta. Sedangkan dari seluruh dunia sudah mencapai $1,11 miliar.
Namun yang lebih mengagumkan adalah Spider-Man: Into the Spider-Verse. Ia masih bertahan di lima besar meski sudah dua bulan tayang. Penurunan performanya minggu ini pun cuma 25,6% dengan pendapatan $4,5 juta. Di Amerika ia sudah meraup $175,4 juta, sementara secara global mencapai $347,4 juta.
Di minggu Super Bowl, 'Glass' masih bertahan di posisi puncak. Sementara itu, 'Miss Bala' punya debut lemah. Berikut rekap box office minggu ini.
Di Amerika, minggu ini merupakan minggu penyelenggaraan Super Bowl. Acara tahunan yang mempertandingkan dua tim pemuncak NFL ini adalah sebuah even raksasa. Jadi wajar saja kalau kemudian penonton Amerika lebih memilih untuk berbondong-bondong menyaksikan acara tersebut dibanding menonton di bioskop.
Maka, box office Amerika minggu ini tentu saja masih diisi oleh pemuncak dari minggu lalu. Sebetulnya ada satu film baru sih, tapi performanya relatif lemah sehingga tak meninggalkan kesan yang signifikan di box office.
Glass berhasil bertahan di posisi puncak selama tiga minggu berturut-turut. Minggu ini, ia mendapat $9,4 juta dengan total $88,7 juta. Ada tambahan $12,2 juta dari 54 negara yang menggenapkan total pendapatan globalnya menjadi $200 juta.
Di posisi kedua, The Upside masih melanjutkan performanya yang cukup solid, dimana penurunannya minggu ini hanya $27,3% saja. Dengan pendapatan $8,7 juta, total pendapatannya sejauh ini sudah $75,4 juta.
Film baru yang tadi saya maksud adalah Miss Bala, film aksi-thriller yang dibintangi oleh Gina Rodriguez. Debutnya yang $6,9 juta cuma bisa menempatkannya di posisi ketiga. Film ini juga mendapat respon yang sama jeleknya dari penonton dan kritikus.
Aquaman, yang sudah tayang selama 7 minggu, rupanya masih nyaman berada di lima besar. Tepatnya di posisi empat dengan $4,9 juta. Total pendapatannya di Amerika saja adalah $323,6 juta. Sedangkan dari seluruh dunia sudah mencapai $1,11 miliar.
Namun yang lebih mengagumkan adalah Spider-Man: Into the Spider-Verse. Ia masih bertahan di lima besar meski sudah dua bulan tayang. Penurunan performanya minggu ini pun cuma 25,6% dengan pendapatan $4,5 juta. Di Amerika ia sudah meraup $175,4 juta, sementara secara global mencapai $347,4 juta.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Produser veteran franchise ‘X-Men’ ungkap waktu potensial dari recasting Wolverine.
Seiring Disney segera mengakuisisi Fox yang notabene jadi pemilik franchise film X-Men, maka tinggal menunggu waktu sebelum studio raksasa ini mencari aktor baru Wolverine yang siap menggantikan Hugh Jackman. Kini sejak Jackman memainkan peran ikoniknya untuk terakhir kali di Logan (2017), muncul pernyataan dari produser veteran franchise X-Men, Lauren Donner, soal waktu potensial dari recasting Wolverine.
Sebagaimana yang dilansir SlashFilm, Donner mengatakan Kevin Feige – arsitek Marvel CinematicUniverse – akan mencari aktor baru Wolverine saat proses akuisisi Disney terhadap Fox rampung beberapa bulan lagi. Selain itu, Donner juga mengungkapkan untuk saat ini Feige masih berupaya memahami banyak karakter X-Men, dan mencari cara terbaik untuk memasukkan para mutant ini ke dalam MCU.
Lebih dari itu, Donner juga yakin Feige akan menangani franchise X-Men dengan benar. Alasannya, Donner menilai Feige tak hanya piawai menciptakan cerita yang apik, tetapi juga lihai menghubungkan film yang satu dengan yang lain. Donner juga mengkonfirmasi, Disney dan Feige akan ambil keputusan untuk menentukan bagaimana konsep X-Men kedepannya, tepatnya saat para mutant ini sudah resmi satu universe dengan The Avengers.
Adapun Donner juga menyinggung soal peluang comeback Jackman sebagai Wolverine. Menurutnya, dengan umur Jackman yang tak bisa lagi dibilang muda, sang aktor akan semakin kesulitan untuk mengubah bentuk tubuhnya menjadi kekar seperti dulu. Kendati demikian, lanjut Donner, hal itu bukan berarti Jackman tak bisa kembali sebagai Wolverine tua. Pasalnya, Donner tak ingin menutup kemungkinan munculnya Wolverine dari masa depan di MCU nanti.
Selain X-Men, properti superhero Fox yang siap diambil alih Disney juga mencakup Deadpool dan Fantastic Four. Kabarnya proses akuisisi ini diperkirakan akan kelar pada Juni 2019. Dengan demikian, Dark Phoenix (Juni 2019) dan The New Mutants (Agustus 2019) akan jadi film X-Men terakhir dari Fox.
Produser veteran franchise ‘X-Men’ ungkap waktu potensial dari recasting Wolverine.
Seiring Disney segera mengakuisisi Fox yang notabene jadi pemilik franchise film X-Men, maka tinggal menunggu waktu sebelum studio raksasa ini mencari aktor baru Wolverine yang siap menggantikan Hugh Jackman. Kini sejak Jackman memainkan peran ikoniknya untuk terakhir kali di Logan (2017), muncul pernyataan dari produser veteran franchise X-Men, Lauren Donner, soal waktu potensial dari recasting Wolverine.
Sebagaimana yang dilansir SlashFilm, Donner mengatakan Kevin Feige – arsitek Marvel CinematicUniverse – akan mencari aktor baru Wolverine saat proses akuisisi Disney terhadap Fox rampung beberapa bulan lagi. Selain itu, Donner juga mengungkapkan untuk saat ini Feige masih berupaya memahami banyak karakter X-Men, dan mencari cara terbaik untuk memasukkan para mutant ini ke dalam MCU.
Lebih dari itu, Donner juga yakin Feige akan menangani franchise X-Men dengan benar. Alasannya, Donner menilai Feige tak hanya piawai menciptakan cerita yang apik, tetapi juga lihai menghubungkan film yang satu dengan yang lain. Donner juga mengkonfirmasi, Disney dan Feige akan ambil keputusan untuk menentukan bagaimana konsep X-Men kedepannya, tepatnya saat para mutant ini sudah resmi satu universe dengan The Avengers.
Adapun Donner juga menyinggung soal peluang comeback Jackman sebagai Wolverine. Menurutnya, dengan umur Jackman yang tak bisa lagi dibilang muda, sang aktor akan semakin kesulitan untuk mengubah bentuk tubuhnya menjadi kekar seperti dulu. Kendati demikian, lanjut Donner, hal itu bukan berarti Jackman tak bisa kembali sebagai Wolverine tua. Pasalnya, Donner tak ingin menutup kemungkinan munculnya Wolverine dari masa depan di MCU nanti.
Selain X-Men, properti superhero Fox yang siap diambil alih Disney juga mencakup Deadpool dan Fantastic Four. Kabarnya proses akuisisi ini diperkirakan akan kelar pada Juni 2019. Dengan demikian, Dark Phoenix (Juni 2019) dan The New Mutants (Agustus 2019) akan jadi film X-Men terakhir dari Fox.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Adventure,
Artikel Aksi,
Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Semua adaptasi manga gagal diadaptasi oleh Hollywood. 'Alita: Battle Angel' belum berhasil sih, tapi posisinya nyaris.
“This is just your body. It's not bad or good. That part's up to you.” — Dr. Dyson Ido
Rating UP: Alita: Battle Angel diadaptasi dari manga. Anda barangkali bisa menebak ini saat menonton filmnya. Menyaksikannya serasa membaca komik serial yang penuh dengan banyak cerita dan episode kecil. Semuanya dijejalkan ke dalam satu film berdurasi 2 jam, dan tentu saja hasilnya bakal penuh sesak dan tak karuan. Namun, kualifikasi tadi juga saya maksudkan sebagai pujian; Alita punya karakter, semesta, dan sekuens aksi menarik yang agaknya jarang sekali kita dapatkan di media selain manga. Atau anime.
Film ini merupakan adaptasi Hollywood dari manga karya Yukito Kishiro yang dirilis pada tahun 90an. Selama hampir dua dekade, James Cameron berusaha mengembangkannya, tapi sayangnya terhenti saat ia memilih fokus pada Avatar yang kemudian menjadi film terlaris sepanjang masa. Sekarang ia hanya hanya bertindak sebagai (salah satu) penulis skrip dan produser, dengan Robert Rodriguez sebagai sutradara. Anda mungkin akan terkejut melihat bagaimana Rodriguez, sutradara yang memberikan kita Desperado, Spy Kids, dan Machete, dengan entengnya bisa masuk ke ranah blockbuster berskala masif.
Semestanya adalah kota bernama Iron City di tahun 2563. Iron City merupakan kota kumuh yang selamat pasca bencana besar yang disebut Kejatuhan. Populasinya padat dan konon katanya semua orang dari pelosok bumi berkumpul disini untuk mencari pekerjaan. Pekerjaannya adalah apapun, entah itu memasok energi, berkebun atau jadi tentara bayaran, pokoknya yang berkontribusi dalam menunjang operasional Zalem, kota misterius yang melayang di atas Iron City. Dengan kata lain; Iron City adalah budak Zalem.
Di pembuangan sampah Zalem di Iron City, karakter utama kita ditemukan oleh Dr Dyson Ido (Christoph Waltz), seorang dokter mekanik yang bespesialisasi membuat dan memperbaiki organ robotik atau cyborg. Ido memasangkan tubuh ke kepala karakter utama kita yang ternyata masih aktif, lalu memberinya nama Alita. Alita tak ingat apa pun, tapi entah bagaimana muscle memory-nya menyimpan kemampuan bertarung yang dahsyat.
Alita bukanlah cyborg dengan penampilan semanusiawi, katakanlah, Scarlett Johansson-nya Ghost in the Shell. Berkat kecanggihan teknologi sinema saat ini, Alita dihadirkan sebagai kreasi CGI fotorealistik, mungkin ditambah dengan bantuan motion-capture, yang punya tubuh ceking dan mata superbelo. Barangkali sekalian mau kasih penghormatan ke manga-nya. Terlihat ganjil iya, tapi beberapa menit kemudian saya sudah terbiasa. Penghantaran dialog yang ekspresif dari pemerannya, Rosa Salazar, menghidupkan Alita untuk lebih jadi sekadar karakter yang sebetulnya datar.
Bahkan, Rodriguez dan Cameron tak tanggung-tanggung dalam menghadirkan keanehan desain karakter lain. Cyborg disini benar-benar cyborg. Dengan anggota tubuh, bentuk dan proporsi badan yang tak masuk akal, mereka sama sekali sudah tak terlihat seperti manusia. Sungguh sangat seru melihat wajah manusia yang bicara di atas tubuh hibrida antara traktor dengan gergaji mesin. Kota futuristik mereka juga dihadirkan dengan detail yang luar biasa.
Sebagaimana biasa, Rodriguez selalu tahu bagaimana cara mendapatkan pemain pendukung mentereng yang overqualified. Ada Jennifer Connelly sebagai Chiren, mantan istri Ido yang menjalin hubungan dengan seorang promotor yang mencurigakan, Vector (Mahershala Ali). Ed Skrein mendapat bagian sebagai cyborg sengak yang berprofesi sebagai seorang Kesatria-Pemburu. Apapun itu, bodoamat. Eiza Gonzalez sebagai cyborg seksi yang mematikan. Dan Jackie Earl Haley meminjamkan suara dan wajahnya untuk menjadi cyborg gempal yang haus darah.
Saya tak begitu ingat apa pengaruh signifikan mereka bagi Alita. Sebab pertama, karena mereka emang gak ngaruh-ngaruh banget, dan yang kedua, karena ada banyak hal lain yang harus kita perhatikan dalam sekali tonton. Anda tahu, Alita tak cuma ingin mencari tahu soal masa lalunya. Ia juga disibukkan dengan keberadaan cowok tampan bernama Hugo (Keean Johnson) yang punya latar belakang misterius. Lalu Alita sempat mendaftarkan diri untuk menjadi Kesatria-Pemburu. Dan masih sempat-sempatnya pula ia menjadi kontestan dalam olahraga mematikan bernama Motorball, semacam hasil dari rollerblade + rugby + Nascar + Transformers. Anda akan paham saat menyaksikannya sendiri.
Ada banyak hal yang berjalan dalam Alita: Battle Angel, dan pembuatnya seperti tak bisa menemukan fokus. Rodriguez dan Cameron bisa saja membuat tiga film yang berbeda dari film ini. Barangkali dengan sedikit modifikasi atau bahkan skrip yang lebih baik, ceritanya bakal lebih enak diikuti. Saat durasi film sudah memasuki satu setengah jam, saya sempat mengecek jam lalu kepikiran bahwa kayaknya filmnya masih panjang. Ada banyak jalinan plot yang belum disimpulkan dan agaknya tak mungkin berakhir dalam setengah jam. Eehh, rupanya saya keliru... tapi juga tak salah.
Yang lebih saya nikmati adalah bagaimana Rodriguez menghandel adegan aksinya. Ada film yang terselamatkan berkat efek spesial, dan Alita adalah salah satunya. Tim efek spesial dari Weta Digital-nya Peter Jackson menghadirkan CGI yang terang, jelas, dan meyakinkan. Dan Rodriguez menyajikan sekuens aksinya, yang kerap kali sangat kompleks, dengan koheren dan elegan. Dalam film Desperado dkk, Rodriguez sering memakai angle dan gerakan kamera yang eksesif, tapi ia seperti menahan diri disini. Kok sampai saat ini kita tak melihat lebih banyak Rodriguez yah di lanskap blockbuster modern? Struktur ceritanya agak kacau, tapi siapa peduli selagi keren dilihat; rasa-rasanya begini juga sih kebanyakan film superhero sekarang.
Sejauh ini, semua adaptasi manga gagal diadaptasi oleh Hollywood. Alita: Battle Angel belum berhasil sih, tapi posisinya nyaris. Rodriguez merupakan salah satu sutradara yang sangat cepat merangkul kemajuan teknologi film digital saat sineas lain masih gagap memakainya, dan dia sepertinya sangat nyaman sekali menangani film dengan konsep dan skala yang seepik ini. Beberapa aspek tidak bekerja dalam Alita, tapi aspek-aspek yang bekerja membuat saya merasa bahwa Rodriguez bukanlah pilihan yang keliru. ■UP
James Cameron, Laeta Kalogridis (screenplay), Yukito Kishiro (manga)
James Cameron, Jon Landau
Bill Pope
Tom Holkenborg
Semua adaptasi manga gagal diadaptasi oleh Hollywood. 'Alita: Battle Angel' belum berhasil sih, tapi posisinya nyaris.
“This is just your body. It's not bad or good. That part's up to you.” — Dr. Dyson Ido
Rating UP: Alita: Battle Angel diadaptasi dari manga. Anda barangkali bisa menebak ini saat menonton filmnya. Menyaksikannya serasa membaca komik serial yang penuh dengan banyak cerita dan episode kecil. Semuanya dijejalkan ke dalam satu film berdurasi 2 jam, dan tentu saja hasilnya bakal penuh sesak dan tak karuan. Namun, kualifikasi tadi juga saya maksudkan sebagai pujian; Alita punya karakter, semesta, dan sekuens aksi menarik yang agaknya jarang sekali kita dapatkan di media selain manga. Atau anime.
Film ini merupakan adaptasi Hollywood dari manga karya Yukito Kishiro yang dirilis pada tahun 90an. Selama hampir dua dekade, James Cameron berusaha mengembangkannya, tapi sayangnya terhenti saat ia memilih fokus pada Avatar yang kemudian menjadi film terlaris sepanjang masa. Sekarang ia hanya hanya bertindak sebagai (salah satu) penulis skrip dan produser, dengan Robert Rodriguez sebagai sutradara. Anda mungkin akan terkejut melihat bagaimana Rodriguez, sutradara yang memberikan kita Desperado, Spy Kids, dan Machete, dengan entengnya bisa masuk ke ranah blockbuster berskala masif.
Semestanya adalah kota bernama Iron City di tahun 2563. Iron City merupakan kota kumuh yang selamat pasca bencana besar yang disebut Kejatuhan. Populasinya padat dan konon katanya semua orang dari pelosok bumi berkumpul disini untuk mencari pekerjaan. Pekerjaannya adalah apapun, entah itu memasok energi, berkebun atau jadi tentara bayaran, pokoknya yang berkontribusi dalam menunjang operasional Zalem, kota misterius yang melayang di atas Iron City. Dengan kata lain; Iron City adalah budak Zalem.
Di pembuangan sampah Zalem di Iron City, karakter utama kita ditemukan oleh Dr Dyson Ido (Christoph Waltz), seorang dokter mekanik yang bespesialisasi membuat dan memperbaiki organ robotik atau cyborg. Ido memasangkan tubuh ke kepala karakter utama kita yang ternyata masih aktif, lalu memberinya nama Alita. Alita tak ingat apa pun, tapi entah bagaimana muscle memory-nya menyimpan kemampuan bertarung yang dahsyat.
Alita bukanlah cyborg dengan penampilan semanusiawi, katakanlah, Scarlett Johansson-nya Ghost in the Shell. Berkat kecanggihan teknologi sinema saat ini, Alita dihadirkan sebagai kreasi CGI fotorealistik, mungkin ditambah dengan bantuan motion-capture, yang punya tubuh ceking dan mata superbelo. Barangkali sekalian mau kasih penghormatan ke manga-nya. Terlihat ganjil iya, tapi beberapa menit kemudian saya sudah terbiasa. Penghantaran dialog yang ekspresif dari pemerannya, Rosa Salazar, menghidupkan Alita untuk lebih jadi sekadar karakter yang sebetulnya datar.
Bahkan, Rodriguez dan Cameron tak tanggung-tanggung dalam menghadirkan keanehan desain karakter lain. Cyborg disini benar-benar cyborg. Dengan anggota tubuh, bentuk dan proporsi badan yang tak masuk akal, mereka sama sekali sudah tak terlihat seperti manusia. Sungguh sangat seru melihat wajah manusia yang bicara di atas tubuh hibrida antara traktor dengan gergaji mesin. Kota futuristik mereka juga dihadirkan dengan detail yang luar biasa.
Sebagaimana biasa, Rodriguez selalu tahu bagaimana cara mendapatkan pemain pendukung mentereng yang overqualified. Ada Jennifer Connelly sebagai Chiren, mantan istri Ido yang menjalin hubungan dengan seorang promotor yang mencurigakan, Vector (Mahershala Ali). Ed Skrein mendapat bagian sebagai cyborg sengak yang berprofesi sebagai seorang Kesatria-Pemburu. Apapun itu, bodoamat. Eiza Gonzalez sebagai cyborg seksi yang mematikan. Dan Jackie Earl Haley meminjamkan suara dan wajahnya untuk menjadi cyborg gempal yang haus darah.
Saya tak begitu ingat apa pengaruh signifikan mereka bagi Alita. Sebab pertama, karena mereka emang gak ngaruh-ngaruh banget, dan yang kedua, karena ada banyak hal lain yang harus kita perhatikan dalam sekali tonton. Anda tahu, Alita tak cuma ingin mencari tahu soal masa lalunya. Ia juga disibukkan dengan keberadaan cowok tampan bernama Hugo (Keean Johnson) yang punya latar belakang misterius. Lalu Alita sempat mendaftarkan diri untuk menjadi Kesatria-Pemburu. Dan masih sempat-sempatnya pula ia menjadi kontestan dalam olahraga mematikan bernama Motorball, semacam hasil dari rollerblade + rugby + Nascar + Transformers. Anda akan paham saat menyaksikannya sendiri.
Ada banyak hal yang berjalan dalam Alita: Battle Angel, dan pembuatnya seperti tak bisa menemukan fokus. Rodriguez dan Cameron bisa saja membuat tiga film yang berbeda dari film ini. Barangkali dengan sedikit modifikasi atau bahkan skrip yang lebih baik, ceritanya bakal lebih enak diikuti. Saat durasi film sudah memasuki satu setengah jam, saya sempat mengecek jam lalu kepikiran bahwa kayaknya filmnya masih panjang. Ada banyak jalinan plot yang belum disimpulkan dan agaknya tak mungkin berakhir dalam setengah jam. Eehh, rupanya saya keliru... tapi juga tak salah.
Yang lebih saya nikmati adalah bagaimana Rodriguez menghandel adegan aksinya. Ada film yang terselamatkan berkat efek spesial, dan Alita adalah salah satunya. Tim efek spesial dari Weta Digital-nya Peter Jackson menghadirkan CGI yang terang, jelas, dan meyakinkan. Dan Rodriguez menyajikan sekuens aksinya, yang kerap kali sangat kompleks, dengan koheren dan elegan. Dalam film Desperado dkk, Rodriguez sering memakai angle dan gerakan kamera yang eksesif, tapi ia seperti menahan diri disini. Kok sampai saat ini kita tak melihat lebih banyak Rodriguez yah di lanskap blockbuster modern? Struktur ceritanya agak kacau, tapi siapa peduli selagi keren dilihat; rasa-rasanya begini juga sih kebanyakan film superhero sekarang.
Sejauh ini, semua adaptasi manga gagal diadaptasi oleh Hollywood. Alita: Battle Angel belum berhasil sih, tapi posisinya nyaris. Rodriguez merupakan salah satu sutradara yang sangat cepat merangkul kemajuan teknologi film digital saat sineas lain masih gagap memakainya, dan dia sepertinya sangat nyaman sekali menangani film dengan konsep dan skala yang seepik ini. Beberapa aspek tidak bekerja dalam Alita, tapi aspek-aspek yang bekerja membuat saya merasa bahwa Rodriguez bukanlah pilihan yang keliru. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Aktor 'Zootopia' mengakui ada dua sekuel ‘Zootopia’ yang tengah dikembangkan Disney.
Sejak dirilis 2016 dan menjadi film animasi garapan Disney terlaris setelah Frozen, Zootopia banyak diprediksi akan segera dibuatkan sekuel. Namun kenyataannya sejauh ini belum ada indikasi yang mengarah pada pengembangan Zootopia 2, hingga akhirnya eksistensi sekuel ini baru terungkap lewat wawancara yang dilakukan Blog Mickey.
Blog tersebut belum lama ini berbincang dengan Tommy Lister, yang mengisi suara Finnick (partner imut Nick Wilde) di Zootopia. Tanpa basa-basi, Lister memastikan bahwa ia sedang terlibat di film terbaru Zootopia. Bagian menariknya, Lister mengakui ada dua sekuel Zootopia yang tengah dikembangkan studio, yang praktis menjadikannya trilogi seperti sesama film fable Madagascar.
Lister juga mengklaim sekuel Zootopia adalah film termahal yang diproduksi Disney, dimana seri kedua ini akan menelan budget mencapai $300 juta, dan belum termasuk biaya promosi. Namun Lister menilai kondisi finansial Disney akan baik-baik saja, karena sejauh yang ia ketahui, film pertama Zootopia sukses meraup total pendapatan $2.6 miliar dari hasil penjualan merchandise dan box office.
Zootopia sendiri menyoroti petualangan polisi kelinci Judy Hopps dan rubah penipu Nick Wilde, dimana mereka bekerja sama untuk membongkar konspirasi di balik hilangnya para penduduk berlatar belakang predator di kota mamalia. Selain menghibur dan menawarkan visual yang imajinatif, film ini juga dibanjiri pujian karena pesan sosialnya yang sangat mengena. Karena itulah Zootopia diganjar penghargaan film animasi terbaik di sejumlah ajang bergengsi, mulai dari GoldenGlobe, Annie hingga Oscar.
Sementara dua sekuel Zootopia belum mendapatkan tanggal rilis, Disney berikutnya akan meluncurkan Frozen 2 pada 22 November 2019.
Aktor 'Zootopia' mengakui ada dua sekuel ‘Zootopia’ yang tengah dikembangkan Disney.
Sejak dirilis 2016 dan menjadi film animasi garapan Disney terlaris setelah Frozen, Zootopia banyak diprediksi akan segera dibuatkan sekuel. Namun kenyataannya sejauh ini belum ada indikasi yang mengarah pada pengembangan Zootopia 2, hingga akhirnya eksistensi sekuel ini baru terungkap lewat wawancara yang dilakukan Blog Mickey.
Blog tersebut belum lama ini berbincang dengan Tommy Lister, yang mengisi suara Finnick (partner imut Nick Wilde) di Zootopia. Tanpa basa-basi, Lister memastikan bahwa ia sedang terlibat di film terbaru Zootopia. Bagian menariknya, Lister mengakui ada dua sekuel Zootopia yang tengah dikembangkan studio, yang praktis menjadikannya trilogi seperti sesama film fable Madagascar.
Lister juga mengklaim sekuel Zootopia adalah film termahal yang diproduksi Disney, dimana seri kedua ini akan menelan budget mencapai $300 juta, dan belum termasuk biaya promosi. Namun Lister menilai kondisi finansial Disney akan baik-baik saja, karena sejauh yang ia ketahui, film pertama Zootopia sukses meraup total pendapatan $2.6 miliar dari hasil penjualan merchandise dan box office.
Zootopia sendiri menyoroti petualangan polisi kelinci Judy Hopps dan rubah penipu Nick Wilde, dimana mereka bekerja sama untuk membongkar konspirasi di balik hilangnya para penduduk berlatar belakang predator di kota mamalia. Selain menghibur dan menawarkan visual yang imajinatif, film ini juga dibanjiri pujian karena pesan sosialnya yang sangat mengena. Karena itulah Zootopia diganjar penghargaan film animasi terbaik di sejumlah ajang bergengsi, mulai dari GoldenGlobe, Annie hingga Oscar.
Sementara dua sekuel Zootopia belum mendapatkan tanggal rilis, Disney berikutnya akan meluncurkan Frozen 2 pada 22 November 2019.