Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Friday, May 1, 2015

Review Film: 'Testament of Youth' (2015)

Sejarah - Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Sejarah, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Biografi, Artikel Drama, Artikel Perang, Artikel Review, Artikel Sejarah, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Testament of Youth' (2015)
link : Review Film: 'Testament of Youth' (2015)

Baca juga


Sejarah

Diangkat dari memoar Vera Brittain yang berlatar perang Dunia I, film biopik yang merupakan debut dari James Kent ini tak hanya indah secara visual, namun juga intim secara emosional.

“They'll want me to forget. But i can't. I won't. This is my promise to you now.”
— Vera Brittain
Diangkat dari memoar berjudul sama dari Vera Brittain yang dirilis pada 1933, Testament of Youth adalah sebuah kisah cinta berlatang Perang Dunia I. Terdengar familiar, karena memang sudah banyak film yang mengambil tema serupa. Namun ditangani dengan matang oleh para kru dan diperankan dengan indah oleh para pemainnya membuat Testament of Youth menjadi biopik Vera Brittain yang intim sekaligus refleksi perang yang riil.

Siapa Vera Brittain? Mungkin banyak dari anda yang tak tahu, seperti halnya saya sebelum menonton film ini. Vera Brittain adalah seorang penulis wanita yang juga aktivis perang terkemuka di abad 20 di Inggris. Memoarnya yang terkenal pernah diangkat oleh BBC menjadi mini-series pada 1979, dan sekarang BBC kembali mengadaptasinya — namun ke layar lebar — dengan tokoh Vera yang dibintangi oleh bintang muda Alicia Vikander.

Vera (Vikander) adalah seorang gadis muda yang brilian tapi sedikit pemberontak. Mirip dengan Kartini kita, Vera yakin bahwa wanita punya hak yang sama dengan pria, berbeda dengan prinsip kedua orangtuanya yang kolot, Mr. dan Mrs. Brittain (diperankan oleh bintang veteran Dominic West dan Emily Watson) yang menganggap bahwa seorang wanita harusnya duduk di rumah dan mempersiapkan diri menjadi istri yang baik. Bagaimanapun, Vera akan dijodohkan dengan seorang tentara muda Roland Leighton (Kit Harrington). Vera menolak dan lebih memilih untuk kuliah.

Meskipun awalnya niat Vera untuk kuliah di Oxford ditentang oleh kedua orangtuanya tersebut, namun berkat persuasi dari adiknya, Edward (Taron Egerton), Vera akhirnya diperbolehkan untuk mendaftar. Sementara menunggu hasil tes masuk, hubungan Vera dengan Roland semakin dekat, karena Roland pun sebenarnya 3 sekawan dengan Edward dan Victor Richardson (Colin Morgan).


Paruh pertama, penonton akan disuguhkan dengan kisah cinta nan romantis antara Vera dengan Roland. Di jaman itu, hubungan asmara tak dilarang memang, namun tak boleh diekspos berlebihan sebelum resmi menikah. Mereka berdua harus kucing-kucingan dari Tante Belle (Joanna Scanlan) yang selalu mengawasi. Tak ada kontak fisik vulgar, tak ada kata-kata gombal murahan. Meski bergitu, manisnya hubungan mereka bisa dirasakan dari interaksi keduanya yang malu-malu kucing.

Saat Perang Dunia I pecah, Edward mendaftar untuk berperang di garda depan, diikuti oleh Roland. Bermaksud untuk menyusul keduanya, Vera meninggalkan kuliah dan orangtuanya untuk bergabung sebagai perawat yang menangani korban (baik pihak Inggris maupun Jerman) langsung ke medan perang.

Nah di paruh kedua inilah, setting kemudian berubah. Namun transisi dari drama cinta ke cerita perang ditangani dengan baik oleh sutradara James Kent, sehingga tak terasa janggal. Kent membangun karakter di awal dan membuat kita terikat dengan setiap karakter tersebut, sebelum akhirnya terjadi tragedi yang mau tak mau membuat kita simpatik.

Juliette Towhidi membuat naskah yang lebih superior dibandingkan dengan naskah rom-com Love, Rosie yang juga ditulisnya. Meski tetap berfokus pada Vera, namun semua karakter mendapat porsi yang proporsional, dimana tak ada karakterisasi yang underwritten. Meskipun ada beberapa adegan klise, seperti perpisahan Vera dengan Roland di kereta api, namun tetap terasa emosional dan dramatis.

Sebagai biopik Vera Brittain, tanggung jawab paling besar tentu jatuh pada Alicia Vikander. Bintang muda yang pernah bermain dalam Anna Karenina ini memberikan penampilan yang luar biasa, membawakan karakter Vera sebagai wanita yang cerdas, polos, tangguh, namun juga punya sisi sensitif. Vikander membuat kita peduli dengan Vera dari senyumannya, tangisnya, hingga kemauan kerasnya. Kita tak hanya tahu Vera dari kisah hidupnya melainkan juga dari sisi emosionalnya.

Walaupun diisi dengan nama-nama muda yang cenderung baru di blantika perfilman — anda mungkin ingat Egerton dari perannya sebagai Eggsy dalam Kingsman dan Harrington sebagai Jon Snow dalam serial Game of Thrones — penampilan mereka tak sekedar "numpang lewat". Sedikit banyak berkat naskah Towhidi, semua tokoh pendukung berkesan dari peran minornya masing-masing.

Dengan mengambil sudut pandang Vera, Testament of Youth menggambarkan tragisnya perang secara tidak langsung, melainkan dari perspektif orang-orang yang ditinggalkan, dan dari korespondensi yang dilakukan Vera. Adegan perang tak diperlihatkan di layar, namun dari parahnya kondisi korban yang dirawat oleh Vera, bisa diketahui betapa mengerikannya perang yang terjadi.

Hanya berbujet kecil — dikabarkan sekitar $10 juta — tampilan film ini sungguh mengagumkan. Desainer produksi Jon Henson menghadirkan setting abad 20 yang meyakinkan, mulai dari setting bangunan, kendaraan yang dipakai, hingga pakaian. Hampir sepanjang film saya terpesona dengan pemandangan indah dari sinematografer Rob Hardy yang tampaknya bekerja keras mengambil gambar dengan lokasi, timing, dan angle yang pas. Scoring dari Max Richter mungkin tak sekaliber Johann Johannson dalam The Theory of Everything, namun setidaknya sesuai dengan atmosfer film.

Sebagai debut layar lebar dari sutradara James Kent yang biasa menangani TV, ini adalah film yang cantik. Dari apa yang saya tonton, saya bisa merasakan kerja keras kru di balik layar dan para aktornya untuk menghasilkan film yang menyajikan drama sekaligus keotentikan sejarah. Tak hanya indah secara visual, namun juga intim secara emosional. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem

'Testament of Youth' |
|

IMDb | Rottentomatoes
129 menit | Remaja

Sutradara James Kent
Penulis Juliette Towhidi(screenplay), Vera Brittain (buku)
Pemain Alicia Vikander, Taron Egerton, Kit Harrington

Diangkat dari memoar Vera Brittain yang berlatar perang Dunia I, film biopik yang merupakan debut dari James Kent ini tak hanya indah secara visual, namun juga intim secara emosional.

“They'll want me to forget. But i can't. I won't. This is my promise to you now.”
— Vera Brittain
Diangkat dari memoar berjudul sama dari Vera Brittain yang dirilis pada 1933, Testament of Youth adalah sebuah kisah cinta berlatang Perang Dunia I. Terdengar familiar, karena memang sudah banyak film yang mengambil tema serupa. Namun ditangani dengan matang oleh para kru dan diperankan dengan indah oleh para pemainnya membuat Testament of Youth menjadi biopik Vera Brittain yang intim sekaligus refleksi perang yang riil.

Siapa Vera Brittain? Mungkin banyak dari anda yang tak tahu, seperti halnya saya sebelum menonton film ini. Vera Brittain adalah seorang penulis wanita yang juga aktivis perang terkemuka di abad 20 di Inggris. Memoarnya yang terkenal pernah diangkat oleh BBC menjadi mini-series pada 1979, dan sekarang BBC kembali mengadaptasinya — namun ke layar lebar — dengan tokoh Vera yang dibintangi oleh bintang muda Alicia Vikander.

Vera (Vikander) adalah seorang gadis muda yang brilian tapi sedikit pemberontak. Mirip dengan Kartini kita, Vera yakin bahwa wanita punya hak yang sama dengan pria, berbeda dengan prinsip kedua orangtuanya yang kolot, Mr. dan Mrs. Brittain (diperankan oleh bintang veteran Dominic West dan Emily Watson) yang menganggap bahwa seorang wanita harusnya duduk di rumah dan mempersiapkan diri menjadi istri yang baik. Bagaimanapun, Vera akan dijodohkan dengan seorang tentara muda Roland Leighton (Kit Harrington). Vera menolak dan lebih memilih untuk kuliah.

Meskipun awalnya niat Vera untuk kuliah di Oxford ditentang oleh kedua orangtuanya tersebut, namun berkat persuasi dari adiknya, Edward (Taron Egerton), Vera akhirnya diperbolehkan untuk mendaftar. Sementara menunggu hasil tes masuk, hubungan Vera dengan Roland semakin dekat, karena Roland pun sebenarnya 3 sekawan dengan Edward dan Victor Richardson (Colin Morgan).


Paruh pertama, penonton akan disuguhkan dengan kisah cinta nan romantis antara Vera dengan Roland. Di jaman itu, hubungan asmara tak dilarang memang, namun tak boleh diekspos berlebihan sebelum resmi menikah. Mereka berdua harus kucing-kucingan dari Tante Belle (Joanna Scanlan) yang selalu mengawasi. Tak ada kontak fisik vulgar, tak ada kata-kata gombal murahan. Meski bergitu, manisnya hubungan mereka bisa dirasakan dari interaksi keduanya yang malu-malu kucing.

Saat Perang Dunia I pecah, Edward mendaftar untuk berperang di garda depan, diikuti oleh Roland. Bermaksud untuk menyusul keduanya, Vera meninggalkan kuliah dan orangtuanya untuk bergabung sebagai perawat yang menangani korban (baik pihak Inggris maupun Jerman) langsung ke medan perang.

Nah di paruh kedua inilah, setting kemudian berubah. Namun transisi dari drama cinta ke cerita perang ditangani dengan baik oleh sutradara James Kent, sehingga tak terasa janggal. Kent membangun karakter di awal dan membuat kita terikat dengan setiap karakter tersebut, sebelum akhirnya terjadi tragedi yang mau tak mau membuat kita simpatik.

Juliette Towhidi membuat naskah yang lebih superior dibandingkan dengan naskah rom-com Love, Rosie yang juga ditulisnya. Meski tetap berfokus pada Vera, namun semua karakter mendapat porsi yang proporsional, dimana tak ada karakterisasi yang underwritten. Meskipun ada beberapa adegan klise, seperti perpisahan Vera dengan Roland di kereta api, namun tetap terasa emosional dan dramatis.

Sebagai biopik Vera Brittain, tanggung jawab paling besar tentu jatuh pada Alicia Vikander. Bintang muda yang pernah bermain dalam Anna Karenina ini memberikan penampilan yang luar biasa, membawakan karakter Vera sebagai wanita yang cerdas, polos, tangguh, namun juga punya sisi sensitif. Vikander membuat kita peduli dengan Vera dari senyumannya, tangisnya, hingga kemauan kerasnya. Kita tak hanya tahu Vera dari kisah hidupnya melainkan juga dari sisi emosionalnya.

Walaupun diisi dengan nama-nama muda yang cenderung baru di blantika perfilman — anda mungkin ingat Egerton dari perannya sebagai Eggsy dalam Kingsman dan Harrington sebagai Jon Snow dalam serial Game of Thrones — penampilan mereka tak sekedar "numpang lewat". Sedikit banyak berkat naskah Towhidi, semua tokoh pendukung berkesan dari peran minornya masing-masing.

Dengan mengambil sudut pandang Vera, Testament of Youth menggambarkan tragisnya perang secara tidak langsung, melainkan dari perspektif orang-orang yang ditinggalkan, dan dari korespondensi yang dilakukan Vera. Adegan perang tak diperlihatkan di layar, namun dari parahnya kondisi korban yang dirawat oleh Vera, bisa diketahui betapa mengerikannya perang yang terjadi.

Hanya berbujet kecil — dikabarkan sekitar $10 juta — tampilan film ini sungguh mengagumkan. Desainer produksi Jon Henson menghadirkan setting abad 20 yang meyakinkan, mulai dari setting bangunan, kendaraan yang dipakai, hingga pakaian. Hampir sepanjang film saya terpesona dengan pemandangan indah dari sinematografer Rob Hardy yang tampaknya bekerja keras mengambil gambar dengan lokasi, timing, dan angle yang pas. Scoring dari Max Richter mungkin tak sekaliber Johann Johannson dalam The Theory of Everything, namun setidaknya sesuai dengan atmosfer film.

Sebagai debut layar lebar dari sutradara James Kent yang biasa menangani TV, ini adalah film yang cantik. Dari apa yang saya tonton, saya bisa merasakan kerja keras kru di balik layar dan para aktornya untuk menghasilkan film yang menyajikan drama sekaligus keotentikan sejarah. Tak hanya indah secara visual, namun juga intim secara emosional. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem

'Testament of Youth' |
|

IMDb | Rottentomatoes
129 menit | Remaja

Sutradara James Kent
Penulis Juliette Towhidi(screenplay), Vera Brittain (buku)
Pemain Alicia Vikander, Taron Egerton, Kit Harrington