Sunday, February 10, 2019

Daftar Nominasi dan Pemenang ASC Awards 2019

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel ASC, Artikel Award, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Daftar Nominasi dan Pemenang ASC Awards 2019
link : Daftar Nominasi dan Pemenang ASC Awards 2019

Baca juga


Sinematografer 'Cold War', Lukasz Zal ungguli calon jawara favorit, Alfonso Cuaron dalam ASC Awards ke-33. Berikut daftar lengkap pemenang.

Berkat Roma, sutradara Alfonso Cuaron mendapatkan nominasi perdananya sebagai sinematografer dalam American Society of Cinematographers (ASC) Awards ke-33. Ia konon juga menjadi favorit. Namun, ini rupanya bukan berarti kemenangan otomatis bagi Cuaron.

Dalam malam penghargaan untuk mengapresiasi sinematografi film dan acara televisi sepanjang 2018 yang diselenggarakan di Ray Dolby Ballroom Hollywood, Cuaron berhasil diungguli oleh Lukasz Zal, sinematografer Cold War. Zal juga mengalahkan Matthew Libatique (A Star is Born), Linus Sandgren (First Man), dan Robbie Ryan (The Favourite).

Ini merupakan kemenangan ASC pertama bagi Zal. Sebelumnya, ia hanya mendapat nominasi di kategori Spotlight Award pada tahun 2015 lewat film Ida.

Di kategori sinematografi Oscar, Zal akan kembali bersaing dengan Cuaron, Libatique, Ryan, serta Caleb Deschanel lewat film Never Look Away. Meski begitu, bukan berarti ini akan menjadi kompetisi yang gampang bagi Zal. Sebab ASC tak sejago itu dalam menebak pemenang Oscar. Sejak pertama kali diselenggarakan, hanya 14 kali saja pemenang ASC yang juga berhasil memenangkan kategori sinematografi Oscar.

Sementara itu, kategori Spotlight Award tahun ini menjadi milik Gorgi Shvelidze lewat film Namme. Ia mengalahkan Joshua James Richards dengan The Rider dan Frank van den Eeeden dengan Girl.

Pemenang di departemen televisi diantaranya Adriano Goldman lewat The Crown, Jon Joffin lewat Beyond, serta James Friend berkat Patrick Melrose.
Berikut daftar lengkap nominasi ASC Awards ke-33. Pemenang ditandai dengan huruf tebal berwarna merah.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

FILM

Theatrical Release

Alfonso Cuarón – Roma
Matthew Libatique, ASC – A Star is Born
Robbie Ryan, BSC, ISC – The Favourite
Linus Sandgren, ASC, FSF – First Man
Łukasz Żal, PSC – Cold War


Spotlight Award

Joshua James Richards – The Rider
Giorgi Shvelidze – Namme
Frank van den Eeden, NSC, SBC – Girl


TELEVISION

Episode of a Series for Non-Commercial Television

Gonzalo Amat – The Man in the High Castle, “Jahr Null”
Adriano Goldman, ASC, ABC – The Crown, “Beryl”
David Klein, ASC – Homeland, “Paean to the People”
Colin Watkinson, ASC – The Handmaid’s Tale, “The Word”
Cathal Watters, ISC – Peaky Blinders, “The Company”
Zoë White, ACS – The Handmaid’s Tale, “Holly”


Episode of a Series for Commercial Television

Nathaniel Goodman, ASC – Timeless, “The King of the Delta Blues”
Jon Joffin, ASC – Beyond, “Two Zero One”
Ben Richardson – Yellowstone, “Daybreak”
David Stockton, ASC – Gotham, “A Dark Knight: Queen Takes Knight”
Thomas Yatsko, ASC – Damnation, “A Different Species”


Motion Picture, Miniseries or Pilot Made for Television

James Friend, BSC – Patrick Melrose, “Bad News”
Mathias Herndl, AAC – Genius: Picasso, “Chapter 1”
Florian Hoffmeister, BSC – The Terror, “Go – Broke”
M. David Mullen, ASC – The Marvelous Mrs. Maisel (pilot)
Brendan Steacy, CSC – Alias Grace, “Part 1”


SPECIAL

ASC Lifetime Achievement Award

Robert Richardson


Career Achievement in Television Award

Jeff Jur

■UP
Pantau terus rekap Awards Season di UlasanPilem via kanal berikut

Sinematografer 'Cold War', Lukasz Zal ungguli calon jawara favorit, Alfonso Cuaron dalam ASC Awards ke-33. Berikut daftar lengkap pemenang.

Berkat Roma, sutradara Alfonso Cuaron mendapatkan nominasi perdananya sebagai sinematografer dalam American Society of Cinematographers (ASC) Awards ke-33. Ia konon juga menjadi favorit. Namun, ini rupanya bukan berarti kemenangan otomatis bagi Cuaron.

Dalam malam penghargaan untuk mengapresiasi sinematografi film dan acara televisi sepanjang 2018 yang diselenggarakan di Ray Dolby Ballroom Hollywood, Cuaron berhasil diungguli oleh Lukasz Zal, sinematografer Cold War. Zal juga mengalahkan Matthew Libatique (A Star is Born), Linus Sandgren (First Man), dan Robbie Ryan (The Favourite).

Ini merupakan kemenangan ASC pertama bagi Zal. Sebelumnya, ia hanya mendapat nominasi di kategori Spotlight Award pada tahun 2015 lewat film Ida.

Di kategori sinematografi Oscar, Zal akan kembali bersaing dengan Cuaron, Libatique, Ryan, serta Caleb Deschanel lewat film Never Look Away. Meski begitu, bukan berarti ini akan menjadi kompetisi yang gampang bagi Zal. Sebab ASC tak sejago itu dalam menebak pemenang Oscar. Sejak pertama kali diselenggarakan, hanya 14 kali saja pemenang ASC yang juga berhasil memenangkan kategori sinematografi Oscar.

Sementara itu, kategori Spotlight Award tahun ini menjadi milik Gorgi Shvelidze lewat film Namme. Ia mengalahkan Joshua James Richards dengan The Rider dan Frank van den Eeeden dengan Girl.

Pemenang di departemen televisi diantaranya Adriano Goldman lewat The Crown, Jon Joffin lewat Beyond, serta James Friend berkat Patrick Melrose.
Berikut daftar lengkap nominasi ASC Awards ke-33. Pemenang ditandai dengan huruf tebal berwarna merah.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

FILM

Theatrical Release

Alfonso Cuarón – Roma
Matthew Libatique, ASC – A Star is Born
Robbie Ryan, BSC, ISC – The Favourite
Linus Sandgren, ASC, FSF – First Man
Łukasz Żal, PSC – Cold War


Spotlight Award

Joshua James Richards – The Rider
Giorgi Shvelidze – Namme
Frank van den Eeden, NSC, SBC – Girl


TELEVISION

Episode of a Series for Non-Commercial Television

Gonzalo Amat – The Man in the High Castle, “Jahr Null”
Adriano Goldman, ASC, ABC – The Crown, “Beryl”
David Klein, ASC – Homeland, “Paean to the People”
Colin Watkinson, ASC – The Handmaid’s Tale, “The Word”
Cathal Watters, ISC – Peaky Blinders, “The Company”
Zoë White, ACS – The Handmaid’s Tale, “Holly”


Episode of a Series for Commercial Television

Nathaniel Goodman, ASC – Timeless, “The King of the Delta Blues”
Jon Joffin, ASC – Beyond, “Two Zero One”
Ben Richardson – Yellowstone, “Daybreak”
David Stockton, ASC – Gotham, “A Dark Knight: Queen Takes Knight”
Thomas Yatsko, ASC – Damnation, “A Different Species”


Motion Picture, Miniseries or Pilot Made for Television

James Friend, BSC – Patrick Melrose, “Bad News”
Mathias Herndl, AAC – Genius: Picasso, “Chapter 1”
Florian Hoffmeister, BSC – The Terror, “Go – Broke”
M. David Mullen, ASC – The Marvelous Mrs. Maisel (pilot)
Brendan Steacy, CSC – Alias Grace, “Part 1”


SPECIAL

ASC Lifetime Achievement Award

Robert Richardson


Career Achievement in Television Award

Jeff Jur

■UP
Pantau terus rekap Awards Season di UlasanPilem via kanal berikut

Friday, February 8, 2019

Trailer Terbaru 'Pet Sematary'

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Poster, Artikel Trailer, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Trailer Terbaru 'Pet Sematary'
link : Trailer Terbaru 'Pet Sematary'

Baca juga


Ada yang bangkit dari kubur dalam trailer terbaru 'Pet Sematary'.

Berkat kesuksesan besar It yang menjadi film horor terlaris sepanjang masa, properti dari novelis horor kenamaan Stephen King sekarang jadi barang panas kembali. Tak kurang dari empat lusin novelnya sudah siap dicaplok oleh berbagai studio. Kayaknya. Yang paling dekat tayangnya adalah Pet Sematary. Paramount baru saja merilis trailernya yang bisa anda saksikan di bawah ini.

Pet Sematary sebelumnya pernah diangkat ke layar lebar pada tahun 1989 oleh sutradara Mary Lambert dengan skrip yang ditulis langsung oleh King. Sayangnya film tersebut tak begitu sukses secara kritikal dan finansial walau akhirnya menjadi cult classic. Paramount tentu berharap versi remake-nya ini (setidaknya) bakal membayangi kesuksesan It saat rilis pada 5 April 2019 nanti. Kali ini filmnya digarap oleh duo sutradara baru, Kevin Kolsch dan Dennis Widmyer.

Bagi yang belum tahu, ceritanya mengenai sebuah keluarga yang baru saja pindah ke daerah pinggiran, lalu tiba-tiba menemukan bahwa kompleks kuburan hewan di dekat rumah mereka ternyata bisa menghidupkan apapun yang telah mati. Berikut sinopsisnya:

Setelah pindah bersama istrinya Rachel dan kedua anaknya dari Boston ke pinggiran Maine, Louis Creed menemukan sebuah taman pemakaman misterius yang tersembunyi jauh di dalam hutan, dekat daru rumah barunya. Saat sebuah tragedi terjadi, Louis meminta bantuak tetangganya yang aneg, Jud Crandall, memicu reaksi berantai berbahaya yang melepaskan kejahatan tak terduga dengan konsekuensi yang mengerikan.

Trailer dibuka dengan seorang anak kecil menemukan papan tanda bertuliskan PET SEMATARY di hutan di belakang rumah.

"Kelihatannya menakutkan, tapi sebenarnya enggak," kata Louis (Jason Clarke) kepada sang anak. Ia barangkali punya standar horor yang berbeda dengan manusia normal.

Rupanya tempat tersebut adalah pemakaman untuk hewan peliharaan. Tapi ini bukan pemakaman biasa. Konon, apa pun yang dikubur disana bisa hidup kembali. Buktinya adalah seekor kucing yang punya tatapan menyeramkan. Dan hewan peliharaan bukan satu-satunya jenazah yang boleh dikubur disana.

Film ini sepertinya takkan bermain persis seperti novel atau film versi lama. Sebelumnya, anak yang dihidupkan kembali adalah anak bungsu. Nah, di versi baru, tragedi tersebut dialami oleh si anak sulung. Ketika Louis membawanya pulang ke rumah, sang istri Rachel (Amy Seimetz) langsung bergidik.

"Kadangkala, mati itu lebih baik," nasihat dari tetangga Louis (John Lithgow) yang sudah tinggal lama di desa tersebut.

Pet Sematary direncakan rilis pada 5 April. Berikut trailernya. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem



Ada yang bangkit dari kubur dalam trailer terbaru 'Pet Sematary'.

Berkat kesuksesan besar It yang menjadi film horor terlaris sepanjang masa, properti dari novelis horor kenamaan Stephen King sekarang jadi barang panas kembali. Tak kurang dari empat lusin novelnya sudah siap dicaplok oleh berbagai studio. Kayaknya. Yang paling dekat tayangnya adalah Pet Sematary. Paramount baru saja merilis trailernya yang bisa anda saksikan di bawah ini.

Pet Sematary sebelumnya pernah diangkat ke layar lebar pada tahun 1989 oleh sutradara Mary Lambert dengan skrip yang ditulis langsung oleh King. Sayangnya film tersebut tak begitu sukses secara kritikal dan finansial walau akhirnya menjadi cult classic. Paramount tentu berharap versi remake-nya ini (setidaknya) bakal membayangi kesuksesan It saat rilis pada 5 April 2019 nanti. Kali ini filmnya digarap oleh duo sutradara baru, Kevin Kolsch dan Dennis Widmyer.

Bagi yang belum tahu, ceritanya mengenai sebuah keluarga yang baru saja pindah ke daerah pinggiran, lalu tiba-tiba menemukan bahwa kompleks kuburan hewan di dekat rumah mereka ternyata bisa menghidupkan apapun yang telah mati. Berikut sinopsisnya:

Setelah pindah bersama istrinya Rachel dan kedua anaknya dari Boston ke pinggiran Maine, Louis Creed menemukan sebuah taman pemakaman misterius yang tersembunyi jauh di dalam hutan, dekat daru rumah barunya. Saat sebuah tragedi terjadi, Louis meminta bantuak tetangganya yang aneg, Jud Crandall, memicu reaksi berantai berbahaya yang melepaskan kejahatan tak terduga dengan konsekuensi yang mengerikan.

Trailer dibuka dengan seorang anak kecil menemukan papan tanda bertuliskan PET SEMATARY di hutan di belakang rumah.

"Kelihatannya menakutkan, tapi sebenarnya enggak," kata Louis (Jason Clarke) kepada sang anak. Ia barangkali punya standar horor yang berbeda dengan manusia normal.

Rupanya tempat tersebut adalah pemakaman untuk hewan peliharaan. Tapi ini bukan pemakaman biasa. Konon, apa pun yang dikubur disana bisa hidup kembali. Buktinya adalah seekor kucing yang punya tatapan menyeramkan. Dan hewan peliharaan bukan satu-satunya jenazah yang boleh dikubur disana.

Film ini sepertinya takkan bermain persis seperti novel atau film versi lama. Sebelumnya, anak yang dihidupkan kembali adalah anak bungsu. Nah, di versi baru, tragedi tersebut dialami oleh si anak sulung. Ketika Louis membawanya pulang ke rumah, sang istri Rachel (Amy Seimetz) langsung bergidik.

"Kadangkala, mati itu lebih baik," nasihat dari tetangga Louis (John Lithgow) yang sudah tinggal lama di desa tersebut.

Pet Sematary direncakan rilis pada 5 April. Berikut trailernya. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem



Film ‘Monster Hunter’ Siap Dirilis 2020

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Film ‘Monster Hunter’ Siap Dirilis 2020
link : Film ‘Monster Hunter’ Siap Dirilis 2020

Baca juga


Film adaptasi game populer ‘Monster Hunter’ akhirnya mendapatkan tanggal rilis.

Film adaptasi game populer Monster Hunter akhirnya mendapatkan tanggal rilis. Memulai proses syutingnya sejak akhir tahun lalu, kini film yang menyoroti aksi pemburu monster ini dipastikan akan tayang 4 September 2020.

Monster Hunter diketahui menjadi proyek reuni antara sutradara Paul W.S. Anderson dan aktris yang juga istrinya, Milla Jovovich, usai mereka berkolaborasi dalam enam film Resident Evil.

Didapuk sebagai pemeran utama, Jovovich akan menjadi Lt. Artemis yang – bersama para prajuritnya – ditransfer ke dunia berbahaya yang dipenuhi banyak monster. Hidup Artemis pun terguncang ketika situasi yang ia hadapi berubah menjadi pertarungan brutal, untuk bertahan hidup dari serangan beragam monster yang punya kekuatan luar biasa. Jika Artemis masih ingin selamat, tak ada pilihan baginya selain bekerja sama dengan seorang pria yang mengetahui cara menaklukkan para monster. FYI, dalam gamenya sendiri, pemburu monster membawa senjata besar dan armor khusus untuk bisa mengimbangi kemampuan lawannya. Menarik untuk melihat bagaimana eksekusi Anderson dalam menyajikan pertarungan manusia vs monster di film nanti.

i>Monster Hunter sendiri merupakan game RPG bersetting dunia fantasi epik, dimana pemain berperan sebagai pemburu yang melacak dan menaklukkan monster, sembari memperkuat persenjataan dan armor mereka agar lebih efektif dalam pertarungan. Sejauh ini, Monster Hunter telah memiliki lima seri utama, dan yang terbaru Monster Hunter World (2018) dinobatkan sebagai seri terlaris dengan angka penjualan menembus delapan juta kopi. Disamping itu, Monster Hunter juga punya sembilan game spin-off yang tak kalah sukses, beserta sederet adaptasi anime dan manga.

Selain Jovovich, film ini juga dibintangi Tony Jaa, Ron Perlman dan rapper T.I. Harris. Film Monster Hunter diproduksi oleh Screen Gems, studio sama di balik franchise film adaptasi game Resident Evil, yang telah menelurkan enam seri dengan total pendapatan mencapai $1,2 miliar. Akankah Monster Hunter mengikuti jejak kesuksesan Resident Evil dan menjadi franchise baru?

Rencananya Monster Hunter akan dirilis 4 September 2020.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Film adaptasi game populer ‘Monster Hunter’ akhirnya mendapatkan tanggal rilis.

Film adaptasi game populer Monster Hunter akhirnya mendapatkan tanggal rilis. Memulai proses syutingnya sejak akhir tahun lalu, kini film yang menyoroti aksi pemburu monster ini dipastikan akan tayang 4 September 2020.

Monster Hunter diketahui menjadi proyek reuni antara sutradara Paul W.S. Anderson dan aktris yang juga istrinya, Milla Jovovich, usai mereka berkolaborasi dalam enam film Resident Evil.

Didapuk sebagai pemeran utama, Jovovich akan menjadi Lt. Artemis yang – bersama para prajuritnya – ditransfer ke dunia berbahaya yang dipenuhi banyak monster. Hidup Artemis pun terguncang ketika situasi yang ia hadapi berubah menjadi pertarungan brutal, untuk bertahan hidup dari serangan beragam monster yang punya kekuatan luar biasa. Jika Artemis masih ingin selamat, tak ada pilihan baginya selain bekerja sama dengan seorang pria yang mengetahui cara menaklukkan para monster. FYI, dalam gamenya sendiri, pemburu monster membawa senjata besar dan armor khusus untuk bisa mengimbangi kemampuan lawannya. Menarik untuk melihat bagaimana eksekusi Anderson dalam menyajikan pertarungan manusia vs monster di film nanti.

i>Monster Hunter sendiri merupakan game RPG bersetting dunia fantasi epik, dimana pemain berperan sebagai pemburu yang melacak dan menaklukkan monster, sembari memperkuat persenjataan dan armor mereka agar lebih efektif dalam pertarungan. Sejauh ini, Monster Hunter telah memiliki lima seri utama, dan yang terbaru Monster Hunter World (2018) dinobatkan sebagai seri terlaris dengan angka penjualan menembus delapan juta kopi. Disamping itu, Monster Hunter juga punya sembilan game spin-off yang tak kalah sukses, beserta sederet adaptasi anime dan manga.

Selain Jovovich, film ini juga dibintangi Tony Jaa, Ron Perlman dan rapper T.I. Harris. Film Monster Hunter diproduksi oleh Screen Gems, studio sama di balik franchise film adaptasi game Resident Evil, yang telah menelurkan enam seri dengan total pendapatan mencapai $1,2 miliar. Akankah Monster Hunter mengikuti jejak kesuksesan Resident Evil dan menjadi franchise baru?

Rencananya Monster Hunter akan dirilis 4 September 2020.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Review Film: 'Mirai' (2018)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Adventure, Artikel Animasi, Artikel Keluarga, Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Mirai' (2018)
link : Review Film: 'Mirai' (2018)

Baca juga


Siapa pun yang menontonnya akan mendapatkan kesegaran mata dan kedamaian jiwa.

“Be nice to her, okay? ”
—Mum
Rating UP:
Mirai (atau dalam judul aslinya Mirai No Mirai) mungkin merupakan film paling menggemaskan tahun ini. Film ini secara konstan sukses memberikan senyum lebar di wajah saya yang lucu naudzubilah. Sutradara animasi handal dari Jepang, Mamoru Hosoda kembali memberikan film keluarga berbalut fantasi yang menjamin siapa pun yang menontonnya mendapatkan kesegaran mata dan kedamaian jiwa.


Semua film Hosoda adalah drama keluarga simpel yang dibungkus dalam kemasan fantasi yang anime banget. Namun Mirai adalah filmnya yang paling kecil. Sebagai perbandingan, kita harus meloncat kembali ke 2006 lewat film The Girl Who Leapt Through Time yang rasa-rasanya paling domestik dari semua film Hosoda, dan Mirai jauh lebih domestik daripada itu. Ceritanya hanya berkutat di satu keluarga kecil yang sederhana. Titik, tidak kemana-mana lagi. Namun berhubung ini adalah film Hosoda, tentu saja wajar kalau nantinya keajaiban akan terjadi dan waktu akan dibelokkan.

Mungkin ini karena kita hanya melihat dari sudut pandang karakter utamanya yang adalah seorang bocah berusia 4 tahun. Bagi anak umur segitu, keluarga memang adalah seluruh semesta. Namanya Kun (disuarakan oleh Moka Kamishiraishi). Sebagai anak tunggal, Kun merasa ia adalah pusat semesta; satu-satunya orang yang diperhatikan oleh ayah dan ibunya (Gen Hoshino dan Kumiko Aso). Sampai kemudian Kun kedatangan seorang adik bernama Mirai.

Dimadu itu sakit, sodara-sodara.

Kun berusaha caper dengan berantakin mainan, menangis, berteriak, berteriak sambil menangis, tapi ayah dan ibu lebih memperhatikan Mirai. Terlebih saat sang ibu sudah harus kembali masuk kerja. Sang ayah harus menjalankan kewajiban ganda; bekerja di rumah (ngomong-ngomong, ayah adalah seorang arsitek) sekaligus mengasuh dua anak. Kun makin dicuekin. Maka, Mirai berarti musuh. Dan melempar musuh dengan mainan bukanlah pantangan.

Sungguh, ini terlihat seperti keluarga muda mana pun yang punya anak rewel. Ralat, semua keluarga muda anaknya pasti rewel sih. Dalam filmnya yang lalu yang lebih ambisius, Hosoda terbukti punya keterampilan memberikan sekuens aksi yang spektakuler. Dan dalam film ini, ia dengan menakjubkan sukses menghadirkan dinamika keluarga yang sederhana dan intim. Kita bisa merasakan betapa hangatnya kelurga kecil ini.

Nah, keajaiban yang tadi saya bilang itu disini: di tengah rumah, ada sebuah taman yang bisa membawa Kun bertualang melintasi ruang dan waktu. Disini Kun berjumpa dengan beberapa orang dari masa yang berbeda. Yang pertama adalah anjingnya, Yukko (Mitsuo Yoshihara) yang rupanya bisa berubah menjadi manusia. Berikutnya, seorang anak SMP yang ternyata adalah Mirai dari masa depan (Haru Kuroki). Lalu, seorang pria macho misterius (Masaharu Fukuyama) yang mengajak Kun naik kuda dan sepeda motor. Dan seorang anak gadis seumuran Kun yang doyan berantakin rumah.

Tidak dijelaskan apakah ini benar-benar kejadian atau cuma imajinasi Kun saja. Hosoda mengemasnya dalam sekuens yang dreamy. Ini memang tak terasa sebagai sesuatu yang bisa diimajinasikan oleh anak-anak sungguhan di umur segitu. Namun poinnya adalah lewat perjumpaan ini Kun mendapat pelajaran soal bertumbuh besar dari berbagai generasi di keluarganya. Ada sebuah adegan menakjubkan di klimaks dimana Kun tersesat di sebuah stasiun raksasa. Ia berhasil bertemu dengan robot petugas stasiun, tapi terancam dibawa ke Negeri Kesendirian karena tak bisa mengingat satu pun nama anggota keluarganya.

Hosoda, yang kali ini memproduksi film hanya dengan studionya sendiri, Studio Chizu mengisi Mirai dengan detail yang sangat sangat menggemaskan. Animasinya terang, tajam, dan cantik. Setiap detail gerakan karakter sangat diperhatikan, dan tingkah polah dari para anak kecil di film ini sungguh terasa natural. Rumah dari keluarga ini merupakan karakter tersendiri yang terikat kuat dengan Kun, dan ia digambarkan dengan geografi yang jelas. Rumah modern yang minimalis ini terasa sangat hangat, membuat kita betah lama-lama berada disana.

Walau ceritanya didasarkan dengan kacamata anak-anak, saya tak tahu apakah Mirai betul-betul akan menarik bagi mereka dari segi esensi. Tentu, anak-anak bakal menikmati gambar dan animasinya yang lucu, tapi pesannya yang hangat soal keluarga barangkali belum akan mereka tangkap sepenuhnya. Saya merasa bahwa film ini lebih sebagai throwback bagi mantan anak-anak yang ingin bernostalgia dengan masa kanak-kanak. Ia mengingatkan kita kembali akan betapa berharganya keluarga lewat cara yang sederhana tapi sangat menyentuh.

Njiir, berasa udah bapak-bapak banget saya. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Mirai

98 menit
Semua Umur
Mamoru Hosoda
Mamoru Hosoda
Nozomu Takahashi, Yūichirō Saitō, Takuya Itō, Yūichi Adachi, Genki Kawamura
Masakatsu Takagi

Siapa pun yang menontonnya akan mendapatkan kesegaran mata dan kedamaian jiwa.

“Be nice to her, okay? ”
—Mum
Rating UP:
Mirai (atau dalam judul aslinya Mirai No Mirai) mungkin merupakan film paling menggemaskan tahun ini. Film ini secara konstan sukses memberikan senyum lebar di wajah saya yang lucu naudzubilah. Sutradara animasi handal dari Jepang, Mamoru Hosoda kembali memberikan film keluarga berbalut fantasi yang menjamin siapa pun yang menontonnya mendapatkan kesegaran mata dan kedamaian jiwa.


Semua film Hosoda adalah drama keluarga simpel yang dibungkus dalam kemasan fantasi yang anime banget. Namun Mirai adalah filmnya yang paling kecil. Sebagai perbandingan, kita harus meloncat kembali ke 2006 lewat film The Girl Who Leapt Through Time yang rasa-rasanya paling domestik dari semua film Hosoda, dan Mirai jauh lebih domestik daripada itu. Ceritanya hanya berkutat di satu keluarga kecil yang sederhana. Titik, tidak kemana-mana lagi. Namun berhubung ini adalah film Hosoda, tentu saja wajar kalau nantinya keajaiban akan terjadi dan waktu akan dibelokkan.

Mungkin ini karena kita hanya melihat dari sudut pandang karakter utamanya yang adalah seorang bocah berusia 4 tahun. Bagi anak umur segitu, keluarga memang adalah seluruh semesta. Namanya Kun (disuarakan oleh Moka Kamishiraishi). Sebagai anak tunggal, Kun merasa ia adalah pusat semesta; satu-satunya orang yang diperhatikan oleh ayah dan ibunya (Gen Hoshino dan Kumiko Aso). Sampai kemudian Kun kedatangan seorang adik bernama Mirai.

Dimadu itu sakit, sodara-sodara.

Kun berusaha caper dengan berantakin mainan, menangis, berteriak, berteriak sambil menangis, tapi ayah dan ibu lebih memperhatikan Mirai. Terlebih saat sang ibu sudah harus kembali masuk kerja. Sang ayah harus menjalankan kewajiban ganda; bekerja di rumah (ngomong-ngomong, ayah adalah seorang arsitek) sekaligus mengasuh dua anak. Kun makin dicuekin. Maka, Mirai berarti musuh. Dan melempar musuh dengan mainan bukanlah pantangan.

Sungguh, ini terlihat seperti keluarga muda mana pun yang punya anak rewel. Ralat, semua keluarga muda anaknya pasti rewel sih. Dalam filmnya yang lalu yang lebih ambisius, Hosoda terbukti punya keterampilan memberikan sekuens aksi yang spektakuler. Dan dalam film ini, ia dengan menakjubkan sukses menghadirkan dinamika keluarga yang sederhana dan intim. Kita bisa merasakan betapa hangatnya kelurga kecil ini.

Nah, keajaiban yang tadi saya bilang itu disini: di tengah rumah, ada sebuah taman yang bisa membawa Kun bertualang melintasi ruang dan waktu. Disini Kun berjumpa dengan beberapa orang dari masa yang berbeda. Yang pertama adalah anjingnya, Yukko (Mitsuo Yoshihara) yang rupanya bisa berubah menjadi manusia. Berikutnya, seorang anak SMP yang ternyata adalah Mirai dari masa depan (Haru Kuroki). Lalu, seorang pria macho misterius (Masaharu Fukuyama) yang mengajak Kun naik kuda dan sepeda motor. Dan seorang anak gadis seumuran Kun yang doyan berantakin rumah.

Tidak dijelaskan apakah ini benar-benar kejadian atau cuma imajinasi Kun saja. Hosoda mengemasnya dalam sekuens yang dreamy. Ini memang tak terasa sebagai sesuatu yang bisa diimajinasikan oleh anak-anak sungguhan di umur segitu. Namun poinnya adalah lewat perjumpaan ini Kun mendapat pelajaran soal bertumbuh besar dari berbagai generasi di keluarganya. Ada sebuah adegan menakjubkan di klimaks dimana Kun tersesat di sebuah stasiun raksasa. Ia berhasil bertemu dengan robot petugas stasiun, tapi terancam dibawa ke Negeri Kesendirian karena tak bisa mengingat satu pun nama anggota keluarganya.

Hosoda, yang kali ini memproduksi film hanya dengan studionya sendiri, Studio Chizu mengisi Mirai dengan detail yang sangat sangat menggemaskan. Animasinya terang, tajam, dan cantik. Setiap detail gerakan karakter sangat diperhatikan, dan tingkah polah dari para anak kecil di film ini sungguh terasa natural. Rumah dari keluarga ini merupakan karakter tersendiri yang terikat kuat dengan Kun, dan ia digambarkan dengan geografi yang jelas. Rumah modern yang minimalis ini terasa sangat hangat, membuat kita betah lama-lama berada disana.

Walau ceritanya didasarkan dengan kacamata anak-anak, saya tak tahu apakah Mirai betul-betul akan menarik bagi mereka dari segi esensi. Tentu, anak-anak bakal menikmati gambar dan animasinya yang lucu, tapi pesannya yang hangat soal keluarga barangkali belum akan mereka tangkap sepenuhnya. Saya merasa bahwa film ini lebih sebagai throwback bagi mantan anak-anak yang ingin bernostalgia dengan masa kanak-kanak. Ia mengingatkan kita kembali akan betapa berharganya keluarga lewat cara yang sederhana tapi sangat menyentuh.

Njiir, berasa udah bapak-bapak banget saya. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Mirai

98 menit
Semua Umur
Mamoru Hosoda
Mamoru Hosoda
Nozomu Takahashi, Yūichirō Saitō, Takuya Itō, Yūichi Adachi, Genki Kawamura
Masakatsu Takagi

Promo Art Resmi 'Endgame' Ungkap Kostum Baru Avengers

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Promo Art Resmi 'Endgame' Ungkap Kostum Baru Avengers
link : Promo Art Resmi 'Endgame' Ungkap Kostum Baru Avengers

Baca juga


Semakin mendekati tanggal rilisnya, semakin banyak hal pula yang terungkap dari ‘Avengers: Endgame’. Yang terbaru, adalah kostum baru anggota tim superhero Marvel yang terkuak lewat promo art resmi. Jangan lupa untuk share atau like artikel ini jika kalian suka ya guys

Semakin mendekati tanggal rilisnya, semakin banyak hal pula yang terungkap dari Avengers: Endgame. Yang terbaru, adalah kostum baru anggota tim superhero Marvel yang terkuak lewat promo art resmi keluaran @OrvillePopcorn.


Gambar Endgame ini sendiri menampilkan enam anggota tersisa Avengers yang selamat dari serangan maut Thanos di Infinity War. Mulai dari Thor, Iron Man, Captain America, Black Widow, Hulk dan yang baru saja keluar dari persembunyiannya, Hawkeye. Bicara soal penampilan masing-masing karakter, kostum baru Iron Man tampak semakin mirip dengan komiknya, terutama dari segi skema warna. Sedangkan untuk kostum Thor sepintas sama dengan yang ia kenakan di akhir Infinity War, dan disini Dewa Petir juga membawa senjata andalan barunya berupa kapak Stormbreaker, yang sempat merepotkan Thanos di film sebelumnya.

Beralih ke penampilan Steve Rogers, ada perubahan signifikan dengan kostumnya, dimana ia tak lagi mengenakan kostum Nomad, melainkan kembali memakai kostum kebesaran Captain America. Perubahan juga terlihat pada rambut Black Widow yang kembali berwarna merah, setelah di film sebelumnya berwarna pirang.

Sementara itu, yang paling menarik perhatian di promo art ini justru adalah penampilan berkostum Hulk yang mengindikasikan ia akan jadi Professor Hulk, sebuah kombinasi mematikan antara otak jenius Bruce Banner dan kekuatan dahsyat Hulk. Adapun Hawkeye yang rupanya tetap tampil dengan kostum aslinya, bukan kostum ala Ronin seperti yang selama ini diberitakan. Anehnya, gambar ini tak menyertakan Ant-Man, padahal ia santer dispekulasikan akan berperan penting dalam misi Avengers untuk mengalahkan Thanos. Boleh jadi Marvel sengaja menyembunyikan jagoan kecil ini untuk membuat kejutan di filmnya nanti.

Menurut sinopsis resminya, Endgame bersetting pasca peristiwa memiluhkan di Infinity War, dimana tatanan alam semesta jatuh berantakan akibat aksi gila Thanos. Kini dengan anggotanya yang tersisa, Avengers harus bersatu sekali lagi untuk mencegah aksi destruktif Thanos dan memulihkan alam semesta seperti sedia kala, tak peduli apapun konsekuensinya.

Kembali digarap duo sutradara Russo, rencananya Avengers: Endgame akan dirilis 26 April 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Semakin mendekati tanggal rilisnya, semakin banyak hal pula yang terungkap dari ‘Avengers: Endgame’. Yang terbaru, adalah kostum baru anggota tim superhero Marvel yang terkuak lewat promo art resmi. Jangan lupa untuk share atau like artikel ini jika kalian suka ya guys

Semakin mendekati tanggal rilisnya, semakin banyak hal pula yang terungkap dari Avengers: Endgame. Yang terbaru, adalah kostum baru anggota tim superhero Marvel yang terkuak lewat promo art resmi keluaran @OrvillePopcorn.


Gambar Endgame ini sendiri menampilkan enam anggota tersisa Avengers yang selamat dari serangan maut Thanos di Infinity War. Mulai dari Thor, Iron Man, Captain America, Black Widow, Hulk dan yang baru saja keluar dari persembunyiannya, Hawkeye. Bicara soal penampilan masing-masing karakter, kostum baru Iron Man tampak semakin mirip dengan komiknya, terutama dari segi skema warna. Sedangkan untuk kostum Thor sepintas sama dengan yang ia kenakan di akhir Infinity War, dan disini Dewa Petir juga membawa senjata andalan barunya berupa kapak Stormbreaker, yang sempat merepotkan Thanos di film sebelumnya.

Beralih ke penampilan Steve Rogers, ada perubahan signifikan dengan kostumnya, dimana ia tak lagi mengenakan kostum Nomad, melainkan kembali memakai kostum kebesaran Captain America. Perubahan juga terlihat pada rambut Black Widow yang kembali berwarna merah, setelah di film sebelumnya berwarna pirang.

Sementara itu, yang paling menarik perhatian di promo art ini justru adalah penampilan berkostum Hulk yang mengindikasikan ia akan jadi Professor Hulk, sebuah kombinasi mematikan antara otak jenius Bruce Banner dan kekuatan dahsyat Hulk. Adapun Hawkeye yang rupanya tetap tampil dengan kostum aslinya, bukan kostum ala Ronin seperti yang selama ini diberitakan. Anehnya, gambar ini tak menyertakan Ant-Man, padahal ia santer dispekulasikan akan berperan penting dalam misi Avengers untuk mengalahkan Thanos. Boleh jadi Marvel sengaja menyembunyikan jagoan kecil ini untuk membuat kejutan di filmnya nanti.

Menurut sinopsis resminya, Endgame bersetting pasca peristiwa memiluhkan di Infinity War, dimana tatanan alam semesta jatuh berantakan akibat aksi gila Thanos. Kini dengan anggotanya yang tersisa, Avengers harus bersatu sekali lagi untuk mencegah aksi destruktif Thanos dan memulihkan alam semesta seperti sedia kala, tak peduli apapun konsekuensinya.

Kembali digarap duo sutradara Russo, rencananya Avengers: Endgame akan dirilis 26 April 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Thursday, February 7, 2019

Nasib Franchise ‘Deadpool’ Pasca Dipegang Disney

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Nasib Franchise ‘Deadpool’ Pasca Dipegang Disney
link : Nasib Franchise ‘Deadpool’ Pasca Dipegang Disney

Baca juga


CEO Disney akhirnya memastikan nasib franchise ‘Deadpool’ usai mengakuisisi Fox.

Di luar kepastian bahwa X-Men akan bergabung dengan Marvel Cinematic Universe, masih ada satu pertanyaan yang kerap timbul dari akuisisi Disney terhadap Fox. Pertanyaan ini tidak lain menyangkut nasib franchise Deadpool, pasca ia diambil alih studio yang dikenal dengan film-filmnya yang ramah keluarga.

Dengan rating R yang Deadpool yang sarat adegan nakal dan kekerasan brutal, tak sedikit yang pesimistis franchise ini akan dilanjutkan Disney, walaupun kita sudah mendengar akan ada Deadpool 3 plus spin-off-nya X-Force. Bagaimanapun, Disney rupanya tak ingin menyia-nyiakan pangsa pasar film superhero rating R yang menjanjikan begitu saja, seiring mereka mengkonfirmasi franchise Deadpool akan tetap berlanjut.

“Kami akan melanjutkan bisnis itu,”ujar Bob Iger selaku CEO Disney terkait masa depan film rating R seperti Deadpool, yang dulunya ditangani Fox. Mengenai alasan kenapa studio berani mengambil langkah beresiko ini, Iger tahu betul film-film rating R punya popularitas yang tak kalah dengan film-film PG-13, sehingga pihaknya mantap melanjutkan franchise Deadpool.

Lebih jauh lagi, Iger juga menjelaskan bagaimana Disney meng-handle perilisan film-film rating R. Untuk menjaga imejnya sebagai studio dengan film ramah keluarga, serta untuk mencegah timbulnya kebingungan di kalangan penonton, Iger mensinyalkan film-film rating R takkan dirilis di bawah bendera Disney maupun Marvel Studios.

Tak berhenti sampai disitu, kepada para investor, Iger pun menegaskan komitmen Disney untuk tetap memproduksi film Deadpool berating R yang sudah terbukti sukses, dan terbuka untuk membuat film dari karakter Marvel lainnya yang menawarkan cerita dewasa. Sebagian pihak pun menilai pernyataan Iger juga berlaku pada franchise Alien dan Predator, yang notabene berating R. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa film-film rating R bekas produksi Fox akan tetap eksis di tangan Disney kedepannya.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

CEO Disney akhirnya memastikan nasib franchise ‘Deadpool’ usai mengakuisisi Fox.

Di luar kepastian bahwa X-Men akan bergabung dengan Marvel Cinematic Universe, masih ada satu pertanyaan yang kerap timbul dari akuisisi Disney terhadap Fox. Pertanyaan ini tidak lain menyangkut nasib franchise Deadpool, pasca ia diambil alih studio yang dikenal dengan film-filmnya yang ramah keluarga.

Dengan rating R yang Deadpool yang sarat adegan nakal dan kekerasan brutal, tak sedikit yang pesimistis franchise ini akan dilanjutkan Disney, walaupun kita sudah mendengar akan ada Deadpool 3 plus spin-off-nya X-Force. Bagaimanapun, Disney rupanya tak ingin menyia-nyiakan pangsa pasar film superhero rating R yang menjanjikan begitu saja, seiring mereka mengkonfirmasi franchise Deadpool akan tetap berlanjut.

“Kami akan melanjutkan bisnis itu,”ujar Bob Iger selaku CEO Disney terkait masa depan film rating R seperti Deadpool, yang dulunya ditangani Fox. Mengenai alasan kenapa studio berani mengambil langkah beresiko ini, Iger tahu betul film-film rating R punya popularitas yang tak kalah dengan film-film PG-13, sehingga pihaknya mantap melanjutkan franchise Deadpool.

Lebih jauh lagi, Iger juga menjelaskan bagaimana Disney meng-handle perilisan film-film rating R. Untuk menjaga imejnya sebagai studio dengan film ramah keluarga, serta untuk mencegah timbulnya kebingungan di kalangan penonton, Iger mensinyalkan film-film rating R takkan dirilis di bawah bendera Disney maupun Marvel Studios.

Tak berhenti sampai disitu, kepada para investor, Iger pun menegaskan komitmen Disney untuk tetap memproduksi film Deadpool berating R yang sudah terbukti sukses, dan terbuka untuk membuat film dari karakter Marvel lainnya yang menawarkan cerita dewasa. Sebagian pihak pun menilai pernyataan Iger juga berlaku pada franchise Alien dan Predator, yang notabene berating R. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa film-film rating R bekas produksi Fox akan tetap eksis di tangan Disney kedepannya.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Wednesday, February 6, 2019

Russo Bicara Tantangan Garap 2 Film ‘Avengers’ Hingga Durasi ‘Endgame’

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Russo Bicara Tantangan Garap 2 Film ‘Avengers’ Hingga Durasi ‘Endgame’
link : Russo Bicara Tantangan Garap 2 Film ‘Avengers’ Hingga Durasi ‘Endgame’

Baca juga


Duo sutradara Russo mengungkap tantangan yang mereka hadapi dalam menggarap ‘Infinity War’ dan ‘Endgame’, sekaligus durasi sementara film penutup Phase 3.

Memulai debut impresif mereka di Marvel Cinematic Universe lewat Captain America: The Winter Soldier, duo sutradara Anthony dan Joe Russo kini menjadi sineas andalan Marvel dalam menangani proyek film penting studio. Eksekusi solid mereka pun tak hanya membuat Russo kembali dipercaya menyutradarai Captain America: Civil War, tapi juga dua proyek raksasa Marvel, Avengers: Infinity War dan sekuelnya Avengers: Endgame. Dengan proses produksi kedua film yang berlangsung dalam sekali jalan, belum lama ini Russo mengungkap tantangan yang mereka hadapi dalam menggarap Infinity War dan Endgame.

Kepada Cinemablend, Russo menjelaskan tantangan ini adalah menemukan keseimbangan antara kedua film. Dengan posisi Infinity War dan Endgame sebagai klimaks Phase 3 serta kulminasi dari segala event MCU yang terjadi selama 10 tahun terakhir, Russo merasa kedua film tim superhero ini begitu kompleks lantaran ceritanya yang sedikit kebanyakan. Untuk menyiasati cerita yang penuh sesak ini, Russo pun akhirnya memisahkan Infinity War dan Endgame, agar mereka bisa fokus pada narasi masing-masing film. Adapun meski Infinity War dan Endgame saling berkaitan, Russo menekankan bahwa kedua film ini punya cerita yang sangat berbeda.

Lebih jauh lagi, Russo juga membicarakan durasi sementara dari Endgame saat berbincang dengan Collider. Menurut pengakuan mereka, Disney setuju Endgame mengusung durasi tiga jam, asalkan filmnya bisa tampil memuaskan. Russo juga menyebut, sejauh ini test screening Endgame menuai respon positif, dan karenanya, sang sutradara merasa optimistis dengan durasi tiga jam ini.

Bagaimanapun, Russo juga menggarisbawahi proses editing Endgame masih berjalan, sehingga durasi filmnya masih bisa berubah. Yang jelas, untuk saat ini Russo menilai Endgame layak berdurasi tiga jam, karena selain ceritanya yang kompleks, Endgame juga butuh ruang lebih untuk membangun momen emosional, sehingga nantinya ia bisa jadi penutup Phase 3 yang sempurna.

Melanjutkan pertarungan epik Iron Man cs melawan Thanos pasca Infinity War, rencananya Avengers: Endgame akan dirilis 26 April 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Duo sutradara Russo mengungkap tantangan yang mereka hadapi dalam menggarap ‘Infinity War’ dan ‘Endgame’, sekaligus durasi sementara film penutup Phase 3.

Memulai debut impresif mereka di Marvel Cinematic Universe lewat Captain America: The Winter Soldier, duo sutradara Anthony dan Joe Russo kini menjadi sineas andalan Marvel dalam menangani proyek film penting studio. Eksekusi solid mereka pun tak hanya membuat Russo kembali dipercaya menyutradarai Captain America: Civil War, tapi juga dua proyek raksasa Marvel, Avengers: Infinity War dan sekuelnya Avengers: Endgame. Dengan proses produksi kedua film yang berlangsung dalam sekali jalan, belum lama ini Russo mengungkap tantangan yang mereka hadapi dalam menggarap Infinity War dan Endgame.

Kepada Cinemablend, Russo menjelaskan tantangan ini adalah menemukan keseimbangan antara kedua film. Dengan posisi Infinity War dan Endgame sebagai klimaks Phase 3 serta kulminasi dari segala event MCU yang terjadi selama 10 tahun terakhir, Russo merasa kedua film tim superhero ini begitu kompleks lantaran ceritanya yang sedikit kebanyakan. Untuk menyiasati cerita yang penuh sesak ini, Russo pun akhirnya memisahkan Infinity War dan Endgame, agar mereka bisa fokus pada narasi masing-masing film. Adapun meski Infinity War dan Endgame saling berkaitan, Russo menekankan bahwa kedua film ini punya cerita yang sangat berbeda.

Lebih jauh lagi, Russo juga membicarakan durasi sementara dari Endgame saat berbincang dengan Collider. Menurut pengakuan mereka, Disney setuju Endgame mengusung durasi tiga jam, asalkan filmnya bisa tampil memuaskan. Russo juga menyebut, sejauh ini test screening Endgame menuai respon positif, dan karenanya, sang sutradara merasa optimistis dengan durasi tiga jam ini.

Bagaimanapun, Russo juga menggarisbawahi proses editing Endgame masih berjalan, sehingga durasi filmnya masih bisa berubah. Yang jelas, untuk saat ini Russo menilai Endgame layak berdurasi tiga jam, karena selain ceritanya yang kompleks, Endgame juga butuh ruang lebih untuk membangun momen emosional, sehingga nantinya ia bisa jadi penutup Phase 3 yang sempurna.

Melanjutkan pertarungan epik Iron Man cs melawan Thanos pasca Infinity War, rencananya Avengers: Endgame akan dirilis 26 April 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem