Sunday, August 20, 2017

Buletin LSF: 'Nyai Ahman Dahlan', 'Arumi', 'Inhumans', dll

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Buletin, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Buletin LSF: 'Nyai Ahman Dahlan', 'Arumi', 'Inhumans', dll
link : Buletin LSF: 'Nyai Ahman Dahlan', 'Arumi', 'Inhumans', dll

Baca juga


Film lulus sensor minggu ini antara lain: 'The Real Penelusuran Jejak Parakang', 'Nyai Ahmad Dahlan', 'Negeri Dongeng', 'Arumi', dan 'Inhumans'.

Jadi sebenarnya berapa banyak film Parakang yang kita butuhkan? Apakah manusia jadi-jadian dari Sulawesi Selatan ini sepopuler itu? Setelah Parakang dan The Real Parakang, sekarang ada lagi The Real Penelusuran Jejak Parakang. Tapi film kali ini tampaknya lebih sadis, karena diberi rating "17+".

Mungkin bertepatan dengan momen Agutusan, mayoritas rilisan LSF minggu ini adalah film Indonesia. Selain Parakang tadi, ada pula Nyai Ahmad Dahlan yang dibintangi oleh Tika Bravani sebagai karakter tituler yang mendapat rating "Semua Umur". Film terbaru Nayato Fionala berjudul Arumi yang dibintangi oleh Ardina Rasti diberi rating "17+".

Saya cukup bingung dengan film Negeri Dongeng. LSF menyatakan bahwa film ini bergenre drama, sementara Google memberitahu saya filmnya adalah dokumenter tentang perjalanan pendakian ke-7 puncak gunung tertinggi di Indonesia. Yang manapun, filmnya dibintangi oleh Nadine Chandrawinata.

Dua episode perdana dari serial terbaru Marvel, Inhumans direncanakan tayang di bioskop IMAX di Amerika pada awal September mendatang. Dengan lulusnya film serial ini dari kantor LSF, berarti ia juga akan tayang di bioskop Indonesia. Inhumans merupakan serial live-action pertama yang tayang di bioskop IMAX. Entah bagaimana nanti hasil akhirnya, tapi yang jelas trailernya hancur parah.

Berikut daftar lengkap buletin LSF minggu ini.

THE REAL PENELUSURAN JEJAK PARAKANG
768/DCP/NAS/17/08.2022/2017
DRAMA / HOROR
Klasifikasi Usia 17+
Pemilik PT. Qia Film Mediatama
Tanggal 15 Agustus 2017
Durasi 2276 Meter / 83 Menit
NYAI AHMAD DAHLAN
766/DCP/NAS/SU/08.2022/2017
DRAMA / SEJARAH
Klasifikasi Usia Semua Umur
Pemilik PT. Iras Pesona Film
Tanggal 15 Agustus 2017
Durasi 2797 Meter / 102 Menit
NEGERI DONGENG
765/DCP/NAS/SU/08.2022/2017
DRAMA
Klasifikasi Usia Semua Umur
Pemilik PT. Aksa Bumi Langit
Tanggal 15 Agustus 2017
Durasi 2852 Meter / 104 Menit
ARUMI
764/DCP/NAS/17/08.2022/2017
DRAMA / HOROR
Klasifikasi Usia 17+
Pemilik PT BINTANG TERBANG
Tanggal 15 Agustus 2017
Durasi 2303 Meter / 84 Menit
INHUMANS
774/DCP/EA/17/04.2022/2017
KHAYAL / ADVENTURE
Klasifikasi Usia 17+
Pemilik PT. Omega Film
Tanggal 16 Agustus 2017
Durasi 2084 Meter / 76 Menit

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem ■UP

[Sumber Data : Lembaga Sensor Film]

Film lulus sensor minggu ini antara lain: 'The Real Penelusuran Jejak Parakang', 'Nyai Ahmad Dahlan', 'Negeri Dongeng', 'Arumi', dan 'Inhumans'.

Jadi sebenarnya berapa banyak film Parakang yang kita butuhkan? Apakah manusia jadi-jadian dari Sulawesi Selatan ini sepopuler itu? Setelah Parakang dan The Real Parakang, sekarang ada lagi The Real Penelusuran Jejak Parakang. Tapi film kali ini tampaknya lebih sadis, karena diberi rating "17+".

Mungkin bertepatan dengan momen Agutusan, mayoritas rilisan LSF minggu ini adalah film Indonesia. Selain Parakang tadi, ada pula Nyai Ahmad Dahlan yang dibintangi oleh Tika Bravani sebagai karakter tituler yang mendapat rating "Semua Umur". Film terbaru Nayato Fionala berjudul Arumi yang dibintangi oleh Ardina Rasti diberi rating "17+".

Saya cukup bingung dengan film Negeri Dongeng. LSF menyatakan bahwa film ini bergenre drama, sementara Google memberitahu saya filmnya adalah dokumenter tentang perjalanan pendakian ke-7 puncak gunung tertinggi di Indonesia. Yang manapun, filmnya dibintangi oleh Nadine Chandrawinata.

Dua episode perdana dari serial terbaru Marvel, Inhumans direncanakan tayang di bioskop IMAX di Amerika pada awal September mendatang. Dengan lulusnya film serial ini dari kantor LSF, berarti ia juga akan tayang di bioskop Indonesia. Inhumans merupakan serial live-action pertama yang tayang di bioskop IMAX. Entah bagaimana nanti hasil akhirnya, tapi yang jelas trailernya hancur parah.

Berikut daftar lengkap buletin LSF minggu ini.

THE REAL PENELUSURAN JEJAK PARAKANG
768/DCP/NAS/17/08.2022/2017
DRAMA / HOROR
Klasifikasi Usia 17+
Pemilik PT. Qia Film Mediatama
Tanggal 15 Agustus 2017
Durasi 2276 Meter / 83 Menit
NYAI AHMAD DAHLAN
766/DCP/NAS/SU/08.2022/2017
DRAMA / SEJARAH
Klasifikasi Usia Semua Umur
Pemilik PT. Iras Pesona Film
Tanggal 15 Agustus 2017
Durasi 2797 Meter / 102 Menit
NEGERI DONGENG
765/DCP/NAS/SU/08.2022/2017
DRAMA
Klasifikasi Usia Semua Umur
Pemilik PT. Aksa Bumi Langit
Tanggal 15 Agustus 2017
Durasi 2852 Meter / 104 Menit
ARUMI
764/DCP/NAS/17/08.2022/2017
DRAMA / HOROR
Klasifikasi Usia 17+
Pemilik PT BINTANG TERBANG
Tanggal 15 Agustus 2017
Durasi 2303 Meter / 84 Menit
INHUMANS
774/DCP/EA/17/04.2022/2017
KHAYAL / ADVENTURE
Klasifikasi Usia 17+
Pemilik PT. Omega Film
Tanggal 16 Agustus 2017
Durasi 2084 Meter / 76 Menit

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem ■UP

[Sumber Data : Lembaga Sensor Film]

Friday, August 18, 2017

Guardians & Avengers Bersatu di Promo Art Baru ‘Infinity War’

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Guardians & Avengers Bersatu di Promo Art Baru ‘Infinity War’
link : Guardians & Avengers Bersatu di Promo Art Baru ‘Infinity War’

Baca juga


'Avengers: Infinity War' merilis promo art baru yang memperlihatkan penampilan anyar dari para jagoan Marvel.

Diposisikan sebagai klimaks dari Marvel Cinematic Universe Phase 1 hingga Phase 3, Avengers: Infinity War siap tampil epik dengan menyuguhkan aksi gabungan The Avengers dan Guardians of the Galaxy melawan Thanos. Sementara trailer filmnya masih ditahan Marvel hingga akhir tahun ini, rasa penasaran fans agaknya bisa sedikit terobati berkat dirilisnya promo art yang memperlihatkan penampilan baru dari para jagoan Marvel.


Datang dari akun Instagram milik artist Steve Cas, promo art ini menampilkan Teen Groot - yang baru muncul di post-credit scene Guardians of the Galaxy Vol. 2 - bersama Rocket Raccoon. Selain dynamic duo tersebut, juga ada anggota Guardians lainnya, yakni Star-Lord, disusul trio anggota Avengers meliputi Iron Man, Captain America dan Spider-Man. Terlihat Spidey mengenakan kostum Iron Spider yang ditawarkan Tony Stark kepadanya di akhir Spider-Man: Homecoming.

Dan yang paling menarik perhatian, Captain America yang tampil beda dan lebih garang dengan jenggot lebatnya. Lebih dari itu, ia juga tak lagi memakai helm khas Captain America dan di kostumnya tak lagi terpampang simbol bintang. Bisa jadi penampilan baru Steve Rogers ini berkaitan dengan ending Captain America: Civil War, dimana ia menyerahkan tamengnya kepada Stark dan mengindikasikan ia pensiun sebagai Captain America. Rumornya, Rogers akan kembali dengan alter-ego baru bernama “Nomad” saat beraksi di Infinity War nanti.

Avengers: Infinity War sendiri disutradarai Russo bersaudara, yang sebelumnya sukses membesut dua film solo terakhir Captain America. Diketahui Infinity War telah menyelesaikan proses syuting pada bulan Juli lalu, dan kini Russo sudah mulai menggarap Avengers 4.

Avengers: Infinity War akan dirilis 4 Mei 2018. Avengers 4 akan dirilis 3 Mei 2019. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

'Avengers: Infinity War' merilis promo art baru yang memperlihatkan penampilan anyar dari para jagoan Marvel.

Diposisikan sebagai klimaks dari Marvel Cinematic Universe Phase 1 hingga Phase 3, Avengers: Infinity War siap tampil epik dengan menyuguhkan aksi gabungan The Avengers dan Guardians of the Galaxy melawan Thanos. Sementara trailer filmnya masih ditahan Marvel hingga akhir tahun ini, rasa penasaran fans agaknya bisa sedikit terobati berkat dirilisnya promo art yang memperlihatkan penampilan baru dari para jagoan Marvel.


Datang dari akun Instagram milik artist Steve Cas, promo art ini menampilkan Teen Groot - yang baru muncul di post-credit scene Guardians of the Galaxy Vol. 2 - bersama Rocket Raccoon. Selain dynamic duo tersebut, juga ada anggota Guardians lainnya, yakni Star-Lord, disusul trio anggota Avengers meliputi Iron Man, Captain America dan Spider-Man. Terlihat Spidey mengenakan kostum Iron Spider yang ditawarkan Tony Stark kepadanya di akhir Spider-Man: Homecoming.

Dan yang paling menarik perhatian, Captain America yang tampil beda dan lebih garang dengan jenggot lebatnya. Lebih dari itu, ia juga tak lagi memakai helm khas Captain America dan di kostumnya tak lagi terpampang simbol bintang. Bisa jadi penampilan baru Steve Rogers ini berkaitan dengan ending Captain America: Civil War, dimana ia menyerahkan tamengnya kepada Stark dan mengindikasikan ia pensiun sebagai Captain America. Rumornya, Rogers akan kembali dengan alter-ego baru bernama “Nomad” saat beraksi di Infinity War nanti.

Avengers: Infinity War sendiri disutradarai Russo bersaudara, yang sebelumnya sukses membesut dua film solo terakhir Captain America. Diketahui Infinity War telah menyelesaikan proses syuting pada bulan Juli lalu, dan kini Russo sudah mulai menggarap Avengers 4.

Avengers: Infinity War akan dirilis 4 Mei 2018. Avengers 4 akan dirilis 3 Mei 2019. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Thursday, August 17, 2017

Film Live-Action 'Naruto' Rekrut Penulis ‘Red’

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Film Live-Action 'Naruto' Rekrut Penulis ‘Red’
link : Film Live-Action 'Naruto' Rekrut Penulis ‘Red’

Baca juga


Proyek film live-action 'Naruto' melangkah maju dengan merekrut duo penulis film action 'Red'.

Dibuatnya film live-action Naruto oleh studio Hollywood tak jarang mengundang reaksi beragam. Bagaimanapun, proyek garapan Lionsgate ini tetap melangkah maju, dan kini studio telah merekrut duo penulis film action Red beserta sekuelnya, yakni John Hoeber dan Erich Hoeber. Menurut kabar dari THR, Hoeber ditugaskan untuk menulis ulang skrip, dan mereka akan berkolaborasi dengan sang kreator manga Naruto, Masashi Kishimoto, yang terlibat dalam proses produksi.

Sementara itu, Michael Gracey diketahui masih tetap menempati bangku sutradara di film Naruto. Sineas yang mengawali karirnya sebagai visual effect artist ini telah terlibat di live-action tersebut sejak tahun 2015 lalu. Saat ini Gracey sedang mempersiapkan film yang menandai debut penyutradaraannya, The Greatest Showman, yang akan dirilis Natal 2017. Film bergenre drama musikal ini menampilkan sederet bintang kenamaan seperti Hugh Jackman, Zac Efron, Zendaya hingga Michelle Williams. Kemungkinan film Naruto baru dikembangkan Gracey secara intens pasca The Greatest Showman dirilis.

Tayang perdana pada 2002 dan tamat pada 2007 silam, Naruto menjadi salah satu tontonan terpopuler di kalangan penggemar anime. Dengan tema pendewasaan diri dan persahabatan yang ia usung, anime ini berkisah ninja muda bernama Naruto Uzumaki yang bercita-cita menjadi Hokage, sebuah gelar untuk seorang ninja pemimpin desa dan memiliki kemampuan terkuat di desanya. Menarik untuk melihat apakah Lionsgate akan menggandeng aktor/aktris barat dan menyulut isu whitewashing (seperti Ghost in the Shell dan live-action anime buatan Hollywood lainnya), atau justru bermain aman dengan menghadirkan cast oriental. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Proyek film live-action 'Naruto' melangkah maju dengan merekrut duo penulis film action 'Red'.

Dibuatnya film live-action Naruto oleh studio Hollywood tak jarang mengundang reaksi beragam. Bagaimanapun, proyek garapan Lionsgate ini tetap melangkah maju, dan kini studio telah merekrut duo penulis film action Red beserta sekuelnya, yakni John Hoeber dan Erich Hoeber. Menurut kabar dari THR, Hoeber ditugaskan untuk menulis ulang skrip, dan mereka akan berkolaborasi dengan sang kreator manga Naruto, Masashi Kishimoto, yang terlibat dalam proses produksi.

Sementara itu, Michael Gracey diketahui masih tetap menempati bangku sutradara di film Naruto. Sineas yang mengawali karirnya sebagai visual effect artist ini telah terlibat di live-action tersebut sejak tahun 2015 lalu. Saat ini Gracey sedang mempersiapkan film yang menandai debut penyutradaraannya, The Greatest Showman, yang akan dirilis Natal 2017. Film bergenre drama musikal ini menampilkan sederet bintang kenamaan seperti Hugh Jackman, Zac Efron, Zendaya hingga Michelle Williams. Kemungkinan film Naruto baru dikembangkan Gracey secara intens pasca The Greatest Showman dirilis.

Tayang perdana pada 2002 dan tamat pada 2007 silam, Naruto menjadi salah satu tontonan terpopuler di kalangan penggemar anime. Dengan tema pendewasaan diri dan persahabatan yang ia usung, anime ini berkisah ninja muda bernama Naruto Uzumaki yang bercita-cita menjadi Hokage, sebuah gelar untuk seorang ninja pemimpin desa dan memiliki kemampuan terkuat di desanya. Menarik untuk melihat apakah Lionsgate akan menggandeng aktor/aktris barat dan menyulut isu whitewashing (seperti Ghost in the Shell dan live-action anime buatan Hollywood lainnya), atau justru bermain aman dengan menghadirkan cast oriental. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Review Film: 'The Hitman's Bodyguard' (2017)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Aksi, Artikel Komedi, Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'The Hitman's Bodyguard' (2017)
link : Review Film: 'The Hitman's Bodyguard' (2017)

Baca juga


'The Hitman’s Bodyguard' adalah sketsa dari sebuah film aksi-komedi yang lebih bagus.

“Boring is always better.”
— Michael Bryce
Rating UP:
The Hitman’s Bodyguard adalah sketsa dari sebuah film aksi-komedi yang lebih bagus. Saya bisa membayangkan film yang lebih berkesan jika penggarapannya lebih baik. Ada momen komedik yang membuat kita ngakak dengan tulus, ada momen aksi lebay yang sensasional, dan ada penggunaan lagu “Hello”-nya Lionel Richie yang mungkin paling tak cheesy sepanjang masa, namun filmnya kurang menggigit karena hanya sedikit kepedulian untuk membuat karakternya lebih menarik daripada stereotype yang sudah kita kenal.

Terkadang kita bisa membaca film hanya dari casting-nya saja. The Hitman’s Bodyguard memasangkan Ryan Reynolds dengan Samuel L. Jackson, dua aktor yang identik dengan peran cerewet bermulut kasar. Ini akan jadi buddy movie yang vulgar. Mereka akan membuat membuat gerah satu sama lain dalam lelucon yang blak-blakan. Tentu saja, kita bakal mendengar banyak kutipan “B**ch please” atau “motherf***er” yang merdu saat keluar dari mulut Samuel L. Jackson. Anda pikir ini film apa?


Reynolds bermain sebagai Michael Bryce, mantan bodyguard kelas AAA yang kehilangan kredibilitas saat salah satu kliennya yang sangat berpengaruh tewas di depan matanya. Bryce masih mencari nafkah di bidang profesi ini dan bisa dibilang masih cukup kompeten, namun kelas sosialnya sudah begitu anjlok sampai ia harus tinggal dan buang air di mobil pribadi yang katanya baunya seperti keringat lansia.

Jackson menjadi Darius Kincaid, pembunuh bayaran legendaris yang nyaris tak bisa dibunuh, yang katanya sudah membantai sampai 150 orang. Kincaid sekarang sudah tertangkap, dan akan dibawa oleh Interpol dari Manchester menuju Mahkamah Internasional di Den Haag. Namun bukan untuk diadili, melainkan menjadi saksi kunci bagi kejahatan perang yang dilakukan oleh Vladislav Dukhovich (Gary Oldman), diktator sebuah negara totaliter di Eropa Timur. Sebagai imbalan atas testimoninya, Interpol akan membebaskan istri Kincaid, Sonia (Salma Hayek).

Pemindahan ini awalnya dikoordinasi oleh agen Amelia Roussel (Elodie Yung), tapi mengingat reputasi Kincaid dimana semua orang ingin membunuhnya, khususnya antek Dukhovich, maka timbul kekacauan di tengah jalan. Hanya Bryce yang bisa mengantar Kincaid, karena ada pengkhianat di tubuh Interpol. Lagipula Bryce adalah mantan pacar Amelia, jadi Amelia seharusnya bisa percaya dia kan? Anda tahulah, tidak semua mantan itu buruk.

Di film seperti ini, kita perlu Bryce dan Kincaid untuk saling membenci. Bahkan, mereka sebenarnya adalah musuh bebuyutan. Kincaid katanya sudah 28 kali hampir membunuh Bryce. Dengan begini, kita akan mendapatkan banyak adu mulut, saling mengerjai atau melempar sumpah serapah, sembari mereka berkeliling Eropa menghancurkan mobil, merusak fasilitas umum, menghamburkan peluru, membunuhi penjahat, atau menghindari ledakan. Dan tentu saja, dalam perjalanan, mereka akan belajar untuk saling menghormati.

Film ini memakai formula buddy movie yang populer di era 80-an, yang sudah teruji sejak lama dan terlalu sering dipakai. Yang akan membedakan adalah seberapa jauh chemistry karakternya dan seberapa seru perjalanan mereka. Dalam kasus ini, The Hitman’s Bodyguard tak pergi kemana-mana. Hubungan mereka setengah matang; kita tak sedemikian peduli dengan karakter mereka kecuali karena diperankan oleh bintang top sekelas Reynolds dan Jackson. Obrolan curhat mereka tentang pasangan masing-masing sangat membosankan. Pembuat film tak bisa menawarkan sesuatu yang lebih banyak daripada apa yang pertama kali terlintas di benak kita saat membaca dua nama aktor tadi di bagian pembuka.

Reynolds mendapat peran sebagai “yang waras” dalam formula; seorang profesional yang mengutamakan misi, punya prinsip untuk tak membunuh kecuali terpaksa, dan punya akal sehat sehingga frustrasi saat melihat kekacauan terjadi. Bertolak belakang dengannya, Jackson adalah “yang gila”, hobi membantai orang dan candu dengan kekacauan. Yang membuat leluconnya mengena bukan karena bobot humor atau pengaturan situasi komedi yang pas, melainkan karena delivery mereka yang jago. Keduanya adalah pakar dalam comedic-timing, dan film ini berhutang banyak pada mereka.

Film ini digarap oleh Patrick Hughes, dan surprisingly, sekuens aksinya lebih menghibur daripada yang dia suguhkan di The Expendables 3. Set-pieces-nya komikal, seringkali menentang hukum Fisika, dan mungkin karena bujet, tampak murahan di beberapa adegan. Dua sekuens yang paling sensasional adalah adu jotos yang dilakukan Reynolds di toko perkakas yang tampaknya diambil dalam satu take, serta adegan kejar-kejaran di kanal Amsterdam yang melibatkan boat, sepeda motor, dan mobil yang terjadi secara simultan. Konyol seperti kedengarannya, tapi juga seru setengah mati. Namun Hughes tak bisa menekankan sense of geography-nya. Kebanyakan adegan aksinya disorot dengan quick-cut yang sulit dicerna, mungkin efektif untuk pertarungan jarak dekat tapi tak demikian dengan sekuens aksi yang berskala lebih besar.

Filmnya cukup menghibur di beberapa waktu, tapi saya merasa ia kurang greget secara keseluruhan. Penggarapannya nanggung. Film aksi-komedi yang bagus punya dinamika dan energi yang mantap sehingga penonton tak merasa jemu saat para karakternya saling menembak terlalu banyak atau melawak terlalu panjang. Ini akan membosankan saat tak dilakukan dengan benar. Ada bagian dalam The Hitman’s Bodyguard dimana karakternya tertawa keras seperti dibuat-buat dengan durasi yang sedikit dipanjangkan, seolah ingin memastikan apakah kita sudah tertawa atau belum. B**ch please. Filmnya lucu saat tak berjuang keras melucu. Saya lebih memilih adegan flashback saat Kincaid pertama kali jatuh hati pada Sonia yang sadis-tapi-romantis. Tak ada karakter yang tertawa di layar, tapi penonton di belakang saya sampai tersedak. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

The Hitman's Bodyguard

118 menit
Dewasa
Patrick Hughes
Tom O'Connor
David Ellison, Mark Gill, Dana Goldberg, Matthew O'Toole, John Thompson, Les Weldon
Jules O'Loughlin
Atli Örvarsson

'The Hitman’s Bodyguard' adalah sketsa dari sebuah film aksi-komedi yang lebih bagus.

“Boring is always better.”
— Michael Bryce
Rating UP:
The Hitman’s Bodyguard adalah sketsa dari sebuah film aksi-komedi yang lebih bagus. Saya bisa membayangkan film yang lebih berkesan jika penggarapannya lebih baik. Ada momen komedik yang membuat kita ngakak dengan tulus, ada momen aksi lebay yang sensasional, dan ada penggunaan lagu “Hello”-nya Lionel Richie yang mungkin paling tak cheesy sepanjang masa, namun filmnya kurang menggigit karena hanya sedikit kepedulian untuk membuat karakternya lebih menarik daripada stereotype yang sudah kita kenal.

Terkadang kita bisa membaca film hanya dari casting-nya saja. The Hitman’s Bodyguard memasangkan Ryan Reynolds dengan Samuel L. Jackson, dua aktor yang identik dengan peran cerewet bermulut kasar. Ini akan jadi buddy movie yang vulgar. Mereka akan membuat membuat gerah satu sama lain dalam lelucon yang blak-blakan. Tentu saja, kita bakal mendengar banyak kutipan “B**ch please” atau “motherf***er” yang merdu saat keluar dari mulut Samuel L. Jackson. Anda pikir ini film apa?


Reynolds bermain sebagai Michael Bryce, mantan bodyguard kelas AAA yang kehilangan kredibilitas saat salah satu kliennya yang sangat berpengaruh tewas di depan matanya. Bryce masih mencari nafkah di bidang profesi ini dan bisa dibilang masih cukup kompeten, namun kelas sosialnya sudah begitu anjlok sampai ia harus tinggal dan buang air di mobil pribadi yang katanya baunya seperti keringat lansia.

Jackson menjadi Darius Kincaid, pembunuh bayaran legendaris yang nyaris tak bisa dibunuh, yang katanya sudah membantai sampai 150 orang. Kincaid sekarang sudah tertangkap, dan akan dibawa oleh Interpol dari Manchester menuju Mahkamah Internasional di Den Haag. Namun bukan untuk diadili, melainkan menjadi saksi kunci bagi kejahatan perang yang dilakukan oleh Vladislav Dukhovich (Gary Oldman), diktator sebuah negara totaliter di Eropa Timur. Sebagai imbalan atas testimoninya, Interpol akan membebaskan istri Kincaid, Sonia (Salma Hayek).

Pemindahan ini awalnya dikoordinasi oleh agen Amelia Roussel (Elodie Yung), tapi mengingat reputasi Kincaid dimana semua orang ingin membunuhnya, khususnya antek Dukhovich, maka timbul kekacauan di tengah jalan. Hanya Bryce yang bisa mengantar Kincaid, karena ada pengkhianat di tubuh Interpol. Lagipula Bryce adalah mantan pacar Amelia, jadi Amelia seharusnya bisa percaya dia kan? Anda tahulah, tidak semua mantan itu buruk.

Di film seperti ini, kita perlu Bryce dan Kincaid untuk saling membenci. Bahkan, mereka sebenarnya adalah musuh bebuyutan. Kincaid katanya sudah 28 kali hampir membunuh Bryce. Dengan begini, kita akan mendapatkan banyak adu mulut, saling mengerjai atau melempar sumpah serapah, sembari mereka berkeliling Eropa menghancurkan mobil, merusak fasilitas umum, menghamburkan peluru, membunuhi penjahat, atau menghindari ledakan. Dan tentu saja, dalam perjalanan, mereka akan belajar untuk saling menghormati.

Film ini memakai formula buddy movie yang populer di era 80-an, yang sudah teruji sejak lama dan terlalu sering dipakai. Yang akan membedakan adalah seberapa jauh chemistry karakternya dan seberapa seru perjalanan mereka. Dalam kasus ini, The Hitman’s Bodyguard tak pergi kemana-mana. Hubungan mereka setengah matang; kita tak sedemikian peduli dengan karakter mereka kecuali karena diperankan oleh bintang top sekelas Reynolds dan Jackson. Obrolan curhat mereka tentang pasangan masing-masing sangat membosankan. Pembuat film tak bisa menawarkan sesuatu yang lebih banyak daripada apa yang pertama kali terlintas di benak kita saat membaca dua nama aktor tadi di bagian pembuka.

Reynolds mendapat peran sebagai “yang waras” dalam formula; seorang profesional yang mengutamakan misi, punya prinsip untuk tak membunuh kecuali terpaksa, dan punya akal sehat sehingga frustrasi saat melihat kekacauan terjadi. Bertolak belakang dengannya, Jackson adalah “yang gila”, hobi membantai orang dan candu dengan kekacauan. Yang membuat leluconnya mengena bukan karena bobot humor atau pengaturan situasi komedi yang pas, melainkan karena delivery mereka yang jago. Keduanya adalah pakar dalam comedic-timing, dan film ini berhutang banyak pada mereka.

Film ini digarap oleh Patrick Hughes, dan surprisingly, sekuens aksinya lebih menghibur daripada yang dia suguhkan di The Expendables 3. Set-pieces-nya komikal, seringkali menentang hukum Fisika, dan mungkin karena bujet, tampak murahan di beberapa adegan. Dua sekuens yang paling sensasional adalah adu jotos yang dilakukan Reynolds di toko perkakas yang tampaknya diambil dalam satu take, serta adegan kejar-kejaran di kanal Amsterdam yang melibatkan boat, sepeda motor, dan mobil yang terjadi secara simultan. Konyol seperti kedengarannya, tapi juga seru setengah mati. Namun Hughes tak bisa menekankan sense of geography-nya. Kebanyakan adegan aksinya disorot dengan quick-cut yang sulit dicerna, mungkin efektif untuk pertarungan jarak dekat tapi tak demikian dengan sekuens aksi yang berskala lebih besar.

Filmnya cukup menghibur di beberapa waktu, tapi saya merasa ia kurang greget secara keseluruhan. Penggarapannya nanggung. Film aksi-komedi yang bagus punya dinamika dan energi yang mantap sehingga penonton tak merasa jemu saat para karakternya saling menembak terlalu banyak atau melawak terlalu panjang. Ini akan membosankan saat tak dilakukan dengan benar. Ada bagian dalam The Hitman’s Bodyguard dimana karakternya tertawa keras seperti dibuat-buat dengan durasi yang sedikit dipanjangkan, seolah ingin memastikan apakah kita sudah tertawa atau belum. B**ch please. Filmnya lucu saat tak berjuang keras melucu. Saya lebih memilih adegan flashback saat Kincaid pertama kali jatuh hati pada Sonia yang sadis-tapi-romantis. Tak ada karakter yang tertawa di layar, tapi penonton di belakang saya sampai tersedak. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

The Hitman's Bodyguard

118 menit
Dewasa
Patrick Hughes
Tom O'Connor
David Ellison, Mark Gill, Dana Goldberg, Matthew O'Toole, John Thompson, Les Weldon
Jules O'Loughlin
Atli Örvarsson

Review Film: 'The Battleship Island' (2017)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Aksi, Artikel Drama, Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'The Battleship Island' (2017)
link : Review Film: 'The Battleship Island' (2017)

Baca juga


Kasar, hiperaktif, berisik, tapi kesensasionalan dalam sekuens aksi berskala besar membuat filmnya jarang sekali membosankan.

“We leave no one behind.”
— Park Mu-young
Rating UP:
Tak ada yang yang akan salah mengira The Battleship Island sebagai gambaran perang yang realistis. Film epik tentang Perang Dunia II ini memang terinspirasi dari kisah nyata tentang perbudakan warga Korea oleh tentara Jepang di Pulau Hashima, tapi gaya sinematisnya yang seringkali over-the-top mengurangi kredibilitasnya sebagai reka ulang peristiwa sejarah. Namun mungkin memang bukan itu tujuan filmnya. The Battleship Island adalah spectacle perang yang bombastis. Kesubtilan bercerita diganti dengan teriakan histeris, darah, dan ledakan. Kasar, hiperaktif, berisik, tapi kesensasionalan dalam sekuens aksi berskala besar membuat filmnya jarang sekali membosankan.


Lewat Berlin File dan Veteran, Ryoo Seung-wan sebelumnya memang lebih akrab dengan prediket sebagai sutradara film blockbuster, berbeda dari sutradara South Korean New Wave yang sudah lebih lama kita kenal semisal Park Chan-wook, Kim Ki-duk atau Kim Jee-won. The Battleship Island menjadi filmnya yang paling ambisius. Sebuah set berukuran raksasa dibangun khusus sesuai dengan wujud dari “Pulau Kapal Perang” ini. Skalanya 2/3 dari ukuran sebenarnya. Dengan bujet mencapai $22,3 juta, saya penasaran seberapa banyak dana yang dialokasikan untuk membangun set dan menyiapkan bahan peledak, karena nantinya kita akan melihat bagaimana set tersebut meledak disana-sini dengan sporadis.

“Pulau Kapal Perang” adalah julukan bagi Pulau Hashima karena bentuknya yang menyerupai sebuah kapal perang. Di sekelilingnya dibangun tembok tinggi yang kokoh. Ketika Perang Dunia II, Jepang menggunakan pulau ini sebagai lokasi kerja paksa bagi penduduk Korea dan Cina. Saat itu, situasi di Korea sendiri sedang kacau karena dijajah oleh Jepang sementara Jepang mulai kocar-kacir dengan tekanan Sekutu. Seorang musisi jazz, Lee Gang-ok (Hwang Jung-min) mencari jalan untuk menjadi eksodus gelap ke Jepang dengan membawa anaknya, Sohee (Kim Su-an). Namun bukannya mengungsi, mereka malah dijebak bersama dengan puluhan penumpang kapal lainnya.

Mereka dibawa ke Pulau Hashima yang berada di tengah laut, berjarak sekitar 15 kilometer dari Nagasaki. Gang-ok dipisahkan dengan anaknya. Para pria dipaksa untuk bekerja di tambang batu bara yang kondisinya sangat berbahaya. Ledakan bisa terjadi sewaktu-waktu, terowongan bisa runtuh kapan saja. Wanita dibawa ke rumah prostitusi untuk dijadikan pemuas nafsu bagi pejabat dan tentara Jepang. Untungnya, dengan umurnya yang masih belia dan kepandaiannya berakrobat, Sohee hanya dijadikan pembantu saja... untuk saat ini.

Plotnya menjadi semakin njelimet saat kita diperkenalkan dengan beberapa karakter lain. Song Joon-ki bermain sebagai Park Mu-young, mata-mata terlatih yang dikirim dalam misi untuk menyelamatkan ketua pemberontak, Yoon Hak-cul (Lee Kyoung-young). Ada pula mantan gangster, Choi Chil-sung (So Ji-sub) yang menunjukkan dominasinya dengan menghajar preman yang menantangnya. Karakter-karakter pendukung ini sepertinya bertujuan untuk memperluas konteks mengenai bagaimana perbudakan ini memberi dampak bagi orang-orang di berbagai lapisan. Dari pihak wanita, ada Mallyon (Lee Jung-hyun), wanita pekerja seks yang mengalami kekerasan (ia menceritakan bagaimana temannya yang melawan dipaksa berguling-guling di atas paku) dan nantinya menjalin hubungan dengan Chil-sung.

Di titik balik tepat beberapa saat sebelum Sekutu membombardir pulau dan menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, semua mejadi kacau-balau. Para pekerja paksa merencanakan usaha untuk kabur. Saya tak bisa sih menyebutnya sebagai “rencana”, karena dari apa yang saya lihat, sebagian besar berlangsung dengan spontan. Gang-ok yang selama ini berjuang untuk mempertahankan hidupnya dan rekan-rekannya dengan menjilat, menjadi salah satu ujung tombak karena ia sudah lumayan dipercaya oleh tentara Jepang.

Semua benang naratif ini, bagi saya cukup sulit untuk diikuti. Ryoo menyajikannya dengan intensitas sedemikian rupa, saya merasa setiap poin plot dijejalkan tanpa memberi kita kesempatan bernapas. Filmnya bergerak nyaris tanpa jeda atau fokus. Minim sekali dinamika dalam bercerita. Bobot emosional hanya saya dapatkan dari cerita Gang-ok dan Sohee, sebagian besar karena penampilang yang luar biasa dari Kim Su-an. Gadis kecil ini punya spontanitas yang membuat saya benar-benar jatuh hati kepadanya, entah saat ia menari dengan lucu atau ngedumel sewaktu dimarahi sang ayah. Ini pas sekali, karena karakter Sohee diceritakan sangat mudah disukai oleh orang lain.

Ryoo yang juga ikut menulis skrip menyederhanakan karakternya menjadi nyaris satu dimensi. Gang-ok adalah pria yang selalu “keringetan”, riweuh mengurus ini itu. Dimainkan oleh Hwang dengan akting teatrikal dan komikal sehingga memberikan kekontrasan tone yang ganjil bagi filmnya yang brutal. Karakter tentara Jepang digambarkan sebagai manusia yang murni kejinya. Tapi ini tidak masalah jika memandang The Battleship Island sebagi perayaan akan perjuangan dan kemerdekaan (yah, untuk jaman penjajahan, kita juga tak menganggap Belanda sebagai pihak yang baik kan?) sekaligus memorial atas trauma nasional.

Untuk hal ini, Ryoo mengkompensasinya dengan begitu banyak energi. Film ini merupakan pertujukan dari set-pieces yang dikoreografi dengan spektakuler. Adegan klimas yang melibatkan pelarian massal punya kebrutalan yang epik. Estetika visual diganti dengan ledakan bom Molotov. Film ini kabarnya diprioritaskan untuk tayang di bioskop berformat ScreenX, sebuah sistem proyeksi yang menjanjikan pengalaman menonton imersif, hampir 360 derajat. Saya, sayangnya, tak bisa mengakses bioskop sekelas ini, jadi mungkin dampak filmnya sedikit berkurang. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

The Battleship Island

132 menit
Dewasa
Ryoo Seung-wan
Ryoo Seung-wan
Cho Sung-min
Lee Mo-gae

Kasar, hiperaktif, berisik, tapi kesensasionalan dalam sekuens aksi berskala besar membuat filmnya jarang sekali membosankan.

“We leave no one behind.”
— Park Mu-young
Rating UP:
Tak ada yang yang akan salah mengira The Battleship Island sebagai gambaran perang yang realistis. Film epik tentang Perang Dunia II ini memang terinspirasi dari kisah nyata tentang perbudakan warga Korea oleh tentara Jepang di Pulau Hashima, tapi gaya sinematisnya yang seringkali over-the-top mengurangi kredibilitasnya sebagai reka ulang peristiwa sejarah. Namun mungkin memang bukan itu tujuan filmnya. The Battleship Island adalah spectacle perang yang bombastis. Kesubtilan bercerita diganti dengan teriakan histeris, darah, dan ledakan. Kasar, hiperaktif, berisik, tapi kesensasionalan dalam sekuens aksi berskala besar membuat filmnya jarang sekali membosankan.


Lewat Berlin File dan Veteran, Ryoo Seung-wan sebelumnya memang lebih akrab dengan prediket sebagai sutradara film blockbuster, berbeda dari sutradara South Korean New Wave yang sudah lebih lama kita kenal semisal Park Chan-wook, Kim Ki-duk atau Kim Jee-won. The Battleship Island menjadi filmnya yang paling ambisius. Sebuah set berukuran raksasa dibangun khusus sesuai dengan wujud dari “Pulau Kapal Perang” ini. Skalanya 2/3 dari ukuran sebenarnya. Dengan bujet mencapai $22,3 juta, saya penasaran seberapa banyak dana yang dialokasikan untuk membangun set dan menyiapkan bahan peledak, karena nantinya kita akan melihat bagaimana set tersebut meledak disana-sini dengan sporadis.

“Pulau Kapal Perang” adalah julukan bagi Pulau Hashima karena bentuknya yang menyerupai sebuah kapal perang. Di sekelilingnya dibangun tembok tinggi yang kokoh. Ketika Perang Dunia II, Jepang menggunakan pulau ini sebagai lokasi kerja paksa bagi penduduk Korea dan Cina. Saat itu, situasi di Korea sendiri sedang kacau karena dijajah oleh Jepang sementara Jepang mulai kocar-kacir dengan tekanan Sekutu. Seorang musisi jazz, Lee Gang-ok (Hwang Jung-min) mencari jalan untuk menjadi eksodus gelap ke Jepang dengan membawa anaknya, Sohee (Kim Su-an). Namun bukannya mengungsi, mereka malah dijebak bersama dengan puluhan penumpang kapal lainnya.

Mereka dibawa ke Pulau Hashima yang berada di tengah laut, berjarak sekitar 15 kilometer dari Nagasaki. Gang-ok dipisahkan dengan anaknya. Para pria dipaksa untuk bekerja di tambang batu bara yang kondisinya sangat berbahaya. Ledakan bisa terjadi sewaktu-waktu, terowongan bisa runtuh kapan saja. Wanita dibawa ke rumah prostitusi untuk dijadikan pemuas nafsu bagi pejabat dan tentara Jepang. Untungnya, dengan umurnya yang masih belia dan kepandaiannya berakrobat, Sohee hanya dijadikan pembantu saja... untuk saat ini.

Plotnya menjadi semakin njelimet saat kita diperkenalkan dengan beberapa karakter lain. Song Joon-ki bermain sebagai Park Mu-young, mata-mata terlatih yang dikirim dalam misi untuk menyelamatkan ketua pemberontak, Yoon Hak-cul (Lee Kyoung-young). Ada pula mantan gangster, Choi Chil-sung (So Ji-sub) yang menunjukkan dominasinya dengan menghajar preman yang menantangnya. Karakter-karakter pendukung ini sepertinya bertujuan untuk memperluas konteks mengenai bagaimana perbudakan ini memberi dampak bagi orang-orang di berbagai lapisan. Dari pihak wanita, ada Mallyon (Lee Jung-hyun), wanita pekerja seks yang mengalami kekerasan (ia menceritakan bagaimana temannya yang melawan dipaksa berguling-guling di atas paku) dan nantinya menjalin hubungan dengan Chil-sung.

Di titik balik tepat beberapa saat sebelum Sekutu membombardir pulau dan menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, semua mejadi kacau-balau. Para pekerja paksa merencanakan usaha untuk kabur. Saya tak bisa sih menyebutnya sebagai “rencana”, karena dari apa yang saya lihat, sebagian besar berlangsung dengan spontan. Gang-ok yang selama ini berjuang untuk mempertahankan hidupnya dan rekan-rekannya dengan menjilat, menjadi salah satu ujung tombak karena ia sudah lumayan dipercaya oleh tentara Jepang.

Semua benang naratif ini, bagi saya cukup sulit untuk diikuti. Ryoo menyajikannya dengan intensitas sedemikian rupa, saya merasa setiap poin plot dijejalkan tanpa memberi kita kesempatan bernapas. Filmnya bergerak nyaris tanpa jeda atau fokus. Minim sekali dinamika dalam bercerita. Bobot emosional hanya saya dapatkan dari cerita Gang-ok dan Sohee, sebagian besar karena penampilang yang luar biasa dari Kim Su-an. Gadis kecil ini punya spontanitas yang membuat saya benar-benar jatuh hati kepadanya, entah saat ia menari dengan lucu atau ngedumel sewaktu dimarahi sang ayah. Ini pas sekali, karena karakter Sohee diceritakan sangat mudah disukai oleh orang lain.

Ryoo yang juga ikut menulis skrip menyederhanakan karakternya menjadi nyaris satu dimensi. Gang-ok adalah pria yang selalu “keringetan”, riweuh mengurus ini itu. Dimainkan oleh Hwang dengan akting teatrikal dan komikal sehingga memberikan kekontrasan tone yang ganjil bagi filmnya yang brutal. Karakter tentara Jepang digambarkan sebagai manusia yang murni kejinya. Tapi ini tidak masalah jika memandang The Battleship Island sebagi perayaan akan perjuangan dan kemerdekaan (yah, untuk jaman penjajahan, kita juga tak menganggap Belanda sebagai pihak yang baik kan?) sekaligus memorial atas trauma nasional.

Untuk hal ini, Ryoo mengkompensasinya dengan begitu banyak energi. Film ini merupakan pertujukan dari set-pieces yang dikoreografi dengan spektakuler. Adegan klimas yang melibatkan pelarian massal punya kebrutalan yang epik. Estetika visual diganti dengan ledakan bom Molotov. Film ini kabarnya diprioritaskan untuk tayang di bioskop berformat ScreenX, sebuah sistem proyeksi yang menjanjikan pengalaman menonton imersif, hampir 360 derajat. Saya, sayangnya, tak bisa mengakses bioskop sekelas ini, jadi mungkin dampak filmnya sedikit berkurang. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

The Battleship Island

132 menit
Dewasa
Ryoo Seung-wan
Ryoo Seung-wan
Cho Sung-min
Lee Mo-gae

Polling: Film Pilihan 11-08-2017 s.d. 17-08-2017

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Polling, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Polling: Film Pilihan 11-08-2017 s.d. 17-08-2017
link : Polling: Film Pilihan 11-08-2017 s.d. 17-08-2017

Baca juga



Annabelle: Creation dirilis minggu ini, jadi wajar jika tak ada film yang berani melawan raksasa The Conjuring ini. Yah, kecuali jika film anda adalah Rafathar, 12:06 Rumah Kucing, The Emoji Movie, dan The Hunter's Prayer.

Pemenangnya tentu saja Annabelle: Creation dengan perolehan suara telak, 68,18%. Di bawahnya ada The Emoji Movie dengan 18,18%. Berikut hasil lengkapnya.


Berikut adalah polling untuk minggu ini. Seperti biasa, peraturannya: saya hanya mencantumkan film terbaru yang tayang dalam minggu ini, saya tidak akan mengikutsertakan film yang tayang pada midnight show, dan anda hanya bisa memilih maksimal 3 film.

Polling akan saya tutup Kamis depan pukul 23.59. Silakan pilih film pilihan anda minggu ini agar bisa menjadi referensi bagi penonton lainnya (dan mungkin bagi saya juga). Polling juga bisa anda akses setiap saat di bagian sidebar blog ini. Happy voting. ■UP


Annabelle: Creation dirilis minggu ini, jadi wajar jika tak ada film yang berani melawan raksasa The Conjuring ini. Yah, kecuali jika film anda adalah Rafathar, 12:06 Rumah Kucing, The Emoji Movie, dan The Hunter's Prayer.

Pemenangnya tentu saja Annabelle: Creation dengan perolehan suara telak, 68,18%. Di bawahnya ada The Emoji Movie dengan 18,18%. Berikut hasil lengkapnya.


Berikut adalah polling untuk minggu ini. Seperti biasa, peraturannya: saya hanya mencantumkan film terbaru yang tayang dalam minggu ini, saya tidak akan mengikutsertakan film yang tayang pada midnight show, dan anda hanya bisa memilih maksimal 3 film.

Polling akan saya tutup Kamis depan pukul 23.59. Silakan pilih film pilihan anda minggu ini agar bisa menjadi referensi bagi penonton lainnya (dan mungkin bagi saya juga). Polling juga bisa anda akses setiap saat di bagian sidebar blog ini. Happy voting. ■UP

Spin-Off Obi-Wan Temukan Calon Sutradara, Lucasfilm juga Rencanakan Spin-Off Yoda & Boba Fett

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Spin-Off Obi-Wan Temukan Calon Sutradara, Lucasfilm juga Rencanakan Spin-Off Yoda & Boba Fett
link : Spin-Off Obi-Wan Temukan Calon Sutradara, Lucasfilm juga Rencanakan Spin-Off Yoda & Boba Fett

Baca juga


Spekulasi menyangkut spin-off Obi-Wan Kenobi yang sudah lama berhembus di saga 'Star Wars', akhirnya menjadi kenyataan. Lucasfilm juga dikabarkan sedang mempertimbangkan spin-off untuk Yoda dan pembunuh bayaran Boba Fett.

Spekulasi menyangkut spin-off Obi-Wan Kenobi yang sudah lama berhembus di saga Star Wars, akhirnya menjadi kenyataan. Seperti dilansir THR, kini Lucasfilm sedang bernegosiasi dengan Stephen Daldry, sineas peraih nominasi Oscar yang dikenal lewat Billy Elliot dan The Hours. Jika mencapai kesepakatan, Daldry akan menyutradarai dan menulis naskah spin-off Obi-Wan.

Obi-Wan sendiri menyusul Han Solo sebagai karakter ikonik Star-Wars di luar keluarga Skywalker yang diberi filmnya sendiri. Namun jika spin-off Han Solo sudah memasuki tahap produksi untuk dirilis 2018, spin-off Obi-Wan baru di tahap awal pengembangan dan belum punya skrip. Karena itulah, pemain maupun cerita dari film sang master Jedi belum diketahui.

Dibuatkannya spin-off Obi-Wan tentu bukan hal mengejutkan jika melihat kepopulerannya yang menyamai karakter besar lain di saga Star Wars seperti Luke Skywalker, Han Solo hingga Darth Vader. Digambarkan sebagai pertapa bijaksana dan ksatria tangguh, Obi-Wan juga pernah menjadi mentor dari Luke dan Darth Vader. Karakter heroik ini tercatat telah diperankan dua aktor, yakni Alec Guinness di trilogi original Star Wars, dan Ewan McGregor di trilogi prekuel untuk versi Obi-Wan lebih muda. Kendati McGregor mengaku tertarik kembali memerankan karakter tersebut, keterlibatannya di spin-off Obi-Wan belum dipastikan.

Dalam berita yang sama, Lucasfilm juga dikabarkan sedang mempertimbangkan spin-off untuk Yoda dan pembunuh bayaran Boba Fett. Selebihnya, tak ada keterangan lebih lanjut terkait proyek tersebut. Namun di masa lalu, ada rumor yang mengklaim film Boba Fett akan bercerita sekelompok pembunuh bayaran yang menjalankan misi berbahaya. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Spekulasi menyangkut spin-off Obi-Wan Kenobi yang sudah lama berhembus di saga 'Star Wars', akhirnya menjadi kenyataan. Lucasfilm juga dikabarkan sedang mempertimbangkan spin-off untuk Yoda dan pembunuh bayaran Boba Fett.

Spekulasi menyangkut spin-off Obi-Wan Kenobi yang sudah lama berhembus di saga Star Wars, akhirnya menjadi kenyataan. Seperti dilansir THR, kini Lucasfilm sedang bernegosiasi dengan Stephen Daldry, sineas peraih nominasi Oscar yang dikenal lewat Billy Elliot dan The Hours. Jika mencapai kesepakatan, Daldry akan menyutradarai dan menulis naskah spin-off Obi-Wan.

Obi-Wan sendiri menyusul Han Solo sebagai karakter ikonik Star-Wars di luar keluarga Skywalker yang diberi filmnya sendiri. Namun jika spin-off Han Solo sudah memasuki tahap produksi untuk dirilis 2018, spin-off Obi-Wan baru di tahap awal pengembangan dan belum punya skrip. Karena itulah, pemain maupun cerita dari film sang master Jedi belum diketahui.

Dibuatkannya spin-off Obi-Wan tentu bukan hal mengejutkan jika melihat kepopulerannya yang menyamai karakter besar lain di saga Star Wars seperti Luke Skywalker, Han Solo hingga Darth Vader. Digambarkan sebagai pertapa bijaksana dan ksatria tangguh, Obi-Wan juga pernah menjadi mentor dari Luke dan Darth Vader. Karakter heroik ini tercatat telah diperankan dua aktor, yakni Alec Guinness di trilogi original Star Wars, dan Ewan McGregor di trilogi prekuel untuk versi Obi-Wan lebih muda. Kendati McGregor mengaku tertarik kembali memerankan karakter tersebut, keterlibatannya di spin-off Obi-Wan belum dipastikan.

Dalam berita yang sama, Lucasfilm juga dikabarkan sedang mempertimbangkan spin-off untuk Yoda dan pembunuh bayaran Boba Fett. Selebihnya, tak ada keterangan lebih lanjut terkait proyek tersebut. Namun di masa lalu, ada rumor yang mengklaim film Boba Fett akan bercerita sekelompok pembunuh bayaran yang menjalankan misi berbahaya. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem