- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Di tengah persiapan syuting film terbarunya yang berjudul ‘Once Upon a Time in Hollywood’, penulis/sutradara Quentin Tarantino berbagi detail baru soal filmnya.
Di tengah persiapan syuting film terbarunya yang berjudulOnce Upon a Time in Hollywood, penulis/sutradara Quentin Tarantino menghadiri event CinemaCon 2018 untuk berbagi detail baru soal filmnya.
Kendati tak menjelaskan cerita Once Upon a Time in Hollywood secara spesifik, Tarantino mengakui keterkaitan antar cerita di film ini membuatnya sangat mirip dengan Pulp Fiction, film klasik rilisan 1994 yang membesarkan nama sang sutradara. Menariknya lagi, dua bintang utama Once Upon a Time in Hollywood – Brad Pitt dan Leonardo DiCaprio – dijanjikan Tarantino akan menjadi duet akting paling asyik sejak duet Paul Newman dan Robert Redford diButch Cassidy and the Sundance Kid. Kebetulan sekali, film tersebut dirilis 1969, yang mana tahun ini akan menjadi setting Once Upon a Time in Hollywood dalam menuturkan ceritanya.
Selain Pitt dan DiCaprio, balum ada pemain lain yang keterlibatannya dikonfirmasi. Namun sejauh ini ada kabar yang menyebut Margot Robbie akan berperan sebagai Sharon Tate, aktris Holywood yang tenar di era 1960-an dan menjadi korban pembunuhan kelompok Charles Manson. FYI, Once Upon a Time in Hollywood sendiri akan menyoroti beberapa peristiwa yang paling banyak menyedot perhatian di tahun 1969, salah satunya tentu adalah aksi pembunuhan Charles Manson.
Berdasarkan detail sebelumnya, Once Upon a Time in Hollywood akan bersetting di Los Angeles pada tahun 1969, dimana saat itu jagat hiburan Amerika didominasi kaum hippies. Film ini mengusung dua karakter sentral bernama Rick Dalton (DiCaprio) – mantan bintang serial TV western – dan Cliff Booth (Pitt) – stuntman andalan Dalton. Mereka berdua mengalami kesulitan untuk berkarir di Hollywood lantaran kondisinya yang sudah berubah. Namun menariknya, Rick punya tetangga yang sangat terkenal, Sharon Tate. Film ini pun akan menjadi homage untuk dua film klasik legendaris besutan Sergio Leone, Once Upon a Time in the West danOnce Upon a Time in America. Karena itu, Once Upon a Time in Hollywood ini disebut-sebut akan menjadi penutup “spiritual” dari trilogi Once Upon a Time.
Dengan syuting yang akan dimulai pada musim panas ini, rencananya Once Upon a Time in Hollywood akan dirilis 9 Agustus 2019, yang bertepatan dengan peringatan 50 tahun kematian Sharon Tate.
Di tengah persiapan syuting film terbarunya yang berjudul ‘Once Upon a Time in Hollywood’, penulis/sutradara Quentin Tarantino berbagi detail baru soal filmnya.
Di tengah persiapan syuting film terbarunya yang berjudulOnce Upon a Time in Hollywood, penulis/sutradara Quentin Tarantino menghadiri event CinemaCon 2018 untuk berbagi detail baru soal filmnya.
Kendati tak menjelaskan cerita Once Upon a Time in Hollywood secara spesifik, Tarantino mengakui keterkaitan antar cerita di film ini membuatnya sangat mirip dengan Pulp Fiction, film klasik rilisan 1994 yang membesarkan nama sang sutradara. Menariknya lagi, dua bintang utama Once Upon a Time in Hollywood – Brad Pitt dan Leonardo DiCaprio – dijanjikan Tarantino akan menjadi duet akting paling asyik sejak duet Paul Newman dan Robert Redford diButch Cassidy and the Sundance Kid. Kebetulan sekali, film tersebut dirilis 1969, yang mana tahun ini akan menjadi setting Once Upon a Time in Hollywood dalam menuturkan ceritanya.
Selain Pitt dan DiCaprio, balum ada pemain lain yang keterlibatannya dikonfirmasi. Namun sejauh ini ada kabar yang menyebut Margot Robbie akan berperan sebagai Sharon Tate, aktris Holywood yang tenar di era 1960-an dan menjadi korban pembunuhan kelompok Charles Manson. FYI, Once Upon a Time in Hollywood sendiri akan menyoroti beberapa peristiwa yang paling banyak menyedot perhatian di tahun 1969, salah satunya tentu adalah aksi pembunuhan Charles Manson.
Berdasarkan detail sebelumnya, Once Upon a Time in Hollywood akan bersetting di Los Angeles pada tahun 1969, dimana saat itu jagat hiburan Amerika didominasi kaum hippies. Film ini mengusung dua karakter sentral bernama Rick Dalton (DiCaprio) – mantan bintang serial TV western – dan Cliff Booth (Pitt) – stuntman andalan Dalton. Mereka berdua mengalami kesulitan untuk berkarir di Hollywood lantaran kondisinya yang sudah berubah. Namun menariknya, Rick punya tetangga yang sangat terkenal, Sharon Tate. Film ini pun akan menjadi homage untuk dua film klasik legendaris besutan Sergio Leone, Once Upon a Time in the West danOnce Upon a Time in America. Karena itu, Once Upon a Time in Hollywood ini disebut-sebut akan menjadi penutup “spiritual” dari trilogi Once Upon a Time.
Dengan syuting yang akan dimulai pada musim panas ini, rencananya Once Upon a Time in Hollywood akan dirilis 9 Agustus 2019, yang bertepatan dengan peringatan 50 tahun kematian Sharon Tate.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Box Office, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Sebelum 'Avengers: Infinity War' menyerang, 'A Quiet Place' masih sempat merebut prediket jawara dari 'Rampage'. Berikut rekap box office minggu ini.
Tinggal seminggu lagi Avengers: Infinity War menyerbu bioskop dan meluluhlantakkan apapun yang ada di jalannya. Namun sebelum itu, kompetisi kecil masih berlangsung di box office.
Tanpa adanya film besar baru yang tayang minggu ini, kompetisi memperebutkan posisi puncak sebenarnya hanya mengerucut pada runner-up dan jawara minggu lalu: A Quiet Place dan Rampage. Ternyata, dengan selisih yang tipis saja, film horor-thriller karya John Krasinksi tersebut berhasil mengalahkan The Rock dan merebut mahkota juara. Memperoleh $20,9 juta, film ini total sudah mengumpulkan $131,3 juta selama 3 minggu. Sebagai perbandingan, The Conjuring hanya mampu mengumpulkan $137,4 juta saja sepanjang penayangannya.
Dengan review kritikus dan respon penonton yang sangat bagus serta performa yang masih sangat kuat (hanya turun 36,6% dibanding minggu lalu), ia sudah bisa dibilang sebagai hit besar di Amerika bagi Paramount. Ingat, tahun lalu Transformers: The Last Knight cuma mampu mengumpulkan $130,1 juta saja di Amerika.
Di luar Amerika, A Quiet Place juga masih bertahan. Dari 57 negara, ia mengumpulkan $15 juta, sehingga menggenapkan total pendapatan globalnya ke angka $207,2 juta.
Film komedi terbaru dari Amy Schumer, I Feel Pretty masuk di posisi ketiga dengan $16,0 juta. Meski katanya melebihi ekspektasi pengamat, tapi debut ini lebih rendah daripada film Schumer sebelumnya, Trainwreck ($30 juta) dan Snatched ($19,5 juta). Belum lagi fakta bahwa ini berating PG-13/Remaja yang berarti punya demografi penonton yang (seharusnya) lebih luas dibanding 2 film tadi yang berating R/Dewasa. Penonton memberikannya CinemaScore "B+".
Yang benar-benar melewati ekspektasi adalah Super Troopers 2, film komedi yang katanya hanya bakal meraih debut minimalis. Realitanya, film ini meraup $15,2 juta, dua kali lipat tinggi dibanding prediksi awal. Hanya dalam seminggu, pendapatannya sudah melewati bujetnya yang $13,5 juta. Ia bahkan tinggal memperoleh $3,5 juta saja untuk melewati pendapatan total dari film pertamanya yang dirilis 16 tahun yang silam. CinemaScore-nya adalah "B+".
Rampage turun ke posisi dengan $20,1 juta. Selama dua minggu, ia sudah mengumpulkan $65,7 juta di Amerika. Cerita sesungguhnya berasal dari luar Amerika, dimana ia meraup $58 juta dari 61 negara minggu ini. Total pendapatan globalnya sekarang adalah $283,3 juta. Cina menjad penyumbang terbesar dengan $106,4 juta.
Terjerembab ke posisi kelima dengan penurunan besar 58,3%, Truth or Dare mendapat $7,8 juta. Terdengar mengecewakan memang, tapi studio Blumhouse sudah lebih dari untung karena filmnya telah mengumpulkan $30,3 juta dari bujet yang hanya $3,5 juta. Apalagi ada tambahan $7,9 juta dari 25 negara yang membuat total pendapatan globalnya menjadi $38,3 juta.
Sebelum 'Avengers: Infinity War' menyerang, 'A Quiet Place' masih sempat merebut prediket jawara dari 'Rampage'. Berikut rekap box office minggu ini.
Tinggal seminggu lagi Avengers: Infinity War menyerbu bioskop dan meluluhlantakkan apapun yang ada di jalannya. Namun sebelum itu, kompetisi kecil masih berlangsung di box office.
Tanpa adanya film besar baru yang tayang minggu ini, kompetisi memperebutkan posisi puncak sebenarnya hanya mengerucut pada runner-up dan jawara minggu lalu: A Quiet Place dan Rampage. Ternyata, dengan selisih yang tipis saja, film horor-thriller karya John Krasinksi tersebut berhasil mengalahkan The Rock dan merebut mahkota juara. Memperoleh $20,9 juta, film ini total sudah mengumpulkan $131,3 juta selama 3 minggu. Sebagai perbandingan, The Conjuring hanya mampu mengumpulkan $137,4 juta saja sepanjang penayangannya.
Dengan review kritikus dan respon penonton yang sangat bagus serta performa yang masih sangat kuat (hanya turun 36,6% dibanding minggu lalu), ia sudah bisa dibilang sebagai hit besar di Amerika bagi Paramount. Ingat, tahun lalu Transformers: The Last Knight cuma mampu mengumpulkan $130,1 juta saja di Amerika.
Di luar Amerika, A Quiet Place juga masih bertahan. Dari 57 negara, ia mengumpulkan $15 juta, sehingga menggenapkan total pendapatan globalnya ke angka $207,2 juta.
Film komedi terbaru dari Amy Schumer, I Feel Pretty masuk di posisi ketiga dengan $16,0 juta. Meski katanya melebihi ekspektasi pengamat, tapi debut ini lebih rendah daripada film Schumer sebelumnya, Trainwreck ($30 juta) dan Snatched ($19,5 juta). Belum lagi fakta bahwa ini berating PG-13/Remaja yang berarti punya demografi penonton yang (seharusnya) lebih luas dibanding 2 film tadi yang berating R/Dewasa. Penonton memberikannya CinemaScore "B+".
Yang benar-benar melewati ekspektasi adalah Super Troopers 2, film komedi yang katanya hanya bakal meraih debut minimalis. Realitanya, film ini meraup $15,2 juta, dua kali lipat tinggi dibanding prediksi awal. Hanya dalam seminggu, pendapatannya sudah melewati bujetnya yang $13,5 juta. Ia bahkan tinggal memperoleh $3,5 juta saja untuk melewati pendapatan total dari film pertamanya yang dirilis 16 tahun yang silam. CinemaScore-nya adalah "B+".
Rampage turun ke posisi dengan $20,1 juta. Selama dua minggu, ia sudah mengumpulkan $65,7 juta di Amerika. Cerita sesungguhnya berasal dari luar Amerika, dimana ia meraup $58 juta dari 61 negara minggu ini. Total pendapatan globalnya sekarang adalah $283,3 juta. Cina menjad penyumbang terbesar dengan $106,4 juta.
Terjerembab ke posisi kelima dengan penurunan besar 58,3%, Truth or Dare mendapat $7,8 juta. Terdengar mengecewakan memang, tapi studio Blumhouse sudah lebih dari untung karena filmnya telah mengumpulkan $30,3 juta dari bujet yang hanya $3,5 juta. Apalagi ada tambahan $7,9 juta dari 25 negara yang membuat total pendapatan globalnya menjadi $38,3 juta.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Di tengah kesibukan menggarap ‘Avatar 2’ dan ‘Avatar 3’, sutradara James Cameron bicara soal visinya untuk keempat sekuel ‘Avatar’ yang kesemuanya ia sutradarai.
Di tengah kesibukan menggarap Avatar 2 dan Avatar 3secara marathon, sutradara James Cameron sedikit meluangkan waktunya untuk berbincang dengan Deadline. Tak hanya membicarakan serial terbarunya yang bertajuk AMC Visionaries: James Cameron's Story of Science Fiction, Cameron juga menyinggung keempat sekuel Avatar yang kesemuanya ia sutradarai.
Menurut pengakuan Cameron, jajaran sekuel Avatar adalah drama keluarga, layaknya sagaGodfather yang legendaris itu. Kendati tahu betul bahwa Avatar mengusung genre dan cerita yang sangat berbeda, Cameron tergugah oleh ide menghadirkan drama keluarga yang menyerupai Godfather. Lebih dari itu, Cameron juga mengungkapkan jajaran sekuel Avatar akan sangat berbeda dengan film pertama, karena film-film ini akan menjadi saga keluarga lintas generasi. Dan meski kenyataannya akan kembali membawa karakter serta tipe setting yang sama, Cameron menjanjikan keempat sekuel Avatar tak hanya akan menjadi tontonan yang belum pernah kita lihat, tapi juga belum pernah kita bayangkan. Cameron juga menambahkan, saat diwawancarai Deadline, proses syuting Avatar 2 dan Avatar 3 telah memasuki hari ke-100. Sineas veteran ini pun menyebut kedua film ini sebagai karya gabungan, karena ia mondar-mandir tanpa urutan jadwal tertentu dalam proses penggarapan keduanya. Disebutkan pula skrip Avatar 4 danAvatar 5sudah siap difilmkan, namun untuk saat ini Cameron fokus membidani Avatar 2 dan Avatar 3 yang akan dirilis 2020 dan 2021. Cameron pun juga memastikan produksi proyek sekuel Avatar takkan terpengaruh setelah Fox (studio Avatar) resmi diakuisisi Disney pada 2019 mendatang. Terakhir, Cameron menyatakan ia akan mulai serius mengembangkan Avatar 4 dan Avatar 5 begitu ia merampungkan Avatar 2 dan Avatar 3.
Berkisah kehidupan keluarga baru Jake Sully bersama suku Na’Vi di planet Pandora, jajaran sekuel Avatar kembali dibintangi Sam Worthington (Jake), Zoe Saldana (Neytiri), Stephen Lang (Colonel Quaritch) dan Sigourney Weaver (Dr. Grace Augustine). Selain mereka, juga ada pemain baru meliputi Oona Chaplin dan Cliff Curtis, serta aktris yang pernah berkolaborasi dengan Cameron di Titanic, Kate Winslet.
Avatar 2 akan dirilis 18 Desember 2020. Sementara, tiga sekuel lainnya siap menyusul secara bergiliran pada 17 Desember 2021, 20 Desember 2024 dan 19 Desember 2025.
Di tengah kesibukan menggarap ‘Avatar 2’ dan ‘Avatar 3’, sutradara James Cameron bicara soal visinya untuk keempat sekuel ‘Avatar’ yang kesemuanya ia sutradarai.
Di tengah kesibukan menggarap Avatar 2 dan Avatar 3secara marathon, sutradara James Cameron sedikit meluangkan waktunya untuk berbincang dengan Deadline. Tak hanya membicarakan serial terbarunya yang bertajuk AMC Visionaries: James Cameron's Story of Science Fiction, Cameron juga menyinggung keempat sekuel Avatar yang kesemuanya ia sutradarai.
Menurut pengakuan Cameron, jajaran sekuel Avatar adalah drama keluarga, layaknya sagaGodfather yang legendaris itu. Kendati tahu betul bahwa Avatar mengusung genre dan cerita yang sangat berbeda, Cameron tergugah oleh ide menghadirkan drama keluarga yang menyerupai Godfather. Lebih dari itu, Cameron juga mengungkapkan jajaran sekuel Avatar akan sangat berbeda dengan film pertama, karena film-film ini akan menjadi saga keluarga lintas generasi. Dan meski kenyataannya akan kembali membawa karakter serta tipe setting yang sama, Cameron menjanjikan keempat sekuel Avatar tak hanya akan menjadi tontonan yang belum pernah kita lihat, tapi juga belum pernah kita bayangkan. Cameron juga menambahkan, saat diwawancarai Deadline, proses syuting Avatar 2 dan Avatar 3 telah memasuki hari ke-100. Sineas veteran ini pun menyebut kedua film ini sebagai karya gabungan, karena ia mondar-mandir tanpa urutan jadwal tertentu dalam proses penggarapan keduanya. Disebutkan pula skrip Avatar 4 danAvatar 5sudah siap difilmkan, namun untuk saat ini Cameron fokus membidani Avatar 2 dan Avatar 3 yang akan dirilis 2020 dan 2021. Cameron pun juga memastikan produksi proyek sekuel Avatar takkan terpengaruh setelah Fox (studio Avatar) resmi diakuisisi Disney pada 2019 mendatang. Terakhir, Cameron menyatakan ia akan mulai serius mengembangkan Avatar 4 dan Avatar 5 begitu ia merampungkan Avatar 2 dan Avatar 3.
Berkisah kehidupan keluarga baru Jake Sully bersama suku Na’Vi di planet Pandora, jajaran sekuel Avatar kembali dibintangi Sam Worthington (Jake), Zoe Saldana (Neytiri), Stephen Lang (Colonel Quaritch) dan Sigourney Weaver (Dr. Grace Augustine). Selain mereka, juga ada pemain baru meliputi Oona Chaplin dan Cliff Curtis, serta aktris yang pernah berkolaborasi dengan Cameron di Titanic, Kate Winslet.
Avatar 2 akan dirilis 18 Desember 2020. Sementara, tiga sekuel lainnya siap menyusul secara bergiliran pada 17 Desember 2021, 20 Desember 2024 dan 19 Desember 2025.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Bicara soal superhero baru yang akan debut di MCU, belum lama ini Marvel mengkonfirmasi satu karakter yang siap unjuk gigi.
Seiring Phase 3 akan ditutup dengan Avengers: Infinity War dan Avengers 4, Marvel pun mulai ancang-ancang untuk membangun Marvel Cinematic Universe Phase 4. Dengan potensi gugurnya beberapa superhero di Avengers 4 yang tak terelakkan, studio diprediksi akan mengganti mereka dengan superhero baru yang belum pernah tampil di layar lebar. Bicara soal superhero baru yang akan debut di MCU, belum lama ini Marvel mengkonfirmasi satu karakter yang siap unjuk gigi.
Seperti yang dilansir Screen Rant, Kevin Feige selaku pimpinan Marvel Studios membenarkan bahwa Moon Knight akan muncul di MCU. Namun Feige tak memastikan kapan Moon Knight akan muncul di Phase 4, karena kehadirannya bisa 5, 10 atau bahkan 15 tahun lagi. Menariknya, di luar Moon Knight, Feige juga mengakui ada deretan karakter lain – yang namanya tak disebutkan - yang dipertimbangkan untuk muncul. Pernyataan Feige pun seolah mengisyaratkan, Marvel masih punya banyak stok superhero jika anggota The Avengers yang sekarang tak lagi eksis di masa depan.
FYI, Marc Spector a.k.a. Moon Knight adalah seorang marinir Amerika Serikat juga pembunuh bayaran yang tak hanya diberi kesempatan kedua untuk hidup, tapi juga diberi kekuatan super oleh dewa bulan Khonshu asal Mesir. Namun karena Spector haus akan balas dendam dan menderita kepribadian ganda, ia seringkali menjadi vigilante berbahaya.
Kisah Moon Knight di komiknya yang bernuansa kelam pun membuat ia kerap dibandingkan dengan Batman. Dengan basis fans yang besar, Moon Knight dengan tone gelapnya diharapkan bisa membawa angin segar untuk MCU yang selama ini didominasi film-film yang tergolong ceria dan santai.
Bicara soal superhero baru yang akan debut di MCU, belum lama ini Marvel mengkonfirmasi satu karakter yang siap unjuk gigi.
Seiring Phase 3 akan ditutup dengan Avengers: Infinity War dan Avengers 4, Marvel pun mulai ancang-ancang untuk membangun Marvel Cinematic Universe Phase 4. Dengan potensi gugurnya beberapa superhero di Avengers 4 yang tak terelakkan, studio diprediksi akan mengganti mereka dengan superhero baru yang belum pernah tampil di layar lebar. Bicara soal superhero baru yang akan debut di MCU, belum lama ini Marvel mengkonfirmasi satu karakter yang siap unjuk gigi.
Seperti yang dilansir Screen Rant, Kevin Feige selaku pimpinan Marvel Studios membenarkan bahwa Moon Knight akan muncul di MCU. Namun Feige tak memastikan kapan Moon Knight akan muncul di Phase 4, karena kehadirannya bisa 5, 10 atau bahkan 15 tahun lagi. Menariknya, di luar Moon Knight, Feige juga mengakui ada deretan karakter lain – yang namanya tak disebutkan - yang dipertimbangkan untuk muncul. Pernyataan Feige pun seolah mengisyaratkan, Marvel masih punya banyak stok superhero jika anggota The Avengers yang sekarang tak lagi eksis di masa depan.
FYI, Marc Spector a.k.a. Moon Knight adalah seorang marinir Amerika Serikat juga pembunuh bayaran yang tak hanya diberi kesempatan kedua untuk hidup, tapi juga diberi kekuatan super oleh dewa bulan Khonshu asal Mesir. Namun karena Spector haus akan balas dendam dan menderita kepribadian ganda, ia seringkali menjadi vigilante berbahaya.
Kisah Moon Knight di komiknya yang bernuansa kelam pun membuat ia kerap dibandingkan dengan Batman. Dengan basis fans yang besar, Moon Knight dengan tone gelapnya diharapkan bisa membawa angin segar untuk MCU yang selama ini didominasi film-film yang tergolong ceria dan santai.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Marvel merilis detail penting berupa cerita dari sekuel yang menghadirkan aksi duet Scott Lang a.k.a. Ant-Man dan Hope van Dyne a.k.a. The Wasp.
Di tengah tingginya hypeAvengers: Infinity War yang tak lama lagi akan tayang, Marvel tak lupa untuk mempromosikan film superhero terbarunya yang berskala lebih kecil, Ant-Man and the Wasp. Melalui Entertainment Weekly, studio akhirnya merilis detail penting berupa cerita dari sekuel yang menghadirkan aksi duet Scott Lang a.k.a. Ant-Man dan Hope van Dyne a.k.a. The Wasp.
Detail ini sendiri menjelaskan, Ant-Man bersama The Wasp sedang berupaya menyelamatkan Janet van Dyne - ibu Hope dan istri ilmuwan Hank Pym – dari Alam Kuantum. Diketahui Alam Kuantum adalah tempat dimana Janet hilang selama puluhan tahun. Dan kebetulan pula, Scott pernah memasuki Alam Kuantum dan berhasil keluar dengan selamat di film pertama. Padahal untuk bisa keluar dari Alam tersebut dinilai mustahil oleh Pym. Evangeline Lily selaku pemeran Janet pun menjelaskan, di sepanjang filmnya nanti karakternya akan berusaha sekeras mungkin untuk menemukan cara masuk ke dalam Alam Kuantum dan membawa Janet keluar.
Disamping detail cerita Ant-Man and the Wasp, sutradara Peyton Reed mengkonfirmasi villain utama di sekuel ini adalah Ghost. Meski di komiknya adalah karakter pria, Reed menunjuk aktris untuk memerankan Ghost, karena baginya Ghost bisa menjadi siapa saja. Reed pun mengakui Ghost akan menjadi musuh yang tangguh bagi Ant-Man dan The Wasp, lantaran villain ini memiliki kemampuan untuk menembus benda padat.
Selain Lily, Ant-Man and the Wasp kembali dibintangi Paul Rudd (Scott Lang/Ant-Man), MichaelDouglas (Dr. Hank Pym), Judy Greer (Maggie Lang) dan Michael Pena (Luis). Sementara untuk pemain barunya meliputi Michelle Pfeiffer (Janet van Dyne), Hannah John-Kamen (Ghost), Walter Goggins dan Laurence Fishburne.
Rencananya Ant-Man and the Wasp akan dirilis 6 Juli 2018.
Marvel merilis detail penting berupa cerita dari sekuel yang menghadirkan aksi duet Scott Lang a.k.a. Ant-Man dan Hope van Dyne a.k.a. The Wasp.
Di tengah tingginya hypeAvengers: Infinity War yang tak lama lagi akan tayang, Marvel tak lupa untuk mempromosikan film superhero terbarunya yang berskala lebih kecil, Ant-Man and the Wasp. Melalui Entertainment Weekly, studio akhirnya merilis detail penting berupa cerita dari sekuel yang menghadirkan aksi duet Scott Lang a.k.a. Ant-Man dan Hope van Dyne a.k.a. The Wasp.
Detail ini sendiri menjelaskan, Ant-Man bersama The Wasp sedang berupaya menyelamatkan Janet van Dyne - ibu Hope dan istri ilmuwan Hank Pym – dari Alam Kuantum. Diketahui Alam Kuantum adalah tempat dimana Janet hilang selama puluhan tahun. Dan kebetulan pula, Scott pernah memasuki Alam Kuantum dan berhasil keluar dengan selamat di film pertama. Padahal untuk bisa keluar dari Alam tersebut dinilai mustahil oleh Pym. Evangeline Lily selaku pemeran Janet pun menjelaskan, di sepanjang filmnya nanti karakternya akan berusaha sekeras mungkin untuk menemukan cara masuk ke dalam Alam Kuantum dan membawa Janet keluar.
Disamping detail cerita Ant-Man and the Wasp, sutradara Peyton Reed mengkonfirmasi villain utama di sekuel ini adalah Ghost. Meski di komiknya adalah karakter pria, Reed menunjuk aktris untuk memerankan Ghost, karena baginya Ghost bisa menjadi siapa saja. Reed pun mengakui Ghost akan menjadi musuh yang tangguh bagi Ant-Man dan The Wasp, lantaran villain ini memiliki kemampuan untuk menembus benda padat.
Selain Lily, Ant-Man and the Wasp kembali dibintangi Paul Rudd (Scott Lang/Ant-Man), MichaelDouglas (Dr. Hank Pym), Judy Greer (Maggie Lang) dan Michael Pena (Luis). Sementara untuk pemain barunya meliputi Michelle Pfeiffer (Janet van Dyne), Hannah John-Kamen (Ghost), Walter Goggins dan Laurence Fishburne.
Rencananya Ant-Man and the Wasp akan dirilis 6 Juli 2018.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Duo sutradara Russo mengungkap sejumlah detail mengenai 'Avengers 4', mulai dari status terkini film tersebut hingga potensi durasinya.
Selain menceritakan proses bersatunya The Avengers dan Guardians of the Galaxy, Avengers: Infinity War juga menyoroti pertempuran mereka melawan villain super kuat Thanos dan pasukan elitnya yang bernama Black Order. Berkaca dari plot tersebut, tak aneh jika Infinity War berakhir jadi film yang cukup panjang, dengan total durasi mencapai 149 menit menurut IMDB. Lantas, bagaimana dengan Avengers 4 yang notabene adalah sekuel Infinity War?
Saat berbincang dengan Collider, duo sutradara Russo mengungkap sejumlah detail mengenai Avengers 4, mulai dari status terkini film tersebut hingga potensi durasinya.
Diakui Russo, saat ini Avengers 4 tengah memasuki tahap pengumpulan footage. Lebih jauh lagi, sejauh ini Russo menilai total durasi dari seluruh footage Avengers 4 adalah yang terpanjang, dan melebihi film-film Marvel Cinematic Universe lainnya. Bahkan Russo menyatakan Avengers 4 bisa saja berdurasi tiga jam jika tidak dipotong-potong. Namun karena mereka selektif dalam memilih material yang dalam hal ini adalah adegan film, mereka akhirnya hanya mengambil adegan yang substansial. Kendati mereka yakin akan meringkas Avengers 4 untuk memperpendek durasi, Russo tetap merasa film ini akan lebih panjang dari Infinity War. Adapun mereka memastikan Disney ataupun Marvel tak pernah memberi aturan tertentu untuk soal durasi film.
Sementara itu, cerita yang diusung Avengers 4 sendiri masih jadi teka-teki, setidaknya sampai Infinity War tayang. Bahkan kabarnya judul resmi Avengers 4 masih dirahasiakan hingga detik ini, lantaran mengandung spoiler Infinity War. Untuk itulah, Russo mengisyaratkan pengumuman judul Avengers 4 takkan dilakukan dalam waktu dekat, alias masih lama.
Rencananya Avengers: Infinity War akan dirilis 27 April 2018. Sedangkan Avengers 4 akan dirilis 3 Mei 2019.
Duo sutradara Russo mengungkap sejumlah detail mengenai 'Avengers 4', mulai dari status terkini film tersebut hingga potensi durasinya.
Selain menceritakan proses bersatunya The Avengers dan Guardians of the Galaxy, Avengers: Infinity War juga menyoroti pertempuran mereka melawan villain super kuat Thanos dan pasukan elitnya yang bernama Black Order. Berkaca dari plot tersebut, tak aneh jika Infinity War berakhir jadi film yang cukup panjang, dengan total durasi mencapai 149 menit menurut IMDB. Lantas, bagaimana dengan Avengers 4 yang notabene adalah sekuel Infinity War?
Saat berbincang dengan Collider, duo sutradara Russo mengungkap sejumlah detail mengenai Avengers 4, mulai dari status terkini film tersebut hingga potensi durasinya.
Diakui Russo, saat ini Avengers 4 tengah memasuki tahap pengumpulan footage. Lebih jauh lagi, sejauh ini Russo menilai total durasi dari seluruh footage Avengers 4 adalah yang terpanjang, dan melebihi film-film Marvel Cinematic Universe lainnya. Bahkan Russo menyatakan Avengers 4 bisa saja berdurasi tiga jam jika tidak dipotong-potong. Namun karena mereka selektif dalam memilih material yang dalam hal ini adalah adegan film, mereka akhirnya hanya mengambil adegan yang substansial. Kendati mereka yakin akan meringkas Avengers 4 untuk memperpendek durasi, Russo tetap merasa film ini akan lebih panjang dari Infinity War. Adapun mereka memastikan Disney ataupun Marvel tak pernah memberi aturan tertentu untuk soal durasi film.
Sementara itu, cerita yang diusung Avengers 4 sendiri masih jadi teka-teki, setidaknya sampai Infinity War tayang. Bahkan kabarnya judul resmi Avengers 4 masih dirahasiakan hingga detik ini, lantaran mengandung spoiler Infinity War. Untuk itulah, Russo mengisyaratkan pengumuman judul Avengers 4 takkan dilakukan dalam waktu dekat, alias masih lama.
Rencananya Avengers: Infinity War akan dirilis 27 April 2018. Sedangkan Avengers 4 akan dirilis 3 Mei 2019.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Drama,
Artikel Review,
Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Ini dia film aksi-thriller yang tidak tertarik pada aksi tapi lebih kepada dampak psikologis yang ditimbulkannya.
“Joe, wake up. It's a beautiful day.” — Nina
Rating UP: Kalau anda kebetulan melihat posternya yang menampilkan Joaquin Phoenix yang menenteng sebuah palu dengan ekspresi sangar lalu mengira bahwa ini adalah film aksi-thriller brutal semacam Oldboy, maka anda akan kecele. Palunya masih akan dipakai sih, dan memang untuk menggebuk orang, tapi You Were Never Really Here bukan soal aksi. Ini dia film aksi-thriller yang tidak tertarik pada aksi tapi lebih kepada dampak psikologis yang ditimbulkannya. Film ini tidak berlama-lama di sekuens aksi, alih-alih menekankan pada emosi yang terselubung dan permainan atmosfer.
Ini baru film panjang keempat dari Lynne Ramsay, padahal debut penyutradaraannya sudah dimulai sejak 18 tahun lalu lewat Ratcatcher. Sebagai tambahan, You Were Never Really Here juga berjarak cukup jauh dari film Ramsay sebelumnya We Need to Talk About Kevin, yaitu 6 tahun. Dan ada alasan di balik itu semua. Ramsay dikenal sebagai sineas yang takkan berkompromi dalam setiap karyanya, dan ia juga demikian di film terbarunya ini. Ia terkesan tak begitu peduli akan risiko penonton yang bakal kehilangan ketertarikan saat meleng sebentar, yang mana saya yakin akan sering terjadi.
Dengan durasi yang minimalis untuk ukuran film artsy, hanya 90 menit saja, film ini berusaha untuk menampilkan sesedikit mungkin tapi menyampaikan sebanyak mungkin apa yang ada di bawah permukaan, sampai di titik yang kadang-kadang membingungkan. Sesekali Ramsay akan menyelipkan potongan flashback secara mendadak. Narasinya nyaris abstrak, tapi uniknya, ini berhasil dalam membuat filmnya bergerak.
Kekeliruan pertama yang mungkin kita lakukan adalah menge-judge film ini sebelum menonton hanya berdasarkan premis klisenya mengenai "Last Action Hero", entah anda menyukai premis tersebut atau membencinya. Phoenix bermain sebagai Joe, seorang pria gempal yang suram dan terlihat menakutkan. Pertama kali kita melihat Joe, tangannya mengelap palu yang berlumur darah. Terlihat pula sebuah lakban. Joe kemudian membakar foto seorang gadis kecil. Ia seperti baru selesai melakukan sesuatu yang mematikan. Mungkinkah ia seorang pembunuh berantai?
Ternyata bukan.
Klien Joe berikutnya adalah seorang pejabat (Alex Manette) yang meminta untuk menyelamatkan anaknya, Nina (Ekaterina Samsonov) yang diduga diperjualbelikan di sebuah tempat prostitusi bawah umur. "Mereka bilang kamu brutal". "Saya bisa begitu," jawab Joe tenang, setenang jawaban Mendikbud saat menanggapi keresahan peserta UNBK yang curcol lewat meme. Tentu saja, misi pamungkas ini takkan berjalan selancar misi-misi sebelumnya, sebab kali ini melibatkan konspirasi pejabat kelas atas.
Kekeliruan kedua terjadi kalau kita terlalu berfokus pada plot soal konspirasi tersebut lalu menyusun kepingan cerita untuk membentuk narasi yang lurus. Bukan itu poinnya. Di film lain yang lebih generik, premis seperti ini akan menjadi film aksi standar. Namun Ramsay tak terpaku pada plot. Alih-alih, ia menggunakannya untuk mengeksplorasi psikologi dari karakternya. Agar kita tak teralihkan, Ramsay memposisikan aksi-nya di kejauhan. Kita tak terlibat di dalamnya, entah hanya mengamatinya lewat kamera CCTV atau cuma bisa melihat dampak yang terjadi setelahnya.
Film ini bisa dibilang sebagai studi karakter, dan karakternya adalah salah satu karater yang sulit untuk di-studi-kan. Tindakan yang bijak saat kita memperhatikan bagaimana Joe, yang sepulangnya "kerja", merawat sang ibu yang sudah renta di rumah. Atau melihat aksinya yang menjalankan kredo "hidup segan, mati tak mau", seperti membekap diri dengan kantong kresek atau berdiri melewati batas aman di stasiun kereta. Atau bagaimana Joe menggenggam hangat tangan pria yang ditembaknya sebelum tewas. Saat ia membuka baju, tampaklah bekas luka di sekujur tubuhnya. Apa yang terjadi dengan Joe? Kita tak tahu pasti, tapi dari potongan flashback, sepertinya ia pernah mengalami KDRT semasa kecil dan PTSD saat beranjak dewasa.
Joe adalah pria yang menakutkan tapi juga rapuh. Ia terlihat linglung, tak memahami bagaimana waktu berjalan atau bahkan soal kewarasannya sendiri. Mana yang nyata, mana yang khayal? Hidupnya tersusun atas kepingan dari momen, dan film Ramsay bergerak seolah mengikuti pikiran Joe. Ini tak begitu berbeda dengan yang dilakukan Ramsay dalam We Need to Talk About Kevin dimana kita dibawa ke dalam pikiran seorang wanita yang dibuat sinting gara-gara anaknya yang psikopat. Kita tak begitu tahu kronologis kapan-terjadi-apa, tapi kita dibuat sukses menangkap emosinya.
Seolah performa di film-filmnya yang lalu tak cukup intens, Phoenix tampil sangat kuat disini. Ia menggempalkan diri dan menebalkan jenggot untuk memberikan kesan intimidatif, tapi ekspresinya yang dingin dan kaku mencerminkan vulnerability. Mengikuti tradisi semua sosiopat dalam dunia sinema, pembawaan sampai gesturnya yang paling kecil terlihat sangat menegangkan. Ia siap meledak kapan saja. Ramsay mengeskalasi intensitas ini dengan scoring perkusif dan distortif dari Jonny Greenwood, berangkat jauh dari karyanya di Phantom Thread.
You Were Never Really Here begitu mempercayai penonton sampai ia merasa tak perlu untuk menjelaskan. Film ini takkan berhenti untuk memaparkan dengan gamblang apa yang terjadi. Pembuatnya mengasumsikan kita cerdas dan mampu menghubungkan fragmen menjadi satu kesatuan. Kita mungkin juga sebaiknya memasrahkan diri untuk ditenggelamkan oleh narasinya. Dan bagaimana kita tak percaya dan pasrah begitu saja, lha kita berada di tangan sineas yang sangat kompeten. ■UP
Rosa Attab, Pascal Caucheteux, James Wilson, Lynne Ramsay
Thomas Townend
Jonny Greenwood
Ini dia film aksi-thriller yang tidak tertarik pada aksi tapi lebih kepada dampak psikologis yang ditimbulkannya.
“Joe, wake up. It's a beautiful day.” — Nina
Rating UP: Kalau anda kebetulan melihat posternya yang menampilkan Joaquin Phoenix yang menenteng sebuah palu dengan ekspresi sangar lalu mengira bahwa ini adalah film aksi-thriller brutal semacam Oldboy, maka anda akan kecele. Palunya masih akan dipakai sih, dan memang untuk menggebuk orang, tapi You Were Never Really Here bukan soal aksi. Ini dia film aksi-thriller yang tidak tertarik pada aksi tapi lebih kepada dampak psikologis yang ditimbulkannya. Film ini tidak berlama-lama di sekuens aksi, alih-alih menekankan pada emosi yang terselubung dan permainan atmosfer.
Ini baru film panjang keempat dari Lynne Ramsay, padahal debut penyutradaraannya sudah dimulai sejak 18 tahun lalu lewat Ratcatcher. Sebagai tambahan, You Were Never Really Here juga berjarak cukup jauh dari film Ramsay sebelumnya We Need to Talk About Kevin, yaitu 6 tahun. Dan ada alasan di balik itu semua. Ramsay dikenal sebagai sineas yang takkan berkompromi dalam setiap karyanya, dan ia juga demikian di film terbarunya ini. Ia terkesan tak begitu peduli akan risiko penonton yang bakal kehilangan ketertarikan saat meleng sebentar, yang mana saya yakin akan sering terjadi.
Dengan durasi yang minimalis untuk ukuran film artsy, hanya 90 menit saja, film ini berusaha untuk menampilkan sesedikit mungkin tapi menyampaikan sebanyak mungkin apa yang ada di bawah permukaan, sampai di titik yang kadang-kadang membingungkan. Sesekali Ramsay akan menyelipkan potongan flashback secara mendadak. Narasinya nyaris abstrak, tapi uniknya, ini berhasil dalam membuat filmnya bergerak.
Kekeliruan pertama yang mungkin kita lakukan adalah menge-judge film ini sebelum menonton hanya berdasarkan premis klisenya mengenai "Last Action Hero", entah anda menyukai premis tersebut atau membencinya. Phoenix bermain sebagai Joe, seorang pria gempal yang suram dan terlihat menakutkan. Pertama kali kita melihat Joe, tangannya mengelap palu yang berlumur darah. Terlihat pula sebuah lakban. Joe kemudian membakar foto seorang gadis kecil. Ia seperti baru selesai melakukan sesuatu yang mematikan. Mungkinkah ia seorang pembunuh berantai?
Ternyata bukan.
Klien Joe berikutnya adalah seorang pejabat (Alex Manette) yang meminta untuk menyelamatkan anaknya, Nina (Ekaterina Samsonov) yang diduga diperjualbelikan di sebuah tempat prostitusi bawah umur. "Mereka bilang kamu brutal". "Saya bisa begitu," jawab Joe tenang, setenang jawaban Mendikbud saat menanggapi keresahan peserta UNBK yang curcol lewat meme. Tentu saja, misi pamungkas ini takkan berjalan selancar misi-misi sebelumnya, sebab kali ini melibatkan konspirasi pejabat kelas atas.
Kekeliruan kedua terjadi kalau kita terlalu berfokus pada plot soal konspirasi tersebut lalu menyusun kepingan cerita untuk membentuk narasi yang lurus. Bukan itu poinnya. Di film lain yang lebih generik, premis seperti ini akan menjadi film aksi standar. Namun Ramsay tak terpaku pada plot. Alih-alih, ia menggunakannya untuk mengeksplorasi psikologi dari karakternya. Agar kita tak teralihkan, Ramsay memposisikan aksi-nya di kejauhan. Kita tak terlibat di dalamnya, entah hanya mengamatinya lewat kamera CCTV atau cuma bisa melihat dampak yang terjadi setelahnya.
Film ini bisa dibilang sebagai studi karakter, dan karakternya adalah salah satu karater yang sulit untuk di-studi-kan. Tindakan yang bijak saat kita memperhatikan bagaimana Joe, yang sepulangnya "kerja", merawat sang ibu yang sudah renta di rumah. Atau melihat aksinya yang menjalankan kredo "hidup segan, mati tak mau", seperti membekap diri dengan kantong kresek atau berdiri melewati batas aman di stasiun kereta. Atau bagaimana Joe menggenggam hangat tangan pria yang ditembaknya sebelum tewas. Saat ia membuka baju, tampaklah bekas luka di sekujur tubuhnya. Apa yang terjadi dengan Joe? Kita tak tahu pasti, tapi dari potongan flashback, sepertinya ia pernah mengalami KDRT semasa kecil dan PTSD saat beranjak dewasa.
Joe adalah pria yang menakutkan tapi juga rapuh. Ia terlihat linglung, tak memahami bagaimana waktu berjalan atau bahkan soal kewarasannya sendiri. Mana yang nyata, mana yang khayal? Hidupnya tersusun atas kepingan dari momen, dan film Ramsay bergerak seolah mengikuti pikiran Joe. Ini tak begitu berbeda dengan yang dilakukan Ramsay dalam We Need to Talk About Kevin dimana kita dibawa ke dalam pikiran seorang wanita yang dibuat sinting gara-gara anaknya yang psikopat. Kita tak begitu tahu kronologis kapan-terjadi-apa, tapi kita dibuat sukses menangkap emosinya.
Seolah performa di film-filmnya yang lalu tak cukup intens, Phoenix tampil sangat kuat disini. Ia menggempalkan diri dan menebalkan jenggot untuk memberikan kesan intimidatif, tapi ekspresinya yang dingin dan kaku mencerminkan vulnerability. Mengikuti tradisi semua sosiopat dalam dunia sinema, pembawaan sampai gesturnya yang paling kecil terlihat sangat menegangkan. Ia siap meledak kapan saja. Ramsay mengeskalasi intensitas ini dengan scoring perkusif dan distortif dari Jonny Greenwood, berangkat jauh dari karyanya di Phantom Thread.
You Were Never Really Here begitu mempercayai penonton sampai ia merasa tak perlu untuk menjelaskan. Film ini takkan berhenti untuk memaparkan dengan gamblang apa yang terjadi. Pembuatnya mengasumsikan kita cerdas dan mampu menghubungkan fragmen menjadi satu kesatuan. Kita mungkin juga sebaiknya memasrahkan diri untuk ditenggelamkan oleh narasinya. Dan bagaimana kita tak percaya dan pasrah begitu saja, lha kita berada di tangan sineas yang sangat kompeten. ■UP