Friday, June 15, 2018

Review Film: 'Incredibles 2' (2018)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Adventure, Artikel Aksi, Artikel Animasi, Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Incredibles 2' (2018)
link : Review Film: 'Incredibles 2' (2018)

Baca juga


'Incredibles 2' dengan mudahnya menjadi salah satu film superhero terbaik saat ini.

“Parenting, when done right, can be a heroic act.”
— Edna Mode
Rating UP:
Beberapa tahun sebelum dunia sinema diserbu film superhero, The Incredibles sudah hadir duluan sebagai film superhero yang tak cuma seru tapi juga relevan. Sekarang saat film superhero sudah hadir serutin cuitan Fadli Zon, Incredibles 2 dengan mudahnya menjadi salah satu dari beberapa film superhero terbaik. Oke, mungkin tidak seistimewa yang pertama, tapi hampir.


Sebelumnya, sutradara/penulis skrip The Incredibles, Brad Bird pernah bilang bahwa ia takkan membuat sekuel kalau tak punya cerita. Well, ia sekarang sudah punya cerita. Tak baru sih, makanya sensasi menontonnya tak segress dulu. Meski demikian, film ini juga bukan replay belaka. Idenya relatif masih sama, mengeskplorasi keseimbangan (atau malah ketidakseimbangan?) antara kehidupan keluarga dan kehidupan superhero, namun presentasinya segar dan sangat menghibur. Filmnya tak pernah terasa tumpul.

Kalau anda masih ingat, di akhir The Incredibles keluarga pahlawan kita membuktikan bahwa superhero memang sangat dibutuhkan oleh umat manusia. Namun ternyata ini baru wacana belaka, sebab di Incredibles 2, kehadiran mereka masih dinilai ilegal. Melanjutkan langsung akhir dari film pertama, film ini dimulai dengan aksi keluarga Incredibles yang berusaha mengatasi villain bernama Underminer yang mengebor kota dengan mesin bor raksasa. Aksi sang penjahat berhasil dihentikan, tapi tindakan heroik mereka menimbulkan banyak kerusakan yang tentu saja tak direspon baik oleh pemerintah.

Namun masih ada pihak yang percaya pada superhero. Mereka adalah kakak beradik Winston dan Evelyn Deavor (Bob Odenkirk dan Catherine Keener). Mereka ingin membuat superhero kembali keren, dan caranya adalah lewat metode yang sudah teruji menggiring opini publik di Indonesia sejak tahun 2004, yakni kampanye. Dengan memasangkan kamera pada superhero maka masyarakat bisa melihat semua detil dari aksi heroik lalu mengapresiasinya. Agen kampanye yang mereka mau pastinya bukan Bob alias Mr Incredible (Craig T. Nelson) yang suka hajar sana-sini, melainkan Helen alias Elastigirl (Holly Hunter) yang mampu bekerja dengan sangat efektif.

Ini membuat Helen berada di garda terdepan dalam memberantas kejahatan, sementara Bob mau tak mau harus mengurus rumah tangga. Dan mengurus rumah tangga ternyata tak segampang itu; ia jadi superpenat dan kurang tidur. Si anak sulung, Violet (Sarah Vowell) tengah labil-labilnya, gusar karena sang gebetan lupa dengan namanya. Dash (Huck Milner) bermasalah dengan Matematika—hei, siapa yang tidak. Dan Jack-Jack... hmm, mengasuh bayi normal saja sudah bikin belingsatan, apalagi bayi yang bisa menembakkan laser, melayang, berpindah dimensi, mengeluarkan api, dan berubah jadi setan ungu.

Menyaksikan hiruk-pikuk rumah tangga keluarga superhero ini merupakan hiburan tersendiri. Film bahkan punya semacam segmen khusus bagi Jack-Jack untuk memamerkan kekuatannya lewat pertarungan epik dengan seekor rakun pengeruk sampah di belakang rumah—ini lucu dan jujur saja sedikit menakutkan. Namun di bagian yang berbeda, kita bisa melihat aksi khas film superhero lewat misi Elastigirl yang menyuguhkan tak cuma satu tapi setidaknya tiga sekuens aksi terbaik dan paling kinetik yang pernah saya lihat dalam film-film superhero belakangan ini.

Adegan-adegan tersebut adalah jenis adegan yang cuma bisa dipakai dalam film animasi. Dalam live-action ini akan jadi konyol, sebab Elastigirl memanfaatkan fleksibilitas tubuhnya jauh melewati batas yang bisa kita bayangkan. Imajinasi Bird menggila dalam mengkreasi probabilitas macam ini. Termasuk nanti saat muncul beberapa superhero baru yang punya kemampuan unik, diantaranya Voyd yang bisa bikin portal-kemana-saja, serta kawan lama keluarga Incredibles, Frozone (Samuel L. Jackson). Skala sekuens aksinya spektakuler, dan Bird mampu menyajikannya dengan keterampilan yang sedemikan rupa sehingga terasa mulus dan tetap menegangkan.

Ancaman paling membahayakan bagi keluarga Incredibles —selain gagal menidurkan bayi super yang hiperaktif— berasal dari villain berjuluk Screenslaver, yang sesuai namanya, bisa memperbudak orang dengan cara menghipnotis lewat layar apapun. Penjahat ini geram dengan masyarakat kekinian yang lebih suka menatap layar menyaksikan orang lain berbuat sesuatu daripada benar-benar melakukan sesuatu.

Sebentar, ini maksudnya apa? Nyindir?

Inilah kekuatan spesial yang diperlihatkan Bird dan juga studio Pixar sejak di The Incredibles, dan kemudian di Incredibles 2. Lewat animasi yang menawan, lelucon yang gurih, dan pengisi suara yang brilian, ia dengan cerdas menyelipkan beberapa isu-isu yang subversif tanpa terasa kentara atau mengganggu momentum film. Bagian-bagian ini, tentu saja, bakal lebih nampol bagi ayah dan ibu. Namun ada lebih dari cukup bagian seru yang akan membuat anak-anak kepincut. Sedangkan bagi anggota keluarga yang lain, film ini punya pertunjukan dinamika keluarga yang sangat asyik dan memikat. Tak sulit bagi saya untuk merekomendasikan film "paling keluarga" tahun ini. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Incredibles 2

118 menit
Semua Umur - BO
Brad Bird
Brad Bird
John Walker, Nicole Paradis Grindle
Michael Giacchino

'Incredibles 2' dengan mudahnya menjadi salah satu film superhero terbaik saat ini.

“Parenting, when done right, can be a heroic act.”
— Edna Mode
Rating UP:
Beberapa tahun sebelum dunia sinema diserbu film superhero, The Incredibles sudah hadir duluan sebagai film superhero yang tak cuma seru tapi juga relevan. Sekarang saat film superhero sudah hadir serutin cuitan Fadli Zon, Incredibles 2 dengan mudahnya menjadi salah satu dari beberapa film superhero terbaik. Oke, mungkin tidak seistimewa yang pertama, tapi hampir.


Sebelumnya, sutradara/penulis skrip The Incredibles, Brad Bird pernah bilang bahwa ia takkan membuat sekuel kalau tak punya cerita. Well, ia sekarang sudah punya cerita. Tak baru sih, makanya sensasi menontonnya tak segress dulu. Meski demikian, film ini juga bukan replay belaka. Idenya relatif masih sama, mengeskplorasi keseimbangan (atau malah ketidakseimbangan?) antara kehidupan keluarga dan kehidupan superhero, namun presentasinya segar dan sangat menghibur. Filmnya tak pernah terasa tumpul.

Kalau anda masih ingat, di akhir The Incredibles keluarga pahlawan kita membuktikan bahwa superhero memang sangat dibutuhkan oleh umat manusia. Namun ternyata ini baru wacana belaka, sebab di Incredibles 2, kehadiran mereka masih dinilai ilegal. Melanjutkan langsung akhir dari film pertama, film ini dimulai dengan aksi keluarga Incredibles yang berusaha mengatasi villain bernama Underminer yang mengebor kota dengan mesin bor raksasa. Aksi sang penjahat berhasil dihentikan, tapi tindakan heroik mereka menimbulkan banyak kerusakan yang tentu saja tak direspon baik oleh pemerintah.

Namun masih ada pihak yang percaya pada superhero. Mereka adalah kakak beradik Winston dan Evelyn Deavor (Bob Odenkirk dan Catherine Keener). Mereka ingin membuat superhero kembali keren, dan caranya adalah lewat metode yang sudah teruji menggiring opini publik di Indonesia sejak tahun 2004, yakni kampanye. Dengan memasangkan kamera pada superhero maka masyarakat bisa melihat semua detil dari aksi heroik lalu mengapresiasinya. Agen kampanye yang mereka mau pastinya bukan Bob alias Mr Incredible (Craig T. Nelson) yang suka hajar sana-sini, melainkan Helen alias Elastigirl (Holly Hunter) yang mampu bekerja dengan sangat efektif.

Ini membuat Helen berada di garda terdepan dalam memberantas kejahatan, sementara Bob mau tak mau harus mengurus rumah tangga. Dan mengurus rumah tangga ternyata tak segampang itu; ia jadi superpenat dan kurang tidur. Si anak sulung, Violet (Sarah Vowell) tengah labil-labilnya, gusar karena sang gebetan lupa dengan namanya. Dash (Huck Milner) bermasalah dengan Matematika—hei, siapa yang tidak. Dan Jack-Jack... hmm, mengasuh bayi normal saja sudah bikin belingsatan, apalagi bayi yang bisa menembakkan laser, melayang, berpindah dimensi, mengeluarkan api, dan berubah jadi setan ungu.

Menyaksikan hiruk-pikuk rumah tangga keluarga superhero ini merupakan hiburan tersendiri. Film bahkan punya semacam segmen khusus bagi Jack-Jack untuk memamerkan kekuatannya lewat pertarungan epik dengan seekor rakun pengeruk sampah di belakang rumah—ini lucu dan jujur saja sedikit menakutkan. Namun di bagian yang berbeda, kita bisa melihat aksi khas film superhero lewat misi Elastigirl yang menyuguhkan tak cuma satu tapi setidaknya tiga sekuens aksi terbaik dan paling kinetik yang pernah saya lihat dalam film-film superhero belakangan ini.

Adegan-adegan tersebut adalah jenis adegan yang cuma bisa dipakai dalam film animasi. Dalam live-action ini akan jadi konyol, sebab Elastigirl memanfaatkan fleksibilitas tubuhnya jauh melewati batas yang bisa kita bayangkan. Imajinasi Bird menggila dalam mengkreasi probabilitas macam ini. Termasuk nanti saat muncul beberapa superhero baru yang punya kemampuan unik, diantaranya Voyd yang bisa bikin portal-kemana-saja, serta kawan lama keluarga Incredibles, Frozone (Samuel L. Jackson). Skala sekuens aksinya spektakuler, dan Bird mampu menyajikannya dengan keterampilan yang sedemikan rupa sehingga terasa mulus dan tetap menegangkan.

Ancaman paling membahayakan bagi keluarga Incredibles —selain gagal menidurkan bayi super yang hiperaktif— berasal dari villain berjuluk Screenslaver, yang sesuai namanya, bisa memperbudak orang dengan cara menghipnotis lewat layar apapun. Penjahat ini geram dengan masyarakat kekinian yang lebih suka menatap layar menyaksikan orang lain berbuat sesuatu daripada benar-benar melakukan sesuatu.

Sebentar, ini maksudnya apa? Nyindir?

Inilah kekuatan spesial yang diperlihatkan Bird dan juga studio Pixar sejak di The Incredibles, dan kemudian di Incredibles 2. Lewat animasi yang menawan, lelucon yang gurih, dan pengisi suara yang brilian, ia dengan cerdas menyelipkan beberapa isu-isu yang subversif tanpa terasa kentara atau mengganggu momentum film. Bagian-bagian ini, tentu saja, bakal lebih nampol bagi ayah dan ibu. Namun ada lebih dari cukup bagian seru yang akan membuat anak-anak kepincut. Sedangkan bagi anggota keluarga yang lain, film ini punya pertunjukan dinamika keluarga yang sangat asyik dan memikat. Tak sulit bagi saya untuk merekomendasikan film "paling keluarga" tahun ini. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Incredibles 2

118 menit
Semua Umur - BO
Brad Bird
Brad Bird
John Walker, Nicole Paradis Grindle
Michael Giacchino

Thursday, June 14, 2018

Trailer Perdana 'The Nun'

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Poster, Artikel Trailer, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Trailer Perdana 'The Nun'
link : Trailer Perdana 'The Nun'

Baca juga


Dalam trailer 'The Nun', biarawati iblis meneror Taissa Farmiga jauh sebelum peristiwa di 'The Conjuring 2'.

Awalnya anda juga pasti tak mengira bahwa The Conjuring bakal sebesar ini kan? Kesuksesan film horor besutan James Wan yang dirilis pada 2013 ini tak main-main. Bukan saja mendapat respon bagus dan hasil box office yang cemerlang, ia bahkan sampai melahirkan cinematic universe baru. Sebentar lagi, kita sudah akan mendapati film yang kelima dengan dirilisnya The Nun. Dan kita bisa mengintipnya sedikit lebih awal lewat trailer berikut.

Film ini berfokus pada biarawati iblis bernama Valak yang sudah meneror kita di The Conjuring 2. Kita semua tahu bahwa pasangan Warren berhasil mengatasinya dalam film tersebut, jadi wajar saat film The Nun dikondisikan sebagai prekuel, mengambil waktu di tahun 1950an. Berikut sinopsis resminya:

Ketika seorang biarawati muda di biara terpencil di Rumania bunuh diri, seorang pendeta dengan masa lalu yang angker dan seorang novisiat di ambang sumpah kekalnya dikirim oleh Vatikan untuk menyelidiki. Bersama-sama mereka mengungkap rahasia rahasia yang tercela. Mempertaruhkan tidak hanya kehidupan tapi juga iman dan jiwa, mereka menghadapi kekuatan jahat dalam bentuk biarawati iblis yang sama yang pernah meneror di 'The Conjuring 2', selagi biara menjadi medan pertempuran yang mengerikan antara yang hidup dan yang terkutuk.

Trailer ini menjanjikan "Bagian Terkelam" dari franchise The Conjuring, bahkan sampai perlu untuk memastikan agar kita menontonnya sampai akhir. Di awal, kita mendengar suara dari seorang wanita yang bilang bahwa ia pernah melihat penampakan seorang biarawati. Biarawati yang dimaksud tentu saja biarawati setan iblis favorit kita. Di bagian akhir, ia menguntit biarawati muda yang diperankan oleh Taissa Varmiga.

Ikut bermain Demian Bichir sebagai pendeta yang ditugaskan oleh Vatikan. Wan hanya bertindak sebagai produser, sebab posisi sutradara akan menjadi milik Corin Hardy.

The Nun direncanakan tayang pada 7 September. Berikut trailernya. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem


Dalam trailer 'The Nun', biarawati iblis meneror Taissa Farmiga jauh sebelum peristiwa di 'The Conjuring 2'.

Awalnya anda juga pasti tak mengira bahwa The Conjuring bakal sebesar ini kan? Kesuksesan film horor besutan James Wan yang dirilis pada 2013 ini tak main-main. Bukan saja mendapat respon bagus dan hasil box office yang cemerlang, ia bahkan sampai melahirkan cinematic universe baru. Sebentar lagi, kita sudah akan mendapati film yang kelima dengan dirilisnya The Nun. Dan kita bisa mengintipnya sedikit lebih awal lewat trailer berikut.

Film ini berfokus pada biarawati iblis bernama Valak yang sudah meneror kita di The Conjuring 2. Kita semua tahu bahwa pasangan Warren berhasil mengatasinya dalam film tersebut, jadi wajar saat film The Nun dikondisikan sebagai prekuel, mengambil waktu di tahun 1950an. Berikut sinopsis resminya:

Ketika seorang biarawati muda di biara terpencil di Rumania bunuh diri, seorang pendeta dengan masa lalu yang angker dan seorang novisiat di ambang sumpah kekalnya dikirim oleh Vatikan untuk menyelidiki. Bersama-sama mereka mengungkap rahasia rahasia yang tercela. Mempertaruhkan tidak hanya kehidupan tapi juga iman dan jiwa, mereka menghadapi kekuatan jahat dalam bentuk biarawati iblis yang sama yang pernah meneror di 'The Conjuring 2', selagi biara menjadi medan pertempuran yang mengerikan antara yang hidup dan yang terkutuk.

Trailer ini menjanjikan "Bagian Terkelam" dari franchise The Conjuring, bahkan sampai perlu untuk memastikan agar kita menontonnya sampai akhir. Di awal, kita mendengar suara dari seorang wanita yang bilang bahwa ia pernah melihat penampakan seorang biarawati. Biarawati yang dimaksud tentu saja biarawati setan iblis favorit kita. Di bagian akhir, ia menguntit biarawati muda yang diperankan oleh Taissa Varmiga.

Ikut bermain Demian Bichir sebagai pendeta yang ditugaskan oleh Vatikan. Wan hanya bertindak sebagai produser, sebab posisi sutradara akan menjadi milik Corin Hardy.

The Nun direncanakan tayang pada 7 September. Berikut trailernya. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem


Wednesday, June 13, 2018

Pemeran The Wasp Sinyalkan Cerita ‘Avengers 4’ Menyerupai ‘LOST’ Season 4

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Pemeran The Wasp Sinyalkan Cerita ‘Avengers 4’ Menyerupai ‘LOST’ Season 4
link : Pemeran The Wasp Sinyalkan Cerita ‘Avengers 4’ Menyerupai ‘LOST’ Season 4

Baca juga


Evangeline Lilly, pemeran The Wasp di sekuel ‘Ant-Man’, mungkin baru saja memberi petunjuk krusial terkait misteri cerita ‘Avengers 4’.

Evangeline Lilly, pemeran The Wasp di sekuel Ant-Man, mungkin baru saja memberi petunjuk krusial terkait misteri cerita Avengers 4.

Saat berbincang dengan Comicbook.com, Lilly mengaku senang karakternya memiliki peran dalam keseluruhan cerita Infinity War dan Avengers 4. Setelahnya, Lilly mengungkap satu detail yang agaknya akan memberi gambaran jelas pada fans soal cerita yang diusung Avengers 4, dan apa yang terjadi setelah film penutup Phase 3 ini berakhir serta implikasinya terhadap Phase 4.

Diakui Lilly, jalan cerita Avengers 4 mengingatkannya pada LOST season 4. FYI, serial buatan J.J. Abrams tersebut mengisahkan sekelompok penumpang pesawat yang berjuang untuk bertahan hidup, setelah mereka terdampar di sebuah pulau terpencil. Menginjak season keempat, serial yang melejitkan nama Lilly ini melakukan perubahan besar, dengan membagi ceritanya dalam beberapa timeline, yaitu masa sekarang dan masa depan. Perubahan drastis LOST ini tak lepas dari cerita season keempat yang mulai menyentuh unsur time travel.

“Saat saya mendengar soal cerita yang mereka buat untuk Infinity War dan Avengers 4, saya merasakan sedikit déjà vu dengan franchise LOST. Di season keempat, segala sesuatunya akan berubah, dan Anda akan kehilangan fondasi solid yang selama ini Anda bangun. Nantinya Ant-Man and the Wasp akan punya andil untuk melakukan perubahan besar itu,”jelas Lilly.

Kendati Lilly tak menyebut secara spesifik bagian cerita Avengers 4 yang menyerupai LOST season keempat, rumor yang berhembus mengklaim Avengers 4 akan mengusung konsep time travel atau beberapa timeline, berdasarkan penampakan karakter yang gugur di Infinity War yang terlihat di lokasi syuting Avengers 4. Kemungkinan besar elemen time travel ini akan diperkenalkan di Ant-Man and the Wasp, sebelum dimanfaatkan secara penuh oleh Marvel di Avengers 4.

Adapun teknologi Hank Pym beserta eksplorasi Alam Kuantum di Ant-Man and the Wasp, diduga menjadi jembatan menuju konsep time travel yang nantinya bisa berujung pada perubahan besar yang disiapkan Avengers 4. Dan jika sudah menyangkut time travel, apapun bisa terjadi, salah satunya adalah karakter yang tewas bisa dihidupkan kembali, sebagaimana yang kita lihat di Deadpool 2.

Diklaim lebih mengejutkan daripada Infinity War, Avengers 4 akan dirilis 3 Mei 2019, dan melanjutkan kisah epik perjuangan para superhero menaklukkan Thanos. Sedangkan Ant-Man and the Wasp akan dirilis 6 Juli 2018.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Evangeline Lilly, pemeran The Wasp di sekuel ‘Ant-Man’, mungkin baru saja memberi petunjuk krusial terkait misteri cerita ‘Avengers 4’.

Evangeline Lilly, pemeran The Wasp di sekuel Ant-Man, mungkin baru saja memberi petunjuk krusial terkait misteri cerita Avengers 4.

Saat berbincang dengan Comicbook.com, Lilly mengaku senang karakternya memiliki peran dalam keseluruhan cerita Infinity War dan Avengers 4. Setelahnya, Lilly mengungkap satu detail yang agaknya akan memberi gambaran jelas pada fans soal cerita yang diusung Avengers 4, dan apa yang terjadi setelah film penutup Phase 3 ini berakhir serta implikasinya terhadap Phase 4.

Diakui Lilly, jalan cerita Avengers 4 mengingatkannya pada LOST season 4. FYI, serial buatan J.J. Abrams tersebut mengisahkan sekelompok penumpang pesawat yang berjuang untuk bertahan hidup, setelah mereka terdampar di sebuah pulau terpencil. Menginjak season keempat, serial yang melejitkan nama Lilly ini melakukan perubahan besar, dengan membagi ceritanya dalam beberapa timeline, yaitu masa sekarang dan masa depan. Perubahan drastis LOST ini tak lepas dari cerita season keempat yang mulai menyentuh unsur time travel.

“Saat saya mendengar soal cerita yang mereka buat untuk Infinity War dan Avengers 4, saya merasakan sedikit déjà vu dengan franchise LOST. Di season keempat, segala sesuatunya akan berubah, dan Anda akan kehilangan fondasi solid yang selama ini Anda bangun. Nantinya Ant-Man and the Wasp akan punya andil untuk melakukan perubahan besar itu,”jelas Lilly.

Kendati Lilly tak menyebut secara spesifik bagian cerita Avengers 4 yang menyerupai LOST season keempat, rumor yang berhembus mengklaim Avengers 4 akan mengusung konsep time travel atau beberapa timeline, berdasarkan penampakan karakter yang gugur di Infinity War yang terlihat di lokasi syuting Avengers 4. Kemungkinan besar elemen time travel ini akan diperkenalkan di Ant-Man and the Wasp, sebelum dimanfaatkan secara penuh oleh Marvel di Avengers 4.

Adapun teknologi Hank Pym beserta eksplorasi Alam Kuantum di Ant-Man and the Wasp, diduga menjadi jembatan menuju konsep time travel yang nantinya bisa berujung pada perubahan besar yang disiapkan Avengers 4. Dan jika sudah menyangkut time travel, apapun bisa terjadi, salah satunya adalah karakter yang tewas bisa dihidupkan kembali, sebagaimana yang kita lihat di Deadpool 2.

Diklaim lebih mengejutkan daripada Infinity War, Avengers 4 akan dirilis 3 Mei 2019, dan melanjutkan kisah epik perjuangan para superhero menaklukkan Thanos. Sedangkan Ant-Man and the Wasp akan dirilis 6 Juli 2018.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

‘Wonder Woman 2’ Umumkan Judul Resmi, Steve Trevor Dipastikan Kembali

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : ‘Wonder Woman 2’ Umumkan Judul Resmi, Steve Trevor Dipastikan Kembali
link : ‘Wonder Woman 2’ Umumkan Judul Resmi, Steve Trevor Dipastikan Kembali

Baca juga


Dengan proses syuting yang telah berjalan sejak beberapa minggu lalu, sekuel ‘Wonder Woman’ akhirnya merilis detail berupa judul resmi film sekaligus satu karakter penting yang akan kembali.

Dengan proses syuting yang telah berjalan sejak beberapa minggu lalu, sekuel Wonder Woman akhirnya merilis detail berupa judul resmi film sekaligus satu karakter penting yang akan kembali. Melalui akun Twitter miliknya, sutradara Patty Jenkins mengumumkan sekuel ini berjudul Wonder Woman 1984. Dan menariknya, Jenkins juga mengkonfirmasi Chris Pine akan kembali sebagai pilot Steve Trevor, menyusul Gal Gadot yang masih memerankan Wonder Woman.

Terkait sub judul yang diusung sekuel, sebagian pihak menilai sub judul ini terinspirasi oleh novel klasik milik George Orwell yang bertajuk 1984, dimana novel ini menyoroti pemerintahan korup dan aksi spionase yang melanggar hak privasi masyarakat sipil. 1984 kemungkinan juga merujuk pada setting cerita sekuel, dan hal ini kian diperkuat oleh foto syuting Pine yang mengenakan pakaian era tahun 80-an.

Bicara soal karakter Pine, belum diketahui pasti bagaimana Trevor bisa muncul kembali, setelah ia mengorbankan dirinya di film pertama. Namun spekulasi yang beredar menyebut, ada beberapa hal yang memungkinkan Trevor kembali, diantaranya sihir, proses cloning hingga time travel. Di film sebelumnya, Trevor sendiri memegang peran vital dalam perjalanan Wonder Woman. Selain menjadi love interest sang superhero, Trevor juga ikut membantu Wonder Woman di medan perang, dan yang paling penting, ia membuka mata Diana bahwa dunia manusia penuh dengan ambiguitas moral dan tidak sesederhana yang dibayangkan Diana.

Menurut kabar terbaru, Pine dan Gadot telah menjalani proses syuting di mall, dan ini menimbulkan dugaan bahwa di mall inilah villain Cheetah yang diperankan Kristen Wiig akan diperkenalkan. Apalagi di seri komik Wonder Woman Rebirth ada bagian yang menceritakan Diana dan Cheetah berada di mall, lokasi sama yang ditunjukkan foto Pine yang dirilis Jenkins.

Meski sejauh ini belum ada sinopsis resmi, judul Wonder Woman 1984 mengindikasikan filmnya akan memiliki unsur politik. Rencananya sekuel ini akan dirilis 1 November 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Dengan proses syuting yang telah berjalan sejak beberapa minggu lalu, sekuel ‘Wonder Woman’ akhirnya merilis detail berupa judul resmi film sekaligus satu karakter penting yang akan kembali.

Dengan proses syuting yang telah berjalan sejak beberapa minggu lalu, sekuel Wonder Woman akhirnya merilis detail berupa judul resmi film sekaligus satu karakter penting yang akan kembali. Melalui akun Twitter miliknya, sutradara Patty Jenkins mengumumkan sekuel ini berjudul Wonder Woman 1984. Dan menariknya, Jenkins juga mengkonfirmasi Chris Pine akan kembali sebagai pilot Steve Trevor, menyusul Gal Gadot yang masih memerankan Wonder Woman.

Terkait sub judul yang diusung sekuel, sebagian pihak menilai sub judul ini terinspirasi oleh novel klasik milik George Orwell yang bertajuk 1984, dimana novel ini menyoroti pemerintahan korup dan aksi spionase yang melanggar hak privasi masyarakat sipil. 1984 kemungkinan juga merujuk pada setting cerita sekuel, dan hal ini kian diperkuat oleh foto syuting Pine yang mengenakan pakaian era tahun 80-an.

Bicara soal karakter Pine, belum diketahui pasti bagaimana Trevor bisa muncul kembali, setelah ia mengorbankan dirinya di film pertama. Namun spekulasi yang beredar menyebut, ada beberapa hal yang memungkinkan Trevor kembali, diantaranya sihir, proses cloning hingga time travel. Di film sebelumnya, Trevor sendiri memegang peran vital dalam perjalanan Wonder Woman. Selain menjadi love interest sang superhero, Trevor juga ikut membantu Wonder Woman di medan perang, dan yang paling penting, ia membuka mata Diana bahwa dunia manusia penuh dengan ambiguitas moral dan tidak sesederhana yang dibayangkan Diana.

Menurut kabar terbaru, Pine dan Gadot telah menjalani proses syuting di mall, dan ini menimbulkan dugaan bahwa di mall inilah villain Cheetah yang diperankan Kristen Wiig akan diperkenalkan. Apalagi di seri komik Wonder Woman Rebirth ada bagian yang menceritakan Diana dan Cheetah berada di mall, lokasi sama yang ditunjukkan foto Pine yang dirilis Jenkins.

Meski sejauh ini belum ada sinopsis resmi, judul Wonder Woman 1984 mengindikasikan filmnya akan memiliki unsur politik. Rencananya sekuel ini akan dirilis 1 November 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Review Film: 'Unsane' (2018)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Horor, Artikel Review, Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Unsane' (2018)
link : Review Film: 'Unsane' (2018)

Baca juga


Jika ini adalah eksperimen dari sutradara yang memang dikenal suka bereksperimen dengan visual, maka ia sukses.

“I'm not crazy!”
— Sawyer Valentini
Rating UP:
Pak Steven Soderbergh, kalau boleh tahu Apple bayar berapa untuk ini? Kalau bukan di-endorse, saya hampir-hampir tak percaya. Soalnya film ini terlihat mulus seperti film sungguhan. Setelah ini, pasti banyak yang percaya bahwa mudah untuk membuat film "sungguhan" dengan menggunakan iPhone 7. Apalagi yang punya versi terbaru, iPhone 23.


Yang jelas, selama menonton Unsane saya lupa kalau film ini disorot pakai iPhone. Yaa, tentu dengan dilengkapi beberapa alat penunjang, sebab film ini jelas terlihat berkali lipat lebih bagus dari video InstaStory kita yang paling oke. Barangkali gemas setelah menyaksikan Tangerine-nya Sean Baker, Soderbergh pun ikut-ikutan membuktikan bahwa kita tak butuh kamera yang mutakhir untuk membuat film. Cukup pemain serta kru yang kompeten, dan pastinya sentuhan sutradara yang piawai. Dalam hal ini, keterampilan Soderbergh bahkan mampu menanggulangi materinya yang absurd.

Mudah untuk menge-judge film ini atas gimiknya, tapi Soderbergh menggunakan gimik yang tepat untuk film yang tepat. Sebagai informasi, plotnya tentang seseorang yang parno gara-gara dikuntit oleh stalker maniak. Karena disorot dengan iPhone, film ini punya rasio aspek yang agak ganjil; nyaris persegi seperti film-film lawas. Ini memberikan nuansa klaustrofobik. Pinggiran gambar sedikit mengalami distorsi sehingga terlihat agak cembung; cocok sekali menegaskan surealitas dan rasa paranoid yang dialami oleh tokoh utama kita. Semakin nendang karena sorotan dengan iPhone membuat filmnya tampak raw, tak seperti film "sungguhan" yang bling-bling, sehingga adegan-adegannya terkesan spontan.

Dan spontan adalah kata yang paling mewakili film ini. Lihat saja apa yang dialami oleh karakter utama kita, Sawyer Valentini (Claire Foy). Ia punya pekerjaan yang mapan sebagai analis finansial. Ia cerdas dan tampaknya selalu tahu dengan apa yang sedang dan akan dilakukan. Namun, saat datang waktunya nge-date, Sawyer rubuh. Rupanya ia masih trauma dengan pengalaman di-stalking oleh seseorang beberapa tahun lalu. Sawyer tahu bahwa ia butuh bantuan profesional. Dan itulah yang ia lakukan. Eh ladalah, ujung-ujungnya Sawyer malah dikira punya gangguan jiwa.

Cuma mau main-main kok malah jatuh hati, eh jadi curhat. Maksudnya, cuma mau konsul kok malah dimasukin ke rumah sakit jiwa.

Yaa jelas Sawyer protes. Namun usahanya untuk bebas justru membuat situasi semakin buruk. Sawyer ditengarai mengancam keselamatan perawat dan pasien. Penahanan yang awalnya cuma 24 jam diperpanjang menjadi 7 hari. Namun yang lebih parah, Sawyer kemudian mendapati bahwa salah satu perawat ternyata adalah stalker-nya dulu. Kontradiktifnya, perawat ini (Joshua Leonard) dinilai oleh rekan-rekannya sebagai pekerja yang tekun. Sawyer sekarang punya dua masalah: (1) tak bisa kemana-mana dari rumah sakit jiwa, dan (2) terjebak bersama stalker-nya.

Apakah yang dilihat Saywer ini benar begitu atau jangan-jangan stalker tersebut cuma delusinya saja? Film bermain tarik-ulur dengan premis ini, dan Claire Foy tampil brilian lewat karakternya. Ia sukses membawakan karakter yang cerdas tapi juga histeris dan mungkin punya tendensi delusional. Kita tak pernah yakin apakah yang dilihatnya itu benar atau tidak, tapi kita percaya dengan setiap tindakannya. Ada waktu dimana karakter seharusnya berbuat benar, tapi tak dilakukan supaya filmnya tidak langsung beres. Namun dalam Unsane, karakter Claire Foy selalu melakukan tindakan yang benar: ia mencoba menghubungi polisi atau meminta bantuan kepada ibunya.

Faktanya, setidaknya sampai paruh terakhir, Unsane berjalan dengan padat dan efektif. Skrip Jonathan Bernstein & James Greer punya beberapa skenario yang cukup mengejutkan. Nah, rupanya mereka tak ingin kita berlarut-larut tenggelam dalam ambiguitas, sebab film punya resolusi pasti mengenai keadaan mental Sawyer. Saya sebetulnya tak begitu masalah dengan hal ini. Namun saat film memilih berpijak pada realita, kita sewajarnya menaikkan sedikit level suspension of disbelief. Sedangkan Unsane ditutup dengan beberapa hal-hal absurd dan lubang plot yang kentara jika ditinjau dalam konteks realita.

Jadi, plot barangkali cuma merupakan mekanika bagi Soderbergh untuk memamerkan keterampilan filmmaking-nya, mencoba memanfaatkan fleksibilitas smartphone untuk memberikan efek yang spesifik. Bujet film ini kabarnya cuma $1,2 juta saja, sama dengan film pertamanya yang eksperimental, Sex, Lies, and Videotapes yang memenangkan Palme d'Or Cannes hampir tiga dekade yang lalu. Jika ini adalah eksperimen dari sutradara yang memang dikenal suka bereksperimen dengan visual, maka ia sukses. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Unsane

98 menit
Dewasa
Steven Soderbergh
Jonathan Bernstein, James Greer
Joseph Malloch
Steven Soderbergh (sebagai Peter Andrews
Thomas Newman (sebagai David Wilder Savage)

Jika ini adalah eksperimen dari sutradara yang memang dikenal suka bereksperimen dengan visual, maka ia sukses.

“I'm not crazy!”
— Sawyer Valentini
Rating UP:
Pak Steven Soderbergh, kalau boleh tahu Apple bayar berapa untuk ini? Kalau bukan di-endorse, saya hampir-hampir tak percaya. Soalnya film ini terlihat mulus seperti film sungguhan. Setelah ini, pasti banyak yang percaya bahwa mudah untuk membuat film "sungguhan" dengan menggunakan iPhone 7. Apalagi yang punya versi terbaru, iPhone 23.


Yang jelas, selama menonton Unsane saya lupa kalau film ini disorot pakai iPhone. Yaa, tentu dengan dilengkapi beberapa alat penunjang, sebab film ini jelas terlihat berkali lipat lebih bagus dari video InstaStory kita yang paling oke. Barangkali gemas setelah menyaksikan Tangerine-nya Sean Baker, Soderbergh pun ikut-ikutan membuktikan bahwa kita tak butuh kamera yang mutakhir untuk membuat film. Cukup pemain serta kru yang kompeten, dan pastinya sentuhan sutradara yang piawai. Dalam hal ini, keterampilan Soderbergh bahkan mampu menanggulangi materinya yang absurd.

Mudah untuk menge-judge film ini atas gimiknya, tapi Soderbergh menggunakan gimik yang tepat untuk film yang tepat. Sebagai informasi, plotnya tentang seseorang yang parno gara-gara dikuntit oleh stalker maniak. Karena disorot dengan iPhone, film ini punya rasio aspek yang agak ganjil; nyaris persegi seperti film-film lawas. Ini memberikan nuansa klaustrofobik. Pinggiran gambar sedikit mengalami distorsi sehingga terlihat agak cembung; cocok sekali menegaskan surealitas dan rasa paranoid yang dialami oleh tokoh utama kita. Semakin nendang karena sorotan dengan iPhone membuat filmnya tampak raw, tak seperti film "sungguhan" yang bling-bling, sehingga adegan-adegannya terkesan spontan.

Dan spontan adalah kata yang paling mewakili film ini. Lihat saja apa yang dialami oleh karakter utama kita, Sawyer Valentini (Claire Foy). Ia punya pekerjaan yang mapan sebagai analis finansial. Ia cerdas dan tampaknya selalu tahu dengan apa yang sedang dan akan dilakukan. Namun, saat datang waktunya nge-date, Sawyer rubuh. Rupanya ia masih trauma dengan pengalaman di-stalking oleh seseorang beberapa tahun lalu. Sawyer tahu bahwa ia butuh bantuan profesional. Dan itulah yang ia lakukan. Eh ladalah, ujung-ujungnya Sawyer malah dikira punya gangguan jiwa.

Cuma mau main-main kok malah jatuh hati, eh jadi curhat. Maksudnya, cuma mau konsul kok malah dimasukin ke rumah sakit jiwa.

Yaa jelas Sawyer protes. Namun usahanya untuk bebas justru membuat situasi semakin buruk. Sawyer ditengarai mengancam keselamatan perawat dan pasien. Penahanan yang awalnya cuma 24 jam diperpanjang menjadi 7 hari. Namun yang lebih parah, Sawyer kemudian mendapati bahwa salah satu perawat ternyata adalah stalker-nya dulu. Kontradiktifnya, perawat ini (Joshua Leonard) dinilai oleh rekan-rekannya sebagai pekerja yang tekun. Sawyer sekarang punya dua masalah: (1) tak bisa kemana-mana dari rumah sakit jiwa, dan (2) terjebak bersama stalker-nya.

Apakah yang dilihat Saywer ini benar begitu atau jangan-jangan stalker tersebut cuma delusinya saja? Film bermain tarik-ulur dengan premis ini, dan Claire Foy tampil brilian lewat karakternya. Ia sukses membawakan karakter yang cerdas tapi juga histeris dan mungkin punya tendensi delusional. Kita tak pernah yakin apakah yang dilihatnya itu benar atau tidak, tapi kita percaya dengan setiap tindakannya. Ada waktu dimana karakter seharusnya berbuat benar, tapi tak dilakukan supaya filmnya tidak langsung beres. Namun dalam Unsane, karakter Claire Foy selalu melakukan tindakan yang benar: ia mencoba menghubungi polisi atau meminta bantuan kepada ibunya.

Faktanya, setidaknya sampai paruh terakhir, Unsane berjalan dengan padat dan efektif. Skrip Jonathan Bernstein & James Greer punya beberapa skenario yang cukup mengejutkan. Nah, rupanya mereka tak ingin kita berlarut-larut tenggelam dalam ambiguitas, sebab film punya resolusi pasti mengenai keadaan mental Sawyer. Saya sebetulnya tak begitu masalah dengan hal ini. Namun saat film memilih berpijak pada realita, kita sewajarnya menaikkan sedikit level suspension of disbelief. Sedangkan Unsane ditutup dengan beberapa hal-hal absurd dan lubang plot yang kentara jika ditinjau dalam konteks realita.

Jadi, plot barangkali cuma merupakan mekanika bagi Soderbergh untuk memamerkan keterampilan filmmaking-nya, mencoba memanfaatkan fleksibilitas smartphone untuk memberikan efek yang spesifik. Bujet film ini kabarnya cuma $1,2 juta saja, sama dengan film pertamanya yang eksperimental, Sex, Lies, and Videotapes yang memenangkan Palme d'Or Cannes hampir tiga dekade yang lalu. Jika ini adalah eksperimen dari sutradara yang memang dikenal suka bereksperimen dengan visual, maka ia sukses. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Unsane

98 menit
Dewasa
Steven Soderbergh
Jonathan Bernstein, James Greer
Joseph Malloch
Steven Soderbergh (sebagai Peter Andrews
Thomas Newman (sebagai David Wilder Savage)

Tuesday, June 12, 2018

Box Office: 'Ocean's 8' Sukses Rogoh Kocek Penonton

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Box Office, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Box Office: 'Ocean's 8' Sukses Rogoh Kocek Penonton
link : Box Office: 'Ocean's 8' Sukses Rogoh Kocek Penonton

Baca juga


'Ocean's 8' dan 'Hereditary' tampil cemerlang di Amerika, sementara 'Jurassic World: Fallen Kingdom' mengaum lumayan kencang di pasar internasional. Berikut rekap box office minggu ini.

Setelah sukses mencuri berlian termahal di dunia, tim Ocean's 8 lanjut membobol kocek penonton. Buktinya, film yang dibintangi oleh Sandra Bullock, Cate Blanchett, dkk ini berhasil memperoleh debut yang sangat solid, yaitu $41,6 juta. Dibuat dengan bujet $70 juta, debut ini terbilang sangat bagus, apalagi jika dibandingkan dengan semua film dari trilogi Ocean's-nya Steven Soderbergh. Sori Danny Ocean, debut Debbie lebih besar dibanding semua film-filmmu. CinemaScore yang diberikan penonton juga lumayan, yakni "B+".

Di luar Amerika, Ocean's 8 baru tayang di 16 negara dengan perolehan $12,2 juta. Penyumbang terbesar adalah Australia ($4,7 juta), Meksiko ($2,6 juta), dan Brazil ($1,7 juta). Jika ditotal, berarti debut globalnya adalah $53,8 juta.

Ocean's 8 boleh saja jadi jawara, namun prediket film paling sensasional minggu ini menjadi milik film horor dari studio A24, Hereditary. Meski cuma masuk di posisi empat, tapi debutnya yang $13,6 juta dinilai menghancurkan prediksi industri. Debut ini merupakan debut tertinggi bagi A24 sejauh ini, menggeser The Witch yang mendapat $8,8 juta dua tahun lalu. Kritikus rata-rata memujinya sebagai film terbaik tahun ini, tapi menariknya, penonton malah jijik. Saya tak melebih-lebihkan; CinemaScore yang didapatnya cuma "D+", lebih buruk dari "C-"-nya The Witch.

Walau harus turun ke posisi kedua, untungnya penurunan Solo: A Star Wars Story tak seadrastis minggu lalu. Kendati demikian, penurunannya (46,4%) masih merupakan yang paling tinggi di antara semua film di 5 besar. Perolehan $15,7 juta minggu ini mengangkat total pendapatannya domestiknya ke angka $176,7 juta. Yap, masih panjang jalannya untuk menanggalkan prediket film Star Wars terburuk, sebab target yang harus dilewati adalah $209,4 juta-nya The Empire Strikes Back.

Di luar Amerika, Solo juga masih merayap perlahan. Tambahan $11,3 juta dari 54 negara baru mengantarkannya ke $312,2 juta. Mencapai angka $500 sepertinya mustahil.

Deadpool 2 mendapat tambahan $14,2 juta, sehingga total pendapatan domestiknya menjadi $279,1 juta. Sementara itu, tambahan $18,5 juta dari 79 negara menggenapkan total pendapatan globalnya menjadi $655,1 juta.

Dalam sebuah kebetulan, total pendapatan Avengers: Infinity War rupanya juga segitu. Bedanya, $655,1 juta Infinity War baru berasal dari Amerika saja (berkat tambahan $7,2 juta minggu ini). Secara global, ia semakin mendekati angka $2 miliar, sebab tambahan $10,9 juta minggu ini dari 51 negara mendongkrak pendapatannya hingga $1,998 miliar.

Yang bernasib paling buruk minggu ini adalah Hotel Artemis. Film kriminal yang dibintangi Jodie Foster ini tak mampu masuk lima besar karena debutnya cuma $3,2 juta. Selain itu, penonton juga cuma memberikannya CinemaScore "C-".

Tayang dua minggu lebih awal dari Amerika, Jurassic World: Fallen Kingdom telah meraup $151,1 juta dari 48 negara. Angka terbesar berasal dari Korea ($27,2 juta), UK ($19,9 juta), dan Prancis ($10 juta). Namun rekor tersebut akan dipecahkan oleh Cina yang diprediksi mengumpulkan $100 juta lebih minggu depan.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Weekend Box Office 8 Juni - 10 Juni 2018

1.

Ocean's 8
Minggu ini $41,607,378
Total $41,607,378

2.

Solo: A Star Wars Story
Minggu ini $15,748,575
Total $176,700,049

3.

Deadpool 2
Minggu ini $14,148,517
Total $279,164,058

4.

Hereditary
Minggu ini $13,575,172
Total $13,575,172

5.

Avengers: Infinity War
Minggu ini $7,238,699
Total $655,136,398
Ulasan Weekend Box Office Minggu Sebelumnya: Box Office: 'Solo: A Star Wars Story' Masih Terbang So Low ■UP

'Ocean's 8' dan 'Hereditary' tampil cemerlang di Amerika, sementara 'Jurassic World: Fallen Kingdom' mengaum lumayan kencang di pasar internasional. Berikut rekap box office minggu ini.

Setelah sukses mencuri berlian termahal di dunia, tim Ocean's 8 lanjut membobol kocek penonton. Buktinya, film yang dibintangi oleh Sandra Bullock, Cate Blanchett, dkk ini berhasil memperoleh debut yang sangat solid, yaitu $41,6 juta. Dibuat dengan bujet $70 juta, debut ini terbilang sangat bagus, apalagi jika dibandingkan dengan semua film dari trilogi Ocean's-nya Steven Soderbergh. Sori Danny Ocean, debut Debbie lebih besar dibanding semua film-filmmu. CinemaScore yang diberikan penonton juga lumayan, yakni "B+".

Di luar Amerika, Ocean's 8 baru tayang di 16 negara dengan perolehan $12,2 juta. Penyumbang terbesar adalah Australia ($4,7 juta), Meksiko ($2,6 juta), dan Brazil ($1,7 juta). Jika ditotal, berarti debut globalnya adalah $53,8 juta.

Ocean's 8 boleh saja jadi jawara, namun prediket film paling sensasional minggu ini menjadi milik film horor dari studio A24, Hereditary. Meski cuma masuk di posisi empat, tapi debutnya yang $13,6 juta dinilai menghancurkan prediksi industri. Debut ini merupakan debut tertinggi bagi A24 sejauh ini, menggeser The Witch yang mendapat $8,8 juta dua tahun lalu. Kritikus rata-rata memujinya sebagai film terbaik tahun ini, tapi menariknya, penonton malah jijik. Saya tak melebih-lebihkan; CinemaScore yang didapatnya cuma "D+", lebih buruk dari "C-"-nya The Witch.

Walau harus turun ke posisi kedua, untungnya penurunan Solo: A Star Wars Story tak seadrastis minggu lalu. Kendati demikian, penurunannya (46,4%) masih merupakan yang paling tinggi di antara semua film di 5 besar. Perolehan $15,7 juta minggu ini mengangkat total pendapatannya domestiknya ke angka $176,7 juta. Yap, masih panjang jalannya untuk menanggalkan prediket film Star Wars terburuk, sebab target yang harus dilewati adalah $209,4 juta-nya The Empire Strikes Back.

Di luar Amerika, Solo juga masih merayap perlahan. Tambahan $11,3 juta dari 54 negara baru mengantarkannya ke $312,2 juta. Mencapai angka $500 sepertinya mustahil.

Deadpool 2 mendapat tambahan $14,2 juta, sehingga total pendapatan domestiknya menjadi $279,1 juta. Sementara itu, tambahan $18,5 juta dari 79 negara menggenapkan total pendapatan globalnya menjadi $655,1 juta.

Dalam sebuah kebetulan, total pendapatan Avengers: Infinity War rupanya juga segitu. Bedanya, $655,1 juta Infinity War baru berasal dari Amerika saja (berkat tambahan $7,2 juta minggu ini). Secara global, ia semakin mendekati angka $2 miliar, sebab tambahan $10,9 juta minggu ini dari 51 negara mendongkrak pendapatannya hingga $1,998 miliar.

Yang bernasib paling buruk minggu ini adalah Hotel Artemis. Film kriminal yang dibintangi Jodie Foster ini tak mampu masuk lima besar karena debutnya cuma $3,2 juta. Selain itu, penonton juga cuma memberikannya CinemaScore "C-".

Tayang dua minggu lebih awal dari Amerika, Jurassic World: Fallen Kingdom telah meraup $151,1 juta dari 48 negara. Angka terbesar berasal dari Korea ($27,2 juta), UK ($19,9 juta), dan Prancis ($10 juta). Namun rekor tersebut akan dipecahkan oleh Cina yang diprediksi mengumpulkan $100 juta lebih minggu depan.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Weekend Box Office 8 Juni - 10 Juni 2018

1.

Ocean's 8
Minggu ini $41,607,378
Total $41,607,378

2.

Solo: A Star Wars Story
Minggu ini $15,748,575
Total $176,700,049

3.

Deadpool 2
Minggu ini $14,148,517
Total $279,164,058

4.

Hereditary
Minggu ini $13,575,172
Total $13,575,172

5.

Avengers: Infinity War
Minggu ini $7,238,699
Total $655,136,398
Ulasan Weekend Box Office Minggu Sebelumnya: Box Office: 'Solo: A Star Wars Story' Masih Terbang So Low ■UP

Monday, June 11, 2018

Gal Gadot akan Bintangi Film Action Dwayne Johnson 'Red Notice'

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Gal Gadot akan Bintangi Film Action Dwayne Johnson 'Red Notice'
link : Gal Gadot akan Bintangi Film Action Dwayne Johnson 'Red Notice'

Baca juga


Usai pertama bertemu di franchise ‘Fast and Furious’, Gal Gadot siap bereuni dengan Dwayne Johnson di ‘Red Notice’.

Usai pertama bertemu di franchise Fast and Furious, Gal Gadot siap bereuni dengan Dwayne Johnson di Red Notice. Diproduksi Universal bersama Legendary, film action komedi ini mengisahkan agen Interpol yang berkeliling dunia untuk memburu art thief terhebat sepanjang sejarah. Johnson dikonfirmasi siap beraksi sebagai sang agen, sedangkan si art thief belum diketahui pemerannya. Mungkin akan lebih menarik jika karakter villain tersebut diperankan aktris Wonder Woman. Sayangnya, belum ada detail lebih lanjut dari Variety terkait peran Gadot di Red Notice.

Film ini sendiri menandai reuni Johnson dengan sutradara Rawson Marshall Thurber, usai sebelumnya mereka berkolaborasi di Central Intelligence dan Skyscraper. Red Notice kabarnya akan menelan budget sebesar $125 juta, dan studio akan mencari bintang ternama untuk didapuk sebagai pemeran art thief buruan karakter Johnson. Dengan naskah yang juga ditulis Rawson, Red Notice ditargetkan akan syuting awal 2019 mendatang.

Selama terlibat di franchise Fast and Furious, Gadot dan Johnson tercatat telah bertemu tiga kali mulai dari seri kelima hingga seri ketujuh. Gadot sendiri baru saja menikmati hasil jerih payahnya untuk menghidupkan Wonder Woman, setelah film solo perdana superhero perempuan DC ini sukses besar secara kritikal dan finansial pada 2017. Kini Gadot tengah menjalani syuting Wonder Woman 2 yang dijadwalkan tayang November 2019.

Di lain pihak, Johnson yang karirnya makin moncer setelah mengantarkan Jumanji menjadi kuda hitam di box office, saat ini sedang bersiap menjalani syuting film spin-off Fast and Furious yang siap meluncur Agustus 2019. Aktor dengan segudang proyek film action ini juga akan bermain sebagai karakter DC lewat film solo Black Adam, yang belum menentukan tanggal rilis.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Usai pertama bertemu di franchise ‘Fast and Furious’, Gal Gadot siap bereuni dengan Dwayne Johnson di ‘Red Notice’.

Usai pertama bertemu di franchise Fast and Furious, Gal Gadot siap bereuni dengan Dwayne Johnson di Red Notice. Diproduksi Universal bersama Legendary, film action komedi ini mengisahkan agen Interpol yang berkeliling dunia untuk memburu art thief terhebat sepanjang sejarah. Johnson dikonfirmasi siap beraksi sebagai sang agen, sedangkan si art thief belum diketahui pemerannya. Mungkin akan lebih menarik jika karakter villain tersebut diperankan aktris Wonder Woman. Sayangnya, belum ada detail lebih lanjut dari Variety terkait peran Gadot di Red Notice.

Film ini sendiri menandai reuni Johnson dengan sutradara Rawson Marshall Thurber, usai sebelumnya mereka berkolaborasi di Central Intelligence dan Skyscraper. Red Notice kabarnya akan menelan budget sebesar $125 juta, dan studio akan mencari bintang ternama untuk didapuk sebagai pemeran art thief buruan karakter Johnson. Dengan naskah yang juga ditulis Rawson, Red Notice ditargetkan akan syuting awal 2019 mendatang.

Selama terlibat di franchise Fast and Furious, Gadot dan Johnson tercatat telah bertemu tiga kali mulai dari seri kelima hingga seri ketujuh. Gadot sendiri baru saja menikmati hasil jerih payahnya untuk menghidupkan Wonder Woman, setelah film solo perdana superhero perempuan DC ini sukses besar secara kritikal dan finansial pada 2017. Kini Gadot tengah menjalani syuting Wonder Woman 2 yang dijadwalkan tayang November 2019.

Di lain pihak, Johnson yang karirnya makin moncer setelah mengantarkan Jumanji menjadi kuda hitam di box office, saat ini sedang bersiap menjalani syuting film spin-off Fast and Furious yang siap meluncur Agustus 2019. Aktor dengan segudang proyek film action ini juga akan bermain sebagai karakter DC lewat film solo Black Adam, yang belum menentukan tanggal rilis.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem