- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Sutradara Michael Dougherty merilis foto baru ‘Godzilla: King of Monsters’, dimana King Ghidorah sedang berancang-ancang untuk menyerang pesawat militer raksasa.
Tak hanya menghadirkan pertarungan epik antara Godzilla, Mothra, Rodan dan King Ghidorah, Godzilla: King of Monsters rupanya juga menyoroti perjuangan manusia untuk menghentikan serangan destruktif monster. Hal ini coba dibuktikan sutradara Michael Dougherty dengan merilis foto lewat Twitter, dimana King Ghidorah sedang berancang-ancang untuk menyerang pesawat militer raksasa. Foto dengan visual keren ini pun juga memberikan salah satu penampakan King Ghidorah paling jelas sejauh ini, yang menunjukkan ukuran dan wajah King Ghidorah yang mengintimidasi, apalagi ditambah dengan penampakan semburan petir yang jadi jurus pamungkas sang monster.
Selain King Ghidorah, hal lain yang tak kalah menarik dari foto adalah pesawatnya yang terbang ke arah monster. Sayangnya, Dougherty tak membagikan detail terkait pesawat ini sehingga fans mulai berspekulasi. Ada kemungkinan pesawat mutakhir ini dirancang manusia untuk mengatasi ancaman monster yang hendak menghancurkan dunia. Selain itu, diduga kuat pesawat ini adalah versi terbaru dari Super X, yang pertama kali muncul di The Return of Godzilla (1984). Dalam film Jepang produksi Toho itu, Super X digunakan untuk membantu mengalahkan monster raksasa. Kini yang menjadi pertanyaan, apakah King Ghidorah akan mampu melibas di Super X di film mendatang, atau justru naga berkepala tiga ini yang harus mengakui keunggulan teknologi manusia?
Bersetting lima tahun pasca film pertama yang dirilis 2014, sekuel ini siap menghadirkan “battle royale” para monster, dimana Godzilla akan bertarung dalam duel dahsyat yang melibatkan Rodan, Mothra dan King Ghidorah. Kisahnya sendiri akan menyoroti aksi heroik Monarch seiring anggota mereka menghadapi keempat monster raksasa. Nasib umat manusia pun terancam kala semua monster ini muncul ke permukaan, dan bertarung habis-habisan demi menjadi yang terkuat. Adapun Dougherty juga mensinyalkan, Godzilla 2 akan beralur lebih cepat dari film pertama, dan yang paling penting, pertarungan monster di film ini akan disajikan secara all-out.
Diposisikan sebagai film ketiga dalam MonsterVerse, rencananya Godzilla: King of the Monsters akan dirilis 31 Mei 2019.
Sutradara Michael Dougherty merilis foto baru ‘Godzilla: King of Monsters’, dimana King Ghidorah sedang berancang-ancang untuk menyerang pesawat militer raksasa.
Tak hanya menghadirkan pertarungan epik antara Godzilla, Mothra, Rodan dan King Ghidorah, Godzilla: King of Monsters rupanya juga menyoroti perjuangan manusia untuk menghentikan serangan destruktif monster. Hal ini coba dibuktikan sutradara Michael Dougherty dengan merilis foto lewat Twitter, dimana King Ghidorah sedang berancang-ancang untuk menyerang pesawat militer raksasa. Foto dengan visual keren ini pun juga memberikan salah satu penampakan King Ghidorah paling jelas sejauh ini, yang menunjukkan ukuran dan wajah King Ghidorah yang mengintimidasi, apalagi ditambah dengan penampakan semburan petir yang jadi jurus pamungkas sang monster.
Selain King Ghidorah, hal lain yang tak kalah menarik dari foto adalah pesawatnya yang terbang ke arah monster. Sayangnya, Dougherty tak membagikan detail terkait pesawat ini sehingga fans mulai berspekulasi. Ada kemungkinan pesawat mutakhir ini dirancang manusia untuk mengatasi ancaman monster yang hendak menghancurkan dunia. Selain itu, diduga kuat pesawat ini adalah versi terbaru dari Super X, yang pertama kali muncul di The Return of Godzilla (1984). Dalam film Jepang produksi Toho itu, Super X digunakan untuk membantu mengalahkan monster raksasa. Kini yang menjadi pertanyaan, apakah King Ghidorah akan mampu melibas di Super X di film mendatang, atau justru naga berkepala tiga ini yang harus mengakui keunggulan teknologi manusia?
Bersetting lima tahun pasca film pertama yang dirilis 2014, sekuel ini siap menghadirkan “battle royale” para monster, dimana Godzilla akan bertarung dalam duel dahsyat yang melibatkan Rodan, Mothra dan King Ghidorah. Kisahnya sendiri akan menyoroti aksi heroik Monarch seiring anggota mereka menghadapi keempat monster raksasa. Nasib umat manusia pun terancam kala semua monster ini muncul ke permukaan, dan bertarung habis-habisan demi menjadi yang terkuat. Adapun Dougherty juga mensinyalkan, Godzilla 2 akan beralur lebih cepat dari film pertama, dan yang paling penting, pertarungan monster di film ini akan disajikan secara all-out.
Diposisikan sebagai film ketiga dalam MonsterVerse, rencananya Godzilla: King of the Monsters akan dirilis 31 Mei 2019.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Drama,
Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Film ini lebih mudah saya apresiasi daripada saya cintai.
“I like being dead.” — Cleo
Rating UP: Menonton Roma, saya jadi sedih sampai rasanya ingin menangis. Film ini termasuk ke dalam jenis film yang membuat saya kasihan dengan diri sendiri. Film yang membuat saya gundah gulana. Film yang membuat saya merenung dalam. Film yang membuat saya berkontemplasi, bertafakur mengenai makna kehidupan dan hakikat eksistensi manusia di muka bumi. Pertanyaan tentang nasib dan takdir berseliweran di benak saya. Kenapa semua seperti ini? Kenapa tidak seperti itu? Apa memang begini takdir saya? Kenapa saya dilahirkan ke dunia? Apa salah ibu dan bapak saya? Rasanya saya ingin lari ke pantai, dan sembari menghadang deburan ombak, saya ingin berteriak:
"Bangcaaaaddd!!! Kok gue gak konek sama film iniiiii??!!!"
Zraaaaash!
Ini dia film yang mendapat pujian universal di kalangan pegiat film. Ratingnya nyaris sempurna. Di MetaCritic, skor akhir dari hasil rata-rata rating yang diberikan kritikus adalah "96%". Angka yang sama juga berlaku pada konsensus RottenTomatoes, meski mereka menggunakan sistem scoring yang berbeda. Dari semua review, hanya satu saja Top Critics yang memberikan Tomat Busuk. Rating akhir penonton di IMDb adalah "8,2", menempatkannya sebagai film terbaik ke-207 sepanjang masa. Sementara disini, saya malah menyadari hal yang lain. Mungkin sudah nasib saya jadi reviewer receh seumur hidup. Mungkin saya memang cuma pantas jadi sisa opak di kaleng Khong Guan-nya dunia pereviewan film. Barangkali saya sebaiknya memang kembali beternak ayam saja di kampung.
Zraaaaash!
Roma adalah film terbaru dari Alfonso Cuaron, sineas hebat yang merupakan sutradara Meksiko pertama yang pernah mendapat Oscar. Ia menyebut film ini sebagai filmnya yang "paling personal" sejauh ini. Mungkin personal buat Cuaron, tapi yang jelas, tak begitu buat saya. Kepiawaiannya menyutradarai terpampang dengan begitu jelas di layar, kita langsung tahu bahwa film ini pasti dibuat oleh orang yang sudah berbakat dari lahir atau barangkali sudah punya banyak pengalaman. Namun, saya tak merasakan dampak film ini sebagaimana yang (saya pikir) ia maksudkan.
Film ini merupakan film semiautobiografis dari Cuaron mengenai masa kecilnya pada tahun 70an di sebuah kota bernama Roma di Meksiko. Alih-alih berfokus pada kehidupan masa kecilnya, Cuaron memilih untuk menceritakan sisi yang belum diceritakan, mengenai orang penting yang kerap dilupakan. Ia memberi tribut kepada orang yang hampir seumur hidup tak bernama, tapi telah sangat berjasa membesarkannya.
Menarik juga menyaksikan film yang menempatkan elemen yang lebih riuh, dan biasanya lebih sinematis, di latar belakang, sementara elemen yang tidak dramatis menjadi bagian utama. Sedari awal Cuaron sudah mengisyaratkan ini lewat adegan pembuka yang simpel tapi punya impresi kuat. Kita melihat pesawat yang terbang di langit lewat pantulan genangan air di lantai. Lantai tersebut tergenang air karena sedang dipel.
Yang mengepelnya adalah Cleo (Yalitza Aparicio), satu dari dua pembantu yang bekerja bagi sebuah keluarga kelas menengah yang terdiri dari ibu Sofia (Arina de Tavira), bapak (Fernando Grediaga), dan empat anak yang masih kecil-kecil. Bersama temannya, Adela (Nancy Garcia), Cleo dengan rajin dan tanpa lelah mengurus rumah tangga, mulai dari mencuci, memasak, merawat anak-anak, sampai membersihkan lantai dari kotoran anjing yang seperti tak pernah habis-habis.
Mereka adalah pembantu yang ideal; patuh dan sangat mencintai keluarga majikan. Dan untungnya, mereka juga mendapat majikan yang lumayan pengertian. Bukan berarti keluarga ini juga ideal. Si ibu kayaknya selalu sibuk dan lalai mengurus anak, barangkali karena sedang gundah gulana mikirin suami yang punga seribu satu alasan agar bisa lama-lama tak pulang ke rumah.
Drama tersebut berada di latar belakang, sebagaimana banyak drama besar yang bakal terjadi nanti. Kita cuma diajak untuk mengamati kehidupan Cleo. Yah, sebetulnya Cleo juga punya drama sendiri sih. Lewat Adela, ia berkenalan dengan seorang pemuda bernama Fermin (Jorge Antonio Guerrero). Sebagaimana diperagakannya sebelum bercinta, Fermin mahir beladiri. Fermin juga mahir melarikan diri saat Cleo memberitahu bahwa ia hamil.
Semua ini dituturkan tanpa melodrama menye-menye. Anda boleh jadi merasa tak banyak hal yang terjadi selama film berlangsung, karena Cuaron benar-benar back to basic. Untuk film ini, ia tak menggunakan score, alih-alih sound design yang tajam. Ia lebih memilih untuk memakai nama-nama yang relatif tak dikenal sebagai pemain. Kecuali pemeran si ibu, semua aktornya tak pernah bermain di layar kaca sebelumnya.
Gambarnya, yang disorot sendiri oleh Cuaron, menggunakan format hitam-putih. Kualitas sinematografinya mantap. Ada beberapa adegan hitam-putih yang sangat cantik yang meyakinkan kita berkali-kali bahwa ini adalah film yang sangat nyeni, yang dibuat oleh sutradara yang paham betul soal pengambilan gambar. Film ini juga banyak memakai sorotan panjang, seringkali secara berkeliling, dengan presisi yang terukur yang menangkap geografi dengan efektif. Menjelang film berakhir, kita merasa kita mengenal betul setiap sudut dari rumah yang diurus Cleo.
Sekilas Roma terkesan tak seheboh film Cuaron yang sudah-sudah. Namun di belakang kisah Cleo, ada latar dengan skala yang epik: kisruh politik, persoalan marital, krisis ekonomi, hingga kesenjangan sosial. Semua ini bergerak sengan senyap di belakang Cleo. Kita melihatnya sekilas di layar, lalu menghilang dalam sekejap, untuk kemudian kita diseret kembali lagi ke kehidupan Cleo. Ada dua adegan paling mengesankan. Yang pertama adalah adegan dimana ketuban Cleo pecah ketika terjadi kerusuhan di jalanan yang berakhir menjadi apa yang dikenal sebagai Tragedi Berdarah Corpus Cristi. Ada begitu banyak elemen yang bergerak secara bersamaan yang dibangun dengan detail yang luar biasa oleh Cuaron. Meski begitu, ia tak tergoda untuk memamerkannya dengan kentara.
Kemudian, adegan klimaks dimana Cleo mati-matian melawan ombak demi memperjuangkan sesuatu yang ia sadar sangat ia cintai. Ini merupakan pengejawantahan dramatis dari pengorbanan yang tulus tanpa balas jasa. Adegan ini sangat nampol, bahkan meski kita tak tahu konteksnya. Begitulah briliannya Cuaron. Namun, di lain sisi ini juga cukup disayangkan. Bagian ini seharusnya nampol bukan karena itu saja, melainkan juga karena efek dari pembangunan cerita. Ini seharunya merupakan kulminasi dari apa yang datang sebelumnya. Namun saya tak mendapatkan gregetnya dari sana.
Alfonso Cuaron sebelumnya pernah membuat film kecil yang intim lewat A Little Princess dan Y Tu Mama Tambien. Ia kemudian dengan sukses menaklukkan blockbuster dengan Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, Children of Men, dan Gravity. Untuk semua itu, ia masih menjadi sutradara yang saya puja. Saya tahu atmosfer dan narasi yang lempeng memang disengaja untuk film ini. Roma digarap dengan sangat terampil, tapi saya kesulitan untuk larut di dalamnya. Saya merasa jauh dengan Cleo. Film ini lebih mudah saya apresiasi daripada saya cintai. ■UP
Film ini lebih mudah saya apresiasi daripada saya cintai.
“I like being dead.” — Cleo
Rating UP: Menonton Roma, saya jadi sedih sampai rasanya ingin menangis. Film ini termasuk ke dalam jenis film yang membuat saya kasihan dengan diri sendiri. Film yang membuat saya gundah gulana. Film yang membuat saya merenung dalam. Film yang membuat saya berkontemplasi, bertafakur mengenai makna kehidupan dan hakikat eksistensi manusia di muka bumi. Pertanyaan tentang nasib dan takdir berseliweran di benak saya. Kenapa semua seperti ini? Kenapa tidak seperti itu? Apa memang begini takdir saya? Kenapa saya dilahirkan ke dunia? Apa salah ibu dan bapak saya? Rasanya saya ingin lari ke pantai, dan sembari menghadang deburan ombak, saya ingin berteriak:
"Bangcaaaaddd!!! Kok gue gak konek sama film iniiiii??!!!"
Zraaaaash!
Ini dia film yang mendapat pujian universal di kalangan pegiat film. Ratingnya nyaris sempurna. Di MetaCritic, skor akhir dari hasil rata-rata rating yang diberikan kritikus adalah "96%". Angka yang sama juga berlaku pada konsensus RottenTomatoes, meski mereka menggunakan sistem scoring yang berbeda. Dari semua review, hanya satu saja Top Critics yang memberikan Tomat Busuk. Rating akhir penonton di IMDb adalah "8,2", menempatkannya sebagai film terbaik ke-207 sepanjang masa. Sementara disini, saya malah menyadari hal yang lain. Mungkin sudah nasib saya jadi reviewer receh seumur hidup. Mungkin saya memang cuma pantas jadi sisa opak di kaleng Khong Guan-nya dunia pereviewan film. Barangkali saya sebaiknya memang kembali beternak ayam saja di kampung.
Zraaaaash!
Roma adalah film terbaru dari Alfonso Cuaron, sineas hebat yang merupakan sutradara Meksiko pertama yang pernah mendapat Oscar. Ia menyebut film ini sebagai filmnya yang "paling personal" sejauh ini. Mungkin personal buat Cuaron, tapi yang jelas, tak begitu buat saya. Kepiawaiannya menyutradarai terpampang dengan begitu jelas di layar, kita langsung tahu bahwa film ini pasti dibuat oleh orang yang sudah berbakat dari lahir atau barangkali sudah punya banyak pengalaman. Namun, saya tak merasakan dampak film ini sebagaimana yang (saya pikir) ia maksudkan.
Film ini merupakan film semiautobiografis dari Cuaron mengenai masa kecilnya pada tahun 70an di sebuah kota bernama Roma di Meksiko. Alih-alih berfokus pada kehidupan masa kecilnya, Cuaron memilih untuk menceritakan sisi yang belum diceritakan, mengenai orang penting yang kerap dilupakan. Ia memberi tribut kepada orang yang hampir seumur hidup tak bernama, tapi telah sangat berjasa membesarkannya.
Menarik juga menyaksikan film yang menempatkan elemen yang lebih riuh, dan biasanya lebih sinematis, di latar belakang, sementara elemen yang tidak dramatis menjadi bagian utama. Sedari awal Cuaron sudah mengisyaratkan ini lewat adegan pembuka yang simpel tapi punya impresi kuat. Kita melihat pesawat yang terbang di langit lewat pantulan genangan air di lantai. Lantai tersebut tergenang air karena sedang dipel.
Yang mengepelnya adalah Cleo (Yalitza Aparicio), satu dari dua pembantu yang bekerja bagi sebuah keluarga kelas menengah yang terdiri dari ibu Sofia (Arina de Tavira), bapak (Fernando Grediaga), dan empat anak yang masih kecil-kecil. Bersama temannya, Adela (Nancy Garcia), Cleo dengan rajin dan tanpa lelah mengurus rumah tangga, mulai dari mencuci, memasak, merawat anak-anak, sampai membersihkan lantai dari kotoran anjing yang seperti tak pernah habis-habis.
Mereka adalah pembantu yang ideal; patuh dan sangat mencintai keluarga majikan. Dan untungnya, mereka juga mendapat majikan yang lumayan pengertian. Bukan berarti keluarga ini juga ideal. Si ibu kayaknya selalu sibuk dan lalai mengurus anak, barangkali karena sedang gundah gulana mikirin suami yang punga seribu satu alasan agar bisa lama-lama tak pulang ke rumah.
Drama tersebut berada di latar belakang, sebagaimana banyak drama besar yang bakal terjadi nanti. Kita cuma diajak untuk mengamati kehidupan Cleo. Yah, sebetulnya Cleo juga punya drama sendiri sih. Lewat Adela, ia berkenalan dengan seorang pemuda bernama Fermin (Jorge Antonio Guerrero). Sebagaimana diperagakannya sebelum bercinta, Fermin mahir beladiri. Fermin juga mahir melarikan diri saat Cleo memberitahu bahwa ia hamil.
Semua ini dituturkan tanpa melodrama menye-menye. Anda boleh jadi merasa tak banyak hal yang terjadi selama film berlangsung, karena Cuaron benar-benar back to basic. Untuk film ini, ia tak menggunakan score, alih-alih sound design yang tajam. Ia lebih memilih untuk memakai nama-nama yang relatif tak dikenal sebagai pemain. Kecuali pemeran si ibu, semua aktornya tak pernah bermain di layar kaca sebelumnya.
Gambarnya, yang disorot sendiri oleh Cuaron, menggunakan format hitam-putih. Kualitas sinematografinya mantap. Ada beberapa adegan hitam-putih yang sangat cantik yang meyakinkan kita berkali-kali bahwa ini adalah film yang sangat nyeni, yang dibuat oleh sutradara yang paham betul soal pengambilan gambar. Film ini juga banyak memakai sorotan panjang, seringkali secara berkeliling, dengan presisi yang terukur yang menangkap geografi dengan efektif. Menjelang film berakhir, kita merasa kita mengenal betul setiap sudut dari rumah yang diurus Cleo.
Sekilas Roma terkesan tak seheboh film Cuaron yang sudah-sudah. Namun di belakang kisah Cleo, ada latar dengan skala yang epik: kisruh politik, persoalan marital, krisis ekonomi, hingga kesenjangan sosial. Semua ini bergerak sengan senyap di belakang Cleo. Kita melihatnya sekilas di layar, lalu menghilang dalam sekejap, untuk kemudian kita diseret kembali lagi ke kehidupan Cleo. Ada dua adegan paling mengesankan. Yang pertama adalah adegan dimana ketuban Cleo pecah ketika terjadi kerusuhan di jalanan yang berakhir menjadi apa yang dikenal sebagai Tragedi Berdarah Corpus Cristi. Ada begitu banyak elemen yang bergerak secara bersamaan yang dibangun dengan detail yang luar biasa oleh Cuaron. Meski begitu, ia tak tergoda untuk memamerkannya dengan kentara.
Kemudian, adegan klimaks dimana Cleo mati-matian melawan ombak demi memperjuangkan sesuatu yang ia sadar sangat ia cintai. Ini merupakan pengejawantahan dramatis dari pengorbanan yang tulus tanpa balas jasa. Adegan ini sangat nampol, bahkan meski kita tak tahu konteksnya. Begitulah briliannya Cuaron. Namun, di lain sisi ini juga cukup disayangkan. Bagian ini seharusnya nampol bukan karena itu saja, melainkan juga karena efek dari pembangunan cerita. Ini seharunya merupakan kulminasi dari apa yang datang sebelumnya. Namun saya tak mendapatkan gregetnya dari sana.
Alfonso Cuaron sebelumnya pernah membuat film kecil yang intim lewat A Little Princess dan Y Tu Mama Tambien. Ia kemudian dengan sukses menaklukkan blockbuster dengan Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, Children of Men, dan Gravity. Untuk semua itu, ia masih menjadi sutradara yang saya puja. Saya tahu atmosfer dan narasi yang lempeng memang disengaja untuk film ini. Roma digarap dengan sangat terampil, tapi saya kesulitan untuk larut di dalamnya. Saya merasa jauh dengan Cleo. Film ini lebih mudah saya apresiasi daripada saya cintai. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Di tengah perilisan ‘Spider-Man: Into the Spider-Verse’ yang hingga kini masih tayang di bioskop, Phil Lord membuat pernyataan yang menarik perhatian fans tokusatsu.
Seolah menjadi oase dalam franchise Spider-Man, Spider-Man: Into the Spider-Verse diakui sebagai film Spidey yang tampil beda, dan memberikan sensasi yang tak pernah kita rasakan sebelumnya dalam menonton aksi sang manusia laba-laba. Kualitas jempolan Into the Spider-Verse tentunya tak lepas dari ide kreatif Phil Lord dan Chris Miller yang dengan lihai mengkombinasikan visual unik dan cerita berkesan. Di tengah perilisan Into the Spider-Verse yang hingga kini masih tayang di bioskop, Lord pun membuat pernyataan yang menarik perhatian fans tokusatsu.
Saat menanggapi permintaan netizen di Twitter, Lord memberi sinyal kuat bahwa ia akan menghadirkan Spider-Man versi Jepang di sekuel Into the Spider-Verse. Namun kemunculan “Supaidaman” diakui Miller punya satu syarat, yakni pendapatan domestik Into the Spider-Verse harus menembus $200 juta. Sedangkan menurut update terakhir, di minggu keduanya Into the Spider-Verse telah mendulang $104 juta di Amerika. Melihat banyaknya reaksi bernada positif di media sosial, jumlah penonton Into the Spider-Verse diprediksi bisa terus bertambah, sehingga peluang filmnya untuk memenuhi target Miller masih terbuka lebar. Di luar itu, pendapatan global Into the Spider-Verse sudah mencapai $213.7 juta.
Bicara soal Spider-Man Jepang, ia dketahui punya identitas dan asal-usul yang berbeda dari versi Marvel. Bernama asli Takuya Yamashiro yang seorang pembalap motor, kekuatan super Spider-Man ini berasal dari ksatria terakhir Planet Spider, Garia, yang menyuntikkan sebagian darahnya ke tubuh Takuya. Uniknya, Spider-Man yang satu ini juga punya robot raksasa bernama Leopardon yang ia gunakan untuk melawan monster. Kisah Spider-Man Jepang dalam membasmi kejahatan ini hadir dalam bentuk serial produksi Toei Company, yang terdiri dari 41 episode dan tayang mulai Mei 1978 hingga Maret 1979.
Sementara itu, Into the Spider-Verse menyoroti aksi gabungan para Spider-Man dari beragam iterasi, mulai dari Spider-Man Peter Parker, Spider-Man Miles Morales, Spider-Gwen, Spider-Noir, Spider-Ham hingga SP//dr. Mendekati perilisan filmnya, Sony dikabarkan mulai mengembangkan sekuelnya, dimana Morales diplot sebagai karakter sentral. Tak hanya sekuel, studio juga menggodok spin-off yang akan menampilkan para heroine dari semesta Spider-Man, dan diyakini akan mengusung Spider-Gwen sebagai karakter utama. Beberapa heroine yang berpeluang mendampingi Spider-Gwen antara lain Spider-Woman, Madame Web, Spider-Girl dan Silk. Belum ada kabar lebih lanjut soal kapan sekuel dan spin-off Into the Spider-Verse akan diproduksi.
Di tengah perilisan ‘Spider-Man: Into the Spider-Verse’ yang hingga kini masih tayang di bioskop, Phil Lord membuat pernyataan yang menarik perhatian fans tokusatsu.
Seolah menjadi oase dalam franchise Spider-Man, Spider-Man: Into the Spider-Verse diakui sebagai film Spidey yang tampil beda, dan memberikan sensasi yang tak pernah kita rasakan sebelumnya dalam menonton aksi sang manusia laba-laba. Kualitas jempolan Into the Spider-Verse tentunya tak lepas dari ide kreatif Phil Lord dan Chris Miller yang dengan lihai mengkombinasikan visual unik dan cerita berkesan. Di tengah perilisan Into the Spider-Verse yang hingga kini masih tayang di bioskop, Lord pun membuat pernyataan yang menarik perhatian fans tokusatsu.
Saat menanggapi permintaan netizen di Twitter, Lord memberi sinyal kuat bahwa ia akan menghadirkan Spider-Man versi Jepang di sekuel Into the Spider-Verse. Namun kemunculan “Supaidaman” diakui Miller punya satu syarat, yakni pendapatan domestik Into the Spider-Verse harus menembus $200 juta. Sedangkan menurut update terakhir, di minggu keduanya Into the Spider-Verse telah mendulang $104 juta di Amerika. Melihat banyaknya reaksi bernada positif di media sosial, jumlah penonton Into the Spider-Verse diprediksi bisa terus bertambah, sehingga peluang filmnya untuk memenuhi target Miller masih terbuka lebar. Di luar itu, pendapatan global Into the Spider-Verse sudah mencapai $213.7 juta.
Bicara soal Spider-Man Jepang, ia dketahui punya identitas dan asal-usul yang berbeda dari versi Marvel. Bernama asli Takuya Yamashiro yang seorang pembalap motor, kekuatan super Spider-Man ini berasal dari ksatria terakhir Planet Spider, Garia, yang menyuntikkan sebagian darahnya ke tubuh Takuya. Uniknya, Spider-Man yang satu ini juga punya robot raksasa bernama Leopardon yang ia gunakan untuk melawan monster. Kisah Spider-Man Jepang dalam membasmi kejahatan ini hadir dalam bentuk serial produksi Toei Company, yang terdiri dari 41 episode dan tayang mulai Mei 1978 hingga Maret 1979.
Sementara itu, Into the Spider-Verse menyoroti aksi gabungan para Spider-Man dari beragam iterasi, mulai dari Spider-Man Peter Parker, Spider-Man Miles Morales, Spider-Gwen, Spider-Noir, Spider-Ham hingga SP//dr. Mendekati perilisan filmnya, Sony dikabarkan mulai mengembangkan sekuelnya, dimana Morales diplot sebagai karakter sentral. Tak hanya sekuel, studio juga menggodok spin-off yang akan menampilkan para heroine dari semesta Spider-Man, dan diyakini akan mengusung Spider-Gwen sebagai karakter utama. Beberapa heroine yang berpeluang mendampingi Spider-Gwen antara lain Spider-Woman, Madame Web, Spider-Girl dan Silk. Belum ada kabar lebih lanjut soal kapan sekuel dan spin-off Into the Spider-Verse akan diproduksi.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Karakter rahasia Jude Law di ‘Captain Marvel‘ kemungkinan besar telah diungkap koleksi action figure ‘Captain Marvel Marvel Legends'.
Jelang perilisan Captain Marvel yang tinggal beberapa minggu lagi, ada satu hal dari filmnya yang belakangan kerap diperbincangkan fans. Hal tersebut tak lain adalah identitas karakter yang diperankan Jude Law yang disinyalir menyimpan twist sendiri, dan sengaja dirahasiakan Marvel untuk membuat Captain Marvel semakin menarik dinanti.
Sebagai informasi, saat keterlibatan Law di Captain Marvel pertama kali diketahui media, ia disebut memerankan Mar-Vell. Tak lama kemudian, Marvel Studios menyatakan Mar-Vell adalah mentor Carol Danvers/Captain Marvel (Brie Larson), juga komandan pasukan elit luar angkasa bernama Starforce. Identitas karakter Law pun mulai mengundang rasa bingung sekaligus curiga, tatkala foto promosi Captain Marvel di situs resmi Disney tiba-tiba mengganti nama karakter Law dari “Mar-Vell, the leader of Starforce” menjadi “Leader of Starforce”. Entah perubahan nama itu dimaksudkan untuk membangun twist atau bukan, yang jelas misteri karakter Law kemungkinan besar sudah terungkap lewat koleksi action figure Captain Marvel Marvel Legends.
Dari sekian koleksi mainan tersebut, ada satu karakter bernama Yon-Rogg yang deskripsinya sangat mewakili peran Law. Berdasarkan deskripsi ini, Yon-Rogg adalah pemimpin Starforce dan pahlawan bangsa Kree yang menjadi aset kunci Supreme Intelligence dalam perang melawan Skrulls. Yang menarik, ini adalah pertama kalinya Supreme Intelligence disebut dalam materi promosi Captain Marvel.
Supreme Intelligence sendiri merupakan AI super canggih yang tercipta dari otak para tokoh hebat dari bangsa Kree. Dikisahkan banyak elit Kree yang mengunggah isi pikiran mereka ke sistem Supreme Intelligence sebelum tutup usia, dan dispekulasikan salah satu elit ini menjadi dalang di balik perang berkepanjangan antara Kree dan Skrull. Berangkat dari deskripsi action figure ini, Law pun diyakini memerankan Mar-Vell sekaligus Yon-Rogg. Akankah peran ganda Law ini mengarah pada plot twist ala Wonder Woman yang aktor antagonisnya memainkan karakter baik dan jahat?
Captain Marvel disutradarai Anna Boden dan Ryan Fleck, berdasarkan skrip yang ditulis Meg LeFauve dan Nicole Perlman. Ceritanya sendiri menyoroti pilot pesawat tempur Carol Danvers yang meninggalkan kehidupannya di Bumi untuk bergabung dengan Starforce. Film ini pun akan menjelaskan kenapa selama ini Captain Marvel tidak ada saat The Avengers sibuk menangani serangan yang mengancam dunia.
Rencananya Captain Marvel akan dirilis 8 Maret 2019.
Karakter rahasia Jude Law di ‘Captain Marvel‘ kemungkinan besar telah diungkap koleksi action figure ‘Captain Marvel Marvel Legends'.
Jelang perilisan Captain Marvel yang tinggal beberapa minggu lagi, ada satu hal dari filmnya yang belakangan kerap diperbincangkan fans. Hal tersebut tak lain adalah identitas karakter yang diperankan Jude Law yang disinyalir menyimpan twist sendiri, dan sengaja dirahasiakan Marvel untuk membuat Captain Marvel semakin menarik dinanti.
Sebagai informasi, saat keterlibatan Law di Captain Marvel pertama kali diketahui media, ia disebut memerankan Mar-Vell. Tak lama kemudian, Marvel Studios menyatakan Mar-Vell adalah mentor Carol Danvers/Captain Marvel (Brie Larson), juga komandan pasukan elit luar angkasa bernama Starforce. Identitas karakter Law pun mulai mengundang rasa bingung sekaligus curiga, tatkala foto promosi Captain Marvel di situs resmi Disney tiba-tiba mengganti nama karakter Law dari “Mar-Vell, the leader of Starforce” menjadi “Leader of Starforce”. Entah perubahan nama itu dimaksudkan untuk membangun twist atau bukan, yang jelas misteri karakter Law kemungkinan besar sudah terungkap lewat koleksi action figure Captain Marvel Marvel Legends.
Dari sekian koleksi mainan tersebut, ada satu karakter bernama Yon-Rogg yang deskripsinya sangat mewakili peran Law. Berdasarkan deskripsi ini, Yon-Rogg adalah pemimpin Starforce dan pahlawan bangsa Kree yang menjadi aset kunci Supreme Intelligence dalam perang melawan Skrulls. Yang menarik, ini adalah pertama kalinya Supreme Intelligence disebut dalam materi promosi Captain Marvel.
Supreme Intelligence sendiri merupakan AI super canggih yang tercipta dari otak para tokoh hebat dari bangsa Kree. Dikisahkan banyak elit Kree yang mengunggah isi pikiran mereka ke sistem Supreme Intelligence sebelum tutup usia, dan dispekulasikan salah satu elit ini menjadi dalang di balik perang berkepanjangan antara Kree dan Skrull. Berangkat dari deskripsi action figure ini, Law pun diyakini memerankan Mar-Vell sekaligus Yon-Rogg. Akankah peran ganda Law ini mengarah pada plot twist ala Wonder Woman yang aktor antagonisnya memainkan karakter baik dan jahat?
Captain Marvel disutradarai Anna Boden dan Ryan Fleck, berdasarkan skrip yang ditulis Meg LeFauve dan Nicole Perlman. Ceritanya sendiri menyoroti pilot pesawat tempur Carol Danvers yang meninggalkan kehidupannya di Bumi untuk bergabung dengan Starforce. Film ini pun akan menjelaskan kenapa selama ini Captain Marvel tidak ada saat The Avengers sibuk menangani serangan yang mengancam dunia.
Rencananya Captain Marvel akan dirilis 8 Maret 2019.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Box Office, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Di musim liburan ini, 'Aquaman' masih perkasa memuncaki box office. Berikut rekap box office minggu ini.
Tak ada kabar yang mengejutkan mengenai box office minggu ini. Aquaman dengan mudah mempertahankan tahtanya sebagai jawara dengan $52,1 juta. Hasil ini membuat total pendapatan domestiknya menjadi $189 juta.
B aja sih. Tapi di luar Amerika, film terbaru dari DCEU sudah memperoleh pendapatan mencapai $748,8 juta (berkat tambahan $85,4 juta minggu ini dari 78 negara). Perlahan tapi pasti, Aquaman merangsek naik untuk menjadi film terlaris di DCEU. Sejauh ini saja, ia sudah berada di posisi 3 teratas, melewati Suicide Squad ($746,8 juta).
Sedang berlangsungnya musim liburan menjadi momentum bagi bioskop untuk menarik lebih banyak penonton. Buktinya, banyak film yang mengalami kenaikan penonton, alih-alih mengalami penurunan. Mary Poppins Returns yang berada di posisi kedua, naik sebesar 20,5%. Minggu ini ia mendapat $28,4 juta, sehingga total pendapatan domestiknya menjadi $99,3 juta. Tambahan $28,9 juta dari 37 negara membuat total pendapatan globalnya menjadi $174,3 juta.
Spider-Man: Into the Spider-Verse, yang berada di posisi empat, mengalami kenaikan sebesar 14,2%. Tambahan $18,8 juta minggu ini mengantarkan pendapatan domestiknya ke angka $104,1 juta. Sementara tambahan $27,4 juta menggenjot total pendapatan globalnya menjadi $213,2 juta.
Di posisi lima, The Mule mengalami kenaikan sebesar 28% dengan $12,2 juta. Total pendapatannya sejauh ini adalah $61,1 juta.
Bumblebee, yang berada di posisi tiga, sayangnya harus mengalami sedikit penurunan, yaitu sebesar 3,5%. Mendapat $20,9 juta dengan total pendapatan domestik $67,2 juta serta total pendapatan global $157,2 juta (berkat tambahan $45,7 juta dari 55 negara), film ini masihlah menjadi film Transformers dengan pendapatan paling mini.
Ada dua film baru yang dirilis di bioskop Amerika minggu ini. Dan keduanya tak mampu masuk lima besar. Yang pertama adalah Vice yang mendapat $7,8 juta. Diberi CinemaScore "C+" oleh penonton, film ini jelas tak direspon sehangat film Adam McKay sebelumnya, The Big Short yang mendapat "A-". Namun ia menjadi film terlaris sepanjang masa bagi studio Annapurna berkat total pendapatan $17,7 juta yang sebagian besar diperoleh saat limited release.
Film terakhir adalah komedi yang dibintangi Will Ferrell dan John C Reilly, Holmes & Watson. Tak hanya dihajar kritikus dan dibantai penonton (CinemaScore "D+"), film ini juga hanya memperoleh debut yang sangat kecil, yaitu hanya $7,4 juta saja. Sedikit tambahan dari 8 negara membulatkan total debut globalnya menjadi $11,4 juta. Tak usahlah kita membandingkannya dengan film kolaborasi mereka sebelumnya.
Di musim liburan ini, 'Aquaman' masih perkasa memuncaki box office. Berikut rekap box office minggu ini.
Tak ada kabar yang mengejutkan mengenai box office minggu ini. Aquaman dengan mudah mempertahankan tahtanya sebagai jawara dengan $52,1 juta. Hasil ini membuat total pendapatan domestiknya menjadi $189 juta.
B aja sih. Tapi di luar Amerika, film terbaru dari DCEU sudah memperoleh pendapatan mencapai $748,8 juta (berkat tambahan $85,4 juta minggu ini dari 78 negara). Perlahan tapi pasti, Aquaman merangsek naik untuk menjadi film terlaris di DCEU. Sejauh ini saja, ia sudah berada di posisi 3 teratas, melewati Suicide Squad ($746,8 juta).
Sedang berlangsungnya musim liburan menjadi momentum bagi bioskop untuk menarik lebih banyak penonton. Buktinya, banyak film yang mengalami kenaikan penonton, alih-alih mengalami penurunan. Mary Poppins Returns yang berada di posisi kedua, naik sebesar 20,5%. Minggu ini ia mendapat $28,4 juta, sehingga total pendapatan domestiknya menjadi $99,3 juta. Tambahan $28,9 juta dari 37 negara membuat total pendapatan globalnya menjadi $174,3 juta.
Spider-Man: Into the Spider-Verse, yang berada di posisi empat, mengalami kenaikan sebesar 14,2%. Tambahan $18,8 juta minggu ini mengantarkan pendapatan domestiknya ke angka $104,1 juta. Sementara tambahan $27,4 juta menggenjot total pendapatan globalnya menjadi $213,2 juta.
Di posisi lima, The Mule mengalami kenaikan sebesar 28% dengan $12,2 juta. Total pendapatannya sejauh ini adalah $61,1 juta.
Bumblebee, yang berada di posisi tiga, sayangnya harus mengalami sedikit penurunan, yaitu sebesar 3,5%. Mendapat $20,9 juta dengan total pendapatan domestik $67,2 juta serta total pendapatan global $157,2 juta (berkat tambahan $45,7 juta dari 55 negara), film ini masihlah menjadi film Transformers dengan pendapatan paling mini.
Ada dua film baru yang dirilis di bioskop Amerika minggu ini. Dan keduanya tak mampu masuk lima besar. Yang pertama adalah Vice yang mendapat $7,8 juta. Diberi CinemaScore "C+" oleh penonton, film ini jelas tak direspon sehangat film Adam McKay sebelumnya, The Big Short yang mendapat "A-". Namun ia menjadi film terlaris sepanjang masa bagi studio Annapurna berkat total pendapatan $17,7 juta yang sebagian besar diperoleh saat limited release.
Film terakhir adalah komedi yang dibintangi Will Ferrell dan John C Reilly, Holmes & Watson. Tak hanya dihajar kritikus dan dibantai penonton (CinemaScore "D+"), film ini juga hanya memperoleh debut yang sangat kecil, yaitu hanya $7,4 juta saja. Sedikit tambahan dari 8 negara membulatkan total debut globalnya menjadi $11,4 juta. Tak usahlah kita membandingkannya dengan film kolaborasi mereka sebelumnya.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Todd McFarlane menjelaskan status terkini ‘Spawn’, yang pada akhirnya membuat kita memahami kenapa pengembangan film ini tak berjalan mulus.
Setelah berhasil memboyong dua aktor kawakan Jamie Foxx dan Jeremy Renner sejak pertengahan 2018, proses syuting Spawnreboot diprediksi akan bergulir tak lama lagi. Namun sayangnya perjalanan Spawn masih panjang, menyusul kabar terakhir yang menyebut syuting film ini ditunda. Saat ditemui THR, Todd McFarlane selaku penulis/sutradara pun menjelaskan status terkini Spawn, yang pada akhirnya membuat kita memahami kenapa pengembangan film ini tak berjalan mulus.
Untuk saat ini, Todd mengakui Spawn masih dalam tahap mengumpulkan dana dan meyakinkan para produser bahwa film superhero bisa dibawa ke arah manapun. Todd pun mengibaratkan Venom – yang notabene karakter ciptaannya – sebagai contoh sempurna bahwa dalam film superhero, karakter antihero yang tadinya villain bisa diatur sedemikian rupa sehingga ia menjadi heroik. Todd menilai, meskipun Venom tak mengusung formula standar film superhero pada umumnya, namun filmnya bisa sukses besar secara finansial. Karena itulah, mengingat Spawn juga berstatus sebagai antihero/villain, Todd berharap film dari karakter ciptaannya ini bisa mengikuti jejak Venom, yang diketahui cukup lancar dalam proses pengembangannya.
Tak hanya Venom, Todd juga mencontohkan Deadpool, Guardians of the Galaxy, Suicide Squad, The Joker, Jessica Jones, Luke Cage dan Daredevil sebagai film/serial superhero yang bisa menarik perhatian audiens, walaupun lagi-lagi deretan judul tadi tak mengikuti pakem khas genre superhero. Hal inilah yang berusaha disampaikan Todd kepada Hollywood, bahwa untuk membuat film superhero yang sukses tak harus menempuh jalur/pendekatan mainstream. Dengan kata lain, Todd mendorong studio atau produser agar lebih terbuka dan berani melampuhijaukan proyek film superhero yang antimainstream dan beresiko, seperti Spawn misalnya.
Apalagi karena Spawn diproduksi sebagai film low budget, Todd opimistis film ini takkan mengalami kerugian yang besar apabila flop di box office. Lebih dari itu, agar Spawn lebih menjual, Todd ingin film produksi Blumhouse ini memasang embel-embel “From the co-creator of Venom”. Sebuah gimmick marketing yang agaknya cukup efektif untuk meningkatkan antusiasme terhadap Spawn, mengingat tingginya popularitas yang dimiliki Venom sejak filmnya menjadi hits.
Di luar cerita soal kendala produksi Spawn, Todd belum bisa memastikan kapan filmnya mulai syuting.
Dalam komiknya, Spawn bernama asli Al Simmons, yang seorang mantan prajurit pasukan khusus CIA. Usai bangkit dari kematian lewat perjanjian dengan iblis neraka. Simmons kembali hidup dengan identitas baru sebagai Spawn yang dibekali kostum super yang multi fungsi. Dengan jati dirinya yang baru, Simmons melalui perjalanan dilematis yang akhirnya menjadikan ia antihero. Jika di film original (1997) Spawn adalah karakter utama, maka di reboot nanti ia diplot sebagai karakter villain, dan yang jadi karakter sentral adalah polisi bernama Twitch. Cerita filmnya sendiri menyoroti Spawn (Foxx) yang sedang diburu oleh Twitch (Renner). Dalam beberapa hal, McFarlane menyamakan situasi kejar-kejaran ini dengan hiu raksasa di Jaws yang diburu sheriff Brody.
Mengusung rating R, Spawn dipastikan tampil sebagai film thriller supernatural yang kelam dan serius. Meski budget produksinya diklaim hanya berada di kisaran $10 juta, adanya nama besar sekaliber Renner dan Foxx seolah mematahkan dugaan bahwa Spawn akan berakhir jadi film kelas dua.
Untuk saat ini belum diketahui kapan reboot Spawn akan dirilis.
Todd McFarlane menjelaskan status terkini ‘Spawn’, yang pada akhirnya membuat kita memahami kenapa pengembangan film ini tak berjalan mulus.
Setelah berhasil memboyong dua aktor kawakan Jamie Foxx dan Jeremy Renner sejak pertengahan 2018, proses syuting Spawnreboot diprediksi akan bergulir tak lama lagi. Namun sayangnya perjalanan Spawn masih panjang, menyusul kabar terakhir yang menyebut syuting film ini ditunda. Saat ditemui THR, Todd McFarlane selaku penulis/sutradara pun menjelaskan status terkini Spawn, yang pada akhirnya membuat kita memahami kenapa pengembangan film ini tak berjalan mulus.
Untuk saat ini, Todd mengakui Spawn masih dalam tahap mengumpulkan dana dan meyakinkan para produser bahwa film superhero bisa dibawa ke arah manapun. Todd pun mengibaratkan Venom – yang notabene karakter ciptaannya – sebagai contoh sempurna bahwa dalam film superhero, karakter antihero yang tadinya villain bisa diatur sedemikian rupa sehingga ia menjadi heroik. Todd menilai, meskipun Venom tak mengusung formula standar film superhero pada umumnya, namun filmnya bisa sukses besar secara finansial. Karena itulah, mengingat Spawn juga berstatus sebagai antihero/villain, Todd berharap film dari karakter ciptaannya ini bisa mengikuti jejak Venom, yang diketahui cukup lancar dalam proses pengembangannya.
Tak hanya Venom, Todd juga mencontohkan Deadpool, Guardians of the Galaxy, Suicide Squad, The Joker, Jessica Jones, Luke Cage dan Daredevil sebagai film/serial superhero yang bisa menarik perhatian audiens, walaupun lagi-lagi deretan judul tadi tak mengikuti pakem khas genre superhero. Hal inilah yang berusaha disampaikan Todd kepada Hollywood, bahwa untuk membuat film superhero yang sukses tak harus menempuh jalur/pendekatan mainstream. Dengan kata lain, Todd mendorong studio atau produser agar lebih terbuka dan berani melampuhijaukan proyek film superhero yang antimainstream dan beresiko, seperti Spawn misalnya.
Apalagi karena Spawn diproduksi sebagai film low budget, Todd opimistis film ini takkan mengalami kerugian yang besar apabila flop di box office. Lebih dari itu, agar Spawn lebih menjual, Todd ingin film produksi Blumhouse ini memasang embel-embel “From the co-creator of Venom”. Sebuah gimmick marketing yang agaknya cukup efektif untuk meningkatkan antusiasme terhadap Spawn, mengingat tingginya popularitas yang dimiliki Venom sejak filmnya menjadi hits.
Di luar cerita soal kendala produksi Spawn, Todd belum bisa memastikan kapan filmnya mulai syuting.
Dalam komiknya, Spawn bernama asli Al Simmons, yang seorang mantan prajurit pasukan khusus CIA. Usai bangkit dari kematian lewat perjanjian dengan iblis neraka. Simmons kembali hidup dengan identitas baru sebagai Spawn yang dibekali kostum super yang multi fungsi. Dengan jati dirinya yang baru, Simmons melalui perjalanan dilematis yang akhirnya menjadikan ia antihero. Jika di film original (1997) Spawn adalah karakter utama, maka di reboot nanti ia diplot sebagai karakter villain, dan yang jadi karakter sentral adalah polisi bernama Twitch. Cerita filmnya sendiri menyoroti Spawn (Foxx) yang sedang diburu oleh Twitch (Renner). Dalam beberapa hal, McFarlane menyamakan situasi kejar-kejaran ini dengan hiu raksasa di Jaws yang diburu sheriff Brody.
Mengusung rating R, Spawn dipastikan tampil sebagai film thriller supernatural yang kelam dan serius. Meski budget produksinya diklaim hanya berada di kisaran $10 juta, adanya nama besar sekaliber Renner dan Foxx seolah mematahkan dugaan bahwa Spawn akan berakhir jadi film kelas dua.
Untuk saat ini belum diketahui kapan reboot Spawn akan dirilis.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Kalender dari Rusia untuk pertama kalinya mengungkap penampilan Anna dan Elsa di ‘Frozen 2’.
Tak hanya menyandang predikat sebagai film animasi terlaris sepanjang masa, Frozen juga dikenal sangat berpengaruh dalam hal pop culture, hingga membuat karya Disney ini menjadi fenomena global. Kini studio diketahui sedang menyiapkan sekuel Frozen, yang kembali menyoroti petualangan Anna dan Elsa di negeri dongeng Arendelle. Well, karena Frozen 2 akan tayang di akhir tahun 2019 nanti, tak heran jika belakangan materi promosi filmnya mulai beredar. Seperti misalnya kalender dari Rusia yang untuk pertama kalinya mengungkap penampilan Anna dan Elsa di Frozen 2.
Hingga detik ini Disney masih belum berbagi detail apapun mengenai Frozen 2, baik yang berhubungan dengan cerita maupun karakter. Namun berkat foto yang ada di kalender tersebut, ada beberapa hal yang bisa diketahui dari film ini. Sebut saja penampilan Anna dan kakaknya, sang ratu pengendali es Elsa, yang semakin dewasa sejak terakhir kali ini mereka unjuk gigi di film pertama (2013). Perubahan penampilan mereka pun mengindikasikan Frozen 2 punya jarak waktu yang cukup jauh dari pendahulunya, dan konon sekuel ini bersetting enam tahun pasca film pertama.
Jika memang benar demikian, ada kemungkinan Frozen 2 akan menawarkan cerita yang lebih dewasa. Menarik untuk mengetahui bagaimana kelanjutan hubungan Anna dan Kristoff setelah sekian lama mereka bersama. Dan yang tak kalah membuat penasaran, bagaimana perjuangan Elsa untuk beradaptasi dengan kekuatan supernya, juga statusnya sebagai ratu Arendelle yang baru. Adapun jika melihat latar belakang foto ini, tak menutup kemungkinan cerita sekuel ini berlangsung di musim gugur, bukan musim salju – yang terjadi akibat kekuatan tak terkendali Elsa - seperti film pertama.
Frozen 2 kembali diisisuarakan Idina Menzel (Elsa), Kristen Bell (Anna), Jonathan Groff (Kristoff) dan Josh Gad (Olaf), dimana mereka siap menyanyikan lagu baru. Masih disutradarai Chris Buck dan Jennifer Lee, film ini juga menghadirkan pemain baru Evan Rachel Wood dan Sterling K. Brown yang karakternya masih misterius.
Rencananya Frozen 2 akan dirilis 22 November 2019.
Kalender dari Rusia untuk pertama kalinya mengungkap penampilan Anna dan Elsa di ‘Frozen 2’.
Tak hanya menyandang predikat sebagai film animasi terlaris sepanjang masa, Frozen juga dikenal sangat berpengaruh dalam hal pop culture, hingga membuat karya Disney ini menjadi fenomena global. Kini studio diketahui sedang menyiapkan sekuel Frozen, yang kembali menyoroti petualangan Anna dan Elsa di negeri dongeng Arendelle. Well, karena Frozen 2 akan tayang di akhir tahun 2019 nanti, tak heran jika belakangan materi promosi filmnya mulai beredar. Seperti misalnya kalender dari Rusia yang untuk pertama kalinya mengungkap penampilan Anna dan Elsa di Frozen 2.
Hingga detik ini Disney masih belum berbagi detail apapun mengenai Frozen 2, baik yang berhubungan dengan cerita maupun karakter. Namun berkat foto yang ada di kalender tersebut, ada beberapa hal yang bisa diketahui dari film ini. Sebut saja penampilan Anna dan kakaknya, sang ratu pengendali es Elsa, yang semakin dewasa sejak terakhir kali ini mereka unjuk gigi di film pertama (2013). Perubahan penampilan mereka pun mengindikasikan Frozen 2 punya jarak waktu yang cukup jauh dari pendahulunya, dan konon sekuel ini bersetting enam tahun pasca film pertama.
Jika memang benar demikian, ada kemungkinan Frozen 2 akan menawarkan cerita yang lebih dewasa. Menarik untuk mengetahui bagaimana kelanjutan hubungan Anna dan Kristoff setelah sekian lama mereka bersama. Dan yang tak kalah membuat penasaran, bagaimana perjuangan Elsa untuk beradaptasi dengan kekuatan supernya, juga statusnya sebagai ratu Arendelle yang baru. Adapun jika melihat latar belakang foto ini, tak menutup kemungkinan cerita sekuel ini berlangsung di musim gugur, bukan musim salju – yang terjadi akibat kekuatan tak terkendali Elsa - seperti film pertama.
Frozen 2 kembali diisisuarakan Idina Menzel (Elsa), Kristen Bell (Anna), Jonathan Groff (Kristoff) dan Josh Gad (Olaf), dimana mereka siap menyanyikan lagu baru. Masih disutradarai Chris Buck dan Jennifer Lee, film ini juga menghadirkan pemain baru Evan Rachel Wood dan Sterling K. Brown yang karakternya masih misterius.
Rencananya Frozen 2 akan dirilis 22 November 2019.