- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Kepiawaian Patty Jenkins dalam menjadikan 'Wonder Woman' film superhero yang solid, membuat ia diharapkan kembali di sekuel film DC. Setelah sekian lama responnya dinanti, Jenkins pun akhirnya mengambil keputusan.
Kepiawaian Patty Jenkins dalam menjadikan Wonder Woman film superhero yang solid, membuat dirinya banyak diharapkan kembali menyutradarai sekuel film DC ini. Setelah sekian lama responnya dinanti, Jenkins pun akhirnya mengambil keputusan. Sebagaimana yang dilansir Variety, Jenkins sepakat kembali menyutradarai Wonder Woman 2, disusul aktris Gal Gadot yang juga sepakat kembali memerankan sang superheoine.
Sementara gaji Jenkins di Wonder Woman 2 belum bisa diungkap, sumber Variety mengklaim Jenkins adalah sutradara perempuan dengan gaji tertinggi saat ini. Predikat ini disematkan kepada Jenkins mengingat kabarnya, ia dibayar sekitar $8 jutaan untuk menyutradarai, menulis skrip dan memproduseri. Angka tersebut belum termasuk bonus dari penghasilan film Wonder Woman yang disertakan dalam kontrak.
Lupakan soal bayaran selangit Jenkins, karena kini Jenkins sudah mulai menulis skrip Wonder Woman 2 bersama arsitek DC Extended Universe, Geoff Johns. Saat ditemui media, Johns mengaku misi utamanya adalah membuat lagi film Wonder Woman yang bagus.
Selain mengukir catatan gemilang di Rotten Tomatoes dengan skor agregat review 92%, WonderWoman juga sukses di box office dengan total pendapatan $813 juta. Khusus di Amerika Serikat, Wonder Woman meraup pendapatan domestik $409 Juta dan mengukuhkan diri sebagai film DCEU terlaris di Negeri Paman Sam. Berkat kesuksesan kritikal dan finansial ini, Warner Bros. berencana mempromosikan Wonder Woman agar film ini dapat menembus nominasi Best Picture dan Best Director di ajang Oscar 2018.
Kendati ceritanya belum diketahui, Wonder Woman 2 disebut-sebut akan berlatar Perang Dingin, dimana aksi mata-mata marak terjadi. Selain itu, juga beredar rumor bahwa Chris Pine akan kembali memerankan Steve Trevor, meskipun bagaimana karakternya kembali muncul masih jadi pertanyaan. Rencananya Wonder Woman 2 akan dirilis 13 Desember2019. ■UP
Kepiawaian Patty Jenkins dalam menjadikan 'Wonder Woman' film superhero yang solid, membuat ia diharapkan kembali di sekuel film DC. Setelah sekian lama responnya dinanti, Jenkins pun akhirnya mengambil keputusan.
Kepiawaian Patty Jenkins dalam menjadikan Wonder Woman film superhero yang solid, membuat dirinya banyak diharapkan kembali menyutradarai sekuel film DC ini. Setelah sekian lama responnya dinanti, Jenkins pun akhirnya mengambil keputusan. Sebagaimana yang dilansir Variety, Jenkins sepakat kembali menyutradarai Wonder Woman 2, disusul aktris Gal Gadot yang juga sepakat kembali memerankan sang superheoine.
Sementara gaji Jenkins di Wonder Woman 2 belum bisa diungkap, sumber Variety mengklaim Jenkins adalah sutradara perempuan dengan gaji tertinggi saat ini. Predikat ini disematkan kepada Jenkins mengingat kabarnya, ia dibayar sekitar $8 jutaan untuk menyutradarai, menulis skrip dan memproduseri. Angka tersebut belum termasuk bonus dari penghasilan film Wonder Woman yang disertakan dalam kontrak.
Lupakan soal bayaran selangit Jenkins, karena kini Jenkins sudah mulai menulis skrip Wonder Woman 2 bersama arsitek DC Extended Universe, Geoff Johns. Saat ditemui media, Johns mengaku misi utamanya adalah membuat lagi film Wonder Woman yang bagus.
Selain mengukir catatan gemilang di Rotten Tomatoes dengan skor agregat review 92%, WonderWoman juga sukses di box office dengan total pendapatan $813 juta. Khusus di Amerika Serikat, Wonder Woman meraup pendapatan domestik $409 Juta dan mengukuhkan diri sebagai film DCEU terlaris di Negeri Paman Sam. Berkat kesuksesan kritikal dan finansial ini, Warner Bros. berencana mempromosikan Wonder Woman agar film ini dapat menembus nominasi Best Picture dan Best Director di ajang Oscar 2018.
Kendati ceritanya belum diketahui, Wonder Woman 2 disebut-sebut akan berlatar Perang Dingin, dimana aksi mata-mata marak terjadi. Selain itu, juga beredar rumor bahwa Chris Pine akan kembali memerankan Steve Trevor, meskipun bagaimana karakternya kembali muncul masih jadi pertanyaan. Rencananya Wonder Woman 2 akan dirilis 13 Desember2019. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Usai Ed Skrein mundur lantaran keterlibatannya menyulut isu whitewashing, Lionsgate akhirnya berbenah agar proyek 'Hellboy' miliknya tak kembali memicu kontroversi yang sama.
Usai Ed Skrein mundur lantaran keterlibatannya menyulut isu whitewashing, Lionsgate akhirnya berbenah agar proyek Hellboy reboot miliknya tak kembali memicu kontroversi yang sama. Hal ini dibuktikan dengan kabar dari THR bahwa kini studio sedang bernegosiasi dengan aktor Daniel DaeKim. Jika sepakat bergabung, Kim siap mengambil alih peran Ed dan memerankan karakter dengan keturunan Asia-Amerika.
Karakter yang dimainkan Kim sendiri bernama Major Ben Daimio, anggota militer berwatak keras yang bekerja untuk biro pertahanan dan penelitian paranormal. Akibat mengalami kejadian supernatural, Damio mampu berubah menjadi jaguar saat ia marah atau kesakitan. Dalam komik Hellboy karya Mike Mignola, Daimio digambarkan sebagai karakter berkebangsaan Jepang-Amerika.
Ed diketahui mendapatkan peran sebagai Daimio pada Agustus lalu. Namun setelah jagat media sosial melayangkan protes keras, Ed akhirnya memutuskan untuk mundur di akhir bulan yang sama, agar karakternya bisa diperankan aktor yang tepat. Ia pun berharap keputusannya bisa mendorong industri Hollywood untuk lebih terbuka pada aktor/aktris dari berbagai etnis, sehingga semangat keberagaman lebih terasa. Tak lama pasca pernyataan Ed, Lionsgate mengklarifikasi bahwa pihaknya bukannya tak sensitif dengan isu etnis, dan memastikan akan merekrut aktor baru yang lebih konsisten dengan karakter Daimio.
Dikenal lewat serial Lostdan Hawaii Five-0, Kim sendiri adalah keturunan Korea-Amerika. Deretan film besar yang pernah ia bintangi antara lain Hulk,Spider-Man 2 dan dua instalmen terakhir The Divergent Series.
Disutradarai Neil Marshall, reboot bertajuk Hellboy: Rise of the Blood Queen ini dibintangi DavidHarbour (Hellboy), Ian McShane (Professor Broom, ayah adopsi Hellboy), Milla Jovovich (villain The Blood Queen) dan Sasha Lane (Alice Monaghan). Berbekal rating R, reboot ini dijanjikan akan lebih sadis dan kelam dengan cerita yang lebih dewasa.
Kendati Lionsgate belum menetapkan tanggal rilis, rencananya Hellboy: Rise of the Blood Queen ditargetkan tayang 2018 dan akan syuting akhir tahun ini. ■UP
Usai Ed Skrein mundur lantaran keterlibatannya menyulut isu whitewashing, Lionsgate akhirnya berbenah agar proyek 'Hellboy' miliknya tak kembali memicu kontroversi yang sama.
Usai Ed Skrein mundur lantaran keterlibatannya menyulut isu whitewashing, Lionsgate akhirnya berbenah agar proyek Hellboy reboot miliknya tak kembali memicu kontroversi yang sama. Hal ini dibuktikan dengan kabar dari THR bahwa kini studio sedang bernegosiasi dengan aktor Daniel DaeKim. Jika sepakat bergabung, Kim siap mengambil alih peran Ed dan memerankan karakter dengan keturunan Asia-Amerika.
Karakter yang dimainkan Kim sendiri bernama Major Ben Daimio, anggota militer berwatak keras yang bekerja untuk biro pertahanan dan penelitian paranormal. Akibat mengalami kejadian supernatural, Damio mampu berubah menjadi jaguar saat ia marah atau kesakitan. Dalam komik Hellboy karya Mike Mignola, Daimio digambarkan sebagai karakter berkebangsaan Jepang-Amerika.
Ed diketahui mendapatkan peran sebagai Daimio pada Agustus lalu. Namun setelah jagat media sosial melayangkan protes keras, Ed akhirnya memutuskan untuk mundur di akhir bulan yang sama, agar karakternya bisa diperankan aktor yang tepat. Ia pun berharap keputusannya bisa mendorong industri Hollywood untuk lebih terbuka pada aktor/aktris dari berbagai etnis, sehingga semangat keberagaman lebih terasa. Tak lama pasca pernyataan Ed, Lionsgate mengklarifikasi bahwa pihaknya bukannya tak sensitif dengan isu etnis, dan memastikan akan merekrut aktor baru yang lebih konsisten dengan karakter Daimio.
Dikenal lewat serial Lostdan Hawaii Five-0, Kim sendiri adalah keturunan Korea-Amerika. Deretan film besar yang pernah ia bintangi antara lain Hulk,Spider-Man 2 dan dua instalmen terakhir The Divergent Series.
Disutradarai Neil Marshall, reboot bertajuk Hellboy: Rise of the Blood Queen ini dibintangi DavidHarbour (Hellboy), Ian McShane (Professor Broom, ayah adopsi Hellboy), Milla Jovovich (villain The Blood Queen) dan Sasha Lane (Alice Monaghan). Berbekal rating R, reboot ini dijanjikan akan lebih sadis dan kelam dengan cerita yang lebih dewasa.
Kendati Lionsgate belum menetapkan tanggal rilis, rencananya Hellboy: Rise of the Blood Queen ditargetkan tayang 2018 dan akan syuting akhir tahun ini. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Buletin, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Film lulus sensor minggu ini antara lain: 'The Nut Job 2', 'Wind River', 'Kingsman: The Golden Circle', 'Escape Room', 'Total Chaos', 'American Assassin', dan 'Gerbang Neraka'.
Masih ingat betapa kita dulu dikecewakan dengan pemotongan (hampir) 10 menit adegan yang sangat sensasional dalam Kingsman: The Secret Service? Ini adalah pemotongan yang sangat sadis sekali. Namun, sekuelnya Kingsman: The Golden Circle aman. Durasi untuk versi Indonesia sama dengan durasi versi aslinya. Tapi tetap perlu diingat, tolong jangan bawa anak-anak, karena ratingnya masihlah "17+".
PT Prima Cinema Multimedia punya dua judul keren minggu ini. Yang pertama adalah Wind River yang dibintangi oleh Jeremy Renner dan Elizabeth Olsen. Film yang disebut-sebut sebagai penutup trilogi setelah Hell or High Water dan Sicario ini memenangkan Un Certain Regard for Best Director untuk sutradara Taylor Sheridan dalam Cannes Film Festival 2017. Yang kedua adalah film aksi mata-mata American Assassin dari Michael Cuesta (Kill the Messenger) yang sendirinya baru akan tayang di Amerika pada 15 September. Nah seperti biasa, jadwal perilisan film-film ini tergantung pada kemurahan hati PT PCM.
Film Escape Room menarik untuk dicermati. Saat saya mengecek di IMDb, ternyata ada 2 film Escape Room yang sama-sama dirilis tahun ini. Yang satu berdurasi 81 menit dan satunya berdurasi 86 menit. Tak ada yang cocok dengan durasi hasil sensor LSF yang 88 menit. Begitulah.
Film lokal yang lulus sensor minggu ini adalah komedi Total Chaos yang diberi rating "13+" dan Gerbang Neraka yang mendapat "17+".
Film lulus sensor minggu ini antara lain: 'The Nut Job 2', 'Wind River', 'Kingsman: The Golden Circle', 'Escape Room', 'Total Chaos', 'American Assassin', dan 'Gerbang Neraka'.
Masih ingat betapa kita dulu dikecewakan dengan pemotongan (hampir) 10 menit adegan yang sangat sensasional dalam Kingsman: The Secret Service? Ini adalah pemotongan yang sangat sadis sekali. Namun, sekuelnya Kingsman: The Golden Circle aman. Durasi untuk versi Indonesia sama dengan durasi versi aslinya. Tapi tetap perlu diingat, tolong jangan bawa anak-anak, karena ratingnya masihlah "17+".
PT Prima Cinema Multimedia punya dua judul keren minggu ini. Yang pertama adalah Wind River yang dibintangi oleh Jeremy Renner dan Elizabeth Olsen. Film yang disebut-sebut sebagai penutup trilogi setelah Hell or High Water dan Sicario ini memenangkan Un Certain Regard for Best Director untuk sutradara Taylor Sheridan dalam Cannes Film Festival 2017. Yang kedua adalah film aksi mata-mata American Assassin dari Michael Cuesta (Kill the Messenger) yang sendirinya baru akan tayang di Amerika pada 15 September. Nah seperti biasa, jadwal perilisan film-film ini tergantung pada kemurahan hati PT PCM.
Film Escape Room menarik untuk dicermati. Saat saya mengecek di IMDb, ternyata ada 2 film Escape Room yang sama-sama dirilis tahun ini. Yang satu berdurasi 81 menit dan satunya berdurasi 86 menit. Tak ada yang cocok dengan durasi hasil sensor LSF yang 88 menit. Begitulah.
Film lokal yang lulus sensor minggu ini adalah komedi Total Chaos yang diberi rating "13+" dan Gerbang Neraka yang mendapat "17+".
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Horor,
Artikel Misteri,
Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Penonton yang menunggu setan di 'It Comes at Night' akan kecele, karena film ini lebih kepada teror psikologis.
“You can't trust anyone but family.” — Paul
Rating UP: It Comes at Night membuktikan bahwa kadangkala horor yang lebih besar itu datang dari paranoia diri sendiri. Apakah sesuatu yang kita dengar itu benar “sesuatu” yang kita dengar atau sesuatu yang kita PIKIR kita dengar? “It” pada judul film ini tak butuh definisi. Ia adalah apa yang kita takutkan. Prasangkalah yang membuatnya mengerikan. Penonton yang menunggu setan di It Comes at Night akan kecele, karena film ini lebih kepada teror psikologis. Ia didesain untuk membuat kita tidak nyaman hanya lewat suspens dan atmosfer. Ini bukan sesuatu yang kita expect dari sebuah film horor.
Coba tengok adegan pembuka dari filmnya. Seorang pak tua yang letih tampak pasrah menerima nasibnya. Ia tahu apa yang akan terjadi pada dirinya. Dua orang pria memakai topeng gas kemudian menggotongnya ke hutan. Pria yang lebih dewasa menembak pak tua, lalu membakarnya di lubang yang telah mereka gali sebelumnya. Apa yang terjadi disini, kita belum tahu. Tetapi kita bisa melihat bahwa pembunuhan ini juga meninggalkan duka bagi pelakunya.
Ternyata, dua orang tadi adalah menantu dan cucu dari pak tua, Paul (Joel Edgerton) dan Travis (Kelvin Harrison Jr.). Pak tua juga meninggalkan satu anak kandungnya, Sarah (Carmen Ejogo) yang adalah istri Paul serta seekor anjing bernama Stanley. Mereka takut akan sesuatu yang telah menimpa pak tua. Dari percakapan mereka dan keharusan untuk selalu menggunakan masker di luar rumah, tampaknya ada semacam virus yang telah mewabah di daerah mereka. Apakah ini virus zombie? Tak penting. Yang jelas ini mematikan, sampai mereka harus menahan apapun di luar sana agar tak masuk ke dalam rumah mereka yang berada di tengah hutan.
Pembuat film ini adalah Trey Edward Shults yang mengangkat premis yang halu menjadi film yang halu, tapi sangat menegangkan. Film Shults sebelumnya, Krisha adalah thriller psikologis yang minimalis tentang keluarga, dimana dimainkan olehnya dan kerabatnya sendiri. Dengan bujet yang lebih besar, untuk It Comes at Night ia bisa menggandeng aktor sungguhan dan merancang gambar-gambar yang lebih kompeten. Namun skala filmnya relatif tetap sama. Ini adalah film thriller kecil tentang keluarga —dua keluarga tepatnya— dalam satu lingkungan yang klaustrofobik. Semua jendela dipalang, pencahayaan sangat terbatas, dan hanya ada satu jalan masuk, yaitu pintu bercat merah.
Keluarga kedua datang setelah seseorang menggedor pintu rumah mereka. Pria asing ini berhasil dirubuhkan oleh Paul untuk kemudian diinterogasi. Mengaku bernama Will (Christopher Abbott), si pria tadi bilang bahwa ia hanya ingin mencari minum untuk anak dan istrinya. “Mereka tidak “sakit”,” klaimnya. Namun Paul tak percaya begitu saja. Namun akhirnya Paul setuju untuk menampung istri Will, Kim (Riley Keough) dan anaknya yang masih kecil, Andrew (Griffin Robert Faulkner).
Bereenam mereka tinggal di satu rumah, namun ketegangan justru semakin meninggi, karena mereka tak kenal satu sama lain dan kita tak tahu apa motif masing-masing. Paul adalah pria tegas yang hanya ingin melindungi keluarganya, dan ini yang membuat Edgerton begitu menyeramkan. Ia bisa melakukan apa saja. Will tampaknya pria yang baik-baik saja, namun ada pengakuannya yang sedikit janggal. Si Travis yang memasuki usia puber, mulai menunjukkan ketertarikan pada istri Will, bahkan sampai bermimpi erotis. Sudah menjadi peraturan, bahwa saat malam tiba tak ada yang keluar kamar. Namun ketika mendengar suara-suara dari luar, Travis membawa lenteranya, selalu ingin mengecek kalau-kalau...
Yah, saya akan berhenti disini. Yang jelas, film ini lebih akan membuat anda merinding alih-alih berteriak ngeri. Setting-nya yang sempit dan pencahayaan yang minim membuat suasana filmnya angker. Shults menggunakan sorotan panjang dan pelan untuk menekankan keseraman koridor yang gelap atau barisan pepohonan yang lebat. Untuk mengeskalasi tensi dan ekspektasi penonton, ia juga menerapkan beberapa permainan aspect ratio. Cermati bagaimana rasio gambar berubah menjelang klimaks film. Mengagumkan bagaimana ia bisa mengeluarkan teror dari sesuatu yang practically nothing.
Shults tak banyak memberi penjelasan. Ia memancing imajinasi kita untuk menerka apa yang sebenarnya ada di luar sana. Namun ia sepertinya lebih ingin menyampaikan bahwa teror sesungguhnya datang dari manusia itu sendiri, dan teror ini tak butuh konteks. Terornya ada di dalam pikiran, semacam basic instinct. Manusia itu hidup untuk diri sendiri. Dalam situasi genting seperti ini, mana yang lebih penting: moralitas atau bertahan hidup?
Meski demikian, metode Schults ini juga membuat filmnya seperti tak berisi. Saya tak boleh bicara banyak mengenai hal ini. Di akhir film, saya tak bisa menghilangkan sedikit perasaan mengganjal bahwa terornya adalah "Deus ex Machina", atau lebih parah "MacGuffin" belaka. Shults bisa pergi begitu saja setelah membangun filmnya. Terkadang misteri memang lebih mencekat saat ia tidak dijelaskan lebih lanjut. Terkadang kita perlu tahu apa sebenarnya yang membuat suara-suara gaduh di malam hari. Pilihan ada di tangan anda. ■UP
Penonton yang menunggu setan di 'It Comes at Night' akan kecele, karena film ini lebih kepada teror psikologis.
“You can't trust anyone but family.” — Paul
Rating UP: It Comes at Night membuktikan bahwa kadangkala horor yang lebih besar itu datang dari paranoia diri sendiri. Apakah sesuatu yang kita dengar itu benar “sesuatu” yang kita dengar atau sesuatu yang kita PIKIR kita dengar? “It” pada judul film ini tak butuh definisi. Ia adalah apa yang kita takutkan. Prasangkalah yang membuatnya mengerikan. Penonton yang menunggu setan di It Comes at Night akan kecele, karena film ini lebih kepada teror psikologis. Ia didesain untuk membuat kita tidak nyaman hanya lewat suspens dan atmosfer. Ini bukan sesuatu yang kita expect dari sebuah film horor.
Coba tengok adegan pembuka dari filmnya. Seorang pak tua yang letih tampak pasrah menerima nasibnya. Ia tahu apa yang akan terjadi pada dirinya. Dua orang pria memakai topeng gas kemudian menggotongnya ke hutan. Pria yang lebih dewasa menembak pak tua, lalu membakarnya di lubang yang telah mereka gali sebelumnya. Apa yang terjadi disini, kita belum tahu. Tetapi kita bisa melihat bahwa pembunuhan ini juga meninggalkan duka bagi pelakunya.
Ternyata, dua orang tadi adalah menantu dan cucu dari pak tua, Paul (Joel Edgerton) dan Travis (Kelvin Harrison Jr.). Pak tua juga meninggalkan satu anak kandungnya, Sarah (Carmen Ejogo) yang adalah istri Paul serta seekor anjing bernama Stanley. Mereka takut akan sesuatu yang telah menimpa pak tua. Dari percakapan mereka dan keharusan untuk selalu menggunakan masker di luar rumah, tampaknya ada semacam virus yang telah mewabah di daerah mereka. Apakah ini virus zombie? Tak penting. Yang jelas ini mematikan, sampai mereka harus menahan apapun di luar sana agar tak masuk ke dalam rumah mereka yang berada di tengah hutan.
Pembuat film ini adalah Trey Edward Shults yang mengangkat premis yang halu menjadi film yang halu, tapi sangat menegangkan. Film Shults sebelumnya, Krisha adalah thriller psikologis yang minimalis tentang keluarga, dimana dimainkan olehnya dan kerabatnya sendiri. Dengan bujet yang lebih besar, untuk It Comes at Night ia bisa menggandeng aktor sungguhan dan merancang gambar-gambar yang lebih kompeten. Namun skala filmnya relatif tetap sama. Ini adalah film thriller kecil tentang keluarga —dua keluarga tepatnya— dalam satu lingkungan yang klaustrofobik. Semua jendela dipalang, pencahayaan sangat terbatas, dan hanya ada satu jalan masuk, yaitu pintu bercat merah.
Keluarga kedua datang setelah seseorang menggedor pintu rumah mereka. Pria asing ini berhasil dirubuhkan oleh Paul untuk kemudian diinterogasi. Mengaku bernama Will (Christopher Abbott), si pria tadi bilang bahwa ia hanya ingin mencari minum untuk anak dan istrinya. “Mereka tidak “sakit”,” klaimnya. Namun Paul tak percaya begitu saja. Namun akhirnya Paul setuju untuk menampung istri Will, Kim (Riley Keough) dan anaknya yang masih kecil, Andrew (Griffin Robert Faulkner).
Bereenam mereka tinggal di satu rumah, namun ketegangan justru semakin meninggi, karena mereka tak kenal satu sama lain dan kita tak tahu apa motif masing-masing. Paul adalah pria tegas yang hanya ingin melindungi keluarganya, dan ini yang membuat Edgerton begitu menyeramkan. Ia bisa melakukan apa saja. Will tampaknya pria yang baik-baik saja, namun ada pengakuannya yang sedikit janggal. Si Travis yang memasuki usia puber, mulai menunjukkan ketertarikan pada istri Will, bahkan sampai bermimpi erotis. Sudah menjadi peraturan, bahwa saat malam tiba tak ada yang keluar kamar. Namun ketika mendengar suara-suara dari luar, Travis membawa lenteranya, selalu ingin mengecek kalau-kalau...
Yah, saya akan berhenti disini. Yang jelas, film ini lebih akan membuat anda merinding alih-alih berteriak ngeri. Setting-nya yang sempit dan pencahayaan yang minim membuat suasana filmnya angker. Shults menggunakan sorotan panjang dan pelan untuk menekankan keseraman koridor yang gelap atau barisan pepohonan yang lebat. Untuk mengeskalasi tensi dan ekspektasi penonton, ia juga menerapkan beberapa permainan aspect ratio. Cermati bagaimana rasio gambar berubah menjelang klimaks film. Mengagumkan bagaimana ia bisa mengeluarkan teror dari sesuatu yang practically nothing.
Shults tak banyak memberi penjelasan. Ia memancing imajinasi kita untuk menerka apa yang sebenarnya ada di luar sana. Namun ia sepertinya lebih ingin menyampaikan bahwa teror sesungguhnya datang dari manusia itu sendiri, dan teror ini tak butuh konteks. Terornya ada di dalam pikiran, semacam basic instinct. Manusia itu hidup untuk diri sendiri. Dalam situasi genting seperti ini, mana yang lebih penting: moralitas atau bertahan hidup?
Meski demikian, metode Schults ini juga membuat filmnya seperti tak berisi. Saya tak boleh bicara banyak mengenai hal ini. Di akhir film, saya tak bisa menghilangkan sedikit perasaan mengganjal bahwa terornya adalah "Deus ex Machina", atau lebih parah "MacGuffin" belaka. Shults bisa pergi begitu saja setelah membangun filmnya. Terkadang misteri memang lebih mencekat saat ia tidak dijelaskan lebih lanjut. Terkadang kita perlu tahu apa sebenarnya yang membuat suara-suara gaduh di malam hari. Pilihan ada di tangan anda. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Award, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
'The Shape of Water' milik Guillermo del Toro dianugerahi piala Golden Lion dalam Venice Film Festival 2017. Berikut daftar lengkap pemenangnya.
Venice Film Festival ke-74 yang diselenggarakan sejak 30 Agustus sampai dengan 9 September 2017 lalu, telah berakhir. Festival yang kerap mengundang kontroversi karena pemilihan pemenangnya yang tak biasa, tahun ini takkan lagi menimbulkan huru-hara. Senada dengan pilihan kritikus, juri menganugerahkan piala tertinggi Golden Lion kepada The Shape of Water, film romansa monster yang dibintangi oleh Sally Hawkins dan Michael Shannon. Disebut sebagai film terbaik Guillermo del Toro sejak Pan's Labyrinth, film ini telah digadang-gadang menjadi pemenang sejak pertama kali premier di festival ini.
Foxtrot, film militer asal Isral milik Samouel Maoz berada di posisi kedua, membawa pulang piala Grand Jury Prize. Ini merupakan kemenangan kedua bagi Maoz setelah 8 tahun lalu memenangkan Golden Lion untuk Lebanon.
Prediket sutradara terbaik menjadi milik Xavier Legrand berkat film debutnya Custody, drama yang menyoroti dampak perceraian pada anak-anak. Sementara itu, Three Billboards Outside Ebbing, Missouri yang juga menuai respon impresif dari kritikus, hanya memenangkan satu piala yaitu skrip terbaik untuk Martin McDonagh.
Di kategori aktris terbaik yang persaingannya cukup sengit, Charlotte Rampling berhasil menjadi pemenang, mengalahkan Sally Hawkins dan Frances McDormand, berkat penampilannya sebagai istri yang suaminya dipenjara dalam film Hannah.
Presiden juri tahun ini adalah aktris Annette Bening.
Berikut daftar lengkap pemenang Venice Film Festival 2017.
The Prince and the Dybbuk - Elvira Niewiera and Piotr Rosolowski
Best Restored Film
Come and See
VIRTUAL REALITY COMPETITION
Best Virtual Reality
Arden’s Wake (Expanded) - Eugene Y.K. Chung
Best Virtual Reality Experience
La Camera Isabbiata - Laurie Anderson, Hsin-chien Huang
Best Virtual Reality Story
Bloodless - Gina Kim
■UP
Pantau terus rekap Awards Season di UlasanPilem via kanal berikut
'The Shape of Water' milik Guillermo del Toro dianugerahi piala Golden Lion dalam Venice Film Festival 2017. Berikut daftar lengkap pemenangnya.
Venice Film Festival ke-74 yang diselenggarakan sejak 30 Agustus sampai dengan 9 September 2017 lalu, telah berakhir. Festival yang kerap mengundang kontroversi karena pemilihan pemenangnya yang tak biasa, tahun ini takkan lagi menimbulkan huru-hara. Senada dengan pilihan kritikus, juri menganugerahkan piala tertinggi Golden Lion kepada The Shape of Water, film romansa monster yang dibintangi oleh Sally Hawkins dan Michael Shannon. Disebut sebagai film terbaik Guillermo del Toro sejak Pan's Labyrinth, film ini telah digadang-gadang menjadi pemenang sejak pertama kali premier di festival ini.
Foxtrot, film militer asal Isral milik Samouel Maoz berada di posisi kedua, membawa pulang piala Grand Jury Prize. Ini merupakan kemenangan kedua bagi Maoz setelah 8 tahun lalu memenangkan Golden Lion untuk Lebanon.
Prediket sutradara terbaik menjadi milik Xavier Legrand berkat film debutnya Custody, drama yang menyoroti dampak perceraian pada anak-anak. Sementara itu, Three Billboards Outside Ebbing, Missouri yang juga menuai respon impresif dari kritikus, hanya memenangkan satu piala yaitu skrip terbaik untuk Martin McDonagh.
Di kategori aktris terbaik yang persaingannya cukup sengit, Charlotte Rampling berhasil menjadi pemenang, mengalahkan Sally Hawkins dan Frances McDormand, berkat penampilannya sebagai istri yang suaminya dipenjara dalam film Hannah.
Presiden juri tahun ini adalah aktris Annette Bening.
Berikut daftar lengkap pemenang Venice Film Festival 2017.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Menurut Taika Waititi, Hela pastinya akan jadi lawan terkuat yang pernah dihadapi Thor sejauh ini di MCU.
Satu hal menarik yang ada di Thor: Ragnarok, ia menghadirkan villain perempuan kelas kakap pertama yang siap menebar teror di Marvel Cinematic Universe. Diperankan oleh aktris kelas Oscar Cate Blanchett, villain bernama Hela ini muncul dengan ambisi menghancurkan planet Asgard. Untuk saat ini motif Hela ingin memusnahkan tempat asal Thor memang belum diketahui sampai kita menonton filmnya. Namun sedikit bocoran dari sutradara Taika Waititi, Hela pastinya akan jadi lawan terkuat yang pernah dihadapi Thor sejauh ini di MCU.
“Dia luar biasa. Karakternya sangat tangguh. Punya kekuatan luar biasa. Dia Hela. Dia mengenakan jubah, dan dia punya tanduk. Dia terlihat sangat keren di concept art dan sebagainya. Thor di sepanjang filmnya belum pernah melawan yang lebih kuat dari wanita ini,”jelas Waititi kepada Screen Rant.
Menurut penilaian Waititi, Hela merupakan villain paling menarik yang dimiliki Marvel. Alasannya, Waititi mengakui Hela adalah karakter multidimensi, yang mengindikasikan ia punya sisi dalam dirinya yang mengundang rasa simpati. Waititi pun mengungkapkan Hela adalah karakter bermasalah, namun di sisi lain ia amat lucu.
Meski tak menampik Hela punya elemen klise yang umumnya dijumpai pada karakter villain superhero, Waititi menjanjikan masih ada banyak hal lain yang membuatnya berkesan. Karena hal itulah, Waititi merasa penampilan Hela akan memuaskan banyak orang. Jika omongan Waititi terbukti benar, maka Thor: Ragnarok akan memperbaiki catatan negatif film Marvel yang selama ini dinilai kekurangan stok villain yang tangguh dan memorable.
Dalam Thor: Ragnarok, Thor dikisahkan terjebak di sisi lain alam semesta tanpa ditemani palu andalannya, dan Thor harus berpacu dengan waktu untuk pulang ke tanah kelahirannya, Asgard, demi menghentikan kehancuran yang dipicu oleh Hela. Namun sebelum memulai perjuangan untuk menyelamatkan Asgard, Thor terlebih dahulu harus bertahan hidup di kontes gladiator mematikan dimana ia akan berduel dengan sesama anggota Avenger, Hulk.
Thor: Ragnarok sendiri kembali dibintangi Chris Hemsworth, Tom Hiddleston, Idris Elba dan Anthony Hopkins. Sedangkan pemain barunya meliputi Cate Blanchett, Mark Ruffalo, Jeff Goldblum, Tessa Thompson dan Karl Urban.
Rencananya Thor: Ragnarok akan dirilis 3 November 2017. ■UP
Menurut Taika Waititi, Hela pastinya akan jadi lawan terkuat yang pernah dihadapi Thor sejauh ini di MCU.
Satu hal menarik yang ada di Thor: Ragnarok, ia menghadirkan villain perempuan kelas kakap pertama yang siap menebar teror di Marvel Cinematic Universe. Diperankan oleh aktris kelas Oscar Cate Blanchett, villain bernama Hela ini muncul dengan ambisi menghancurkan planet Asgard. Untuk saat ini motif Hela ingin memusnahkan tempat asal Thor memang belum diketahui sampai kita menonton filmnya. Namun sedikit bocoran dari sutradara Taika Waititi, Hela pastinya akan jadi lawan terkuat yang pernah dihadapi Thor sejauh ini di MCU.
“Dia luar biasa. Karakternya sangat tangguh. Punya kekuatan luar biasa. Dia Hela. Dia mengenakan jubah, dan dia punya tanduk. Dia terlihat sangat keren di concept art dan sebagainya. Thor di sepanjang filmnya belum pernah melawan yang lebih kuat dari wanita ini,”jelas Waititi kepada Screen Rant.
Menurut penilaian Waititi, Hela merupakan villain paling menarik yang dimiliki Marvel. Alasannya, Waititi mengakui Hela adalah karakter multidimensi, yang mengindikasikan ia punya sisi dalam dirinya yang mengundang rasa simpati. Waititi pun mengungkapkan Hela adalah karakter bermasalah, namun di sisi lain ia amat lucu.
Meski tak menampik Hela punya elemen klise yang umumnya dijumpai pada karakter villain superhero, Waititi menjanjikan masih ada banyak hal lain yang membuatnya berkesan. Karena hal itulah, Waititi merasa penampilan Hela akan memuaskan banyak orang. Jika omongan Waititi terbukti benar, maka Thor: Ragnarok akan memperbaiki catatan negatif film Marvel yang selama ini dinilai kekurangan stok villain yang tangguh dan memorable.
Dalam Thor: Ragnarok, Thor dikisahkan terjebak di sisi lain alam semesta tanpa ditemani palu andalannya, dan Thor harus berpacu dengan waktu untuk pulang ke tanah kelahirannya, Asgard, demi menghentikan kehancuran yang dipicu oleh Hela. Namun sebelum memulai perjuangan untuk menyelamatkan Asgard, Thor terlebih dahulu harus bertahan hidup di kontes gladiator mematikan dimana ia akan berduel dengan sesama anggota Avenger, Hulk.
Thor: Ragnarok sendiri kembali dibintangi Chris Hemsworth, Tom Hiddleston, Idris Elba dan Anthony Hopkins. Sedangkan pemain barunya meliputi Cate Blanchett, Mark Ruffalo, Jeff Goldblum, Tessa Thompson dan Karl Urban.
Rencananya Thor: Ragnarok akan dirilis 3 November 2017. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Horor,
Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
'The Evil Within' memang sinting bukan main. Layak ditonton hanya untuk melihat kenyentrikannya saja.
“Let me show you the one that I had last night.” — Dennis
Rating UP: Holys**t! Anda benar-benar harus membaca cerita di balik layar dari produksi The Evil Within. Film ini digarap oleh Andrew Getty, anak dari keluarga Getty yang terkenal kaya di Amerika, yang menghabiskan hidupnya selama 15 tahun untuk membeli peralatan, merancang tata produksi, mengulik gambar, dan memoles efek spesial selagi krunya datang dan pergi silih berganti, demi menyempurnakan proyek personalnya ini. Dan semua dilakukannya dengan merogoh kocek sendiri, hingga mencapai $6 juta. Ini adalah bukti dari ambisi gila dari seorang auteur sejati. Jadi kalau nanti ada sutradara yang mencak-mencak saat passion project-nya tak mendapat lampu hijau dari studio, mereka seharusnya mengaca pada Getty.
Hasil akhirnya tak sehancur yang kita kira, karena cerita filmnya relatif koheren dan masih bisa dicerna. Meski proses syutingnya sangat panjang, ia tak seperti film yang disusun dari potongan-potongan yang tak saling berhubungan. Namun The Evil Within memang sinting bukan main. Layak ditonton hanya untuk melihat kenyentrikannya saja. Film ini dibuka dengan sekuens mimpi yang sangat ganjil, dimana Getty menggunakan beberapa manipulasi gambar yang ajaib padahal hanya untuk bagian yang berdurasi beberapa menit saja. Sampai akhir film, Getty menggunakan begitu banyak trik untuk memberikan kesan sureal. Ini adalah film bunuh-bunuhan, tapi Getty merengkuh absurditas filmnya dengan totalitas, sehingga memberikan kesan sureal yang serius. Anda mungkin akan teringat pada film-film lama David Lynch. Gambar-gambarnya selalu akan mengejutkan kita, bahkan saat ia tak masuk akal sama sekali.
Ceritanya tentang Dennis (Frederick Koehler) yang awalnya kita kira sebagai tokoh utama yang pintar karena narasinya yang tegas dan berwibawa. Ia memberikan penjelasan meyakinkan tentang mimpinya dulu. "Jangan kaget, karena itu cuma suara hatiku. Aslinya aku berbeda," kata Dennis. Sebenarnya Dennis adalah pria yang sedikit mengalami keterbelakangan mental. Ia tinggal serumah bersama sang kakak, John (Sean Patrick Flannery) yang bersikeras untuk merawatnya langsung, walau John sendiri sebenarnya adalah perawat yang payah. Kerjanya cuma nongrong dari satu restoran ke restoran lain, lalu berantem dengan pacarnya soal pernikahan.
Suatu hari, John menaruh cermin antik besar di kamar Dennis, tak peduli dengan protes dari adiknya tersebut. Saat dalam sebuah film horor kita mendengar kata "antik", kata tersebut juga berarti "angker". Dan ya. Dennis mulai melihat hal-hal aneh dalam cermin tersebut. Mulai dari bayangannya sendiri yang terlihat lebih kejam, hingga makhluk semacam setan (John Berryman dalam balutan make-up yang akan selalu terbayang di ingatan kita) yang menyugesti pikiran Dennis dengan hal-hal keji. Lewat cermin, Dennis sering berkomunikasi dengan mereka. Ada cara bagi Dennis untuk bisa hidup normal dan tak menjadi beban bagi orang lain, tetapi ia harus membunuh makhluk hidup; hewan dulu, lalu anak-anak, baru kemudian orang dewasa.
Apakah ini setan ini benar-benar ada atau hanya halusinasi Dennis saja? Saya sendiri tak yakin, namun mungkin memang begitulah yang dimaksudkan oleh pembuat filmnya. Apa yang dialami Dennis begitu abstrak, kita tak lagi bisa membedakan antara mimpi dengan kenyataan. Namun kisah Dennis memang "mimpi buruk", entah secara harfiah atau kiasan. Di awal film kita mempelajari bahwa mimpi itu tak terkendali, tak berbentuk. Saat Dennis merasa sudah berhenti bermimpi, ia malah diberitahu "siapa bilang mimpimu sudah berakhir?". Menarik untuk mempertimbangkan apakah mimpi buruk ini adalah memang hasutan dari suatu entitas supranatural atau kreasi pikirannya sendiri.
Katanya The Evil Within adalah film yang sangat personal bagi Getty. Bukan saja karena ini merupakan satu-satunya skrip yang berhasil ia produksi menjadi sebuah film, namun juga karena ini berasal dari mimpinya sendiri. Benar sekali. Getty mengklaim memimpikan langsung semua yang terjadi disini dan merangkainya dalam satu skrip. Holys**t! Mimpi buruk yang luar biasa, jika dilihat dari horor yang disajikan. Saya tak bisa membayangkan mengalami mimpi buruk sesinting ini. Apakah ini ada hubungannya dengan hobi Getty mengkonsumsi sabu, saya juga tak tahu.
Getty melempar semua yang ia punya agar film ini menangkap persis visinya. Ia merancang sendiri practical effects yang dipakai, termasuk make-up dan beberapa animatronik yang menyeramkan. Nyaris tak ada tipu daya komputer; hampir semua dibuat dengan tangan. Untuk ukuran sutradara debutan, mencengangkan melihatnya yang dengan lihai menerapkan beberapa teknik filmmaking yang sulit. Ada adegan dimana Dennis dikelilingi cermin yang menciptakan bayangan tak berhingga. Di satu titik, kamera tanpa kentara bergerak di antara cermin mempermainkan perspektif kita, menciptakan ilusi yang meneror. Saya jadi kagum melihat berapa akurat perhitungannya dalam penempatan kamera. Imagery yang seperti ini menciptakan atmosfer asing yang tak nyaman.
Sekarang, Getty sudah menjadi almarhum. Ia meninggal dua tahun yang lalu gara-gara pendarahan akibat komplikasi narkoba, sehingga filmnya harus dibereskan oleh sang produser, Michael Luceri. Jadi The Evil Within adalah film pertamanya dan satu-satunya. Ini film yang kacau mengingat ceritanya yang melebar ke beberapa subplot gaje. Namun secara visual, ia sangat menggigit karena dibuat oleh orang yang tak terikat dengan sistem studio Hollywood. Ia tak terbatasi dengan materi yang mungkin akan terjegal dalam skala produksi industri. Getty hanya ingin filmnya dibuat, "mimpi buruk"-nya termanifestasi. Konsumennya adalah yang ingin melihat some bats**t crazy stuff. ■UP
'The Evil Within' memang sinting bukan main. Layak ditonton hanya untuk melihat kenyentrikannya saja.
“Let me show you the one that I had last night.” — Dennis
Rating UP: Holys**t! Anda benar-benar harus membaca cerita di balik layar dari produksi The Evil Within. Film ini digarap oleh Andrew Getty, anak dari keluarga Getty yang terkenal kaya di Amerika, yang menghabiskan hidupnya selama 15 tahun untuk membeli peralatan, merancang tata produksi, mengulik gambar, dan memoles efek spesial selagi krunya datang dan pergi silih berganti, demi menyempurnakan proyek personalnya ini. Dan semua dilakukannya dengan merogoh kocek sendiri, hingga mencapai $6 juta. Ini adalah bukti dari ambisi gila dari seorang auteur sejati. Jadi kalau nanti ada sutradara yang mencak-mencak saat passion project-nya tak mendapat lampu hijau dari studio, mereka seharusnya mengaca pada Getty.
Hasil akhirnya tak sehancur yang kita kira, karena cerita filmnya relatif koheren dan masih bisa dicerna. Meski proses syutingnya sangat panjang, ia tak seperti film yang disusun dari potongan-potongan yang tak saling berhubungan. Namun The Evil Within memang sinting bukan main. Layak ditonton hanya untuk melihat kenyentrikannya saja. Film ini dibuka dengan sekuens mimpi yang sangat ganjil, dimana Getty menggunakan beberapa manipulasi gambar yang ajaib padahal hanya untuk bagian yang berdurasi beberapa menit saja. Sampai akhir film, Getty menggunakan begitu banyak trik untuk memberikan kesan sureal. Ini adalah film bunuh-bunuhan, tapi Getty merengkuh absurditas filmnya dengan totalitas, sehingga memberikan kesan sureal yang serius. Anda mungkin akan teringat pada film-film lama David Lynch. Gambar-gambarnya selalu akan mengejutkan kita, bahkan saat ia tak masuk akal sama sekali.
Ceritanya tentang Dennis (Frederick Koehler) yang awalnya kita kira sebagai tokoh utama yang pintar karena narasinya yang tegas dan berwibawa. Ia memberikan penjelasan meyakinkan tentang mimpinya dulu. "Jangan kaget, karena itu cuma suara hatiku. Aslinya aku berbeda," kata Dennis. Sebenarnya Dennis adalah pria yang sedikit mengalami keterbelakangan mental. Ia tinggal serumah bersama sang kakak, John (Sean Patrick Flannery) yang bersikeras untuk merawatnya langsung, walau John sendiri sebenarnya adalah perawat yang payah. Kerjanya cuma nongrong dari satu restoran ke restoran lain, lalu berantem dengan pacarnya soal pernikahan.
Suatu hari, John menaruh cermin antik besar di kamar Dennis, tak peduli dengan protes dari adiknya tersebut. Saat dalam sebuah film horor kita mendengar kata "antik", kata tersebut juga berarti "angker". Dan ya. Dennis mulai melihat hal-hal aneh dalam cermin tersebut. Mulai dari bayangannya sendiri yang terlihat lebih kejam, hingga makhluk semacam setan (John Berryman dalam balutan make-up yang akan selalu terbayang di ingatan kita) yang menyugesti pikiran Dennis dengan hal-hal keji. Lewat cermin, Dennis sering berkomunikasi dengan mereka. Ada cara bagi Dennis untuk bisa hidup normal dan tak menjadi beban bagi orang lain, tetapi ia harus membunuh makhluk hidup; hewan dulu, lalu anak-anak, baru kemudian orang dewasa.
Apakah ini setan ini benar-benar ada atau hanya halusinasi Dennis saja? Saya sendiri tak yakin, namun mungkin memang begitulah yang dimaksudkan oleh pembuat filmnya. Apa yang dialami Dennis begitu abstrak, kita tak lagi bisa membedakan antara mimpi dengan kenyataan. Namun kisah Dennis memang "mimpi buruk", entah secara harfiah atau kiasan. Di awal film kita mempelajari bahwa mimpi itu tak terkendali, tak berbentuk. Saat Dennis merasa sudah berhenti bermimpi, ia malah diberitahu "siapa bilang mimpimu sudah berakhir?". Menarik untuk mempertimbangkan apakah mimpi buruk ini adalah memang hasutan dari suatu entitas supranatural atau kreasi pikirannya sendiri.
Katanya The Evil Within adalah film yang sangat personal bagi Getty. Bukan saja karena ini merupakan satu-satunya skrip yang berhasil ia produksi menjadi sebuah film, namun juga karena ini berasal dari mimpinya sendiri. Benar sekali. Getty mengklaim memimpikan langsung semua yang terjadi disini dan merangkainya dalam satu skrip. Holys**t! Mimpi buruk yang luar biasa, jika dilihat dari horor yang disajikan. Saya tak bisa membayangkan mengalami mimpi buruk sesinting ini. Apakah ini ada hubungannya dengan hobi Getty mengkonsumsi sabu, saya juga tak tahu.
Getty melempar semua yang ia punya agar film ini menangkap persis visinya. Ia merancang sendiri practical effects yang dipakai, termasuk make-up dan beberapa animatronik yang menyeramkan. Nyaris tak ada tipu daya komputer; hampir semua dibuat dengan tangan. Untuk ukuran sutradara debutan, mencengangkan melihatnya yang dengan lihai menerapkan beberapa teknik filmmaking yang sulit. Ada adegan dimana Dennis dikelilingi cermin yang menciptakan bayangan tak berhingga. Di satu titik, kamera tanpa kentara bergerak di antara cermin mempermainkan perspektif kita, menciptakan ilusi yang meneror. Saya jadi kagum melihat berapa akurat perhitungannya dalam penempatan kamera. Imagery yang seperti ini menciptakan atmosfer asing yang tak nyaman.
Sekarang, Getty sudah menjadi almarhum. Ia meninggal dua tahun yang lalu gara-gara pendarahan akibat komplikasi narkoba, sehingga filmnya harus dibereskan oleh sang produser, Michael Luceri. Jadi The Evil Within adalah film pertamanya dan satu-satunya. Ini film yang kacau mengingat ceritanya yang melebar ke beberapa subplot gaje. Namun secara visual, ia sangat menggigit karena dibuat oleh orang yang tak terikat dengan sistem studio Hollywood. Ia tak terbatasi dengan materi yang mungkin akan terjegal dalam skala produksi industri. Getty hanya ingin filmnya dibuat, "mimpi buruk"-nya termanifestasi. Konsumennya adalah yang ingin melihat some bats**t crazy stuff. ■UP