Sunday, October 15, 2017

Buletin LSF: 'Thor: Ragnarok', 'Stronger', 'Hujan Bulan Juni', dll

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Buletin, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Buletin LSF: 'Thor: Ragnarok', 'Stronger', 'Hujan Bulan Juni', dll
link : Buletin LSF: 'Thor: Ragnarok', 'Stronger', 'Hujan Bulan Juni', dll

Baca juga


Film lulus sensor minggu ini antara lain: '2:22', 'Only the Brave', 'Stronger', 'Hujan Bulan Juni', dan 'Thor: Ragnarok'.

Indonesia akan menjadi salah satu dari beberapa negara yang mendapat penayangan Thor: Ragnarok lebih awal daripada Amerika. Di kampung halamannya, film ini baru rilis pada 3 November, sementara akun twitter Marvel Indonesia mengkonfirmasi bahwa filmnya akan tayang di akhir Oktober (kemungkinan besar 25 Oktober). Oleh karena itu, ia sudah dilulussensorkan oleh LSF dengan mendapat rating "13+", tanpa sensor.

Stronger, biopik tentang seorang korban "Boston Marathon Bombing" yang kehilangan kedua kakinya, ternyata diboyong juga masuk ke Indonesia. Film yang dibintangi oleh Jake Gyllenhaal ini sudah tayang sejak bulan lalu di Amerika dan mendapat respon bagus dari kritikus. Sayang, importirnya adalah PT Prima Cinema Multimedia (PCM), yang berarti jadwal rilisnya akan sama gajenya dengan kapan SetNov diadili lagi.

Only the Brave mungkin tak begitu terdengar gaungnya. Namun film mengenai kru pemadam kebakaran elit ini dibintangi oleh nama menarik seperti Josh Brolin, Miles Teller, Jeff Bridges, Taylor Kitsch, James Badge Dale, dan Jennifer Connelly. Amerika akan merilisnya pada 20 Oktober. Entah bagaimana dengan Indonesia, mengingat importirnya yang juga adalah PT PCM.

Satu-satunya film lokal minggu ini adalah Hujan Bulan Juni, adaptasi dari novel populer karya Sapardi Djoko Damono. Dibintangi oleh Adipati Dolken, Velove Vexia, dan aktor Jepang Koutaro Kakimoto, film ini sebenarnya baru akan tayang pada 2 November mendatang.

Berikut daftar lengkap buletin LSF minggu ini.
2:22
1015/DCP/EA/17/12.2026/2017
11 Oktober 2017
PT. Athali Sukses Makmur
DRAMA
17+
2687 Meter / 98 Menit
ONLY THE BRAVE
1020/DCP/EA/13/08.2026/2017
12 Oktober 2017
PT. Prima Cinema Multimedia
DRAMA
13+
3647 Meter / 133 Menit
STRONGER
1025/DCP/EA/17/08.2026/2017
13 Oktober 2017
PT. Prima Cinema Multimedia
DRAMA
17+
3263 Meter / 119 Menit
HUJAN BULAN JUNI
1023/DCP/NAS/13/10.2022/2017
13 Oktober 2017
PT. SINEMA IMAJI KALI AKSI
DRAMA
13+
2632 Meter / 96 Menit
THOR : RAGNAROK
1024/DCP/EA/13/10.2022/2017
13 Oktober 2017
PT. Omega Film
DRAMA / KHAYAL
13+
3565 Meter / 130 Menit
Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem ■UP

[Sumber Data : Lembaga Sensor Film]

Film lulus sensor minggu ini antara lain: '2:22', 'Only the Brave', 'Stronger', 'Hujan Bulan Juni', dan 'Thor: Ragnarok'.

Indonesia akan menjadi salah satu dari beberapa negara yang mendapat penayangan Thor: Ragnarok lebih awal daripada Amerika. Di kampung halamannya, film ini baru rilis pada 3 November, sementara akun twitter Marvel Indonesia mengkonfirmasi bahwa filmnya akan tayang di akhir Oktober (kemungkinan besar 25 Oktober). Oleh karena itu, ia sudah dilulussensorkan oleh LSF dengan mendapat rating "13+", tanpa sensor.

Stronger, biopik tentang seorang korban "Boston Marathon Bombing" yang kehilangan kedua kakinya, ternyata diboyong juga masuk ke Indonesia. Film yang dibintangi oleh Jake Gyllenhaal ini sudah tayang sejak bulan lalu di Amerika dan mendapat respon bagus dari kritikus. Sayang, importirnya adalah PT Prima Cinema Multimedia (PCM), yang berarti jadwal rilisnya akan sama gajenya dengan kapan SetNov diadili lagi.

Only the Brave mungkin tak begitu terdengar gaungnya. Namun film mengenai kru pemadam kebakaran elit ini dibintangi oleh nama menarik seperti Josh Brolin, Miles Teller, Jeff Bridges, Taylor Kitsch, James Badge Dale, dan Jennifer Connelly. Amerika akan merilisnya pada 20 Oktober. Entah bagaimana dengan Indonesia, mengingat importirnya yang juga adalah PT PCM.

Satu-satunya film lokal minggu ini adalah Hujan Bulan Juni, adaptasi dari novel populer karya Sapardi Djoko Damono. Dibintangi oleh Adipati Dolken, Velove Vexia, dan aktor Jepang Koutaro Kakimoto, film ini sebenarnya baru akan tayang pada 2 November mendatang.

Berikut daftar lengkap buletin LSF minggu ini.
2:22
1015/DCP/EA/17/12.2026/2017
11 Oktober 2017
PT. Athali Sukses Makmur
DRAMA
17+
2687 Meter / 98 Menit
ONLY THE BRAVE
1020/DCP/EA/13/08.2026/2017
12 Oktober 2017
PT. Prima Cinema Multimedia
DRAMA
13+
3647 Meter / 133 Menit
STRONGER
1025/DCP/EA/17/08.2026/2017
13 Oktober 2017
PT. Prima Cinema Multimedia
DRAMA
17+
3263 Meter / 119 Menit
HUJAN BULAN JUNI
1023/DCP/NAS/13/10.2022/2017
13 Oktober 2017
PT. SINEMA IMAJI KALI AKSI
DRAMA
13+
2632 Meter / 96 Menit
THOR : RAGNAROK
1024/DCP/EA/13/10.2022/2017
13 Oktober 2017
PT. Omega Film
DRAMA / KHAYAL
13+
3565 Meter / 130 Menit
Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem ■UP

[Sumber Data : Lembaga Sensor Film]

Saturday, October 14, 2017

Review Film: 'Geostorm' (2017)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Aksi, Artikel Review, Artikel Sci-Fi, Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Geostorm' (2017)
link : Review Film: 'Geostorm' (2017)

Baca juga


Film 'Geostorm' tak memberikan apa yang ia janjikan. Mana geostorm-nya?

“You can't just touch it and expect everything to work.”
— Jake Lawson
Rating UP:
Berani taruhan bahwa 90% dari penonton yang membeli tiket akan kecewa mendapati film yang mereka tonton ini. Ketika masuk ke bioskop yang menayangkan Geostorm, penonton berharap melihat geostorm, terlepas dari apakah mereka paham apa arti kata tersebut atau tidak. Kita tak mengharapkan hal lain, apalagi lebih sering menyaksikan orang-orang yang ngomong tanpa henti atau terlihat khawatir di depan layar komputer. Film Geostorm tak memberikan apa yang ia janjikan. Mana geostorm-nya?


Film ini harusnya bisa menjadi 2012-nya 2017. Maksud saya, rajanya film bencana dikarenakan usahanya untuk memasukkan segala macam jenis bencana alam ke dalam satu film. Posternya menyesatkan; kita melihat tsunami besar melanda kota. Namun, sebagian besar film dihabiskan dengan obrolan seputar keluarga, kalau tidak yaa konspirasi pemerintah, kalau tidak yaa jargon canggih yang nonsens.

Bukannya saya komplain soal film bencana yang doyan memakai jargon canggih yang nonsens. Film bencana yang efektif, menggunakan hal tersebut sebagai build-up, membuat kita mengantipasi bahaya yang akan datang. Kita tak peduli apakah itu masuk akal secara logika atau hukum fisika, namun percaya saja, wong filmnya bilang begitu. Akan tetapi, ada begitu banyak obrolan seperti itu di dalam film ini, seolah-olah ia bermain seperti A Spacetime Odyssey saja. Padahal masuk akal saja tidak, boro-boro ilmiah. Sekilas info: tak ada orang yang berharap menjadi lebih cerdas setelah menonton film semacam Geostorm. Ketika melihat mobil berkejaran menghindari hujan petir, saya berteriak girang. Ini dia film yang ingin saya tonton. Tiba-tiba, filmnya habis.

Film ini memang juga memparadekan bangunan dan kota yang porak-poranda dengan lebay. Cuma sebentar tapi. Sebagaimana semua film bencana, sekuens seperti ini menggelikan tapi seru untuk ditonton. Premis Geostorm sebenarnya sudah sangat pas sekali konyolnya, tapi ia hanya sebatas menggoda saja. Faktanya, dan ini sangat spoiler sekali, film ini tak menampilkan geostorm sama sekali. Geostorm berhasil dicegah sebelum terjadi. Jadi lebih akurat jika judulnya "Pra-Geostorm".

Yang mencegahnya —dan saya harus menekankan ini— seorang diri (!) adalah Gerard Butler yang bermain sebagai Jake, ilmuwan yang luar biasa cerdas tapi juga luar biasa slenge’an sampai santai saja meledek anggota DPR saat sedang rapat. Untung kejadiannya di Amerika, jadi Jake hanya dipecat saja dari jabatannya sebagai koordinator “Dutch Boy”. Ia digantikan oleh adiknya sendiri, Max (Jim Sturgess). Di Indonesia bikin meme saja bisa dipidanakan, apalagi meledek langsung, Jake.

Oh, saya lupa soal “Dutch Boy”. Perangkat ini adalah semacam satelit yang dibuat oleh 18 negara untuk menanggulangi cuaca ekstrim. Diceritakan di awal bahwa di tahun 2019 bumi dilanda perubahan iklim yang mengerikan. Satelit tadi mampu menetralisir cuaca seperti apapun dengan cara, uhm, menembakkan rudal-rudal yang saya asumsikan sangat-sangat canggih. Tentu saja, alat ini di kemudian hari mengalami malfungsi, yang diprediksi akan memberikan bumi sebuah bencana pamungkas bernama g-e-o-s-t-o-r-m.

Jadi, oleh karena “Dutch Boy” ini rusak, maka kita akan melihat orang-orang tunggang-langgang di jalanan dan kota dibuat berjumpalitan? Hmm, tidak juga, karena misteri di balik sabotase “Dutch Boy” lebih penting. Presiden Amerika (Andy Garcia) serta sekretarisnya (Ed Harris) meminta Max untuk memanggil kembali Jake. Jake harus menangani malfungsi di satelit tersebut, sementara Max, yang ngomong-ngomong pacaran dengan anggota paspampres (Abbie Cornish), menyelidiki siapa dalang dari peristiwa tersebut di bumi.

Dalam film lain, subplot semacam ini biasanya jadi bumbu saja. Dalam Geostorm, ia menjadi bahan utama. Sabotase terjadi beberapa saat ketika Amerika, yang memegang kendali sementara “Dutch Boy”, harus menyerahkan satelit ini kepada PBB. Kejadian in kebetulan bertepatan pula dengan momen kampanye pemilu presiden. Apalagi coba pemicu konflik kalau bukan politik. Helaw, orang-orang di belahan bumi lain lagi panik btw; Timur Tengah diterpa salju, pantai di Brazil membeku, dan suhu udara Hongkong sampai melelehkan aspal. Kalau mau fokus konspirasi politik, kita mending membaca hikayat Setnov.

Film ini digarap oleh Dean Devlin yang memulai debutnya sebagai sutradara setelah bertahun-tahun menjadi produser bagi Roland Emmerich, bapaknya film bencana yang sudah kita akrabi lewat Independence Day, The Day After Tomorrow, dan 2012. Meski berdurasi singkat, efek spesialnya cukup mengagumkan. Mungkin karena dipoles bertahun-tahun. Tapi film bencana bukan sekedar menghancurkan gedung atau monumen. Manusia, sekonyol apapun prilaku mereka di film, adalah salah satu elemen yang membuat film bencana menjadi seru. Makin histeris, makin seru. Apa gunanya film bencana kalau kita tak merasakan bencana yang dirasakan karakternya? Itulah kenapa orang menyewa Emmerich.

Satu pertanyaan mengganjal yang muncul ketika saya melihat Gerard Butler mengambang di ruang angkasa dalam baju astronotnya: bagaimana sebenarnya mekanisme “Dutch Boy”? Satelit ini berfungsi untuk mencegah cuaca ekstrim. Saat disabotase, ia akan memicu geostorm. Tokoh utama kita berjuang mati-matian mengatasi hal tersebut, yang ujung-ujungnya adalah dengan menghancurkan “Dutch Boy”. Nah lho, kalau “Dutch Boy” hancur, bumi dilanda cuaca ekstrim lagi dong? Jika sekuelnya dirilis, saya pasti akan menontonnya. Di film tersebut kita pasti akan mendapatkan bencana sungguhan. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Geostorm

109 menit
Remaja
Dean Devlin
Dean Devlin, Paul Guyot
David Ellison, Dean Devlin, Dana Goldberg
Roberto Schaefer
Lorne Balfe

Film 'Geostorm' tak memberikan apa yang ia janjikan. Mana geostorm-nya?

“You can't just touch it and expect everything to work.”
— Jake Lawson
Rating UP:
Berani taruhan bahwa 90% dari penonton yang membeli tiket akan kecewa mendapati film yang mereka tonton ini. Ketika masuk ke bioskop yang menayangkan Geostorm, penonton berharap melihat geostorm, terlepas dari apakah mereka paham apa arti kata tersebut atau tidak. Kita tak mengharapkan hal lain, apalagi lebih sering menyaksikan orang-orang yang ngomong tanpa henti atau terlihat khawatir di depan layar komputer. Film Geostorm tak memberikan apa yang ia janjikan. Mana geostorm-nya?


Film ini harusnya bisa menjadi 2012-nya 2017. Maksud saya, rajanya film bencana dikarenakan usahanya untuk memasukkan segala macam jenis bencana alam ke dalam satu film. Posternya menyesatkan; kita melihat tsunami besar melanda kota. Namun, sebagian besar film dihabiskan dengan obrolan seputar keluarga, kalau tidak yaa konspirasi pemerintah, kalau tidak yaa jargon canggih yang nonsens.

Bukannya saya komplain soal film bencana yang doyan memakai jargon canggih yang nonsens. Film bencana yang efektif, menggunakan hal tersebut sebagai build-up, membuat kita mengantipasi bahaya yang akan datang. Kita tak peduli apakah itu masuk akal secara logika atau hukum fisika, namun percaya saja, wong filmnya bilang begitu. Akan tetapi, ada begitu banyak obrolan seperti itu di dalam film ini, seolah-olah ia bermain seperti A Spacetime Odyssey saja. Padahal masuk akal saja tidak, boro-boro ilmiah. Sekilas info: tak ada orang yang berharap menjadi lebih cerdas setelah menonton film semacam Geostorm. Ketika melihat mobil berkejaran menghindari hujan petir, saya berteriak girang. Ini dia film yang ingin saya tonton. Tiba-tiba, filmnya habis.

Film ini memang juga memparadekan bangunan dan kota yang porak-poranda dengan lebay. Cuma sebentar tapi. Sebagaimana semua film bencana, sekuens seperti ini menggelikan tapi seru untuk ditonton. Premis Geostorm sebenarnya sudah sangat pas sekali konyolnya, tapi ia hanya sebatas menggoda saja. Faktanya, dan ini sangat spoiler sekali, film ini tak menampilkan geostorm sama sekali. Geostorm berhasil dicegah sebelum terjadi. Jadi lebih akurat jika judulnya "Pra-Geostorm".

Yang mencegahnya —dan saya harus menekankan ini— seorang diri (!) adalah Gerard Butler yang bermain sebagai Jake, ilmuwan yang luar biasa cerdas tapi juga luar biasa slenge’an sampai santai saja meledek anggota DPR saat sedang rapat. Untung kejadiannya di Amerika, jadi Jake hanya dipecat saja dari jabatannya sebagai koordinator “Dutch Boy”. Ia digantikan oleh adiknya sendiri, Max (Jim Sturgess). Di Indonesia bikin meme saja bisa dipidanakan, apalagi meledek langsung, Jake.

Oh, saya lupa soal “Dutch Boy”. Perangkat ini adalah semacam satelit yang dibuat oleh 18 negara untuk menanggulangi cuaca ekstrim. Diceritakan di awal bahwa di tahun 2019 bumi dilanda perubahan iklim yang mengerikan. Satelit tadi mampu menetralisir cuaca seperti apapun dengan cara, uhm, menembakkan rudal-rudal yang saya asumsikan sangat-sangat canggih. Tentu saja, alat ini di kemudian hari mengalami malfungsi, yang diprediksi akan memberikan bumi sebuah bencana pamungkas bernama g-e-o-s-t-o-r-m.

Jadi, oleh karena “Dutch Boy” ini rusak, maka kita akan melihat orang-orang tunggang-langgang di jalanan dan kota dibuat berjumpalitan? Hmm, tidak juga, karena misteri di balik sabotase “Dutch Boy” lebih penting. Presiden Amerika (Andy Garcia) serta sekretarisnya (Ed Harris) meminta Max untuk memanggil kembali Jake. Jake harus menangani malfungsi di satelit tersebut, sementara Max, yang ngomong-ngomong pacaran dengan anggota paspampres (Abbie Cornish), menyelidiki siapa dalang dari peristiwa tersebut di bumi.

Dalam film lain, subplot semacam ini biasanya jadi bumbu saja. Dalam Geostorm, ia menjadi bahan utama. Sabotase terjadi beberapa saat ketika Amerika, yang memegang kendali sementara “Dutch Boy”, harus menyerahkan satelit ini kepada PBB. Kejadian in kebetulan bertepatan pula dengan momen kampanye pemilu presiden. Apalagi coba pemicu konflik kalau bukan politik. Helaw, orang-orang di belahan bumi lain lagi panik btw; Timur Tengah diterpa salju, pantai di Brazil membeku, dan suhu udara Hongkong sampai melelehkan aspal. Kalau mau fokus konspirasi politik, kita mending membaca hikayat Setnov.

Film ini digarap oleh Dean Devlin yang memulai debutnya sebagai sutradara setelah bertahun-tahun menjadi produser bagi Roland Emmerich, bapaknya film bencana yang sudah kita akrabi lewat Independence Day, The Day After Tomorrow, dan 2012. Meski berdurasi singkat, efek spesialnya cukup mengagumkan. Mungkin karena dipoles bertahun-tahun. Tapi film bencana bukan sekedar menghancurkan gedung atau monumen. Manusia, sekonyol apapun prilaku mereka di film, adalah salah satu elemen yang membuat film bencana menjadi seru. Makin histeris, makin seru. Apa gunanya film bencana kalau kita tak merasakan bencana yang dirasakan karakternya? Itulah kenapa orang menyewa Emmerich.

Satu pertanyaan mengganjal yang muncul ketika saya melihat Gerard Butler mengambang di ruang angkasa dalam baju astronotnya: bagaimana sebenarnya mekanisme “Dutch Boy”? Satelit ini berfungsi untuk mencegah cuaca ekstrim. Saat disabotase, ia akan memicu geostorm. Tokoh utama kita berjuang mati-matian mengatasi hal tersebut, yang ujung-ujungnya adalah dengan menghancurkan “Dutch Boy”. Nah lho, kalau “Dutch Boy” hancur, bumi dilanda cuaca ekstrim lagi dong? Jika sekuelnya dirilis, saya pasti akan menontonnya. Di film tersebut kita pasti akan mendapatkan bencana sungguhan. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Geostorm

109 menit
Remaja
Dean Devlin
Dean Devlin, Paul Guyot
David Ellison, Dean Devlin, Dana Goldberg
Roberto Schaefer
Lorne Balfe

Review Film: 'Blade Runner 2049' (2017)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Review, Artikel Sci-Fi, Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Blade Runner 2049' (2017)
link : Review Film: 'Blade Runner 2049' (2017)

Baca juga


'Blade Runner 2049' tak mengulang, menganulir, atau mengganti tema dari film orisinalnya, alih-alih membuatnya semakin kaya.

“Things were simpler then.”
— K
Rating UP:
Blade Runner 2049 adalah sekuel yang sepadan bagi pendahulunya, Blade Runner yang sekarang menyandang status sebagai film cult yang legendaris. Sutradara Denis Villeneuve baru saja memberikan sebuah pencapaian yang hampir mustahil dilakukan. Ia menghormati film pendahulunya, mengekspansi mitologinya, sekaligus membuat sebuah film bagus yang bisa berdiri sendiri. Blade Runner 2049 layak bersanding dengan Aliens, Star Wars: The Empire Strikes Back, dan Terminator 2: Judgment Day sebagai film sekuel terbaik.


Eksistensi Blade Runner 2049 sendiri sebenarnya sudah merupakan suatu keajaiban. Langka sekali studio yang mau bertaruh seriskan ini, membangkitkan kembali merek yang bukan sebuah properti klasik yang menjanjikan secara komersial. Memang Blade Runner merupakan salah satu film scifi paling berpengaruh, namun ia gagal mencatatkan raihan box office yang jangankan menguntungkan, balik modal saja tidak. Bahkan petinggi Warner Bros sendiri takut penonton takkan mengerti dengan filmnya sampai harus menambahkan narasi yang menganggu di dalam versi orisinalnya yang dirilis di tahun 1982. Jadi kita harus memberikan kredit kepada siapapun eksekutif Warner Bros sekarang yang nekat melampuhijaukan proyek ini lantas memberikan bujet jor-joran kepada Villeneuve, sutradara yang notabene tak dikenal karena keterampilan blockbusternya.

Ketika menonton Arrival, saya mendapati gaya sinematis Villeneuve sedikit menjauhkan saya dari elemen manusiawi filmnya. Blade Runner 2049 ternyata wadah yang sangat pas bagi gaya Villeneuve yang dingin, kaku, dan selow, karena dunia Blade Runner adalah dunia yang dingin. Ia diisi dengan karakter non-manusia, dan kalaupun ada manusianya, mereka tak bertingkah manusiawi. Sebentar. Atau jangan-jangan mereka memang bukan manusia?

Salah satu aspek yang membuat filmnya segar adalah karena ia dibangun dengan pondasi yang cerdas. Ia tahu apa yang kita sudah tahu. Blade Runner 2049 tak lagi bermain dengan persepsi di Blade Runner dimana Replika (terjemahan resmi dari istilah “Replicant”) secara umum tak tahu bahwa mereka adalah Replika. Para Replika sudah cukup pintar untuk menyadari jati diri mereka. Mereka tahu bahwa ingatan mereka ditanam. Namun di film ini tetap ada sesuatu, yang tak berani saya ungkap disini, yang membuat mereka merasa semakin mendekati manusia. Konfliknya selalu soal Replika yang ingin menjadi manusia, dan Blade Runner 2049 mengambil perspektif yang semakin memperdalam tema tersebut. Ruang lingkup plotnya relatif lebih kecil dibanding Blade Runner tapi temanya semakin berkembang.

Di Amerika, Villeneuve dan Warner Bros meminta kritikus untuk tak mengungkap sebagian besar poin plot dan karakter tertentu dalam review mereka. Bukannya saya sok-sokan kritikus—apalah blog saya ini— tapi saya akan melakukan hal yang sama, karena memang cara terbaik untuk menikmati film ini adalah dengan mengetahui tentangnya sesedikit mungkin. Beberapa bagian cerita dan beberapa pengungkapannya memang lebih baik tak tersentuh sebelum menontonnya langsung. Saya akan manut dengan wangsit dari Villeneuve, dan hanya akan memaparkan konteks dan apa yang kita tahu dari materi promonya, seperti kemunculan Rick Deckard (Harrison Ford) atau peristiwa blackout di tahun 2020 yang menghapus semua data mengenai Replika.

Tokoh utama kita adalah K (Ryan Gosling), seorang Blade Runner —polisi yang ditugaskan untuk memburu dan “menetralisir” Replika— yang tahu bahwa ia adalah Replika. Gosling merupakan pilihan sempurna untuk memerankan K. Ia aktor karismatik yang bisa menyembunyikan ekspresi di permukaan —ia bahkan tak pernah tersenyum— tapi menyimpan banyak emosi di dalam. Blade Runner 2049 merupakan perjalanan spiritual bagi K.

Setiap selesai menuntaskan misi, ia diwajibkan oleh bosnya, Letnan Joshi (Robin Wright) melakukan tes psikologis sederhana untuk memastikan kewarasannya sebagai Replika. Ia sadar bahwa ia tak punya masa kecil, bahwa masa kanak-kanaknya yang bermain dengan miniatur kuda kayu adalah ingatan yang ditanam. Atau jangan-jangan bukan begitu? K adalah penyendiri tapi ia tinggal bersama pacar hologram bernama Joi (Ana de Armas) yang bisa berganti baju dari satu pakaian seksi ke pakaian seksi lainnya dalam sekejap, membuatkannya masakan fiktif, dan memberinya perhatian dan kehangatan yang tak didapatkannya dari manusia.

Pasca blackout di tahun 2020, perusahaan Tyrell kolaps. Bisnis produksi Replika sekarang diambil alih oleh jenius sinting Niander Wallace (Jared Leto) yang punya mata seram dan banyak bicara soal omong kosong filosofis. Perusahaan Wallace menciptakan Replika model baru yang lebih canggih dan lebih patuh. Ia punya ajudan seorang Replika wanita tegas bernama Luv (Sylvia Hoeks).

Plot film ini mirip dengan Blade Runner yang dimulai dengan misi sederhana ala detektif sebelum karakter utama kita terpaksa terjun ke dalam misteri noir yang lebih kompleks. Di awal film, K diperintahkan untuk melenyapkan seorang Replika lama bernama Sapper (Dave Bautista) yang hidup dengan tenang sebagai petani di sebuah desa. Namun apa yang K temukan disana membawanya ke dalam intrik yang melibatkan jati dirinya dan hakikat Replika itu sendiri. Sesuatu yang mengancam “hukum alam” yang membedakan manusia dengan Replika dan bisa menghancurkan semuanya.

Meski begitu, film ini tak mengulang lagu lama pendahulunya atau sekadar mengalihkan perhatian kita lewat nostalgia. Ia mengangkat ide baru yang merupakan hasil ekspansi dari ide lama yang menjadi tema ikonik Blade Runner. Kita bahkan tak terlalu menantikan kemunculan Deckard karena sudah begitu larut dengan ceritanya, meski Deckard sendiri punya peran yang sangat krusial nantinya. Pertanyaan filosofis dari novel Philip K. Dick yang menjadi materi sumber dari Blade Runner, ternyata masih bisa dibuat terasa baru. Apa yang membuat manusia menjadi manusia? Apa yang membedakan manusia dengan Replika saat mereka punya fisik yang mirip? Ketika memori bisa ditanam, apakah ia tak lagi relevan saat Replika menyadarinya padahal mereka merasakannya secara personal? Jika Replika bisa berpikir dan merasa, bisakah mereka disebut manusia?

Dengan durasi mencapai 163 menit, Blade Runner 2049 terasa sedikit panjang. Namun Villeneuve menjaga agar atmosfer filmnya tetap mencekat. Film ini bukan space opera berorientasi aksi melainkan misteri neo-noir yang mengandalkan mood. Tiga puluh tahun pasca Deckard menghilang, Los Angeles masih terlihat sebagai kota futuristik dengan baliho raksasa berlampu neon dan gedung-gedung gelap yang menjulang tinggi. Hanya saja, suasananya lebih buruk. Bersama sinematografer legendaris Roger Deakins, Villeneuve menyuguhkan sebuah semesta yang suram tapi cantik. Set-nya mengagumkan, dan skema warnanya —baik di reruntuhan berlatar langit jingga, balutan salju, atau klimaks di dam buatan— sangat memanjakan mata. Didampingi dengan scoring berderu dan menggelegar dari Hans Zimmer dan Benjamin Walfisch, film ini adalah pengalaman sinematis yang luar biasa.

Terlalu dini untuk menyebut Blade Runner 2049 akan menjadi film klasik seperti pendahulunya yang punya dampak besar terhadap genre scifi. Namun ini memang film yang powerful. Filmnya tak mengulang, menganulir, atau mengganti tema dari film orisinalnya, alih-alih membuatnya semakin kaya. Ia menjawab beberapa hal dari Blade Runner sekaligus mengangkat pertanyaan-pertanyaan baru. Ceritanya anyar, tapi berhubungan kuat dengan masa lalu, sekaligus membuka kemungkinan baru untuk masa depan. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Blade Runner 2049

163 menit
Dewasa
Denis Villeneuve
Hampton Fancher, Michael Green (screenplay), Philip K. Dick (novel)
Andrew A. Kosove, Broderick Johnson, Bud Yorkin, Cynthia Yorkin
Roger Deakins
Hans Zimmer, Benjamin Wallfisch

'Blade Runner 2049' tak mengulang, menganulir, atau mengganti tema dari film orisinalnya, alih-alih membuatnya semakin kaya.

“Things were simpler then.”
— K
Rating UP:
Blade Runner 2049 adalah sekuel yang sepadan bagi pendahulunya, Blade Runner yang sekarang menyandang status sebagai film cult yang legendaris. Sutradara Denis Villeneuve baru saja memberikan sebuah pencapaian yang hampir mustahil dilakukan. Ia menghormati film pendahulunya, mengekspansi mitologinya, sekaligus membuat sebuah film bagus yang bisa berdiri sendiri. Blade Runner 2049 layak bersanding dengan Aliens, Star Wars: The Empire Strikes Back, dan Terminator 2: Judgment Day sebagai film sekuel terbaik.


Eksistensi Blade Runner 2049 sendiri sebenarnya sudah merupakan suatu keajaiban. Langka sekali studio yang mau bertaruh seriskan ini, membangkitkan kembali merek yang bukan sebuah properti klasik yang menjanjikan secara komersial. Memang Blade Runner merupakan salah satu film scifi paling berpengaruh, namun ia gagal mencatatkan raihan box office yang jangankan menguntungkan, balik modal saja tidak. Bahkan petinggi Warner Bros sendiri takut penonton takkan mengerti dengan filmnya sampai harus menambahkan narasi yang menganggu di dalam versi orisinalnya yang dirilis di tahun 1982. Jadi kita harus memberikan kredit kepada siapapun eksekutif Warner Bros sekarang yang nekat melampuhijaukan proyek ini lantas memberikan bujet jor-joran kepada Villeneuve, sutradara yang notabene tak dikenal karena keterampilan blockbusternya.

Ketika menonton Arrival, saya mendapati gaya sinematis Villeneuve sedikit menjauhkan saya dari elemen manusiawi filmnya. Blade Runner 2049 ternyata wadah yang sangat pas bagi gaya Villeneuve yang dingin, kaku, dan selow, karena dunia Blade Runner adalah dunia yang dingin. Ia diisi dengan karakter non-manusia, dan kalaupun ada manusianya, mereka tak bertingkah manusiawi. Sebentar. Atau jangan-jangan mereka memang bukan manusia?

Salah satu aspek yang membuat filmnya segar adalah karena ia dibangun dengan pondasi yang cerdas. Ia tahu apa yang kita sudah tahu. Blade Runner 2049 tak lagi bermain dengan persepsi di Blade Runner dimana Replika (terjemahan resmi dari istilah “Replicant”) secara umum tak tahu bahwa mereka adalah Replika. Para Replika sudah cukup pintar untuk menyadari jati diri mereka. Mereka tahu bahwa ingatan mereka ditanam. Namun di film ini tetap ada sesuatu, yang tak berani saya ungkap disini, yang membuat mereka merasa semakin mendekati manusia. Konfliknya selalu soal Replika yang ingin menjadi manusia, dan Blade Runner 2049 mengambil perspektif yang semakin memperdalam tema tersebut. Ruang lingkup plotnya relatif lebih kecil dibanding Blade Runner tapi temanya semakin berkembang.

Di Amerika, Villeneuve dan Warner Bros meminta kritikus untuk tak mengungkap sebagian besar poin plot dan karakter tertentu dalam review mereka. Bukannya saya sok-sokan kritikus—apalah blog saya ini— tapi saya akan melakukan hal yang sama, karena memang cara terbaik untuk menikmati film ini adalah dengan mengetahui tentangnya sesedikit mungkin. Beberapa bagian cerita dan beberapa pengungkapannya memang lebih baik tak tersentuh sebelum menontonnya langsung. Saya akan manut dengan wangsit dari Villeneuve, dan hanya akan memaparkan konteks dan apa yang kita tahu dari materi promonya, seperti kemunculan Rick Deckard (Harrison Ford) atau peristiwa blackout di tahun 2020 yang menghapus semua data mengenai Replika.

Tokoh utama kita adalah K (Ryan Gosling), seorang Blade Runner —polisi yang ditugaskan untuk memburu dan “menetralisir” Replika— yang tahu bahwa ia adalah Replika. Gosling merupakan pilihan sempurna untuk memerankan K. Ia aktor karismatik yang bisa menyembunyikan ekspresi di permukaan —ia bahkan tak pernah tersenyum— tapi menyimpan banyak emosi di dalam. Blade Runner 2049 merupakan perjalanan spiritual bagi K.

Setiap selesai menuntaskan misi, ia diwajibkan oleh bosnya, Letnan Joshi (Robin Wright) melakukan tes psikologis sederhana untuk memastikan kewarasannya sebagai Replika. Ia sadar bahwa ia tak punya masa kecil, bahwa masa kanak-kanaknya yang bermain dengan miniatur kuda kayu adalah ingatan yang ditanam. Atau jangan-jangan bukan begitu? K adalah penyendiri tapi ia tinggal bersama pacar hologram bernama Joi (Ana de Armas) yang bisa berganti baju dari satu pakaian seksi ke pakaian seksi lainnya dalam sekejap, membuatkannya masakan fiktif, dan memberinya perhatian dan kehangatan yang tak didapatkannya dari manusia.

Pasca blackout di tahun 2020, perusahaan Tyrell kolaps. Bisnis produksi Replika sekarang diambil alih oleh jenius sinting Niander Wallace (Jared Leto) yang punya mata seram dan banyak bicara soal omong kosong filosofis. Perusahaan Wallace menciptakan Replika model baru yang lebih canggih dan lebih patuh. Ia punya ajudan seorang Replika wanita tegas bernama Luv (Sylvia Hoeks).

Plot film ini mirip dengan Blade Runner yang dimulai dengan misi sederhana ala detektif sebelum karakter utama kita terpaksa terjun ke dalam misteri noir yang lebih kompleks. Di awal film, K diperintahkan untuk melenyapkan seorang Replika lama bernama Sapper (Dave Bautista) yang hidup dengan tenang sebagai petani di sebuah desa. Namun apa yang K temukan disana membawanya ke dalam intrik yang melibatkan jati dirinya dan hakikat Replika itu sendiri. Sesuatu yang mengancam “hukum alam” yang membedakan manusia dengan Replika dan bisa menghancurkan semuanya.

Meski begitu, film ini tak mengulang lagu lama pendahulunya atau sekadar mengalihkan perhatian kita lewat nostalgia. Ia mengangkat ide baru yang merupakan hasil ekspansi dari ide lama yang menjadi tema ikonik Blade Runner. Kita bahkan tak terlalu menantikan kemunculan Deckard karena sudah begitu larut dengan ceritanya, meski Deckard sendiri punya peran yang sangat krusial nantinya. Pertanyaan filosofis dari novel Philip K. Dick yang menjadi materi sumber dari Blade Runner, ternyata masih bisa dibuat terasa baru. Apa yang membuat manusia menjadi manusia? Apa yang membedakan manusia dengan Replika saat mereka punya fisik yang mirip? Ketika memori bisa ditanam, apakah ia tak lagi relevan saat Replika menyadarinya padahal mereka merasakannya secara personal? Jika Replika bisa berpikir dan merasa, bisakah mereka disebut manusia?

Dengan durasi mencapai 163 menit, Blade Runner 2049 terasa sedikit panjang. Namun Villeneuve menjaga agar atmosfer filmnya tetap mencekat. Film ini bukan space opera berorientasi aksi melainkan misteri neo-noir yang mengandalkan mood. Tiga puluh tahun pasca Deckard menghilang, Los Angeles masih terlihat sebagai kota futuristik dengan baliho raksasa berlampu neon dan gedung-gedung gelap yang menjulang tinggi. Hanya saja, suasananya lebih buruk. Bersama sinematografer legendaris Roger Deakins, Villeneuve menyuguhkan sebuah semesta yang suram tapi cantik. Set-nya mengagumkan, dan skema warnanya —baik di reruntuhan berlatar langit jingga, balutan salju, atau klimaks di dam buatan— sangat memanjakan mata. Didampingi dengan scoring berderu dan menggelegar dari Hans Zimmer dan Benjamin Walfisch, film ini adalah pengalaman sinematis yang luar biasa.

Terlalu dini untuk menyebut Blade Runner 2049 akan menjadi film klasik seperti pendahulunya yang punya dampak besar terhadap genre scifi. Namun ini memang film yang powerful. Filmnya tak mengulang, menganulir, atau mengganti tema dari film orisinalnya, alih-alih membuatnya semakin kaya. Ia menjawab beberapa hal dari Blade Runner sekaligus mengangkat pertanyaan-pertanyaan baru. Ceritanya anyar, tapi berhubungan kuat dengan masa lalu, sekaligus membuka kemungkinan baru untuk masa depan. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Blade Runner 2049

163 menit
Dewasa
Denis Villeneuve
Hampton Fancher, Michael Green (screenplay), Philip K. Dick (novel)
Andrew A. Kosove, Broderick Johnson, Bud Yorkin, Cynthia Yorkin
Roger Deakins
Hans Zimmer, Benjamin Wallfisch

Thursday, October 12, 2017

Dwayne Johnson Pastikan Bintangi Spin-Off ‘Fast & Furious’ Bersama Jason Statham

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Dwayne Johnson Pastikan Bintangi Spin-Off ‘Fast & Furious’ Bersama Jason Statham
link : Dwayne Johnson Pastikan Bintangi Spin-Off ‘Fast & Furious’ Bersama Jason Statham

Baca juga


Dwayne Johnson akhirnya mengkonfirmasi spin-off 'Fast and Furious' yang ia bintangi bersama Jason Statham.

Setelah sekian lama hanya menjadi kabar simpang siur, Dwayne Johnson akhirnya mengkonfirmasi spin-off Fast and Furious yang ia bintangi bersama Jason Statham.

Kepastian ini disampaikan Johnson melalui Instagram, beberapa hari pasca sesama pemain franchise Fast and Furious, Tyrese Gibson, menuding Johnson sebagai biang di balik penundaan rilis Fast and Furious 9 dari 2019 ke 2020. Gibson pun sampai menyebut Johnson figur yang egois dan menudingnya sebagai pemecah belah Fast Family, julukan bagi jajaran pemain franchise Fast and Furious. Namun hingga saat ini, Johnson belum merespon pernyataan miring Gibson, dan ia tetap kukuh dengan keputusannya untuk tampil di spin-off Fast and Furious bersama Statham.

Johnson sendiri memulai debutnya di franchise Fast and Furious sebagai agen Hobbs di Fast Five, sedangkan Statham mulai memerankan villain Deckard Shaw di Furious 7. Sejak dua karakter tersebut kerap berinteraksi di The Fate of the Furious, duet mereka memang terlihat asyik dan dinilai layak dibuatkan filmnya sendiri.

Saat mengumumkan spin-off Hobbs, Johnson menjanjikan film ini akan menawarkan sesuatu yang fresh dan badass, serta menghadirkan karakter baru yang akan dicintai para fans. Disamping itu, Johnson juga mengklaim spin-off ini akan mengkspansi universe Fast and Furious dengan cara yang keren dan seru. Dan menariknya lagi, meski belum punya sutradara, Jonson memastikan spin-off Hobbs siap meluncur pada 26 Juli 2019. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Dwayne Johnson akhirnya mengkonfirmasi spin-off 'Fast and Furious' yang ia bintangi bersama Jason Statham.

Setelah sekian lama hanya menjadi kabar simpang siur, Dwayne Johnson akhirnya mengkonfirmasi spin-off Fast and Furious yang ia bintangi bersama Jason Statham.

Kepastian ini disampaikan Johnson melalui Instagram, beberapa hari pasca sesama pemain franchise Fast and Furious, Tyrese Gibson, menuding Johnson sebagai biang di balik penundaan rilis Fast and Furious 9 dari 2019 ke 2020. Gibson pun sampai menyebut Johnson figur yang egois dan menudingnya sebagai pemecah belah Fast Family, julukan bagi jajaran pemain franchise Fast and Furious. Namun hingga saat ini, Johnson belum merespon pernyataan miring Gibson, dan ia tetap kukuh dengan keputusannya untuk tampil di spin-off Fast and Furious bersama Statham.

Johnson sendiri memulai debutnya di franchise Fast and Furious sebagai agen Hobbs di Fast Five, sedangkan Statham mulai memerankan villain Deckard Shaw di Furious 7. Sejak dua karakter tersebut kerap berinteraksi di The Fate of the Furious, duet mereka memang terlihat asyik dan dinilai layak dibuatkan filmnya sendiri.

Saat mengumumkan spin-off Hobbs, Johnson menjanjikan film ini akan menawarkan sesuatu yang fresh dan badass, serta menghadirkan karakter baru yang akan dicintai para fans. Disamping itu, Johnson juga mengklaim spin-off ini akan mengkspansi universe Fast and Furious dengan cara yang keren dan seru. Dan menariknya lagi, meski belum punya sutradara, Jonson memastikan spin-off Hobbs siap meluncur pada 26 Juli 2019. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Film 'Gambit' Dapatkan Tanggal Rilis

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Film 'Gambit' Dapatkan Tanggal Rilis
link : Film 'Gambit' Dapatkan Tanggal Rilis

Baca juga


Sempat terkatung-katung, proyek film 'Gambit' kini mulai menunjukkan perkembangan positif.

Sempat terkatung-katung, proyek film Gambit kini mulai menunjukkan perkembangan positif. Hal ini pun dibuktikan keputusan Fox yang baru saja menetapkan tanggal rilis dari film mutant yang dibintangi Channing Tatum sebagai karakter titular.

Seperti yang dilansir Deadline, Fox berencana merilis Gambit pada 14 Februari 2019. Dengan demikian, di Hari Valentine tersebut Gambit akan menantang film komedi Liam Hemsworth dan Rebel Wilson, Isn’t It Romantic, dan satu film untitled produksi Blumhouse.

Penentuan tanggal rilis Gambit sendiri dilakukan seminggu pasca studio menunjuk Gore Verbinski sebagai sutradara. Verbinski sebelumnya dikenal lewat The Lone Ranger, A Cure for Wellness, Pirates of the Caribbean dan The Ring. Selain Tatum, untuk saat ini belum diketahui siapa pemain lain yang terlibat di Gambit. Namun sempat ada rumor bahwa aktor James Bond, Daniel Craig, akan menjadi villain Mr. Sinister.

Gambit a.k.a. Remy LeBeau sendiri merupakan mutan yang ahli melempar kartu dan juga mampu memanipulasi energi kinetik. Filmnya dikembangkan sejak 2014 lalu, dengan naskah yang ditulis Josh Zetumer (RoboCop reboot). Saat itu, bangku sutradara ditempati oleh Rupert Wyatt (Rise of the Planet of Apes), sebeum ia mundur dan digantikan Doug Liman (Edge of Tomorrow). Sayangnya, Liman akhirnya memutuskan mundur lantaran ia tak merasakan ada koneksi dengan karakter Gambit.

Kini dengan dijadwalkannya Gambit untuk Februari 2019, ada kemungkinan filmnya akan syuting pada 2018 mendatang. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Sempat terkatung-katung, proyek film 'Gambit' kini mulai menunjukkan perkembangan positif.

Sempat terkatung-katung, proyek film Gambit kini mulai menunjukkan perkembangan positif. Hal ini pun dibuktikan keputusan Fox yang baru saja menetapkan tanggal rilis dari film mutant yang dibintangi Channing Tatum sebagai karakter titular.

Seperti yang dilansir Deadline, Fox berencana merilis Gambit pada 14 Februari 2019. Dengan demikian, di Hari Valentine tersebut Gambit akan menantang film komedi Liam Hemsworth dan Rebel Wilson, Isn’t It Romantic, dan satu film untitled produksi Blumhouse.

Penentuan tanggal rilis Gambit sendiri dilakukan seminggu pasca studio menunjuk Gore Verbinski sebagai sutradara. Verbinski sebelumnya dikenal lewat The Lone Ranger, A Cure for Wellness, Pirates of the Caribbean dan The Ring. Selain Tatum, untuk saat ini belum diketahui siapa pemain lain yang terlibat di Gambit. Namun sempat ada rumor bahwa aktor James Bond, Daniel Craig, akan menjadi villain Mr. Sinister.

Gambit a.k.a. Remy LeBeau sendiri merupakan mutan yang ahli melempar kartu dan juga mampu memanipulasi energi kinetik. Filmnya dikembangkan sejak 2014 lalu, dengan naskah yang ditulis Josh Zetumer (RoboCop reboot). Saat itu, bangku sutradara ditempati oleh Rupert Wyatt (Rise of the Planet of Apes), sebeum ia mundur dan digantikan Doug Liman (Edge of Tomorrow). Sayangnya, Liman akhirnya memutuskan mundur lantaran ia tak merasakan ada koneksi dengan karakter Gambit.

Kini dengan dijadwalkannya Gambit untuk Februari 2019, ada kemungkinan filmnya akan syuting pada 2018 mendatang. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Trailer ‘Avengers: Infinity War’ Dipastikan Rilis Sebelum Akhir Tahun

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Trailer ‘Avengers: Infinity War’ Dipastikan Rilis Sebelum Akhir Tahun
link : Trailer ‘Avengers: Infinity War’ Dipastikan Rilis Sebelum Akhir Tahun

Baca juga


Kapankah kita bisa melihat cuplikan film yang mempertemukan The Avengers dan Guardians of the Galaxy ini?

Proses syuting Avengers: Infinity War diketahui telah tuntas sejak bulan Juli 2017 lalu. Dengan masuknya film puncak Marvel Cinematic Universe Phase 3 ke fase pasca-produksi, artinya trailer Infinity War sedang disiapkan Marvel untuk rilis pada waktu tertentu. Lantas, kapankah kita bisa melihat cuplikan film yang mempertemukan The Avengers dan Guardians of the Galaxy ini?

Lewat sebuah wawancara, Kevin Feige selaku pimpinan Marvel Studios memastikan trailer perdana Infinity War datang sebelum akhir tahun. Mesk Feige tak mengungkap tanggal rilis secara spesifik, kini telah mencuat prediksi yang didasari oleh riwayat Marvel dalam meluncurkan trailer belakangan ini.

Ada kemungkinan Marvel merilis trailer Infinity War di sela salah satu pertandingan final Monday Night Football, yang tayang di channel ESPN milik Disney. Untuk diingat, Disney baru saja menggunakan Monday Night Football pekan ini untuk meluncurkan trailer anyar Star Wars: The Last Jedi. Selain itu, Disney dan Lucasfilm juga menggunakan MNF untuk merilis salah satu trailer Star Wars: The Force Awakens pada 2015.

Namun satu hal yang patut digarisbawahi, untuk perilisan trailer dan footage film Marvel, Disney cenderung memilih acara Jimmy Kimmel Live.Tercatat beberapa trailer film Marvel yang dirilis di acara talkshow ternama ini meliputi Guardians of the Galaxy Vol. 2, Doctor Strange dan Captain America: Civil War. Alhasil, tak mengejutkan bila Infinity War yang digadang jadi film terbesar Marvel ini akan memamerkan trailer perdananya di Jimmy Kimmel Live.

Avengers: Infinity War sendiri disutradarai Russo bersaudara, yang sebelumnya sukses membesut dua film solo terakhir Captain America. Menjadi puncak dari segala event yang terjadi sejak Phase 1 hingga Phase 3, Infinity War akan menyatukan segenap superhero MCU untuk menaklukkan supervillain terkuat bernama Thanos. Russo pun mensinyalkan film raksasa ini akan menampung 67 karakter.

Avengers: Infinity War akan dirilis 4 Mei 2018. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Kapankah kita bisa melihat cuplikan film yang mempertemukan The Avengers dan Guardians of the Galaxy ini?

Proses syuting Avengers: Infinity War diketahui telah tuntas sejak bulan Juli 2017 lalu. Dengan masuknya film puncak Marvel Cinematic Universe Phase 3 ke fase pasca-produksi, artinya trailer Infinity War sedang disiapkan Marvel untuk rilis pada waktu tertentu. Lantas, kapankah kita bisa melihat cuplikan film yang mempertemukan The Avengers dan Guardians of the Galaxy ini?

Lewat sebuah wawancara, Kevin Feige selaku pimpinan Marvel Studios memastikan trailer perdana Infinity War datang sebelum akhir tahun. Mesk Feige tak mengungkap tanggal rilis secara spesifik, kini telah mencuat prediksi yang didasari oleh riwayat Marvel dalam meluncurkan trailer belakangan ini.

Ada kemungkinan Marvel merilis trailer Infinity War di sela salah satu pertandingan final Monday Night Football, yang tayang di channel ESPN milik Disney. Untuk diingat, Disney baru saja menggunakan Monday Night Football pekan ini untuk meluncurkan trailer anyar Star Wars: The Last Jedi. Selain itu, Disney dan Lucasfilm juga menggunakan MNF untuk merilis salah satu trailer Star Wars: The Force Awakens pada 2015.

Namun satu hal yang patut digarisbawahi, untuk perilisan trailer dan footage film Marvel, Disney cenderung memilih acara Jimmy Kimmel Live.Tercatat beberapa trailer film Marvel yang dirilis di acara talkshow ternama ini meliputi Guardians of the Galaxy Vol. 2, Doctor Strange dan Captain America: Civil War. Alhasil, tak mengejutkan bila Infinity War yang digadang jadi film terbesar Marvel ini akan memamerkan trailer perdananya di Jimmy Kimmel Live.

Avengers: Infinity War sendiri disutradarai Russo bersaudara, yang sebelumnya sukses membesut dua film solo terakhir Captain America. Menjadi puncak dari segala event yang terjadi sejak Phase 1 hingga Phase 3, Infinity War akan menyatukan segenap superhero MCU untuk menaklukkan supervillain terkuat bernama Thanos. Russo pun mensinyalkan film raksasa ini akan menampung 67 karakter.

Avengers: Infinity War akan dirilis 4 Mei 2018. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Box Office: 'Blade Runner 2049' Lempem Meski Jadi Jawara

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Box Office, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Box Office: 'Blade Runner 2049' Lempem Meski Jadi Jawara
link : Box Office: 'Blade Runner 2049' Lempem Meski Jadi Jawara

Baca juga


Meski menjadi jawara, hype solid dan review bagus tak cukup untuk membuat 'Blade Runner 2049' memperoleh debut yang memuaskan. Nasib serupa juga menimpa 'The Mountain Between Us' dan 'My Little Pony'. Berikut rekap box office minggu ini.

Sebelumnya, mengingat reputasi Blade Runner sebagai film cult legendaris, Blade Runner 2049 berpotensi menjadi salah satu blockbuster pra musim gugur terbesar. Setelah embargo diangkat dan kritikus memberikan review yang impresif, antisipasi semakin meningkat. Terbukti saat perilisannya penonton juga memberikan respon yang bagus (CinemaScore "A-"). Sayangnya, hal ini tak begitu membantu performanya di box office.

Hanya memperoleh $32,6 juta, Blade Runner 2049 memang berhasil menjadi jawara minggu ini, tetapi debutnya berada di bawah ekspektasi Warner Bros yang sudah relatif rendah. Angka ini tentu tak sesuai harapan untuk film yang berbujet hingga $150 juta. Lemahnya performa ini bukan karena kurangnya layar, mengingat filmnya yang tayang hampir di seluruh jaringan bioskop Amerika. Spekulasi mengarah pada ratingnya yang "R/Dewasa", durasinya yang terlalu panjang sehingga mengurangi jumlah show, atau lebih sederhana lagi, penonton yang memang tak begitu tertarik gara-gara materi promosinya yang terlalu rahasia.

Walau dianggap sebagai salah satu film scifi paling berpengaruh sepanjang masa, mungkin pesona Blade Runner hanya terbatas di kalangan tertentu saja. Apalagi ada jeda waktu 35 tahun antara film orisinalnya dengan Blade Runner 2049 ini. Dengan hasil ini, rencana Ridley Scott untuk mem-franchise-kan Blade Runner mungkin takkan berjalan mulus.

Meski begitu, ini menjadi debut terbesar sepanjang karir Ryan Gosling dan sutradara Denis Villeneuve. Di luar Amerika, Blade Runner 2049 memperoleh debut yang cukup solid, $50,2 juta dari 63 negara sehinga totalnya secara global menjadi $82,8 juta. UK memimpin dengan $8 juta, diikuti oleh Rusia ($4,9 juta) dan Australia ($3,6 juta). Distribusi di luar Amerika ditangani oleh Sony yang baru akan merilis filmnya di beberapa pasar kunci Asia pada akhir bulan nanti.

Di posisi kedua, film romance yang dibintangi Kate Winslet dan Idris Elba, The Mountain Between Us mencatatkan debut $10,6 juta. Lagi-lagi hasil ini berada di bawah ekspektasi pasar, meski penonton cukup menikmatinya (CinemaScore "A-"). Dari 11 negara, film ini menambahkan $3,6 juta sehingga total debut globalnya menjadi $14,2 juta.

Film baru yang terakhir, animasi My Little Pony juga mendapat CinemaScore "A-". Namun debut $8,9 juta hanya bisa menempatkannya di posisi keempat. Bertindak sebagai counter-programming, film ini mendapat hasil yang lumayan mengecewakan, namun Lionsgate mengklaim bahwa mereka tak terlalu merugi karena filmnya lebih ditujukan untuk mendongkrak penjualan mainan yang diproduksi oleh Hasbro. Di luar Amerika, ada tambahan $3,8 juta dari 49 negara yang mengangkat total debut globalnya menjadi $13,7 juta.

It berada di posisi ketiga dengan $10,0 juta, membulatkan total pendapatan domestiknya menjadi $305,2 juta. Film ini sekarang sudah menjadi film horor terlaris sepanjang masa secara global dengan mencatatkan rekor pendapatan $603,7 juta, berkat tambahan $19,8 juta minggu ini dari 64 negara.

Kingsman: The Golden Circle menutup lima besar dengan $8,7 juta dan total pendapatan domestik $80,5 juta selama 3 minggu penayangan. Sementara itu, tambahan $25,5 juta dari 69 negara membuat total pendapatan globalnya menjadi $253 juta.

The Foreigner yang baru tayang di 7 negara mengumpulkan $17 juta, dimana $15,2 juta berasal dari Cina.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Weekend Box Office 6 Oktober - 8 Oktober 2017

1.

Blade Runner 2049
Minggu ini $32,753,122
Total $32,753,122

2.

The Mountain Between Us
Minggu ini $10,551,336
Total $10,551,336

3.

It
Minggu ini $9,972,002
Total $305,250,480

4.

My Little Pony
Minggu ini $8,885,899
Total $8,885,899

5.

Kingsman: The Golden Circle
Minggu ini $8,675,412
Total $80,539,837
Ulasan Weekend Box Office Minggu Sebelumnya: Box Office: 'American Made' Dihadang 'Kingsman' dan 'It' ■UP

Meski menjadi jawara, hype solid dan review bagus tak cukup untuk membuat 'Blade Runner 2049' memperoleh debut yang memuaskan. Nasib serupa juga menimpa 'The Mountain Between Us' dan 'My Little Pony'. Berikut rekap box office minggu ini.

Sebelumnya, mengingat reputasi Blade Runner sebagai film cult legendaris, Blade Runner 2049 berpotensi menjadi salah satu blockbuster pra musim gugur terbesar. Setelah embargo diangkat dan kritikus memberikan review yang impresif, antisipasi semakin meningkat. Terbukti saat perilisannya penonton juga memberikan respon yang bagus (CinemaScore "A-"). Sayangnya, hal ini tak begitu membantu performanya di box office.

Hanya memperoleh $32,6 juta, Blade Runner 2049 memang berhasil menjadi jawara minggu ini, tetapi debutnya berada di bawah ekspektasi Warner Bros yang sudah relatif rendah. Angka ini tentu tak sesuai harapan untuk film yang berbujet hingga $150 juta. Lemahnya performa ini bukan karena kurangnya layar, mengingat filmnya yang tayang hampir di seluruh jaringan bioskop Amerika. Spekulasi mengarah pada ratingnya yang "R/Dewasa", durasinya yang terlalu panjang sehingga mengurangi jumlah show, atau lebih sederhana lagi, penonton yang memang tak begitu tertarik gara-gara materi promosinya yang terlalu rahasia.

Walau dianggap sebagai salah satu film scifi paling berpengaruh sepanjang masa, mungkin pesona Blade Runner hanya terbatas di kalangan tertentu saja. Apalagi ada jeda waktu 35 tahun antara film orisinalnya dengan Blade Runner 2049 ini. Dengan hasil ini, rencana Ridley Scott untuk mem-franchise-kan Blade Runner mungkin takkan berjalan mulus.

Meski begitu, ini menjadi debut terbesar sepanjang karir Ryan Gosling dan sutradara Denis Villeneuve. Di luar Amerika, Blade Runner 2049 memperoleh debut yang cukup solid, $50,2 juta dari 63 negara sehinga totalnya secara global menjadi $82,8 juta. UK memimpin dengan $8 juta, diikuti oleh Rusia ($4,9 juta) dan Australia ($3,6 juta). Distribusi di luar Amerika ditangani oleh Sony yang baru akan merilis filmnya di beberapa pasar kunci Asia pada akhir bulan nanti.

Di posisi kedua, film romance yang dibintangi Kate Winslet dan Idris Elba, The Mountain Between Us mencatatkan debut $10,6 juta. Lagi-lagi hasil ini berada di bawah ekspektasi pasar, meski penonton cukup menikmatinya (CinemaScore "A-"). Dari 11 negara, film ini menambahkan $3,6 juta sehingga total debut globalnya menjadi $14,2 juta.

Film baru yang terakhir, animasi My Little Pony juga mendapat CinemaScore "A-". Namun debut $8,9 juta hanya bisa menempatkannya di posisi keempat. Bertindak sebagai counter-programming, film ini mendapat hasil yang lumayan mengecewakan, namun Lionsgate mengklaim bahwa mereka tak terlalu merugi karena filmnya lebih ditujukan untuk mendongkrak penjualan mainan yang diproduksi oleh Hasbro. Di luar Amerika, ada tambahan $3,8 juta dari 49 negara yang mengangkat total debut globalnya menjadi $13,7 juta.

It berada di posisi ketiga dengan $10,0 juta, membulatkan total pendapatan domestiknya menjadi $305,2 juta. Film ini sekarang sudah menjadi film horor terlaris sepanjang masa secara global dengan mencatatkan rekor pendapatan $603,7 juta, berkat tambahan $19,8 juta minggu ini dari 64 negara.

Kingsman: The Golden Circle menutup lima besar dengan $8,7 juta dan total pendapatan domestik $80,5 juta selama 3 minggu penayangan. Sementara itu, tambahan $25,5 juta dari 69 negara membuat total pendapatan globalnya menjadi $253 juta.

The Foreigner yang baru tayang di 7 negara mengumpulkan $17 juta, dimana $15,2 juta berasal dari Cina.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Weekend Box Office 6 Oktober - 8 Oktober 2017

1.

Blade Runner 2049
Minggu ini $32,753,122
Total $32,753,122

2.

The Mountain Between Us
Minggu ini $10,551,336
Total $10,551,336

3.

It
Minggu ini $9,972,002
Total $305,250,480

4.

My Little Pony
Minggu ini $8,885,899
Total $8,885,899

5.

Kingsman: The Golden Circle
Minggu ini $8,675,412
Total $80,539,837
Ulasan Weekend Box Office Minggu Sebelumnya: Box Office: 'American Made' Dihadang 'Kingsman' dan 'It' ■UP