- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Dengan proses syuting yang telah berjalan sejak beberapa minggu lalu, sekuel ‘Wonder Woman’ akhirnya merilis detail berupa judul resmi film sekaligus satu karakter penting yang akan kembali.
Dengan proses syuting yang telah berjalan sejak beberapa minggu lalu, sekuel Wonder Woman akhirnya merilis detail berupa judul resmi film sekaligus satu karakter penting yang akan kembali. Melalui akun Twittermiliknya, sutradara Patty Jenkins mengumumkan sekuel ini berjudulWonder Woman 1984. Dan menariknya, Jenkins juga mengkonfirmasi Chris Pine akan kembali sebagai pilot Steve Trevor, menyusul Gal Gadot yang masih memerankan Wonder Woman.
Terkait sub judul yang diusung sekuel, sebagian pihak menilai sub judul ini terinspirasi oleh novel klasik milik George Orwell yang bertajuk1984, dimana novel ini menyoroti pemerintahan korup dan aksi spionase yang melanggar hak privasi masyarakat sipil. 1984 kemungkinan juga merujuk pada setting cerita sekuel, dan hal ini kian diperkuat oleh foto syuting Pine yang mengenakan pakaian era tahun 80-an.
Bicara soal karakter Pine, belum diketahui pasti bagaimana Trevor bisa muncul kembali, setelah ia mengorbankan dirinya di film pertama. Namun spekulasi yang beredar menyebut, ada beberapa hal yang memungkinkan Trevor kembali, diantaranya sihir, proses cloning hingga time travel. Di film sebelumnya, Trevor sendiri memegang peran vital dalam perjalanan Wonder Woman. Selain menjadi love interest sang superhero, Trevor juga ikut membantu Wonder Woman di medan perang, dan yang paling penting, ia membuka mata Diana bahwa dunia manusia penuh dengan ambiguitas moral dan tidak sesederhana yang dibayangkan Diana.
Menurut kabar terbaru, Pine dan Gadot telah menjalani proses syuting di mall, dan ini menimbulkan dugaan bahwa di mall inilah villain Cheetah yang diperankan Kristen Wiig akan diperkenalkan. Apalagi di seri komik Wonder Woman Rebirth ada bagian yang menceritakan Diana dan Cheetah berada di mall, lokasi sama yang ditunjukkan foto Pine yang dirilis Jenkins.
Meski sejauh ini belum ada sinopsis resmi, judul Wonder Woman 1984 mengindikasikan filmnya akan memiliki unsur politik. Rencananya sekuel ini akan dirilis 1 November 2019.
Dengan proses syuting yang telah berjalan sejak beberapa minggu lalu, sekuel ‘Wonder Woman’ akhirnya merilis detail berupa judul resmi film sekaligus satu karakter penting yang akan kembali.
Dengan proses syuting yang telah berjalan sejak beberapa minggu lalu, sekuel Wonder Woman akhirnya merilis detail berupa judul resmi film sekaligus satu karakter penting yang akan kembali. Melalui akun Twittermiliknya, sutradara Patty Jenkins mengumumkan sekuel ini berjudulWonder Woman 1984. Dan menariknya, Jenkins juga mengkonfirmasi Chris Pine akan kembali sebagai pilot Steve Trevor, menyusul Gal Gadot yang masih memerankan Wonder Woman.
Terkait sub judul yang diusung sekuel, sebagian pihak menilai sub judul ini terinspirasi oleh novel klasik milik George Orwell yang bertajuk1984, dimana novel ini menyoroti pemerintahan korup dan aksi spionase yang melanggar hak privasi masyarakat sipil. 1984 kemungkinan juga merujuk pada setting cerita sekuel, dan hal ini kian diperkuat oleh foto syuting Pine yang mengenakan pakaian era tahun 80-an.
Bicara soal karakter Pine, belum diketahui pasti bagaimana Trevor bisa muncul kembali, setelah ia mengorbankan dirinya di film pertama. Namun spekulasi yang beredar menyebut, ada beberapa hal yang memungkinkan Trevor kembali, diantaranya sihir, proses cloning hingga time travel. Di film sebelumnya, Trevor sendiri memegang peran vital dalam perjalanan Wonder Woman. Selain menjadi love interest sang superhero, Trevor juga ikut membantu Wonder Woman di medan perang, dan yang paling penting, ia membuka mata Diana bahwa dunia manusia penuh dengan ambiguitas moral dan tidak sesederhana yang dibayangkan Diana.
Menurut kabar terbaru, Pine dan Gadot telah menjalani proses syuting di mall, dan ini menimbulkan dugaan bahwa di mall inilah villain Cheetah yang diperankan Kristen Wiig akan diperkenalkan. Apalagi di seri komik Wonder Woman Rebirth ada bagian yang menceritakan Diana dan Cheetah berada di mall, lokasi sama yang ditunjukkan foto Pine yang dirilis Jenkins.
Meski sejauh ini belum ada sinopsis resmi, judul Wonder Woman 1984 mengindikasikan filmnya akan memiliki unsur politik. Rencananya sekuel ini akan dirilis 1 November 2019.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Horor,
Artikel Review,
Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Jika ini adalah eksperimen dari sutradara yang memang dikenal suka bereksperimen dengan visual, maka ia sukses.
“I'm not crazy!” — Sawyer Valentini
Rating UP: Pak Steven Soderbergh, kalau boleh tahu Apple bayar berapa untuk ini? Kalau bukan di-endorse, saya hampir-hampir tak percaya. Soalnya film ini terlihat mulus seperti film sungguhan. Setelah ini, pasti banyak yang percaya bahwa mudah untuk membuat film "sungguhan" dengan menggunakan iPhone 7. Apalagi yang punya versi terbaru, iPhone 23.
Yang jelas, selama menonton Unsane saya lupa kalau film ini disorot pakai iPhone. Yaa, tentu dengan dilengkapi beberapa alat penunjang, sebab film ini jelas terlihat berkali lipat lebih bagus dari video InstaStory kita yang paling oke. Barangkali gemas setelah menyaksikan Tangerine-nya Sean Baker, Soderbergh pun ikut-ikutan membuktikan bahwa kita tak butuh kamera yang mutakhir untuk membuat film. Cukup pemain serta kru yang kompeten, dan pastinya sentuhan sutradara yang piawai. Dalam hal ini, keterampilan Soderbergh bahkan mampu menanggulangi materinya yang absurd.
Mudah untuk menge-judge film ini atas gimiknya, tapi Soderbergh menggunakan gimik yang tepat untuk film yang tepat. Sebagai informasi, plotnya tentang seseorang yang parno gara-gara dikuntit oleh stalker maniak. Karena disorot dengan iPhone, film ini punya rasio aspek yang agak ganjil; nyaris persegi seperti film-film lawas. Ini memberikan nuansa klaustrofobik. Pinggiran gambar sedikit mengalami distorsi sehingga terlihat agak cembung; cocok sekali menegaskan surealitas dan rasa paranoid yang dialami oleh tokoh utama kita. Semakin nendang karena sorotan dengan iPhone membuat filmnya tampak raw, tak seperti film "sungguhan" yang bling-bling, sehingga adegan-adegannya terkesan spontan.
Dan spontan adalah kata yang paling mewakili film ini. Lihat saja apa yang dialami oleh karakter utama kita, Sawyer Valentini (Claire Foy). Ia punya pekerjaan yang mapan sebagai analis finansial. Ia cerdas dan tampaknya selalu tahu dengan apa yang sedang dan akan dilakukan. Namun, saat datang waktunya nge-date, Sawyer rubuh. Rupanya ia masih trauma dengan pengalaman di-stalking oleh seseorang beberapa tahun lalu. Sawyer tahu bahwa ia butuh bantuan profesional. Dan itulah yang ia lakukan. Eh ladalah, ujung-ujungnya Sawyer malah dikira punya gangguan jiwa.
Cuma mau main-main kok malah jatuh hati, eh jadi curhat. Maksudnya, cuma mau konsul kok malah dimasukin ke rumah sakit jiwa.
Yaa jelas Sawyer protes. Namun usahanya untuk bebas justru membuat situasi semakin buruk. Sawyer ditengarai mengancam keselamatan perawat dan pasien. Penahanan yang awalnya cuma 24 jam diperpanjang menjadi 7 hari. Namun yang lebih parah, Sawyer kemudian mendapati bahwa salah satu perawat ternyata adalah stalker-nya dulu. Kontradiktifnya, perawat ini (Joshua Leonard) dinilai oleh rekan-rekannya sebagai pekerja yang tekun. Sawyer sekarang punya dua masalah: (1) tak bisa kemana-mana dari rumah sakit jiwa, dan (2) terjebak bersama stalker-nya.
Apakah yang dilihat Saywer ini benar begitu atau jangan-jangan stalker tersebut cuma delusinya saja? Film bermain tarik-ulur dengan premis ini, dan Claire Foy tampil brilian lewat karakternya. Ia sukses membawakan karakter yang cerdas tapi juga histeris dan mungkin punya tendensi delusional. Kita tak pernah yakin apakah yang dilihatnya itu benar atau tidak, tapi kita percaya dengan setiap tindakannya. Ada waktu dimana karakter seharusnya berbuat benar, tapi tak dilakukan supaya filmnya tidak langsung beres. Namun dalam Unsane, karakter Claire Foy selalu melakukan tindakan yang benar: ia mencoba menghubungi polisi atau meminta bantuan kepada ibunya.
Faktanya, setidaknya sampai paruh terakhir, Unsane berjalan dengan padat dan efektif. Skrip Jonathan Bernstein & James Greer punya beberapa skenario yang cukup mengejutkan. Nah, rupanya mereka tak ingin kita berlarut-larut tenggelam dalam ambiguitas, sebab film punya resolusi pasti mengenai keadaan mental Sawyer. Saya sebetulnya tak begitu masalah dengan hal ini. Namun saat film memilih berpijak pada realita, kita sewajarnya menaikkan sedikit level suspension of disbelief. Sedangkan Unsane ditutup dengan beberapa hal-hal absurd dan lubang plot yang kentara jika ditinjau dalam konteks realita.
Jadi, plot barangkali cuma merupakan mekanika bagi Soderbergh untuk memamerkan keterampilan filmmaking-nya, mencoba memanfaatkan fleksibilitas smartphone untuk memberikan efek yang spesifik. Bujet film ini kabarnya cuma $1,2 juta saja, sama dengan film pertamanya yang eksperimental, Sex, Lies, and Videotapes yang memenangkan Palme d'Or Cannes hampir tiga dekade yang lalu. Jika ini adalah eksperimen dari sutradara yang memang dikenal suka bereksperimen dengan visual, maka ia sukses. ■UP
Jika ini adalah eksperimen dari sutradara yang memang dikenal suka bereksperimen dengan visual, maka ia sukses.
“I'm not crazy!” — Sawyer Valentini
Rating UP: Pak Steven Soderbergh, kalau boleh tahu Apple bayar berapa untuk ini? Kalau bukan di-endorse, saya hampir-hampir tak percaya. Soalnya film ini terlihat mulus seperti film sungguhan. Setelah ini, pasti banyak yang percaya bahwa mudah untuk membuat film "sungguhan" dengan menggunakan iPhone 7. Apalagi yang punya versi terbaru, iPhone 23.
Yang jelas, selama menonton Unsane saya lupa kalau film ini disorot pakai iPhone. Yaa, tentu dengan dilengkapi beberapa alat penunjang, sebab film ini jelas terlihat berkali lipat lebih bagus dari video InstaStory kita yang paling oke. Barangkali gemas setelah menyaksikan Tangerine-nya Sean Baker, Soderbergh pun ikut-ikutan membuktikan bahwa kita tak butuh kamera yang mutakhir untuk membuat film. Cukup pemain serta kru yang kompeten, dan pastinya sentuhan sutradara yang piawai. Dalam hal ini, keterampilan Soderbergh bahkan mampu menanggulangi materinya yang absurd.
Mudah untuk menge-judge film ini atas gimiknya, tapi Soderbergh menggunakan gimik yang tepat untuk film yang tepat. Sebagai informasi, plotnya tentang seseorang yang parno gara-gara dikuntit oleh stalker maniak. Karena disorot dengan iPhone, film ini punya rasio aspek yang agak ganjil; nyaris persegi seperti film-film lawas. Ini memberikan nuansa klaustrofobik. Pinggiran gambar sedikit mengalami distorsi sehingga terlihat agak cembung; cocok sekali menegaskan surealitas dan rasa paranoid yang dialami oleh tokoh utama kita. Semakin nendang karena sorotan dengan iPhone membuat filmnya tampak raw, tak seperti film "sungguhan" yang bling-bling, sehingga adegan-adegannya terkesan spontan.
Dan spontan adalah kata yang paling mewakili film ini. Lihat saja apa yang dialami oleh karakter utama kita, Sawyer Valentini (Claire Foy). Ia punya pekerjaan yang mapan sebagai analis finansial. Ia cerdas dan tampaknya selalu tahu dengan apa yang sedang dan akan dilakukan. Namun, saat datang waktunya nge-date, Sawyer rubuh. Rupanya ia masih trauma dengan pengalaman di-stalking oleh seseorang beberapa tahun lalu. Sawyer tahu bahwa ia butuh bantuan profesional. Dan itulah yang ia lakukan. Eh ladalah, ujung-ujungnya Sawyer malah dikira punya gangguan jiwa.
Cuma mau main-main kok malah jatuh hati, eh jadi curhat. Maksudnya, cuma mau konsul kok malah dimasukin ke rumah sakit jiwa.
Yaa jelas Sawyer protes. Namun usahanya untuk bebas justru membuat situasi semakin buruk. Sawyer ditengarai mengancam keselamatan perawat dan pasien. Penahanan yang awalnya cuma 24 jam diperpanjang menjadi 7 hari. Namun yang lebih parah, Sawyer kemudian mendapati bahwa salah satu perawat ternyata adalah stalker-nya dulu. Kontradiktifnya, perawat ini (Joshua Leonard) dinilai oleh rekan-rekannya sebagai pekerja yang tekun. Sawyer sekarang punya dua masalah: (1) tak bisa kemana-mana dari rumah sakit jiwa, dan (2) terjebak bersama stalker-nya.
Apakah yang dilihat Saywer ini benar begitu atau jangan-jangan stalker tersebut cuma delusinya saja? Film bermain tarik-ulur dengan premis ini, dan Claire Foy tampil brilian lewat karakternya. Ia sukses membawakan karakter yang cerdas tapi juga histeris dan mungkin punya tendensi delusional. Kita tak pernah yakin apakah yang dilihatnya itu benar atau tidak, tapi kita percaya dengan setiap tindakannya. Ada waktu dimana karakter seharusnya berbuat benar, tapi tak dilakukan supaya filmnya tidak langsung beres. Namun dalam Unsane, karakter Claire Foy selalu melakukan tindakan yang benar: ia mencoba menghubungi polisi atau meminta bantuan kepada ibunya.
Faktanya, setidaknya sampai paruh terakhir, Unsane berjalan dengan padat dan efektif. Skrip Jonathan Bernstein & James Greer punya beberapa skenario yang cukup mengejutkan. Nah, rupanya mereka tak ingin kita berlarut-larut tenggelam dalam ambiguitas, sebab film punya resolusi pasti mengenai keadaan mental Sawyer. Saya sebetulnya tak begitu masalah dengan hal ini. Namun saat film memilih berpijak pada realita, kita sewajarnya menaikkan sedikit level suspension of disbelief. Sedangkan Unsane ditutup dengan beberapa hal-hal absurd dan lubang plot yang kentara jika ditinjau dalam konteks realita.
Jadi, plot barangkali cuma merupakan mekanika bagi Soderbergh untuk memamerkan keterampilan filmmaking-nya, mencoba memanfaatkan fleksibilitas smartphone untuk memberikan efek yang spesifik. Bujet film ini kabarnya cuma $1,2 juta saja, sama dengan film pertamanya yang eksperimental, Sex, Lies, and Videotapes yang memenangkan Palme d'Or Cannes hampir tiga dekade yang lalu. Jika ini adalah eksperimen dari sutradara yang memang dikenal suka bereksperimen dengan visual, maka ia sukses. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Box Office, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
'Ocean's 8' dan 'Hereditary' tampil cemerlang di Amerika, sementara 'Jurassic World: Fallen Kingdom' mengaum lumayan kencang di pasar internasional. Berikut rekap box office minggu ini.
Setelah sukses mencuri berlian termahal di dunia, tim Ocean's 8 lanjut membobol kocek penonton. Buktinya, film yang dibintangi oleh Sandra Bullock, Cate Blanchett, dkk ini berhasil memperoleh debut yang sangat solid, yaitu $41,6 juta. Dibuat dengan bujet $70 juta, debut ini terbilang sangat bagus, apalagi jika dibandingkan dengan semua film dari trilogi Ocean's-nya Steven Soderbergh. Sori Danny Ocean, debut Debbie lebih besar dibanding semua film-filmmu. CinemaScore yang diberikan penonton juga lumayan, yakni "B+".
Di luar Amerika, Ocean's 8 baru tayang di 16 negara dengan perolehan $12,2 juta. Penyumbang terbesar adalah Australia ($4,7 juta), Meksiko ($2,6 juta), dan Brazil ($1,7 juta). Jika ditotal, berarti debut globalnya adalah $53,8 juta.
Ocean's 8 boleh saja jadi jawara, namun prediket film paling sensasional minggu ini menjadi milik film horor dari studio A24, Hereditary. Meski cuma masuk di posisi empat, tapi debutnya yang $13,6 juta dinilai menghancurkan prediksi industri. Debut ini merupakan debut tertinggi bagi A24 sejauh ini, menggeser The Witch yang mendapat $8,8 juta dua tahun lalu. Kritikus rata-rata memujinya sebagai film terbaik tahun ini, tapi menariknya, penonton malah jijik. Saya tak melebih-lebihkan; CinemaScore yang didapatnya cuma "D+", lebih buruk dari "C-"-nya The Witch.
Walau harus turun ke posisi kedua, untungnya penurunan Solo: A Star Wars Story tak seadrastis minggu lalu. Kendati demikian, penurunannya (46,4%) masih merupakan yang paling tinggi di antara semua film di 5 besar. Perolehan $15,7 juta minggu ini mengangkat total pendapatannya domestiknya ke angka $176,7 juta. Yap, masih panjang jalannya untuk menanggalkan prediket film Star Wars terburuk, sebab target yang harus dilewati adalah $209,4 juta-nya The Empire Strikes Back.
Di luar Amerika, Solo juga masih merayap perlahan. Tambahan $11,3 juta dari 54 negara baru mengantarkannya ke $312,2 juta. Mencapai angka $500 sepertinya mustahil.
Deadpool 2 mendapat tambahan $14,2 juta, sehingga total pendapatan domestiknya menjadi $279,1 juta. Sementara itu, tambahan $18,5 juta dari 79 negara menggenapkan total pendapatan globalnya menjadi $655,1 juta.
Dalam sebuah kebetulan, total pendapatan Avengers: Infinity War rupanya juga segitu. Bedanya, $655,1 jutaInfinity War baru berasal dari Amerika saja (berkat tambahan $7,2 juta minggu ini). Secara global, ia semakin mendekati angka $2 miliar, sebab tambahan $10,9 juta minggu ini dari 51 negara mendongkrak pendapatannya hingga $1,998 miliar.
Yang bernasib paling buruk minggu ini adalah Hotel Artemis. Film kriminal yang dibintangi Jodie Foster ini tak mampu masuk lima besar karena debutnya cuma $3,2 juta. Selain itu, penonton juga cuma memberikannya CinemaScore "C-".
Tayang dua minggu lebih awal dari Amerika, Jurassic World: Fallen Kingdom telah meraup $151,1 juta dari 48 negara. Angka terbesar berasal dari Korea ($27,2 juta), UK ($19,9 juta), dan Prancis ($10 juta). Namun rekor tersebut akan dipecahkan oleh Cina yang diprediksi mengumpulkan $100 juta lebih minggu depan.
'Ocean's 8' dan 'Hereditary' tampil cemerlang di Amerika, sementara 'Jurassic World: Fallen Kingdom' mengaum lumayan kencang di pasar internasional. Berikut rekap box office minggu ini.
Setelah sukses mencuri berlian termahal di dunia, tim Ocean's 8 lanjut membobol kocek penonton. Buktinya, film yang dibintangi oleh Sandra Bullock, Cate Blanchett, dkk ini berhasil memperoleh debut yang sangat solid, yaitu $41,6 juta. Dibuat dengan bujet $70 juta, debut ini terbilang sangat bagus, apalagi jika dibandingkan dengan semua film dari trilogi Ocean's-nya Steven Soderbergh. Sori Danny Ocean, debut Debbie lebih besar dibanding semua film-filmmu. CinemaScore yang diberikan penonton juga lumayan, yakni "B+".
Di luar Amerika, Ocean's 8 baru tayang di 16 negara dengan perolehan $12,2 juta. Penyumbang terbesar adalah Australia ($4,7 juta), Meksiko ($2,6 juta), dan Brazil ($1,7 juta). Jika ditotal, berarti debut globalnya adalah $53,8 juta.
Ocean's 8 boleh saja jadi jawara, namun prediket film paling sensasional minggu ini menjadi milik film horor dari studio A24, Hereditary. Meski cuma masuk di posisi empat, tapi debutnya yang $13,6 juta dinilai menghancurkan prediksi industri. Debut ini merupakan debut tertinggi bagi A24 sejauh ini, menggeser The Witch yang mendapat $8,8 juta dua tahun lalu. Kritikus rata-rata memujinya sebagai film terbaik tahun ini, tapi menariknya, penonton malah jijik. Saya tak melebih-lebihkan; CinemaScore yang didapatnya cuma "D+", lebih buruk dari "C-"-nya The Witch.
Walau harus turun ke posisi kedua, untungnya penurunan Solo: A Star Wars Story tak seadrastis minggu lalu. Kendati demikian, penurunannya (46,4%) masih merupakan yang paling tinggi di antara semua film di 5 besar. Perolehan $15,7 juta minggu ini mengangkat total pendapatannya domestiknya ke angka $176,7 juta. Yap, masih panjang jalannya untuk menanggalkan prediket film Star Wars terburuk, sebab target yang harus dilewati adalah $209,4 juta-nya The Empire Strikes Back.
Di luar Amerika, Solo juga masih merayap perlahan. Tambahan $11,3 juta dari 54 negara baru mengantarkannya ke $312,2 juta. Mencapai angka $500 sepertinya mustahil.
Deadpool 2 mendapat tambahan $14,2 juta, sehingga total pendapatan domestiknya menjadi $279,1 juta. Sementara itu, tambahan $18,5 juta dari 79 negara menggenapkan total pendapatan globalnya menjadi $655,1 juta.
Dalam sebuah kebetulan, total pendapatan Avengers: Infinity War rupanya juga segitu. Bedanya, $655,1 jutaInfinity War baru berasal dari Amerika saja (berkat tambahan $7,2 juta minggu ini). Secara global, ia semakin mendekati angka $2 miliar, sebab tambahan $10,9 juta minggu ini dari 51 negara mendongkrak pendapatannya hingga $1,998 miliar.
Yang bernasib paling buruk minggu ini adalah Hotel Artemis. Film kriminal yang dibintangi Jodie Foster ini tak mampu masuk lima besar karena debutnya cuma $3,2 juta. Selain itu, penonton juga cuma memberikannya CinemaScore "C-".
Tayang dua minggu lebih awal dari Amerika, Jurassic World: Fallen Kingdom telah meraup $151,1 juta dari 48 negara. Angka terbesar berasal dari Korea ($27,2 juta), UK ($19,9 juta), dan Prancis ($10 juta). Namun rekor tersebut akan dipecahkan oleh Cina yang diprediksi mengumpulkan $100 juta lebih minggu depan.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Usai pertama bertemu di franchise ‘Fast and Furious’, Gal Gadot siap bereuni dengan Dwayne Johnson di ‘Red Notice’.
Usai pertama bertemu di franchise Fast and Furious, Gal Gadot siap bereuni dengan Dwayne Johnson di Red Notice. Diproduksi Universal bersama Legendary, film action komedi ini mengisahkan agen Interpol yang berkeliling dunia untuk memburu art thief terhebat sepanjang sejarah. Johnson dikonfirmasi siap beraksi sebagai sang agen, sedangkan si art thief belum diketahui pemerannya. Mungkin akan lebih menarik jika karakter villain tersebut diperankan aktris Wonder Woman. Sayangnya, belum ada detail lebih lanjut dari Variety terkait peran Gadot di Red Notice.
Film ini sendiri menandai reuni Johnson dengan sutradara Rawson Marshall Thurber, usai sebelumnya mereka berkolaborasi diCentral Intelligencedan Skyscraper. Red Notice kabarnya akan menelan budget sebesar $125 juta, dan studio akan mencari bintang ternama untuk didapuk sebagai pemeran art thief buruan karakter Johnson. Dengan naskah yang juga ditulis Rawson, Red Notice ditargetkan akan syuting awal 2019 mendatang.
Selama terlibat di franchise Fast and Furious, Gadot dan Johnson tercatat telah bertemu tiga kali mulai dari seri kelima hingga seri ketujuh. Gadot sendiri baru saja menikmati hasil jerih payahnya untuk menghidupkan Wonder Woman, setelah film solo perdana superhero perempuan DC ini sukses besar secara kritikal dan finansial pada 2017. Kini Gadot tengah menjalani syuting Wonder Woman 2 yang dijadwalkan tayang November 2019.
Di lain pihak, Johnson yang karirnya makin moncer setelah mengantarkan Jumanjimenjadi kuda hitam di box office, saat ini sedang bersiap menjalani syuting film spin-off Fast and Furious yang siap meluncur Agustus 2019. Aktor dengan segudang proyek film action ini juga akan bermain sebagai karakter DC lewat film solo Black Adam, yang belum menentukan tanggal rilis.
Usai pertama bertemu di franchise ‘Fast and Furious’, Gal Gadot siap bereuni dengan Dwayne Johnson di ‘Red Notice’.
Usai pertama bertemu di franchise Fast and Furious, Gal Gadot siap bereuni dengan Dwayne Johnson di Red Notice. Diproduksi Universal bersama Legendary, film action komedi ini mengisahkan agen Interpol yang berkeliling dunia untuk memburu art thief terhebat sepanjang sejarah. Johnson dikonfirmasi siap beraksi sebagai sang agen, sedangkan si art thief belum diketahui pemerannya. Mungkin akan lebih menarik jika karakter villain tersebut diperankan aktris Wonder Woman. Sayangnya, belum ada detail lebih lanjut dari Variety terkait peran Gadot di Red Notice.
Film ini sendiri menandai reuni Johnson dengan sutradara Rawson Marshall Thurber, usai sebelumnya mereka berkolaborasi diCentral Intelligencedan Skyscraper. Red Notice kabarnya akan menelan budget sebesar $125 juta, dan studio akan mencari bintang ternama untuk didapuk sebagai pemeran art thief buruan karakter Johnson. Dengan naskah yang juga ditulis Rawson, Red Notice ditargetkan akan syuting awal 2019 mendatang.
Selama terlibat di franchise Fast and Furious, Gadot dan Johnson tercatat telah bertemu tiga kali mulai dari seri kelima hingga seri ketujuh. Gadot sendiri baru saja menikmati hasil jerih payahnya untuk menghidupkan Wonder Woman, setelah film solo perdana superhero perempuan DC ini sukses besar secara kritikal dan finansial pada 2017. Kini Gadot tengah menjalani syuting Wonder Woman 2 yang dijadwalkan tayang November 2019.
Di lain pihak, Johnson yang karirnya makin moncer setelah mengantarkan Jumanjimenjadi kuda hitam di box office, saat ini sedang bersiap menjalani syuting film spin-off Fast and Furious yang siap meluncur Agustus 2019. Aktor dengan segudang proyek film action ini juga akan bermain sebagai karakter DC lewat film solo Black Adam, yang belum menentukan tanggal rilis.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Kevin Feige sang arsitek MCU angkat bicara soal potensi bergabungnya Fantastic Four dan X-Men.
Akuisisi yang dilakukan Disney terhadap 20th Century Fox kontan membuat fans film superhero girang. Bagaimana tidak, setelah sekian lama menunggu, akhirnya Fantastic Four dan X-Men – dua franchise milik Fox – punya peluang besar untuk bergabung dengan Marvel Cinematic Universe, dan bertemu dengan The Avengers. Kini Kevin Feige sang arsitek MCU angkat bicara soal potensi bergabungnya kedua tim superhero, ketika ia menghadiri sebuah event.
Satu suara dengan para fans, Feige akan senang jika bisa memasukkan Fantastic Four dan X-Men ke MCU. Namun untuk melakukan langkah besar tersebut, Feige butuh izin dari studio, yang dalam hal ini adalah Disney, pemiik Marvel Studios. Karena itulah, Feige mengatakan,”saat ini saya sedang menunggu panggilan telepon untuk jawaban iya atau tidak (memasukkan Fantastic Four dan X-Men ke MCU.”
Untuk diketahui, proses akuisisi Disney terhadap Fox hingga kini masih berjalan, dan baru akan selesai pada musim panas 2019. Namun di tengah upaya Disney untuk membeli properti film dan TV milik Fox ini, muncul kejutan yang berpotensi mengkandaskan impian fans melihat Fantastic Four dan X-Men satu universe dengan The Avengers. Pasalnya, laporan terbaru menyebut, Comcast – perusahaan pemilik Universal Pictures – mengajukan penawaran yang dinilai lebih baik dibanding Disney untuk mengakuisisi Fox. Alhasil, selama proses akuisisi yang dijalani Disney belum rampung, kans Fantastic Four dan X-Men masuk MCU bisa dibilang masih menggantung.
Kevin Feige sang arsitek MCU angkat bicara soal potensi bergabungnya Fantastic Four dan X-Men.
Akuisisi yang dilakukan Disney terhadap 20th Century Fox kontan membuat fans film superhero girang. Bagaimana tidak, setelah sekian lama menunggu, akhirnya Fantastic Four dan X-Men – dua franchise milik Fox – punya peluang besar untuk bergabung dengan Marvel Cinematic Universe, dan bertemu dengan The Avengers. Kini Kevin Feige sang arsitek MCU angkat bicara soal potensi bergabungnya kedua tim superhero, ketika ia menghadiri sebuah event.
Satu suara dengan para fans, Feige akan senang jika bisa memasukkan Fantastic Four dan X-Men ke MCU. Namun untuk melakukan langkah besar tersebut, Feige butuh izin dari studio, yang dalam hal ini adalah Disney, pemiik Marvel Studios. Karena itulah, Feige mengatakan,”saat ini saya sedang menunggu panggilan telepon untuk jawaban iya atau tidak (memasukkan Fantastic Four dan X-Men ke MCU.”
Untuk diketahui, proses akuisisi Disney terhadap Fox hingga kini masih berjalan, dan baru akan selesai pada musim panas 2019. Namun di tengah upaya Disney untuk membeli properti film dan TV milik Fox ini, muncul kejutan yang berpotensi mengkandaskan impian fans melihat Fantastic Four dan X-Men satu universe dengan The Avengers. Pasalnya, laporan terbaru menyebut, Comcast – perusahaan pemilik Universal Pictures – mengajukan penawaran yang dinilai lebih baik dibanding Disney untuk mengakuisisi Fox. Alhasil, selama proses akuisisi yang dijalani Disney belum rampung, kans Fantastic Four dan X-Men masuk MCU bisa dibilang masih menggantung.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Sineas Matthew Vaughn tampaknya punya ambisi besar untuk mengekspansi ‘Kick-Ass’ dan ‘Kingsman’, seiring ia berencana membuat sekuel, spin-off, reboot hingga serial televisi untuk dua franchise yang diadaptasi dari komik Mark Millar.
Sineas Matthew Vaughn tampaknya punya ambisi besar untuk mengekspansi Kick-Ass dan Kingsman, seiring ia berencana membuat sekuel, spin-off, reboot hingga serial televisi untuk dua franchise yang diadaptasi dari komik Mark Millar.
Berbincang dengan Empire, Vaughn mengakui saat ini ia tengah mengembangkan reboot Kick-Ass dengan karakter utama Patience Lee, seorang single mother keturunan Afrika-Amerika yang beraksi menjadi vigilante. FYI, film pertama Kick-Ass (2010) yang disutradarai Vaughn dinilai menghembuskan angin segar terhadap genre superhero, berkat pendekatan filmnya yang enerjik tapi juga brutal. Sayangnya,Kick-Ass 2 yang digarap Jeff Wadlow menuai respon tak sehangat karya Vaughn.
Lebih dari itu, Vaughn juga mengakui pihaknya sedang mendiskusikan film solo Mindy Macready alias Hit-Girl, karakter pendukung di Kick-Ass yang mencuri perhatian. Terkait potensi cerita, spin-off Hit-Girl bisa berfokus pada masa kecil Mindy dan pertumbuhannya bersama Big Daddy, atau saat vigilante berkostum ungu ini telah beranjak dewasa. Vaughn sendiri belum mengkonfirmasi apakah spin-off ini kembali dibintangi Chloe Moretz dan Nicholas Cage, yang sebelumnya memerankan Hit-Girl dan Big Daddy di dua film Kick-Ass terdahulu.
Setelah Kick-Ass, Vaughn kemudian membahas rencana besarnya untuk franchise Kingsman, yang sejauh ini telah menelurkan dua film dengan akumulasi pendapatan tak kurang dari $800 juta. Vaughn menyatakan akan membuat Kingsman 3 yang akan menuntaskan kisah hubungan Harry Hart dan Eggsy. Tak hanya itu, Vaughn ingin menghadirkan spin-off berjudul Kingsman: The Great Game yang rencananya akan ia garap secara marathon dengan Kingsman 3. Adapun spin-off ini akan menyoroti sepak terjang organisasi mata-mata Kingsman di awal tahun 1900-an. Dan lebih jauh lagi, Vaughn juga membeberkan rencananya untuk membuat serial Kingsman berdurasi total delapan jam. Serta membuat film agen rahasia Amerika Statesman, usai mereka diperkenalkan di Kingsman: The Golden Circle.
Sebelumnya, Vaughn pernah bercerita bahwa ia sempat berunding dengan pihak Warner Bros. terkait potensi menyutradarai film DC, yang disinyalir adalah Man of Steel 2. Sayangnya, Vaughn belum memberi keterangan lebih lanjut soal hasil diskusi film DC ini, dan ia juga belum memastikan film apa yang akan digarapnya setelah merilis Kingsman: The Golden Circle pada 2017 lalu.
Sineas Matthew Vaughn tampaknya punya ambisi besar untuk mengekspansi ‘Kick-Ass’ dan ‘Kingsman’, seiring ia berencana membuat sekuel, spin-off, reboot hingga serial televisi untuk dua franchise yang diadaptasi dari komik Mark Millar.
Sineas Matthew Vaughn tampaknya punya ambisi besar untuk mengekspansi Kick-Ass dan Kingsman, seiring ia berencana membuat sekuel, spin-off, reboot hingga serial televisi untuk dua franchise yang diadaptasi dari komik Mark Millar.
Berbincang dengan Empire, Vaughn mengakui saat ini ia tengah mengembangkan reboot Kick-Ass dengan karakter utama Patience Lee, seorang single mother keturunan Afrika-Amerika yang beraksi menjadi vigilante. FYI, film pertama Kick-Ass (2010) yang disutradarai Vaughn dinilai menghembuskan angin segar terhadap genre superhero, berkat pendekatan filmnya yang enerjik tapi juga brutal. Sayangnya,Kick-Ass 2 yang digarap Jeff Wadlow menuai respon tak sehangat karya Vaughn.
Lebih dari itu, Vaughn juga mengakui pihaknya sedang mendiskusikan film solo Mindy Macready alias Hit-Girl, karakter pendukung di Kick-Ass yang mencuri perhatian. Terkait potensi cerita, spin-off Hit-Girl bisa berfokus pada masa kecil Mindy dan pertumbuhannya bersama Big Daddy, atau saat vigilante berkostum ungu ini telah beranjak dewasa. Vaughn sendiri belum mengkonfirmasi apakah spin-off ini kembali dibintangi Chloe Moretz dan Nicholas Cage, yang sebelumnya memerankan Hit-Girl dan Big Daddy di dua film Kick-Ass terdahulu.
Setelah Kick-Ass, Vaughn kemudian membahas rencana besarnya untuk franchise Kingsman, yang sejauh ini telah menelurkan dua film dengan akumulasi pendapatan tak kurang dari $800 juta. Vaughn menyatakan akan membuat Kingsman 3 yang akan menuntaskan kisah hubungan Harry Hart dan Eggsy. Tak hanya itu, Vaughn ingin menghadirkan spin-off berjudul Kingsman: The Great Game yang rencananya akan ia garap secara marathon dengan Kingsman 3. Adapun spin-off ini akan menyoroti sepak terjang organisasi mata-mata Kingsman di awal tahun 1900-an. Dan lebih jauh lagi, Vaughn juga membeberkan rencananya untuk membuat serial Kingsman berdurasi total delapan jam. Serta membuat film agen rahasia Amerika Statesman, usai mereka diperkenalkan di Kingsman: The Golden Circle.
Sebelumnya, Vaughn pernah bercerita bahwa ia sempat berunding dengan pihak Warner Bros. terkait potensi menyutradarai film DC, yang disinyalir adalah Man of Steel 2. Sayangnya, Vaughn belum memberi keterangan lebih lanjut soal hasil diskusi film DC ini, dan ia juga belum memastikan film apa yang akan digarapnya setelah merilis Kingsman: The Golden Circle pada 2017 lalu.
A heist movie is a movie about heist. Sementara 'Ocean's 8' tak punya cukup pengalihan dan kelihaian yang dibutuhkan.
“A him gets noticed. A her gets ignored. For once, we want to be ignored.” — Debbie Ocean
Rating UP: Lewat Ocean's Eleven dan dua sekuelnya, Steven Soderbergh tak hanya membuat perbuatan kriminal terlihat keren (astaghfirullohaladzim), tapi juga menciptakan kesan bahwa bikin film heist itu gampang; yang dibutuhkan cuma segambreng karisma bintang dan sejumput gaya. Nah, Ocean's 8 punya itu. Namun itu tak otomatis menjadikannya film heist yang seru. A heist movie is a movie about heist. Sementara Ocean's 8 tak punya cukup pengalihan dan kelihaian yang dibutuhkan.
Meski demikian, nyaris mustahil untuk tak terhibur menyaksikan deretan pemain dengan level seperti ini dalam satu film. Film ini punya metodologi yang sama dengan trilogi Ocean's-nya Soderbergh, hanya saja semua pencuri kita sekarang adalah wanita. Semua pemain yang tepat sudah berkumpul. Mereka punya sumber daya yang memadai. Mereka punya rencana. Dan sungguh rencana yang lebih dari matang, sebab semua berjalan terlalu mulus untuk kita pedulikan. Timing-nya begitu sempurna, dan keberuntungan mereka begitu bagus.
Targetnya adalah kalung mewah seharga $150 juta yang disimpan di brankas yang aman selama bertahun-tahun. Kalung ini direncanakan nangkring di leher seorang aktris terkenal dalam Met Gala, acara amal tahunan yang lebih mirip arisan sosialita karena diramaikan dengan lusinan selebritis yang berpakaian glamor. Masalahnya, arisan ini adalah arisan dengan pengamanan paling ketat sedunia.
Ini tentu bukan halangan bagi Debbie Ocean (Sandra Bullock), sebab ia adalah saudari Danny Ocean, pimpinan tim pencuri di trilogi Ocean's yang dulu diperankan oleh George Clooney. Bahkan, sebetulnya rencana ini sudah dibangun Debbie dalam 5 tahun, selama ia dipenjara. Setelah berhasil meyakinkan semua orang bahwa ia sudah berhenti dengan aksi pencurian dan akan hidup dengan lurus, Debbie mengumpulkan timnya yang terdiri dari:
Dirinya sendiri sebagai ketua tim.
Lou (Cate Blanchett), sobat lama Debbie yang (kemungkinan) dulu pernah beraksi bersama.
Rose Weil (Helena Bonham Carter), desainer fashion yang ketenarannya sudah tertinggal jauh di masa lalu.
Amita (Mindy Kalling), pakar perhiasan yang getol disuruh emaknya untuk kawin.
Nine Ball (Rihanna), hacker jenius yang suka merokok ganja.
Tammy (Sarah Paulson), ibu rumah tangga yang bekerja sampingan sebagai penadah dan penyalur barang gelap.
Constance (Awkwafina), pencopet dan penipu jalanan yang ulung.
Anda pasti sudah selesai menghitung, lalu menyadari satu hal: mana anggota ke-8? Orang tersebut adalah Daphne Kluger (Anna Hathaway), aktris yang tak menyadari semua rencana pencurian ini. Target tim Ocean adalah mencuri kalung mewah tadi langsung dari leher Daphne, tak peduli dengan keberadaan puluhan kamera pengawas, satpam yang adalah mantan agen khusus, bahkan kalungnya sendiri yang punya kunci magnetik.
Menghandel karakter sebanyak ini lewat satu film, tentu saja mengharuskan mereka diberi sorotan secara bergantian. Pesona tim ini tak kalah dengan rival pria mereka di trilogi Ocean's, meski chemistry mereka tak seasyik itu. Bullock dan Blanchett mencolok cukup dengan muncul di layar; apapun yang mereka lakukan cukup untuk membuat kita terpikat. Namun yang paling bersenang-senang mungkin adalah Hathaway. Ia bermain sebagai seleb yang lebay dan labil, seolah mengolok hakikat seleb itu sendiri; seleb dengan ke-seleb-an paripurna. Penampilannya bagus, sebab tidak mendistraksi film.
Proses perencanaan pencurian rasanya lumayan lama, mengingat durasi film yang mencapai 2 jam sementara eksekusinya tak ribet-ribet amat. Tapi kalau saya ingat-ingat lagi, tak ada bagian ini yang berkesan. Padahal kan itu bisa menjadi modal suspens bagi penonton; kita dapat mengantisipasi apa yang mereka lakukan atau dibuat terkejut saat yang terjadi berjalan tak sesuai dengan yang kita ekspektasikan. Kita tak bisa diharapkan sekonyong-konyong terkejut kalau film tak membangun momen untuk itu.
Oleh karena itu, struktur film jadi terasa ganjil dengan kemunculan James Corden sebagai investigator asuransi pasca eksekusi pencurian. Corden bukan cameo, karena cameo adalah saat kita melihat Katie Holmes, Heidi Klum, dll di Met Gala. Ini barangkali adalah improvisasi dari Gary Ross yang menulis skrip bersama Olivia Milch. Ross juga menjadi sutradara, dan ia memakai trik khas franchise Ocean's: potongan gambar yang gesit serta musik latar yang nge-jazz. Namun Ross bukan Soderbergh. Improvisasinya tidak sehalus dan seenerjik Soderbergh yang membuat kita mengangguk-anggukkan kepala meski kita tahu apa yang sedang terjadi sebetulnya menggelikan dan bertentangan dengan plausibilitas dunia nyata.
Tak semua film heist harus punya detail yang ekstensif. Ada banyak film heist lain yang lebih cerdas. Namun, trilogi Ocean's pada dasarnya memang bukan soal heist, melainkan tentang bagaimana elegannya sebuah heist dilakukan. Meski begitu, bukan berarti heist-nya sendiri tak serta-merta menawarkan ketiadaan keseruan atau stakes. Apa yang dilakukan tim Ocean's 8 terlalu mudah, membuat kita berharap untuk sesuatu yang lebih. Mereka tampaknya menarik, cerdik, dan asyik. Saya yakin mereka bisa menunaikan misi yang lebih berat. ■UP
A heist movie is a movie about heist. Sementara 'Ocean's 8' tak punya cukup pengalihan dan kelihaian yang dibutuhkan.
“A him gets noticed. A her gets ignored. For once, we want to be ignored.” — Debbie Ocean
Rating UP: Lewat Ocean's Eleven dan dua sekuelnya, Steven Soderbergh tak hanya membuat perbuatan kriminal terlihat keren (astaghfirullohaladzim), tapi juga menciptakan kesan bahwa bikin film heist itu gampang; yang dibutuhkan cuma segambreng karisma bintang dan sejumput gaya. Nah, Ocean's 8 punya itu. Namun itu tak otomatis menjadikannya film heist yang seru. A heist movie is a movie about heist. Sementara Ocean's 8 tak punya cukup pengalihan dan kelihaian yang dibutuhkan.
Meski demikian, nyaris mustahil untuk tak terhibur menyaksikan deretan pemain dengan level seperti ini dalam satu film. Film ini punya metodologi yang sama dengan trilogi Ocean's-nya Soderbergh, hanya saja semua pencuri kita sekarang adalah wanita. Semua pemain yang tepat sudah berkumpul. Mereka punya sumber daya yang memadai. Mereka punya rencana. Dan sungguh rencana yang lebih dari matang, sebab semua berjalan terlalu mulus untuk kita pedulikan. Timing-nya begitu sempurna, dan keberuntungan mereka begitu bagus.
Targetnya adalah kalung mewah seharga $150 juta yang disimpan di brankas yang aman selama bertahun-tahun. Kalung ini direncanakan nangkring di leher seorang aktris terkenal dalam Met Gala, acara amal tahunan yang lebih mirip arisan sosialita karena diramaikan dengan lusinan selebritis yang berpakaian glamor. Masalahnya, arisan ini adalah arisan dengan pengamanan paling ketat sedunia.
Ini tentu bukan halangan bagi Debbie Ocean (Sandra Bullock), sebab ia adalah saudari Danny Ocean, pimpinan tim pencuri di trilogi Ocean's yang dulu diperankan oleh George Clooney. Bahkan, sebetulnya rencana ini sudah dibangun Debbie dalam 5 tahun, selama ia dipenjara. Setelah berhasil meyakinkan semua orang bahwa ia sudah berhenti dengan aksi pencurian dan akan hidup dengan lurus, Debbie mengumpulkan timnya yang terdiri dari:
Dirinya sendiri sebagai ketua tim.
Lou (Cate Blanchett), sobat lama Debbie yang (kemungkinan) dulu pernah beraksi bersama.
Rose Weil (Helena Bonham Carter), desainer fashion yang ketenarannya sudah tertinggal jauh di masa lalu.
Amita (Mindy Kalling), pakar perhiasan yang getol disuruh emaknya untuk kawin.
Nine Ball (Rihanna), hacker jenius yang suka merokok ganja.
Tammy (Sarah Paulson), ibu rumah tangga yang bekerja sampingan sebagai penadah dan penyalur barang gelap.
Constance (Awkwafina), pencopet dan penipu jalanan yang ulung.
Anda pasti sudah selesai menghitung, lalu menyadari satu hal: mana anggota ke-8? Orang tersebut adalah Daphne Kluger (Anna Hathaway), aktris yang tak menyadari semua rencana pencurian ini. Target tim Ocean adalah mencuri kalung mewah tadi langsung dari leher Daphne, tak peduli dengan keberadaan puluhan kamera pengawas, satpam yang adalah mantan agen khusus, bahkan kalungnya sendiri yang punya kunci magnetik.
Menghandel karakter sebanyak ini lewat satu film, tentu saja mengharuskan mereka diberi sorotan secara bergantian. Pesona tim ini tak kalah dengan rival pria mereka di trilogi Ocean's, meski chemistry mereka tak seasyik itu. Bullock dan Blanchett mencolok cukup dengan muncul di layar; apapun yang mereka lakukan cukup untuk membuat kita terpikat. Namun yang paling bersenang-senang mungkin adalah Hathaway. Ia bermain sebagai seleb yang lebay dan labil, seolah mengolok hakikat seleb itu sendiri; seleb dengan ke-seleb-an paripurna. Penampilannya bagus, sebab tidak mendistraksi film.
Proses perencanaan pencurian rasanya lumayan lama, mengingat durasi film yang mencapai 2 jam sementara eksekusinya tak ribet-ribet amat. Tapi kalau saya ingat-ingat lagi, tak ada bagian ini yang berkesan. Padahal kan itu bisa menjadi modal suspens bagi penonton; kita dapat mengantisipasi apa yang mereka lakukan atau dibuat terkejut saat yang terjadi berjalan tak sesuai dengan yang kita ekspektasikan. Kita tak bisa diharapkan sekonyong-konyong terkejut kalau film tak membangun momen untuk itu.
Oleh karena itu, struktur film jadi terasa ganjil dengan kemunculan James Corden sebagai investigator asuransi pasca eksekusi pencurian. Corden bukan cameo, karena cameo adalah saat kita melihat Katie Holmes, Heidi Klum, dll di Met Gala. Ini barangkali adalah improvisasi dari Gary Ross yang menulis skrip bersama Olivia Milch. Ross juga menjadi sutradara, dan ia memakai trik khas franchise Ocean's: potongan gambar yang gesit serta musik latar yang nge-jazz. Namun Ross bukan Soderbergh. Improvisasinya tidak sehalus dan seenerjik Soderbergh yang membuat kita mengangguk-anggukkan kepala meski kita tahu apa yang sedang terjadi sebetulnya menggelikan dan bertentangan dengan plausibilitas dunia nyata.
Tak semua film heist harus punya detail yang ekstensif. Ada banyak film heist lain yang lebih cerdas. Namun, trilogi Ocean's pada dasarnya memang bukan soal heist, melainkan tentang bagaimana elegannya sebuah heist dilakukan. Meski begitu, bukan berarti heist-nya sendiri tak serta-merta menawarkan ketiadaan keseruan atau stakes. Apa yang dilakukan tim Ocean's 8 terlalu mudah, membuat kita berharap untuk sesuatu yang lebih. Mereka tampaknya menarik, cerdik, dan asyik. Saya yakin mereka bisa menunaikan misi yang lebih berat. ■UP