- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Penulis skrip Cheo Hodari Coker mensinyalkan, ‘Creed 2’ nantinya tak hanya berkutat pada perjuangan dramatis sang petinju untuk menumbangkan lawannya di atas ring.
Bicara soal film olahraga, selalu ada cerita menarik lain di balik siapa yang menang dan siapa yang kalah. Hal serupa juga siap disajikan Creed 2, yang nantinya tak hanya berkutat pada perjuangan dramatis sang petinju untuk menumbangkan lawannya di atas ring. Sebagaimana yang dilansir SlashFilm, penulis skrip Cheo Hodari Coker mengakui sekuel ini juga akan menyoroti dinamika hubungan antara dua petinju Adonis Creed (Michael B. Jordan) dan putra Ivan Drago (Florian Munteanu).
Menariknya lagi, Coker mengungkapkan sekuel ini bercerita tentang anak-anak yang menanggung beban akibat “dihantui” ayah mereka. Meski kenyataannya Drago (petinju dari franchise lawas Rocky) masih hidup, namun ia adalah pria yang terpuruk dan ingin memperbaiki hidupnya dengan menjadikan sang putra petinju hebat. Sebaliknya, meski Apollo Creed (yang juga datang dari franchise Rocky) punya kehidupan yang mapan, namun kematiannya masih menghantui putranya, Adonis Creed, hingga membentuk kepribadiannya seperti sekarang.
Di luar itu, Coker menyatakan antusias bergabung di Creed 2, setelah ia menonton film pertama yang dibesut Ryan Coogler, dan menobatkan Creedsebagai salah satu film terbaik yang pernah ia tonton. “Creed adalah satu dari sekian film yang membuat pria macho menangis bisa dimaklumi. Jadi tentu saja kesempatan untuk terlibat di Creed 2 takkan saya sia-siakan. Dan ketika saya berkolaborasi dengan Sylvester Stallone untuk menggarap naskah, di saat itulah impian saya terwujud,” tutur Coker.
Dirilis pada 2015 silam, Creed sendiri merupakan spin-off dari franchise Rocky, dan ia dinilai sukses memperbarui franchise buatan Stallone dengan cara yang mengesankan. Dalam sekuel Creed nanti, Stallone kembali bermain sebagai Rocky Balboa, bersama pemain lama franchise Rocky, Dolph Lundgren, sebagai Ivan Drago. Menggantikan Coogler, kali ini ada Steven Caple yang memegang kemudi sutradara.
Penulis skrip Cheo Hodari Coker mensinyalkan, ‘Creed 2’ nantinya tak hanya berkutat pada perjuangan dramatis sang petinju untuk menumbangkan lawannya di atas ring.
Bicara soal film olahraga, selalu ada cerita menarik lain di balik siapa yang menang dan siapa yang kalah. Hal serupa juga siap disajikan Creed 2, yang nantinya tak hanya berkutat pada perjuangan dramatis sang petinju untuk menumbangkan lawannya di atas ring. Sebagaimana yang dilansir SlashFilm, penulis skrip Cheo Hodari Coker mengakui sekuel ini juga akan menyoroti dinamika hubungan antara dua petinju Adonis Creed (Michael B. Jordan) dan putra Ivan Drago (Florian Munteanu).
Menariknya lagi, Coker mengungkapkan sekuel ini bercerita tentang anak-anak yang menanggung beban akibat “dihantui” ayah mereka. Meski kenyataannya Drago (petinju dari franchise lawas Rocky) masih hidup, namun ia adalah pria yang terpuruk dan ingin memperbaiki hidupnya dengan menjadikan sang putra petinju hebat. Sebaliknya, meski Apollo Creed (yang juga datang dari franchise Rocky) punya kehidupan yang mapan, namun kematiannya masih menghantui putranya, Adonis Creed, hingga membentuk kepribadiannya seperti sekarang.
Di luar itu, Coker menyatakan antusias bergabung di Creed 2, setelah ia menonton film pertama yang dibesut Ryan Coogler, dan menobatkan Creedsebagai salah satu film terbaik yang pernah ia tonton. “Creed adalah satu dari sekian film yang membuat pria macho menangis bisa dimaklumi. Jadi tentu saja kesempatan untuk terlibat di Creed 2 takkan saya sia-siakan. Dan ketika saya berkolaborasi dengan Sylvester Stallone untuk menggarap naskah, di saat itulah impian saya terwujud,” tutur Coker.
Dirilis pada 2015 silam, Creed sendiri merupakan spin-off dari franchise Rocky, dan ia dinilai sukses memperbarui franchise buatan Stallone dengan cara yang mengesankan. Dalam sekuel Creed nanti, Stallone kembali bermain sebagai Rocky Balboa, bersama pemain lama franchise Rocky, Dolph Lundgren, sebagai Ivan Drago. Menggantikan Coogler, kali ini ada Steven Caple yang memegang kemudi sutradara.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Paramount kini fokus membuat film solo karakter robot 'Transformers', dengan berencana menghadirkan film Optimus Prime pasca ‘Bumblebee’ tayang.
Usai Transformers: The Last Knight tampil kurang menggembirakan di box office, Paramount seolah enggan membuat film Transformerslainnya yang berskala besar. Terbukti, sekuel The Last Knight yang sejatinya akan meluncur pada Juni 2019, telah dicoret dari jadwal rilis. Namun hal tersebut bukan berarti franchise adaptasi mainan Hasbro akan berakhir. Pasalnya, kini studio fokus membuat film solo karakter robot Transformers, dengan berencana menghadirkan film Optimus Prime pasca Bumblebee tayang.
Namun ada satu hal yang patut digarisbawahi dari film pemimpin Autobots. Kepada Entertainment Weekly, produser Lorenzo di Bonaventura mensinyalkan nasib film Optimus Prime akan bergantung pada performa film Bumblebee. Dengan kata lain, film Optimus Prime pasti akan dibuat jika Bumblebee sukses, dan juga sebaliknya. “Saya ingin membuatnya (film Optimus Prime). Filmnya akan sangat berbeda dari Bumblebee, namun tidak kalah menarik,”ujar Lorenzo, sembari memastikan proyek film Optimus Prime telah dikembangkan jauh sebelum The Last Knight dirilis.
Lorenzo pun juga bicara soal alasan perubahan strategi studio dari membuat film Transformers berskala besar ke yang lebih kecil seperti Bumblebee. Meski tak menjelaskan secara spesifik, Lorenzo mengisyaratkan sudah saatnya bagi franchise film miliaran dollar ini mengusung formula yang sepenuhnya baru, jika ingin terus memikat audiens.
Sementara itu, film Bumblebee mengisahkan Charlie Watson, gadis berusia 18 tahun yang bekerja sebagai ahli mesin sepulang sekolah, yang suatu hari menemukan si robot kuning di sebuah tempat di California. Hailee Steinfeld sang pemeran utama mengakui, spin-off Bumblebee akan lebih menonjolkan pengembangan karakter jika dibandingkan dengan film-film Transformers lainnya.
Disutradarai Travis Knight yang sukses denganKubo and the Two Strings, rencananya Bumblebee akan dirilis 21 Desember 2018.
Paramount kini fokus membuat film solo karakter robot 'Transformers', dengan berencana menghadirkan film Optimus Prime pasca ‘Bumblebee’ tayang.
Usai Transformers: The Last Knight tampil kurang menggembirakan di box office, Paramount seolah enggan membuat film Transformerslainnya yang berskala besar. Terbukti, sekuel The Last Knight yang sejatinya akan meluncur pada Juni 2019, telah dicoret dari jadwal rilis. Namun hal tersebut bukan berarti franchise adaptasi mainan Hasbro akan berakhir. Pasalnya, kini studio fokus membuat film solo karakter robot Transformers, dengan berencana menghadirkan film Optimus Prime pasca Bumblebee tayang.
Namun ada satu hal yang patut digarisbawahi dari film pemimpin Autobots. Kepada Entertainment Weekly, produser Lorenzo di Bonaventura mensinyalkan nasib film Optimus Prime akan bergantung pada performa film Bumblebee. Dengan kata lain, film Optimus Prime pasti akan dibuat jika Bumblebee sukses, dan juga sebaliknya. “Saya ingin membuatnya (film Optimus Prime). Filmnya akan sangat berbeda dari Bumblebee, namun tidak kalah menarik,”ujar Lorenzo, sembari memastikan proyek film Optimus Prime telah dikembangkan jauh sebelum The Last Knight dirilis.
Lorenzo pun juga bicara soal alasan perubahan strategi studio dari membuat film Transformers berskala besar ke yang lebih kecil seperti Bumblebee. Meski tak menjelaskan secara spesifik, Lorenzo mengisyaratkan sudah saatnya bagi franchise film miliaran dollar ini mengusung formula yang sepenuhnya baru, jika ingin terus memikat audiens.
Sementara itu, film Bumblebee mengisahkan Charlie Watson, gadis berusia 18 tahun yang bekerja sebagai ahli mesin sepulang sekolah, yang suatu hari menemukan si robot kuning di sebuah tempat di California. Hailee Steinfeld sang pemeran utama mengakui, spin-off Bumblebee akan lebih menonjolkan pengembangan karakter jika dibandingkan dengan film-film Transformers lainnya.
Disutradarai Travis Knight yang sukses denganKubo and the Two Strings, rencananya Bumblebee akan dirilis 21 Desember 2018.
'Incredibles 2' dengan mudahnya menjadi salah satu film superhero terbaik saat ini.
“Parenting, when done right, can be a heroic act.” — Edna Mode
Rating UP: Beberapa tahun sebelum dunia sinema diserbu film superhero, The Incredibles sudah hadir duluan sebagai film superhero yang tak cuma seru tapi juga relevan. Sekarang saat film superhero sudah hadir serutin cuitan Fadli Zon, Incredibles 2 dengan mudahnya menjadi salah satu dari beberapa film superhero terbaik. Oke, mungkin tidak seistimewa yang pertama, tapi hampir.
Sebelumnya, sutradara/penulis skrip The Incredibles, Brad Bird pernah bilang bahwa ia takkan membuat sekuel kalau tak punya cerita. Well, ia sekarang sudah punya cerita. Tak baru sih, makanya sensasi menontonnya tak segress dulu. Meski demikian, film ini juga bukan replay belaka. Idenya relatif masih sama, mengeskplorasi keseimbangan (atau malah ketidakseimbangan?) antara kehidupan keluarga dan kehidupan superhero, namun presentasinya segar dan sangat menghibur. Filmnya tak pernah terasa tumpul.
Kalau anda masih ingat, di akhir The Incredibles keluarga pahlawan kita membuktikan bahwa superhero memang sangat dibutuhkan oleh umat manusia. Namun ternyata ini baru wacana belaka, sebab di Incredibles 2, kehadiran mereka masih dinilai ilegal. Melanjutkan langsung akhir dari film pertama, film ini dimulai dengan aksi keluarga Incredibles yang berusaha mengatasi villain bernama Underminer yang mengebor kota dengan mesin bor raksasa. Aksi sang penjahat berhasil dihentikan, tapi tindakan heroik mereka menimbulkan banyak kerusakan yang tentu saja tak direspon baik oleh pemerintah.
Namun masih ada pihak yang percaya pada superhero. Mereka adalah kakak beradik Winston dan Evelyn Deavor (Bob Odenkirk dan Catherine Keener). Mereka ingin membuat superhero kembali keren, dan caranya adalah lewat metode yang sudah teruji menggiring opini publik di Indonesia sejak tahun 2004, yakni kampanye. Dengan memasangkan kamera pada superhero maka masyarakat bisa melihat semua detil dari aksi heroik lalu mengapresiasinya. Agen kampanye yang mereka mau pastinya bukan Bob alias Mr Incredible (Craig T. Nelson) yang suka hajar sana-sini, melainkan Helen alias Elastigirl (Holly Hunter) yang mampu bekerja dengan sangat efektif.
Ini membuat Helen berada di garda terdepan dalam memberantas kejahatan, sementara Bob mau tak mau harus mengurus rumah tangga. Dan mengurus rumah tangga ternyata tak segampang itu; ia jadi superpenat dan kurang tidur. Si anak sulung, Violet (Sarah Vowell) tengah labil-labilnya, gusar karena sang gebetan lupa dengan namanya. Dash (Huck Milner) bermasalah dengan Matematika—hei, siapa yang tidak. Dan Jack-Jack... hmm, mengasuh bayi normal saja sudah bikin belingsatan, apalagi bayi yang bisa menembakkan laser, melayang, berpindah dimensi, mengeluarkan api, dan berubah jadi setan ungu.
Menyaksikan hiruk-pikuk rumah tangga keluarga superhero ini merupakan hiburan tersendiri. Film bahkan punya semacam segmen khusus bagi Jack-Jack untuk memamerkan kekuatannya lewat pertarungan epik dengan seekor rakun pengeruk sampah di belakang rumah—ini lucu dan jujur saja sedikit menakutkan. Namun di bagian yang berbeda, kita bisa melihat aksi khas film superhero lewat misi Elastigirl yang menyuguhkan tak cuma satu tapi setidaknya tiga sekuens aksi terbaik dan paling kinetik yang pernah saya lihat dalam film-film superhero belakangan ini.
Adegan-adegan tersebut adalah jenis adegan yang cuma bisa dipakai dalam film animasi. Dalam live-action ini akan jadi konyol, sebab Elastigirl memanfaatkan fleksibilitas tubuhnya jauh melewati batas yang bisa kita bayangkan. Imajinasi Bird menggila dalam mengkreasi probabilitas macam ini. Termasuk nanti saat muncul beberapa superhero baru yang punya kemampuan unik, diantaranya Voyd yang bisa bikin portal-kemana-saja, serta kawan lama keluarga Incredibles, Frozone (Samuel L. Jackson). Skala sekuens aksinya spektakuler, dan Bird mampu menyajikannya dengan keterampilan yang sedemikan rupa sehingga terasa mulus dan tetap menegangkan.
Ancaman paling membahayakan bagi keluarga Incredibles —selain gagal menidurkan bayi super yang hiperaktif— berasal dari villain berjuluk Screenslaver, yang sesuai namanya, bisa memperbudak orang dengan cara menghipnotis lewat layar apapun. Penjahat ini geram dengan masyarakat kekinian yang lebih suka menatap layar menyaksikan orang lain berbuat sesuatu daripada benar-benar melakukan sesuatu.
Sebentar, ini maksudnya apa? Nyindir?
Inilah kekuatan spesial yang diperlihatkan Bird dan juga studio Pixar sejak di The Incredibles, dan kemudian di Incredibles 2. Lewat animasi yang menawan, lelucon yang gurih, dan pengisi suara yang brilian, ia dengan cerdas menyelipkan beberapa isu-isu yang subversif tanpa terasa kentara atau mengganggu momentum film. Bagian-bagian ini, tentu saja, bakal lebih nampol bagi ayah dan ibu. Namun ada lebih dari cukup bagian seru yang akan membuat anak-anak kepincut. Sedangkan bagi anggota keluarga yang lain, film ini punya pertunjukan dinamika keluarga yang sangat asyik dan memikat. Tak sulit bagi saya untuk merekomendasikan film "paling keluarga" tahun ini. ■UP
'Incredibles 2' dengan mudahnya menjadi salah satu film superhero terbaik saat ini.
“Parenting, when done right, can be a heroic act.” — Edna Mode
Rating UP: Beberapa tahun sebelum dunia sinema diserbu film superhero, The Incredibles sudah hadir duluan sebagai film superhero yang tak cuma seru tapi juga relevan. Sekarang saat film superhero sudah hadir serutin cuitan Fadli Zon, Incredibles 2 dengan mudahnya menjadi salah satu dari beberapa film superhero terbaik. Oke, mungkin tidak seistimewa yang pertama, tapi hampir.
Sebelumnya, sutradara/penulis skrip The Incredibles, Brad Bird pernah bilang bahwa ia takkan membuat sekuel kalau tak punya cerita. Well, ia sekarang sudah punya cerita. Tak baru sih, makanya sensasi menontonnya tak segress dulu. Meski demikian, film ini juga bukan replay belaka. Idenya relatif masih sama, mengeskplorasi keseimbangan (atau malah ketidakseimbangan?) antara kehidupan keluarga dan kehidupan superhero, namun presentasinya segar dan sangat menghibur. Filmnya tak pernah terasa tumpul.
Kalau anda masih ingat, di akhir The Incredibles keluarga pahlawan kita membuktikan bahwa superhero memang sangat dibutuhkan oleh umat manusia. Namun ternyata ini baru wacana belaka, sebab di Incredibles 2, kehadiran mereka masih dinilai ilegal. Melanjutkan langsung akhir dari film pertama, film ini dimulai dengan aksi keluarga Incredibles yang berusaha mengatasi villain bernama Underminer yang mengebor kota dengan mesin bor raksasa. Aksi sang penjahat berhasil dihentikan, tapi tindakan heroik mereka menimbulkan banyak kerusakan yang tentu saja tak direspon baik oleh pemerintah.
Namun masih ada pihak yang percaya pada superhero. Mereka adalah kakak beradik Winston dan Evelyn Deavor (Bob Odenkirk dan Catherine Keener). Mereka ingin membuat superhero kembali keren, dan caranya adalah lewat metode yang sudah teruji menggiring opini publik di Indonesia sejak tahun 2004, yakni kampanye. Dengan memasangkan kamera pada superhero maka masyarakat bisa melihat semua detil dari aksi heroik lalu mengapresiasinya. Agen kampanye yang mereka mau pastinya bukan Bob alias Mr Incredible (Craig T. Nelson) yang suka hajar sana-sini, melainkan Helen alias Elastigirl (Holly Hunter) yang mampu bekerja dengan sangat efektif.
Ini membuat Helen berada di garda terdepan dalam memberantas kejahatan, sementara Bob mau tak mau harus mengurus rumah tangga. Dan mengurus rumah tangga ternyata tak segampang itu; ia jadi superpenat dan kurang tidur. Si anak sulung, Violet (Sarah Vowell) tengah labil-labilnya, gusar karena sang gebetan lupa dengan namanya. Dash (Huck Milner) bermasalah dengan Matematika—hei, siapa yang tidak. Dan Jack-Jack... hmm, mengasuh bayi normal saja sudah bikin belingsatan, apalagi bayi yang bisa menembakkan laser, melayang, berpindah dimensi, mengeluarkan api, dan berubah jadi setan ungu.
Menyaksikan hiruk-pikuk rumah tangga keluarga superhero ini merupakan hiburan tersendiri. Film bahkan punya semacam segmen khusus bagi Jack-Jack untuk memamerkan kekuatannya lewat pertarungan epik dengan seekor rakun pengeruk sampah di belakang rumah—ini lucu dan jujur saja sedikit menakutkan. Namun di bagian yang berbeda, kita bisa melihat aksi khas film superhero lewat misi Elastigirl yang menyuguhkan tak cuma satu tapi setidaknya tiga sekuens aksi terbaik dan paling kinetik yang pernah saya lihat dalam film-film superhero belakangan ini.
Adegan-adegan tersebut adalah jenis adegan yang cuma bisa dipakai dalam film animasi. Dalam live-action ini akan jadi konyol, sebab Elastigirl memanfaatkan fleksibilitas tubuhnya jauh melewati batas yang bisa kita bayangkan. Imajinasi Bird menggila dalam mengkreasi probabilitas macam ini. Termasuk nanti saat muncul beberapa superhero baru yang punya kemampuan unik, diantaranya Voyd yang bisa bikin portal-kemana-saja, serta kawan lama keluarga Incredibles, Frozone (Samuel L. Jackson). Skala sekuens aksinya spektakuler, dan Bird mampu menyajikannya dengan keterampilan yang sedemikan rupa sehingga terasa mulus dan tetap menegangkan.
Ancaman paling membahayakan bagi keluarga Incredibles —selain gagal menidurkan bayi super yang hiperaktif— berasal dari villain berjuluk Screenslaver, yang sesuai namanya, bisa memperbudak orang dengan cara menghipnotis lewat layar apapun. Penjahat ini geram dengan masyarakat kekinian yang lebih suka menatap layar menyaksikan orang lain berbuat sesuatu daripada benar-benar melakukan sesuatu.
Sebentar, ini maksudnya apa? Nyindir?
Inilah kekuatan spesial yang diperlihatkan Bird dan juga studio Pixar sejak di The Incredibles, dan kemudian di Incredibles 2. Lewat animasi yang menawan, lelucon yang gurih, dan pengisi suara yang brilian, ia dengan cerdas menyelipkan beberapa isu-isu yang subversif tanpa terasa kentara atau mengganggu momentum film. Bagian-bagian ini, tentu saja, bakal lebih nampol bagi ayah dan ibu. Namun ada lebih dari cukup bagian seru yang akan membuat anak-anak kepincut. Sedangkan bagi anggota keluarga yang lain, film ini punya pertunjukan dinamika keluarga yang sangat asyik dan memikat. Tak sulit bagi saya untuk merekomendasikan film "paling keluarga" tahun ini. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Poster,
Artikel Trailer, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Dalam trailer 'The Nun', biarawati iblis meneror Taissa Farmiga jauh sebelum peristiwa di 'The Conjuring 2'.
Awalnya anda juga pasti tak mengira bahwa The Conjuring bakal sebesar ini kan? Kesuksesan film horor besutan James Wan yang dirilis pada 2013 ini tak main-main. Bukan saja mendapat respon bagus dan hasil box office yang cemerlang, ia bahkan sampai melahirkan cinematic universe baru. Sebentar lagi, kita sudah akan mendapati film yang kelima dengan dirilisnya The Nun. Dan kita bisa mengintipnya sedikit lebih awal lewat trailer berikut.
Film ini berfokus pada biarawati iblis bernama Valak yang sudah meneror kita di The Conjuring 2. Kita semua tahu bahwa pasangan Warren berhasil mengatasinya dalam film tersebut, jadi wajar saat film The Nun dikondisikan sebagai prekuel, mengambil waktu di tahun 1950an. Berikut sinopsis resminya:
Ketika seorang biarawati muda di biara terpencil di Rumania bunuh diri, seorang pendeta dengan masa lalu yang angker dan seorang novisiat di ambang sumpah kekalnya dikirim oleh Vatikan untuk menyelidiki. Bersama-sama mereka mengungkap rahasia rahasia yang tercela. Mempertaruhkan tidak hanya kehidupan tapi juga iman dan jiwa, mereka menghadapi kekuatan jahat dalam bentuk biarawati iblis yang sama yang pernah meneror di 'The Conjuring 2', selagi biara menjadi medan pertempuran yang mengerikan antara yang hidup dan yang terkutuk.
Trailer ini menjanjikan "Bagian Terkelam" dari franchise The Conjuring, bahkan sampai perlu untuk memastikan agar kita menontonnya sampai akhir. Di awal, kita mendengar suara dari seorang wanita yang bilang bahwa ia pernah melihat penampakan seorang biarawati. Biarawati yang dimaksud tentu saja biarawati setan iblis favorit kita. Di bagian akhir, ia menguntit biarawati muda yang diperankan oleh Taissa Varmiga.
Ikut bermain Demian Bichir sebagai pendeta yang ditugaskan oleh Vatikan. Wan hanya bertindak sebagai produser, sebab posisi sutradara akan menjadi milik Corin Hardy.
The Nun direncanakan tayang pada 7 September. Berikut trailernya. ■UP
Dalam trailer 'The Nun', biarawati iblis meneror Taissa Farmiga jauh sebelum peristiwa di 'The Conjuring 2'.
Awalnya anda juga pasti tak mengira bahwa The Conjuring bakal sebesar ini kan? Kesuksesan film horor besutan James Wan yang dirilis pada 2013 ini tak main-main. Bukan saja mendapat respon bagus dan hasil box office yang cemerlang, ia bahkan sampai melahirkan cinematic universe baru. Sebentar lagi, kita sudah akan mendapati film yang kelima dengan dirilisnya The Nun. Dan kita bisa mengintipnya sedikit lebih awal lewat trailer berikut.
Film ini berfokus pada biarawati iblis bernama Valak yang sudah meneror kita di The Conjuring 2. Kita semua tahu bahwa pasangan Warren berhasil mengatasinya dalam film tersebut, jadi wajar saat film The Nun dikondisikan sebagai prekuel, mengambil waktu di tahun 1950an. Berikut sinopsis resminya:
Ketika seorang biarawati muda di biara terpencil di Rumania bunuh diri, seorang pendeta dengan masa lalu yang angker dan seorang novisiat di ambang sumpah kekalnya dikirim oleh Vatikan untuk menyelidiki. Bersama-sama mereka mengungkap rahasia rahasia yang tercela. Mempertaruhkan tidak hanya kehidupan tapi juga iman dan jiwa, mereka menghadapi kekuatan jahat dalam bentuk biarawati iblis yang sama yang pernah meneror di 'The Conjuring 2', selagi biara menjadi medan pertempuran yang mengerikan antara yang hidup dan yang terkutuk.
Trailer ini menjanjikan "Bagian Terkelam" dari franchise The Conjuring, bahkan sampai perlu untuk memastikan agar kita menontonnya sampai akhir. Di awal, kita mendengar suara dari seorang wanita yang bilang bahwa ia pernah melihat penampakan seorang biarawati. Biarawati yang dimaksud tentu saja biarawati setan iblis favorit kita. Di bagian akhir, ia menguntit biarawati muda yang diperankan oleh Taissa Varmiga.
Ikut bermain Demian Bichir sebagai pendeta yang ditugaskan oleh Vatikan. Wan hanya bertindak sebagai produser, sebab posisi sutradara akan menjadi milik Corin Hardy.
The Nun direncanakan tayang pada 7 September. Berikut trailernya. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Evangeline Lilly, pemeran The Wasp di sekuel ‘Ant-Man’, mungkin baru saja memberi petunjuk krusial terkait misteri cerita ‘Avengers 4’.
Evangeline Lilly, pemeran The Wasp di sekuel Ant-Man, mungkin baru saja memberi petunjuk krusial terkait misteri cerita Avengers 4.
Saat berbincang dengan Comicbook.com, Lilly mengaku senang karakternya memiliki peran dalam keseluruhan cerita Infinity War dan Avengers 4. Setelahnya, Lilly mengungkap satu detail yang agaknya akan memberi gambaran jelas pada fans soal cerita yang diusung Avengers 4, dan apa yang terjadi setelah film penutup Phase 3 ini berakhir serta implikasinya terhadap Phase 4.
Diakui Lilly, jalan cerita Avengers 4 mengingatkannya padaLOST season 4. FYI, serial buatan J.J. Abrams tersebut mengisahkan sekelompok penumpang pesawat yang berjuang untuk bertahan hidup, setelah mereka terdampar di sebuah pulau terpencil. Menginjak season keempat, serial yang melejitkan nama Lilly ini melakukan perubahan besar, dengan membagi ceritanya dalam beberapa timeline, yaitu masa sekarang dan masa depan. Perubahan drastis LOST ini tak lepas dari cerita season keempat yang mulai menyentuh unsur time travel.
“Saat saya mendengar soal cerita yang mereka buat untuk Infinity War dan Avengers 4, saya merasakan sedikit déjà vu dengan franchise LOST. Di season keempat, segala sesuatunya akan berubah, dan Anda akan kehilangan fondasi solid yang selama ini Anda bangun. Nantinya Ant-Man and the Waspakan punya andil untuk melakukan perubahan besar itu,”jelas Lilly.
Kendati Lilly tak menyebut secara spesifik bagian cerita Avengers 4 yang menyerupai LOST season keempat, rumor yang berhembus mengklaim Avengers 4 akan mengusung konsep time travel atau beberapa timeline, berdasarkan penampakan karakter yang gugur di Infinity War yang terlihat di lokasi syuting Avengers 4. Kemungkinan besar elemen time travel ini akan diperkenalkan di Ant-Man and the Wasp, sebelum dimanfaatkan secara penuh oleh Marvel di Avengers 4.
Adapun teknologi Hank Pym beserta eksplorasi Alam Kuantum di Ant-Man and the Wasp, diduga menjadi jembatan menuju konsep time travel yang nantinya bisa berujung pada perubahan besar yang disiapkan Avengers 4. Dan jika sudah menyangkut time travel, apapun bisa terjadi, salah satunya adalah karakter yang tewas bisa dihidupkan kembali, sebagaimana yang kita lihat di Deadpool 2.
Diklaim lebih mengejutkan daripada Infinity War, Avengers 4 akan dirilis 3 Mei 2019, dan melanjutkan kisah epik perjuangan para superhero menaklukkan Thanos. Sedangkan Ant-Man and the Wasp akan dirilis 6 Juli 2018.
Evangeline Lilly, pemeran The Wasp di sekuel ‘Ant-Man’, mungkin baru saja memberi petunjuk krusial terkait misteri cerita ‘Avengers 4’.
Evangeline Lilly, pemeran The Wasp di sekuel Ant-Man, mungkin baru saja memberi petunjuk krusial terkait misteri cerita Avengers 4.
Saat berbincang dengan Comicbook.com, Lilly mengaku senang karakternya memiliki peran dalam keseluruhan cerita Infinity War dan Avengers 4. Setelahnya, Lilly mengungkap satu detail yang agaknya akan memberi gambaran jelas pada fans soal cerita yang diusung Avengers 4, dan apa yang terjadi setelah film penutup Phase 3 ini berakhir serta implikasinya terhadap Phase 4.
Diakui Lilly, jalan cerita Avengers 4 mengingatkannya padaLOST season 4. FYI, serial buatan J.J. Abrams tersebut mengisahkan sekelompok penumpang pesawat yang berjuang untuk bertahan hidup, setelah mereka terdampar di sebuah pulau terpencil. Menginjak season keempat, serial yang melejitkan nama Lilly ini melakukan perubahan besar, dengan membagi ceritanya dalam beberapa timeline, yaitu masa sekarang dan masa depan. Perubahan drastis LOST ini tak lepas dari cerita season keempat yang mulai menyentuh unsur time travel.
“Saat saya mendengar soal cerita yang mereka buat untuk Infinity War dan Avengers 4, saya merasakan sedikit déjà vu dengan franchise LOST. Di season keempat, segala sesuatunya akan berubah, dan Anda akan kehilangan fondasi solid yang selama ini Anda bangun. Nantinya Ant-Man and the Waspakan punya andil untuk melakukan perubahan besar itu,”jelas Lilly.
Kendati Lilly tak menyebut secara spesifik bagian cerita Avengers 4 yang menyerupai LOST season keempat, rumor yang berhembus mengklaim Avengers 4 akan mengusung konsep time travel atau beberapa timeline, berdasarkan penampakan karakter yang gugur di Infinity War yang terlihat di lokasi syuting Avengers 4. Kemungkinan besar elemen time travel ini akan diperkenalkan di Ant-Man and the Wasp, sebelum dimanfaatkan secara penuh oleh Marvel di Avengers 4.
Adapun teknologi Hank Pym beserta eksplorasi Alam Kuantum di Ant-Man and the Wasp, diduga menjadi jembatan menuju konsep time travel yang nantinya bisa berujung pada perubahan besar yang disiapkan Avengers 4. Dan jika sudah menyangkut time travel, apapun bisa terjadi, salah satunya adalah karakter yang tewas bisa dihidupkan kembali, sebagaimana yang kita lihat di Deadpool 2.
Diklaim lebih mengejutkan daripada Infinity War, Avengers 4 akan dirilis 3 Mei 2019, dan melanjutkan kisah epik perjuangan para superhero menaklukkan Thanos. Sedangkan Ant-Man and the Wasp akan dirilis 6 Juli 2018.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Dengan proses syuting yang telah berjalan sejak beberapa minggu lalu, sekuel ‘Wonder Woman’ akhirnya merilis detail berupa judul resmi film sekaligus satu karakter penting yang akan kembali.
Dengan proses syuting yang telah berjalan sejak beberapa minggu lalu, sekuel Wonder Woman akhirnya merilis detail berupa judul resmi film sekaligus satu karakter penting yang akan kembali. Melalui akun Twittermiliknya, sutradara Patty Jenkins mengumumkan sekuel ini berjudulWonder Woman 1984. Dan menariknya, Jenkins juga mengkonfirmasi Chris Pine akan kembali sebagai pilot Steve Trevor, menyusul Gal Gadot yang masih memerankan Wonder Woman.
Terkait sub judul yang diusung sekuel, sebagian pihak menilai sub judul ini terinspirasi oleh novel klasik milik George Orwell yang bertajuk1984, dimana novel ini menyoroti pemerintahan korup dan aksi spionase yang melanggar hak privasi masyarakat sipil. 1984 kemungkinan juga merujuk pada setting cerita sekuel, dan hal ini kian diperkuat oleh foto syuting Pine yang mengenakan pakaian era tahun 80-an.
Bicara soal karakter Pine, belum diketahui pasti bagaimana Trevor bisa muncul kembali, setelah ia mengorbankan dirinya di film pertama. Namun spekulasi yang beredar menyebut, ada beberapa hal yang memungkinkan Trevor kembali, diantaranya sihir, proses cloning hingga time travel. Di film sebelumnya, Trevor sendiri memegang peran vital dalam perjalanan Wonder Woman. Selain menjadi love interest sang superhero, Trevor juga ikut membantu Wonder Woman di medan perang, dan yang paling penting, ia membuka mata Diana bahwa dunia manusia penuh dengan ambiguitas moral dan tidak sesederhana yang dibayangkan Diana.
Menurut kabar terbaru, Pine dan Gadot telah menjalani proses syuting di mall, dan ini menimbulkan dugaan bahwa di mall inilah villain Cheetah yang diperankan Kristen Wiig akan diperkenalkan. Apalagi di seri komik Wonder Woman Rebirth ada bagian yang menceritakan Diana dan Cheetah berada di mall, lokasi sama yang ditunjukkan foto Pine yang dirilis Jenkins.
Meski sejauh ini belum ada sinopsis resmi, judul Wonder Woman 1984 mengindikasikan filmnya akan memiliki unsur politik. Rencananya sekuel ini akan dirilis 1 November 2019.
Dengan proses syuting yang telah berjalan sejak beberapa minggu lalu, sekuel ‘Wonder Woman’ akhirnya merilis detail berupa judul resmi film sekaligus satu karakter penting yang akan kembali.
Dengan proses syuting yang telah berjalan sejak beberapa minggu lalu, sekuel Wonder Woman akhirnya merilis detail berupa judul resmi film sekaligus satu karakter penting yang akan kembali. Melalui akun Twittermiliknya, sutradara Patty Jenkins mengumumkan sekuel ini berjudulWonder Woman 1984. Dan menariknya, Jenkins juga mengkonfirmasi Chris Pine akan kembali sebagai pilot Steve Trevor, menyusul Gal Gadot yang masih memerankan Wonder Woman.
Terkait sub judul yang diusung sekuel, sebagian pihak menilai sub judul ini terinspirasi oleh novel klasik milik George Orwell yang bertajuk1984, dimana novel ini menyoroti pemerintahan korup dan aksi spionase yang melanggar hak privasi masyarakat sipil. 1984 kemungkinan juga merujuk pada setting cerita sekuel, dan hal ini kian diperkuat oleh foto syuting Pine yang mengenakan pakaian era tahun 80-an.
Bicara soal karakter Pine, belum diketahui pasti bagaimana Trevor bisa muncul kembali, setelah ia mengorbankan dirinya di film pertama. Namun spekulasi yang beredar menyebut, ada beberapa hal yang memungkinkan Trevor kembali, diantaranya sihir, proses cloning hingga time travel. Di film sebelumnya, Trevor sendiri memegang peran vital dalam perjalanan Wonder Woman. Selain menjadi love interest sang superhero, Trevor juga ikut membantu Wonder Woman di medan perang, dan yang paling penting, ia membuka mata Diana bahwa dunia manusia penuh dengan ambiguitas moral dan tidak sesederhana yang dibayangkan Diana.
Menurut kabar terbaru, Pine dan Gadot telah menjalani proses syuting di mall, dan ini menimbulkan dugaan bahwa di mall inilah villain Cheetah yang diperankan Kristen Wiig akan diperkenalkan. Apalagi di seri komik Wonder Woman Rebirth ada bagian yang menceritakan Diana dan Cheetah berada di mall, lokasi sama yang ditunjukkan foto Pine yang dirilis Jenkins.
Meski sejauh ini belum ada sinopsis resmi, judul Wonder Woman 1984 mengindikasikan filmnya akan memiliki unsur politik. Rencananya sekuel ini akan dirilis 1 November 2019.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Horor,
Artikel Review,
Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Jika ini adalah eksperimen dari sutradara yang memang dikenal suka bereksperimen dengan visual, maka ia sukses.
“I'm not crazy!” — Sawyer Valentini
Rating UP: Pak Steven Soderbergh, kalau boleh tahu Apple bayar berapa untuk ini? Kalau bukan di-endorse, saya hampir-hampir tak percaya. Soalnya film ini terlihat mulus seperti film sungguhan. Setelah ini, pasti banyak yang percaya bahwa mudah untuk membuat film "sungguhan" dengan menggunakan iPhone 7. Apalagi yang punya versi terbaru, iPhone 23.
Yang jelas, selama menonton Unsane saya lupa kalau film ini disorot pakai iPhone. Yaa, tentu dengan dilengkapi beberapa alat penunjang, sebab film ini jelas terlihat berkali lipat lebih bagus dari video InstaStory kita yang paling oke. Barangkali gemas setelah menyaksikan Tangerine-nya Sean Baker, Soderbergh pun ikut-ikutan membuktikan bahwa kita tak butuh kamera yang mutakhir untuk membuat film. Cukup pemain serta kru yang kompeten, dan pastinya sentuhan sutradara yang piawai. Dalam hal ini, keterampilan Soderbergh bahkan mampu menanggulangi materinya yang absurd.
Mudah untuk menge-judge film ini atas gimiknya, tapi Soderbergh menggunakan gimik yang tepat untuk film yang tepat. Sebagai informasi, plotnya tentang seseorang yang parno gara-gara dikuntit oleh stalker maniak. Karena disorot dengan iPhone, film ini punya rasio aspek yang agak ganjil; nyaris persegi seperti film-film lawas. Ini memberikan nuansa klaustrofobik. Pinggiran gambar sedikit mengalami distorsi sehingga terlihat agak cembung; cocok sekali menegaskan surealitas dan rasa paranoid yang dialami oleh tokoh utama kita. Semakin nendang karena sorotan dengan iPhone membuat filmnya tampak raw, tak seperti film "sungguhan" yang bling-bling, sehingga adegan-adegannya terkesan spontan.
Dan spontan adalah kata yang paling mewakili film ini. Lihat saja apa yang dialami oleh karakter utama kita, Sawyer Valentini (Claire Foy). Ia punya pekerjaan yang mapan sebagai analis finansial. Ia cerdas dan tampaknya selalu tahu dengan apa yang sedang dan akan dilakukan. Namun, saat datang waktunya nge-date, Sawyer rubuh. Rupanya ia masih trauma dengan pengalaman di-stalking oleh seseorang beberapa tahun lalu. Sawyer tahu bahwa ia butuh bantuan profesional. Dan itulah yang ia lakukan. Eh ladalah, ujung-ujungnya Sawyer malah dikira punya gangguan jiwa.
Cuma mau main-main kok malah jatuh hati, eh jadi curhat. Maksudnya, cuma mau konsul kok malah dimasukin ke rumah sakit jiwa.
Yaa jelas Sawyer protes. Namun usahanya untuk bebas justru membuat situasi semakin buruk. Sawyer ditengarai mengancam keselamatan perawat dan pasien. Penahanan yang awalnya cuma 24 jam diperpanjang menjadi 7 hari. Namun yang lebih parah, Sawyer kemudian mendapati bahwa salah satu perawat ternyata adalah stalker-nya dulu. Kontradiktifnya, perawat ini (Joshua Leonard) dinilai oleh rekan-rekannya sebagai pekerja yang tekun. Sawyer sekarang punya dua masalah: (1) tak bisa kemana-mana dari rumah sakit jiwa, dan (2) terjebak bersama stalker-nya.
Apakah yang dilihat Saywer ini benar begitu atau jangan-jangan stalker tersebut cuma delusinya saja? Film bermain tarik-ulur dengan premis ini, dan Claire Foy tampil brilian lewat karakternya. Ia sukses membawakan karakter yang cerdas tapi juga histeris dan mungkin punya tendensi delusional. Kita tak pernah yakin apakah yang dilihatnya itu benar atau tidak, tapi kita percaya dengan setiap tindakannya. Ada waktu dimana karakter seharusnya berbuat benar, tapi tak dilakukan supaya filmnya tidak langsung beres. Namun dalam Unsane, karakter Claire Foy selalu melakukan tindakan yang benar: ia mencoba menghubungi polisi atau meminta bantuan kepada ibunya.
Faktanya, setidaknya sampai paruh terakhir, Unsane berjalan dengan padat dan efektif. Skrip Jonathan Bernstein & James Greer punya beberapa skenario yang cukup mengejutkan. Nah, rupanya mereka tak ingin kita berlarut-larut tenggelam dalam ambiguitas, sebab film punya resolusi pasti mengenai keadaan mental Sawyer. Saya sebetulnya tak begitu masalah dengan hal ini. Namun saat film memilih berpijak pada realita, kita sewajarnya menaikkan sedikit level suspension of disbelief. Sedangkan Unsane ditutup dengan beberapa hal-hal absurd dan lubang plot yang kentara jika ditinjau dalam konteks realita.
Jadi, plot barangkali cuma merupakan mekanika bagi Soderbergh untuk memamerkan keterampilan filmmaking-nya, mencoba memanfaatkan fleksibilitas smartphone untuk memberikan efek yang spesifik. Bujet film ini kabarnya cuma $1,2 juta saja, sama dengan film pertamanya yang eksperimental, Sex, Lies, and Videotapes yang memenangkan Palme d'Or Cannes hampir tiga dekade yang lalu. Jika ini adalah eksperimen dari sutradara yang memang dikenal suka bereksperimen dengan visual, maka ia sukses. ■UP
Jika ini adalah eksperimen dari sutradara yang memang dikenal suka bereksperimen dengan visual, maka ia sukses.
“I'm not crazy!” — Sawyer Valentini
Rating UP: Pak Steven Soderbergh, kalau boleh tahu Apple bayar berapa untuk ini? Kalau bukan di-endorse, saya hampir-hampir tak percaya. Soalnya film ini terlihat mulus seperti film sungguhan. Setelah ini, pasti banyak yang percaya bahwa mudah untuk membuat film "sungguhan" dengan menggunakan iPhone 7. Apalagi yang punya versi terbaru, iPhone 23.
Yang jelas, selama menonton Unsane saya lupa kalau film ini disorot pakai iPhone. Yaa, tentu dengan dilengkapi beberapa alat penunjang, sebab film ini jelas terlihat berkali lipat lebih bagus dari video InstaStory kita yang paling oke. Barangkali gemas setelah menyaksikan Tangerine-nya Sean Baker, Soderbergh pun ikut-ikutan membuktikan bahwa kita tak butuh kamera yang mutakhir untuk membuat film. Cukup pemain serta kru yang kompeten, dan pastinya sentuhan sutradara yang piawai. Dalam hal ini, keterampilan Soderbergh bahkan mampu menanggulangi materinya yang absurd.
Mudah untuk menge-judge film ini atas gimiknya, tapi Soderbergh menggunakan gimik yang tepat untuk film yang tepat. Sebagai informasi, plotnya tentang seseorang yang parno gara-gara dikuntit oleh stalker maniak. Karena disorot dengan iPhone, film ini punya rasio aspek yang agak ganjil; nyaris persegi seperti film-film lawas. Ini memberikan nuansa klaustrofobik. Pinggiran gambar sedikit mengalami distorsi sehingga terlihat agak cembung; cocok sekali menegaskan surealitas dan rasa paranoid yang dialami oleh tokoh utama kita. Semakin nendang karena sorotan dengan iPhone membuat filmnya tampak raw, tak seperti film "sungguhan" yang bling-bling, sehingga adegan-adegannya terkesan spontan.
Dan spontan adalah kata yang paling mewakili film ini. Lihat saja apa yang dialami oleh karakter utama kita, Sawyer Valentini (Claire Foy). Ia punya pekerjaan yang mapan sebagai analis finansial. Ia cerdas dan tampaknya selalu tahu dengan apa yang sedang dan akan dilakukan. Namun, saat datang waktunya nge-date, Sawyer rubuh. Rupanya ia masih trauma dengan pengalaman di-stalking oleh seseorang beberapa tahun lalu. Sawyer tahu bahwa ia butuh bantuan profesional. Dan itulah yang ia lakukan. Eh ladalah, ujung-ujungnya Sawyer malah dikira punya gangguan jiwa.
Cuma mau main-main kok malah jatuh hati, eh jadi curhat. Maksudnya, cuma mau konsul kok malah dimasukin ke rumah sakit jiwa.
Yaa jelas Sawyer protes. Namun usahanya untuk bebas justru membuat situasi semakin buruk. Sawyer ditengarai mengancam keselamatan perawat dan pasien. Penahanan yang awalnya cuma 24 jam diperpanjang menjadi 7 hari. Namun yang lebih parah, Sawyer kemudian mendapati bahwa salah satu perawat ternyata adalah stalker-nya dulu. Kontradiktifnya, perawat ini (Joshua Leonard) dinilai oleh rekan-rekannya sebagai pekerja yang tekun. Sawyer sekarang punya dua masalah: (1) tak bisa kemana-mana dari rumah sakit jiwa, dan (2) terjebak bersama stalker-nya.
Apakah yang dilihat Saywer ini benar begitu atau jangan-jangan stalker tersebut cuma delusinya saja? Film bermain tarik-ulur dengan premis ini, dan Claire Foy tampil brilian lewat karakternya. Ia sukses membawakan karakter yang cerdas tapi juga histeris dan mungkin punya tendensi delusional. Kita tak pernah yakin apakah yang dilihatnya itu benar atau tidak, tapi kita percaya dengan setiap tindakannya. Ada waktu dimana karakter seharusnya berbuat benar, tapi tak dilakukan supaya filmnya tidak langsung beres. Namun dalam Unsane, karakter Claire Foy selalu melakukan tindakan yang benar: ia mencoba menghubungi polisi atau meminta bantuan kepada ibunya.
Faktanya, setidaknya sampai paruh terakhir, Unsane berjalan dengan padat dan efektif. Skrip Jonathan Bernstein & James Greer punya beberapa skenario yang cukup mengejutkan. Nah, rupanya mereka tak ingin kita berlarut-larut tenggelam dalam ambiguitas, sebab film punya resolusi pasti mengenai keadaan mental Sawyer. Saya sebetulnya tak begitu masalah dengan hal ini. Namun saat film memilih berpijak pada realita, kita sewajarnya menaikkan sedikit level suspension of disbelief. Sedangkan Unsane ditutup dengan beberapa hal-hal absurd dan lubang plot yang kentara jika ditinjau dalam konteks realita.
Jadi, plot barangkali cuma merupakan mekanika bagi Soderbergh untuk memamerkan keterampilan filmmaking-nya, mencoba memanfaatkan fleksibilitas smartphone untuk memberikan efek yang spesifik. Bujet film ini kabarnya cuma $1,2 juta saja, sama dengan film pertamanya yang eksperimental, Sex, Lies, and Videotapes yang memenangkan Palme d'Or Cannes hampir tiga dekade yang lalu. Jika ini adalah eksperimen dari sutradara yang memang dikenal suka bereksperimen dengan visual, maka ia sukses. ■UP