Friday, February 1, 2019

Review Film: 'Burning' (2018)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Drama, Artikel Misteri, Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Burning' (2018)
link : Review Film: 'Burning' (2018)

Baca juga


'Burning' adalah pencapaian hebat dalam hal penciptaan suspens.

“Why do we live? What is the significance of living?”
— Shin Hae-mi
Rating UP:
Sepanjang sejarah perfilman thriller, Burning barangkali merupakan salah satu film yang paling tak konklusif dari segi misteri. Namun, secara emosional, ia sangat memuaskan. Film ini dibangun dengan perlahan tapi sangat terukur, mencekat kita lewat cara yang tak terduga sembari memberi cukup ruang agar bobot emosionalnya terakumulasi dengan begitu hebat. Semua ini kemudian mengantarkan kita ke momen puncak yang saking gregetnya kita merasa sangat butuh sebuah pelepasan. Tidak bisa tidak. Wajib.

"Ya Tuhan, satu pelepasan saja dan saya akan lega," kita pikir.

Dan BAM! Burning memberikannya dengan cara dan waktu yang tepat.


Saya bisa menggambarkan Burning dengan deskripsi sederhana: sebuah cinta segitiga yang berujung pada cerita kriminal. Tapi saya bakal sotoy. Film ini jauh lebih kompleks daripada itu. Lagipula, saya tak tahu apakah deskripsi tersebut memang mewakili atau tidak. Saya bisa saja menonton film ini lebih dari 10 kali, dan ujung-ujungnya tetap saja tak bakal sepenuhnya yakin dengan apa yang (saya kira) saya lihat. Burning penuh dengan ketidakpastian dan justru itulah yang membuatnya sangat menegangkan.

Kita sebagai penonton, sama seperti para karakter di dalam film, tak persis tahu apa yang sebenarnya terjadi dan melihat karakter lain lewat kacamata masing-masing; persepsi yang sebetulnya hanyalah produk ambigu dari pengalaman hidup yang cuma sebentar dengan orang yang dimaksud. Apakah mereka memang betul seperti apa yang kita kira?

Mari kita mulai dengan karakter utama kita, Jongsu (Yoo Ah-in), pria kampung yang bercita-cita menjadi penulis walau saat ini hanya berkutat sebagai kurir di kota Seoul. Jongsu pendiam dan tak begitu ekspresif. Ia hanyalah pria biasa yang sama sekali tak mencolok. Namun seorang SPG seksi yang ditemuinya tak sengaja di jalan bilang bahwa mereka saling kenal. Katanya mereka dulu adalah teman sekelas di kampung. Jongsu melongo.

"Aku operasi plastik," celoteh si SPG. Cewek ini namanya Haemi (Jeon Jong-seo), seorang optimis, penuh semangat, dan tampaknya sangat polos. Saat nongkrong, Haemi kemudian bilang kepada Jongsu bahwa ia sedang mempelajari pantomim. Tak butuh lama, Jongsu diajak main ke apartemen Haemi dan mereka melakukan hal yang iya-iya disana.

Jelas sekali kalau Jongsu langsung merasa terikat dengan Haemi. Ia bahkan mau saja saat dimintai tolong untuk memberi makan kucing Haemi selama Haemi pergi ke Afrika dalam sebuah perjalanan mencari jati diri. Setiap hari Jongsu mengunjungi apartemen Haemi, dan setiap hari itu pula ia merancap sambil membayangkan Haemi.

Iya. Merancap. Jongsu memang punya kehidupan yang sedikit, ehm, ganjil. Ia seperti selalu sendirian dan tak punya satu pun teman. Kita mendengar bahwa ayahnya sedang dalam masalah, tapi kita tak perlu tahu persisnya apa. Kita tahu bahwa sang ibu sudah meninggalkannya. Kita tahu Jongsu rutin mengunjungi kebun ayahnya di kampung. Film menuturkan detail kehidupan Jongsu dengan perlahan dan telaten, tapi rasa-rasanya gambaran besarnya masih saja buram.

Namun yang lebih buram adalah Ben (Steven Yeun). Jongsu ketemu Ben saat menjemput Haemi di bandara sekembalinya dari Afrika. Situasi ini menciptakan hubungan segitiga yang tak nyaman. Ben adalah teman seperjalanan Haemi. Tapi mereka sepertinya sangat akrab. Apakah mereka jadian? Entahlah. Haemi sepertinya menikmati sekali saat jalan dengan Ben, tapi ia juga berusaha untuk selalu mengajak Jongsu. Ben tampaknya juga tak pernah keberatan.

Jongsu punya firasat buruk soal Ben. Ada sesuatu yang janggal dengan Ben; ia sosialita, punya mobil Porsche dan apartemen mewah, tapi kelihatannya tak punya pekerjaan. Kepribadiannya mulus tapi nyaris hampa, bahkan mungkin punya bakat psikopat. Ben memberitahu Jongsu dan Haemi bahwa ia tak pernah menangis seumur hidup. Penampilan Steven Yeun luar biasa; ia menciptakan karakter dingin yang penuh misteri.

Film ini memang punya kemasan thriller kriminal. Namun ia lebih terasa seperti studi psikologi karakter. Atau barangkali lebih tepat: permainan studi psikologi karakter. Kita melihat sesuatu cukup banyak, tapi kita tetap saja tak tahu banyak. Apa maksud Ben terhadap Jongsu? Atau terhadap Haemi?

Atau soal Haemi sendiri. Apakah ia benar bisa dipercaya? Apakah Jongsu dulu memang pernah menyelamatkan Haemi saat terjebak di sumur? Atau itu hanya karangan Haemi belaka? Cerita film ini seolah cerita antara dua orang pria yang sangat berbeda dengan satu wanita polos terjebak di tengahnya. Apa benar begitu? Kebenaran hakiki adalah sebuah kemustahilan dalam Burning. Kita diperdaya untuk membuat asumsi yang belum tentu kebenarannya.

Ketika Haemi tiba-tiba menghilang, Jongsu hampir sepenuhnya yakin bahwa pelakunya adalah Ben, walau tak ada bukti yang jelas. Ini memancing Jongsu untuk membuntuti Ben. Jongsu ingat bahwa Ben pernah bilang bahwa ia suka membakar greenhouse; bukan untuk apa-apa, melainkan hanya untuk sekadar melihat greenhouse tersebut terbakar. Dan target selanjutnya, kata Ben sembari tersenyum, berada sangat dekat dengan Jongsu. Jongsu sangat percaya dengan ini sampai ia mengecek semua greenhouse di kampungnya. Jongsu tak menemukan apapun. Apakah Ben benar-benar tukang bakar atau cuma sedang mempermainkannya?

Film ini digarap oleh sutradara Lee Chang-dong dari cerita pendek karya penulis kenamaan Jepang, Haruki Murakami. Plotnya terasa berjalan dengan alami meski latarnya diubah menjadi di Korea. Film Lee dengan luar biasa menangkap nuansa kesendirian dan hasrat terpendam yang kerap ditemui dalam karya Murakami. Poin utamanya adalah apa yang diutarakan Haemi kepada Jongsu sebelum berangkat ke Afrika: "Semua orang lapar akan sesuatu."

Burning adalah pencapaian hebat dalam hal penciptaan suspens. Kita sukses dijaga untuk merasa tak nyaman dalam durasinya yang sangat panjang, nyaris 3 jam. Metode narasinya barangkali adalah aplikasi sinematis dari teori Kucing Schrodinger. Teori ini menyebutkan bahwa seekor kucing yang dimasukkan ke dalam kotak radioaktif, berada dalam kondisi hidup dan mati secara simultan. Kita belum tahu status kucingnya almarhum atau bukan sebelum kita melihat isi kotak tersebut. Entah sengaja atau tidak, Lee bahkan menyelipkan Kucing Schrodinger ala-ala ke dalam Burning. Jongsu dengan rutin memberi makan kucing Haemi, tapi ia tak pernah melihat wujud kucing tersebut. Meski begitu, makanannya selalu habis.

Saya sengaja bawa-bawa teori fisika kuantum biar dibilang intelek.

Lee tidak menciptakan Kucing Schrodinger-nya dengan manipulasi palsu. Alih-alih, ia melakukannya dengan memberikan latar situasi yang sedemikian kompleks demi menciptakan tensi. Ada perbedaan strata sosial dan kepribadian yang mencolok antara Jongsu dengan Ben. Apakah Jongsu merasa iri terhadap Ben? Ataukah Jongsu murka karena Ben tak mengapresiasi Haemi seperti ia menyukai Haemi? Saat Haemi bercerita di depan teman-teman Ben, Jongsu melihat sekilas Ben yang menguap bosan. Dan barangkali tak tahu itu semua, Haemi malah dengan nyaman menari bertelanjang dada di depan Ben.

Ada semacam sensasi bahaya yang mengendap-endap di dalam Burning. Dan kita tak tahu pasti apa itu. Saya lebih suka untuk berpikir bahwa apa yang terjadi tak seperti kelihatannya. Karena pilihan tersebut memang lebih nyaman. Namun, tetap ada rasa yang mengganjal bahwa apa yang terjadi memang seperti yang kita kira. Lebih mengerikan untuk dibayangkan, tapi tak apa, karena Jongsu sudah mendapat sebuah pelepasan. Kotak radioaktif kucing Schrodinger diputuskan untuk dimusnahkan. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Burning

148 menit
Dewasa
Lee Chang-dong
Oh Jung-mi, Lee Chang-dong (screenplay), Haruki Murakami (cerita)
Lee Joon-dong, Lee Chang-dong
Hong Kyung-pyo
Mowg

'Burning' adalah pencapaian hebat dalam hal penciptaan suspens.

“Why do we live? What is the significance of living?”
— Shin Hae-mi
Rating UP:
Sepanjang sejarah perfilman thriller, Burning barangkali merupakan salah satu film yang paling tak konklusif dari segi misteri. Namun, secara emosional, ia sangat memuaskan. Film ini dibangun dengan perlahan tapi sangat terukur, mencekat kita lewat cara yang tak terduga sembari memberi cukup ruang agar bobot emosionalnya terakumulasi dengan begitu hebat. Semua ini kemudian mengantarkan kita ke momen puncak yang saking gregetnya kita merasa sangat butuh sebuah pelepasan. Tidak bisa tidak. Wajib.

"Ya Tuhan, satu pelepasan saja dan saya akan lega," kita pikir.

Dan BAM! Burning memberikannya dengan cara dan waktu yang tepat.


Saya bisa menggambarkan Burning dengan deskripsi sederhana: sebuah cinta segitiga yang berujung pada cerita kriminal. Tapi saya bakal sotoy. Film ini jauh lebih kompleks daripada itu. Lagipula, saya tak tahu apakah deskripsi tersebut memang mewakili atau tidak. Saya bisa saja menonton film ini lebih dari 10 kali, dan ujung-ujungnya tetap saja tak bakal sepenuhnya yakin dengan apa yang (saya kira) saya lihat. Burning penuh dengan ketidakpastian dan justru itulah yang membuatnya sangat menegangkan.

Kita sebagai penonton, sama seperti para karakter di dalam film, tak persis tahu apa yang sebenarnya terjadi dan melihat karakter lain lewat kacamata masing-masing; persepsi yang sebetulnya hanyalah produk ambigu dari pengalaman hidup yang cuma sebentar dengan orang yang dimaksud. Apakah mereka memang betul seperti apa yang kita kira?

Mari kita mulai dengan karakter utama kita, Jongsu (Yoo Ah-in), pria kampung yang bercita-cita menjadi penulis walau saat ini hanya berkutat sebagai kurir di kota Seoul. Jongsu pendiam dan tak begitu ekspresif. Ia hanyalah pria biasa yang sama sekali tak mencolok. Namun seorang SPG seksi yang ditemuinya tak sengaja di jalan bilang bahwa mereka saling kenal. Katanya mereka dulu adalah teman sekelas di kampung. Jongsu melongo.

"Aku operasi plastik," celoteh si SPG. Cewek ini namanya Haemi (Jeon Jong-seo), seorang optimis, penuh semangat, dan tampaknya sangat polos. Saat nongkrong, Haemi kemudian bilang kepada Jongsu bahwa ia sedang mempelajari pantomim. Tak butuh lama, Jongsu diajak main ke apartemen Haemi dan mereka melakukan hal yang iya-iya disana.

Jelas sekali kalau Jongsu langsung merasa terikat dengan Haemi. Ia bahkan mau saja saat dimintai tolong untuk memberi makan kucing Haemi selama Haemi pergi ke Afrika dalam sebuah perjalanan mencari jati diri. Setiap hari Jongsu mengunjungi apartemen Haemi, dan setiap hari itu pula ia merancap sambil membayangkan Haemi.

Iya. Merancap. Jongsu memang punya kehidupan yang sedikit, ehm, ganjil. Ia seperti selalu sendirian dan tak punya satu pun teman. Kita mendengar bahwa ayahnya sedang dalam masalah, tapi kita tak perlu tahu persisnya apa. Kita tahu bahwa sang ibu sudah meninggalkannya. Kita tahu Jongsu rutin mengunjungi kebun ayahnya di kampung. Film menuturkan detail kehidupan Jongsu dengan perlahan dan telaten, tapi rasa-rasanya gambaran besarnya masih saja buram.

Namun yang lebih buram adalah Ben (Steven Yeun). Jongsu ketemu Ben saat menjemput Haemi di bandara sekembalinya dari Afrika. Situasi ini menciptakan hubungan segitiga yang tak nyaman. Ben adalah teman seperjalanan Haemi. Tapi mereka sepertinya sangat akrab. Apakah mereka jadian? Entahlah. Haemi sepertinya menikmati sekali saat jalan dengan Ben, tapi ia juga berusaha untuk selalu mengajak Jongsu. Ben tampaknya juga tak pernah keberatan.

Jongsu punya firasat buruk soal Ben. Ada sesuatu yang janggal dengan Ben; ia sosialita, punya mobil Porsche dan apartemen mewah, tapi kelihatannya tak punya pekerjaan. Kepribadiannya mulus tapi nyaris hampa, bahkan mungkin punya bakat psikopat. Ben memberitahu Jongsu dan Haemi bahwa ia tak pernah menangis seumur hidup. Penampilan Steven Yeun luar biasa; ia menciptakan karakter dingin yang penuh misteri.

Film ini memang punya kemasan thriller kriminal. Namun ia lebih terasa seperti studi psikologi karakter. Atau barangkali lebih tepat: permainan studi psikologi karakter. Kita melihat sesuatu cukup banyak, tapi kita tetap saja tak tahu banyak. Apa maksud Ben terhadap Jongsu? Atau terhadap Haemi?

Atau soal Haemi sendiri. Apakah ia benar bisa dipercaya? Apakah Jongsu dulu memang pernah menyelamatkan Haemi saat terjebak di sumur? Atau itu hanya karangan Haemi belaka? Cerita film ini seolah cerita antara dua orang pria yang sangat berbeda dengan satu wanita polos terjebak di tengahnya. Apa benar begitu? Kebenaran hakiki adalah sebuah kemustahilan dalam Burning. Kita diperdaya untuk membuat asumsi yang belum tentu kebenarannya.

Ketika Haemi tiba-tiba menghilang, Jongsu hampir sepenuhnya yakin bahwa pelakunya adalah Ben, walau tak ada bukti yang jelas. Ini memancing Jongsu untuk membuntuti Ben. Jongsu ingat bahwa Ben pernah bilang bahwa ia suka membakar greenhouse; bukan untuk apa-apa, melainkan hanya untuk sekadar melihat greenhouse tersebut terbakar. Dan target selanjutnya, kata Ben sembari tersenyum, berada sangat dekat dengan Jongsu. Jongsu sangat percaya dengan ini sampai ia mengecek semua greenhouse di kampungnya. Jongsu tak menemukan apapun. Apakah Ben benar-benar tukang bakar atau cuma sedang mempermainkannya?

Film ini digarap oleh sutradara Lee Chang-dong dari cerita pendek karya penulis kenamaan Jepang, Haruki Murakami. Plotnya terasa berjalan dengan alami meski latarnya diubah menjadi di Korea. Film Lee dengan luar biasa menangkap nuansa kesendirian dan hasrat terpendam yang kerap ditemui dalam karya Murakami. Poin utamanya adalah apa yang diutarakan Haemi kepada Jongsu sebelum berangkat ke Afrika: "Semua orang lapar akan sesuatu."

Burning adalah pencapaian hebat dalam hal penciptaan suspens. Kita sukses dijaga untuk merasa tak nyaman dalam durasinya yang sangat panjang, nyaris 3 jam. Metode narasinya barangkali adalah aplikasi sinematis dari teori Kucing Schrodinger. Teori ini menyebutkan bahwa seekor kucing yang dimasukkan ke dalam kotak radioaktif, berada dalam kondisi hidup dan mati secara simultan. Kita belum tahu status kucingnya almarhum atau bukan sebelum kita melihat isi kotak tersebut. Entah sengaja atau tidak, Lee bahkan menyelipkan Kucing Schrodinger ala-ala ke dalam Burning. Jongsu dengan rutin memberi makan kucing Haemi, tapi ia tak pernah melihat wujud kucing tersebut. Meski begitu, makanannya selalu habis.

Saya sengaja bawa-bawa teori fisika kuantum biar dibilang intelek.

Lee tidak menciptakan Kucing Schrodinger-nya dengan manipulasi palsu. Alih-alih, ia melakukannya dengan memberikan latar situasi yang sedemikian kompleks demi menciptakan tensi. Ada perbedaan strata sosial dan kepribadian yang mencolok antara Jongsu dengan Ben. Apakah Jongsu merasa iri terhadap Ben? Ataukah Jongsu murka karena Ben tak mengapresiasi Haemi seperti ia menyukai Haemi? Saat Haemi bercerita di depan teman-teman Ben, Jongsu melihat sekilas Ben yang menguap bosan. Dan barangkali tak tahu itu semua, Haemi malah dengan nyaman menari bertelanjang dada di depan Ben.

Ada semacam sensasi bahaya yang mengendap-endap di dalam Burning. Dan kita tak tahu pasti apa itu. Saya lebih suka untuk berpikir bahwa apa yang terjadi tak seperti kelihatannya. Karena pilihan tersebut memang lebih nyaman. Namun, tetap ada rasa yang mengganjal bahwa apa yang terjadi memang seperti yang kita kira. Lebih mengerikan untuk dibayangkan, tapi tak apa, karena Jongsu sudah mendapat sebuah pelepasan. Kotak radioaktif kucing Schrodinger diputuskan untuk dimusnahkan. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Burning

148 menit
Dewasa
Lee Chang-dong
Oh Jung-mi, Lee Chang-dong (screenplay), Haruki Murakami (cerita)
Lee Joon-dong, Lee Chang-dong
Hong Kyung-pyo
Mowg

Thursday, January 31, 2019

Film Stephen King ‘Doctor Sleep’ akan Dirilis Lebih Cepat

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Film Stephen King ‘Doctor Sleep’ akan Dirilis Lebih Cepat
link : Film Stephen King ‘Doctor Sleep’ akan Dirilis Lebih Cepat

Baca juga


Penantian fans Stephen King akan film adaptasi ‘Doctor Sleep’ dipastikan berlangsung lebih cepat. Pasalnya, Warner Bros. belum lama ini memajukan tanggal rilis sekuel ‘The Shining’.

Penantian fans Stephen King akan film adaptasi Doctor Sleep dipastikan berlangsung lebih cepat. Pasalnya, Warner Bros. belum lama ini memajukan tanggal rilis sekuel The Shining dari yang sebelumnya 24 Januari 2020, kini menjadi 8 November 2019.

Seolah ingin memastikan sekuel ini bisa sesolid film pertama yang digarap sineas legendaris Stanley Kubrick, studio pun memercayakan tongkat sutradara kepada Mike Flanagan, yang dikenal sebagai sineas horror bertalenta. Doctor Sleep diketahui telah merampungkan proses syutingnya sejak Desember 2018, dengan melibatkan beberapa akor/aktris ternama seperti Ewan McGregor, Rebecca Ferguson dan Jacob Tremblay.

Diadaptasi dari novel King berjudul sama yang terbit pada 2013 silam, film Doctor Sleep nantinya mengisahkan Danny Torrance – anak dari karakter utama The Shining – yang kini sudah menjadi pria dewasa. Bertahun-tahun setelah ia mengalami peristiwa mengerikan di film pertama, dalam sekuel ini Danny masih merasakan trauma masa lalu yang membuat dirinya jadi pecandu alkohol. Kehidupan Danny pun kembali terguncang setelah bertemu seorang gadis kecil yang punya kekuatan pikiran seperti dirinya. Pertemuan tak terduga ini akhirnya menghadapkan mereka pada sebuah sekte aneh yang mencari orang-orang berkemampuan seperti Danny.

Selain menjadi sutradara, Flanagan juga turut menulis skrip. Adapun Doctor Sleep jadi film adaptasi novel King kedua yang dibesut Flanagan, setelah Gerald's Game (2017) yang dinobatkan sebagai salah satu film adaptasi novel King terbaik. Sebelum itu, Flanagan konsisten menghadirkan film horror bagus seperti Oculus, Hush, Before I Wake dan Ouija: Origin of Evil. Dan belakangan Flanagan baru saja mengeluarkan The Haunting of Hill House, dimana serial horror Netflix ini sukses menuai respon positif.

Rencananya Doctor Sleep akan dirilis 8 November 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Penantian fans Stephen King akan film adaptasi ‘Doctor Sleep’ dipastikan berlangsung lebih cepat. Pasalnya, Warner Bros. belum lama ini memajukan tanggal rilis sekuel ‘The Shining’.

Penantian fans Stephen King akan film adaptasi Doctor Sleep dipastikan berlangsung lebih cepat. Pasalnya, Warner Bros. belum lama ini memajukan tanggal rilis sekuel The Shining dari yang sebelumnya 24 Januari 2020, kini menjadi 8 November 2019.

Seolah ingin memastikan sekuel ini bisa sesolid film pertama yang digarap sineas legendaris Stanley Kubrick, studio pun memercayakan tongkat sutradara kepada Mike Flanagan, yang dikenal sebagai sineas horror bertalenta. Doctor Sleep diketahui telah merampungkan proses syutingnya sejak Desember 2018, dengan melibatkan beberapa akor/aktris ternama seperti Ewan McGregor, Rebecca Ferguson dan Jacob Tremblay.

Diadaptasi dari novel King berjudul sama yang terbit pada 2013 silam, film Doctor Sleep nantinya mengisahkan Danny Torrance – anak dari karakter utama The Shining – yang kini sudah menjadi pria dewasa. Bertahun-tahun setelah ia mengalami peristiwa mengerikan di film pertama, dalam sekuel ini Danny masih merasakan trauma masa lalu yang membuat dirinya jadi pecandu alkohol. Kehidupan Danny pun kembali terguncang setelah bertemu seorang gadis kecil yang punya kekuatan pikiran seperti dirinya. Pertemuan tak terduga ini akhirnya menghadapkan mereka pada sebuah sekte aneh yang mencari orang-orang berkemampuan seperti Danny.

Selain menjadi sutradara, Flanagan juga turut menulis skrip. Adapun Doctor Sleep jadi film adaptasi novel King kedua yang dibesut Flanagan, setelah Gerald's Game (2017) yang dinobatkan sebagai salah satu film adaptasi novel King terbaik. Sebelum itu, Flanagan konsisten menghadirkan film horror bagus seperti Oculus, Hush, Before I Wake dan Ouija: Origin of Evil. Dan belakangan Flanagan baru saja mengeluarkan The Haunting of Hill House, dimana serial horror Netflix ini sukses menuai respon positif.

Rencananya Doctor Sleep akan dirilis 8 November 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

‘Suicide Squad 2’ akan Jadi Reboot, Usung Pemain & Karakter Baru

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : ‘Suicide Squad 2’ akan Jadi Reboot, Usung Pemain & Karakter Baru
link : ‘Suicide Squad 2’ akan Jadi Reboot, Usung Pemain & Karakter Baru

Baca juga


Menyusul bergabungnya James Gunn sebagai penulis skrip, ‘Suicide Squad 2’ disebut akan menempuh arah baru, yang membuatnya berbeda dari film sebelumnya.

Menyusul bergabungnya James Gunn sebagai penulis skrip, Suicide Squad 2 disebut akan menempuh arah baru, yang membuatnya berbeda dari film sebelumnya. Perubahan sekuel ini pun agaknya sudah mulai terlihat jika merujuk pada kabar terbaru yang dilansir THR.

Berdasarkan informasi yang mengemuka, sembari menyelesaikan naskah Suicide Squad 2, Gunn kini bernegosiasi dengan Warner Bros. untuk menjadi sutradara filmnya. Jika Gunn sepakat, maka film ini pun akan dirombak sesuai dengan visi Gunn. Dikatakan eks sutradara Guardians of the Galaxy Vol. 3 ini akan mengubah Suicide Squad 2 dengan menyertakan karakter dan pemain yang hampir semuanya baru.

Tak hanya itu, film tim antihero ini juga akan mewakili ciri khas Gunn, yang sebelumnya sempat ia tunjukkan di dua film pertama Guardians. Jika memang demikian, maka Suicide Squad 2 akan jadi film action dengan humor kocak, didukung dengan cerita serta karakter yang memikat. Dengan segala konsep baru ini, Suicide Squad 2 kabarnya bukan diposisikan sebagai sekuel sejati, melainkan “relaunch” yang dinilai sebagai reboot halus. Wajar saja kalau studio belum lama ini mengganti judul filmnya menjadi The Suicide Squad.

Gunn sendiri sebelumnya sukses menulis dan menyutradarai dua film Guardians of the Galaxy produksi Marvel. Berkat kemampuannya yang ciamik, Gunn pun kembali dipercaya untuk membesut Guardians 3, dengan jadwal syuting potensial pada 2019. Gunn juga sempat mengakui ia telah menyelesaikan naskah Guardians 3. Sayangnya, disaat segala sesuatunya berjalan mulus, tiba-tiba tweet lama Gunn yang tak senonoh muncul ke permukaan, hingga akhirnya ia dipecat oleh Disney. Meski jajaran pemain Guardians 3 telah melayangkan protes, Disney tetap kukuh dengan keputusannya, dan membuat Gunn dilirik sejumlah studio Hollywood untuk menangani proyek film mereka.

Kini dengan potensi Gunn menjadi sutradara The Suicide Squad, belum ada kejelasan soal keterlibatan pemain dari film pertama. Namun karena Gunn tak berniat mengusung pemain yang seluruhnya baru, ada kemungkinan ia memboyong beberapa pemain penting dari film pertama, semisal Margot Robbie (Harley Quinn), Will Smith (Deadshot) dan Jared Leto (Joker). Sementara untuk anggota baru Suicide Squad yang hendak dibawa Gunn, diduga takkan jauh-jauh dari daftar musuh besar Batman. Karena di komiknya, Suicide Squad merupakan satgas anti teror bentukan pemerintah, yang beranggotakan penjahat yang berhasil dipenjarakan The Dark Knight.

Rencananya The Suicide Squad akan dirilis 6 Agustus 2021.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Menyusul bergabungnya James Gunn sebagai penulis skrip, ‘Suicide Squad 2’ disebut akan menempuh arah baru, yang membuatnya berbeda dari film sebelumnya.

Menyusul bergabungnya James Gunn sebagai penulis skrip, Suicide Squad 2 disebut akan menempuh arah baru, yang membuatnya berbeda dari film sebelumnya. Perubahan sekuel ini pun agaknya sudah mulai terlihat jika merujuk pada kabar terbaru yang dilansir THR.

Berdasarkan informasi yang mengemuka, sembari menyelesaikan naskah Suicide Squad 2, Gunn kini bernegosiasi dengan Warner Bros. untuk menjadi sutradara filmnya. Jika Gunn sepakat, maka film ini pun akan dirombak sesuai dengan visi Gunn. Dikatakan eks sutradara Guardians of the Galaxy Vol. 3 ini akan mengubah Suicide Squad 2 dengan menyertakan karakter dan pemain yang hampir semuanya baru.

Tak hanya itu, film tim antihero ini juga akan mewakili ciri khas Gunn, yang sebelumnya sempat ia tunjukkan di dua film pertama Guardians. Jika memang demikian, maka Suicide Squad 2 akan jadi film action dengan humor kocak, didukung dengan cerita serta karakter yang memikat. Dengan segala konsep baru ini, Suicide Squad 2 kabarnya bukan diposisikan sebagai sekuel sejati, melainkan “relaunch” yang dinilai sebagai reboot halus. Wajar saja kalau studio belum lama ini mengganti judul filmnya menjadi The Suicide Squad.

Gunn sendiri sebelumnya sukses menulis dan menyutradarai dua film Guardians of the Galaxy produksi Marvel. Berkat kemampuannya yang ciamik, Gunn pun kembali dipercaya untuk membesut Guardians 3, dengan jadwal syuting potensial pada 2019. Gunn juga sempat mengakui ia telah menyelesaikan naskah Guardians 3. Sayangnya, disaat segala sesuatunya berjalan mulus, tiba-tiba tweet lama Gunn yang tak senonoh muncul ke permukaan, hingga akhirnya ia dipecat oleh Disney. Meski jajaran pemain Guardians 3 telah melayangkan protes, Disney tetap kukuh dengan keputusannya, dan membuat Gunn dilirik sejumlah studio Hollywood untuk menangani proyek film mereka.

Kini dengan potensi Gunn menjadi sutradara The Suicide Squad, belum ada kejelasan soal keterlibatan pemain dari film pertama. Namun karena Gunn tak berniat mengusung pemain yang seluruhnya baru, ada kemungkinan ia memboyong beberapa pemain penting dari film pertama, semisal Margot Robbie (Harley Quinn), Will Smith (Deadshot) dan Jared Leto (Joker). Sementara untuk anggota baru Suicide Squad yang hendak dibawa Gunn, diduga takkan jauh-jauh dari daftar musuh besar Batman. Karena di komiknya, Suicide Squad merupakan satgas anti teror bentukan pemerintah, yang beranggotakan penjahat yang berhasil dipenjarakan The Dark Knight.

Rencananya The Suicide Squad akan dirilis 6 Agustus 2021.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Film Zombie Resmi Jadi Karya Terbaru Zack Snyder

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Film Zombie Resmi Jadi Karya Terbaru Zack Snyder
link : Film Zombie Resmi Jadi Karya Terbaru Zack Snyder

Baca juga


Setelah sempat hiatus karena tragedi yang menimpa keluarganya, Zack Snyder akhirnya bangkit dan siap comeback dengan film terbarunya yang berpusat pada invasi zombie, ‘Army of the Dead’. Jangan lupa untuk share atau like artikel ini jika kalian suka ya guys

Setelah sempat hiatus karena tragedi yang menimpa keluarganya pada 2017 lalu, Zack Snyder akhirnya bangkit dan siap comeback dengan karya terbarunya. Namun alih-alih film superhero atau adaptasi komik yang selama ini jadi ciri khasnya, film teranyar Snyder ini justru berpusat pada zombie dan mengusung judul Army of the Dead. Ini bukan pertama kalinya Snyder membuat film zombie, mengingat di awal karirnya ia telah membesut Dawn of the Dead (2002) yang kemudian membesarkan namanya.

Sekilas mengenai karir Snyder, ia merupakan sutradara di balik dua film adaptasi komik mengesankan, 300 (2006) dan Watchmen (2009). Snyder juga sempat menghadirkan film yang datang dari idenya sendiri, Sucker Punch, namun sayangnya film dengan karakter utama perempuan ini jatuh mengecewakan. Mengetahui potensi Snyder dalam menangani film komik, Warner Bros. pun menunjuknya sebagai sutradara Man of Steel, yang memberikan perspektif baru terhadap kisah Superman. Sayangnya, visi kelam Snyder untuk Superman justru menimbulkan sentimen negatif tersendiri dan membuat sebagian fans meradang.

Kendati demikian, sineas yang jago menciptakan adegan bervisual keren masih dipercaya WB untuk mendalangi Batman v Superman dan Justice League. Namun lantaran duel superhero ikonik gagal memenuhi ekspektasi, Snyder pun semakin banyak dikritik hingga ia diminta mundur dari Justice League. Waktu pun terus berjalan, dan di tengah kesibukannya menggarap film tim superhero DC, Snyder mengundurkan diri lantaran berkabung atas kematian putrinya. Sineas yang sempat jadi arsitek DC Extended Universe ini pun akhirnya memilih Joss Whedon sebagai penggantinya dalam menyutradarai Justice League.

Menurut informasi dari THR, Army of the Dead mengisahkan seorang pria yang membentuk kelompok pembunuh bayaran demi melakukan aksi perampokan beresiko tinggi di tengah invasi zombie yang melanda Las Vegas. Dengan naskah yang ditulis Joby Harold, Army of the Dead awalnya dimotori WB sebelum diambil alih oleh Netflix. Dengan jadwal syuting musim panas 2018 dan budget berkisar $90 juta, Snyder menjanjikan Army of the Dead akan jadi film zombie yang seru, epik dan gila.

Untuk saat ini Army of the Dead belum memiliki tanggal rilis.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Setelah sempat hiatus karena tragedi yang menimpa keluarganya, Zack Snyder akhirnya bangkit dan siap comeback dengan film terbarunya yang berpusat pada invasi zombie, ‘Army of the Dead’. Jangan lupa untuk share atau like artikel ini jika kalian suka ya guys

Setelah sempat hiatus karena tragedi yang menimpa keluarganya pada 2017 lalu, Zack Snyder akhirnya bangkit dan siap comeback dengan karya terbarunya. Namun alih-alih film superhero atau adaptasi komik yang selama ini jadi ciri khasnya, film teranyar Snyder ini justru berpusat pada zombie dan mengusung judul Army of the Dead. Ini bukan pertama kalinya Snyder membuat film zombie, mengingat di awal karirnya ia telah membesut Dawn of the Dead (2002) yang kemudian membesarkan namanya.

Sekilas mengenai karir Snyder, ia merupakan sutradara di balik dua film adaptasi komik mengesankan, 300 (2006) dan Watchmen (2009). Snyder juga sempat menghadirkan film yang datang dari idenya sendiri, Sucker Punch, namun sayangnya film dengan karakter utama perempuan ini jatuh mengecewakan. Mengetahui potensi Snyder dalam menangani film komik, Warner Bros. pun menunjuknya sebagai sutradara Man of Steel, yang memberikan perspektif baru terhadap kisah Superman. Sayangnya, visi kelam Snyder untuk Superman justru menimbulkan sentimen negatif tersendiri dan membuat sebagian fans meradang.

Kendati demikian, sineas yang jago menciptakan adegan bervisual keren masih dipercaya WB untuk mendalangi Batman v Superman dan Justice League. Namun lantaran duel superhero ikonik gagal memenuhi ekspektasi, Snyder pun semakin banyak dikritik hingga ia diminta mundur dari Justice League. Waktu pun terus berjalan, dan di tengah kesibukannya menggarap film tim superhero DC, Snyder mengundurkan diri lantaran berkabung atas kematian putrinya. Sineas yang sempat jadi arsitek DC Extended Universe ini pun akhirnya memilih Joss Whedon sebagai penggantinya dalam menyutradarai Justice League.

Menurut informasi dari THR, Army of the Dead mengisahkan seorang pria yang membentuk kelompok pembunuh bayaran demi melakukan aksi perampokan beresiko tinggi di tengah invasi zombie yang melanda Las Vegas. Dengan naskah yang ditulis Joby Harold, Army of the Dead awalnya dimotori WB sebelum diambil alih oleh Netflix. Dengan jadwal syuting musim panas 2018 dan budget berkisar $90 juta, Snyder menjanjikan Army of the Dead akan jadi film zombie yang seru, epik dan gila.

Untuk saat ini Army of the Dead belum memiliki tanggal rilis.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Wednesday, January 30, 2019

Sutradara ‘The Batman’ Ungkap Pendekatan Cerita, Villain, Hingga Jadwal Rilis Potensial

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Sutradara ‘The Batman’ Ungkap Pendekatan Cerita, Villain, Hingga Jadwal Rilis Potensial
link : Sutradara ‘The Batman’ Ungkap Pendekatan Cerita, Villain, Hingga Jadwal Rilis Potensial

Baca juga


Sutradara Matt Reeves membeberkan pendekatan cerita, villain dan jadwal rilis potensial ‘The Batman’, hingga strategi baru Warner Bros. dalam memproduksi film-film superhero DC.

Memulai proses pengembangan The Batman tak lama pasca merilis War for the Planet of the Apes pada 2017, sutradara Matt Reeves akhirnya berbagi banyak detail menarik seputar proyek film DC. Tak tanggung-tanggung, saat diwawancarai THR, Reeves membeberkan pendekatan cerita yang ia gunakan, villain dan jadwal rilis potensial, hingga strategi baru Warner Bros. dalam memproduksi film-film superhero DC.

Dimulai dari cerita, Reeves mengungkapkan harapannya untuk bisa menghadirkan kisah Batman yang tak hanya menegangkan, tapi juga emosional. Untuk mewujudkan visinya itu, Reeves memilih atmosfer ala film noir untuk The Batman, dan nantinya film ini akan lebih menonjolkan skill detektif Batman ketimbang film-film Batman sebelumnya. Konsep Batman sebagai detektif ini diusung Reeves karena di komiknya, sang superhero dijuluki World’s Greatest Detective. Selain itu, konsep detektif ini juga belum pernah jadi elemen utama dalam film-film Batman terdahulu, sehingga keputusan Reeves ini dinilai akan membuat The Batman tampil fresh.

Lebih spesifik lagi, Reeves menyatakan ingin melihat Batman versinya melakukan perjalanan untuk melacak keberadaan penjahat dan mengusut kasus kriminal. Dari cerita seperti ini, Reeves melihat karakter Batman bisa berevolusi seiring berjalannya waktu. Berangkat dari penjelasan Reeves, Batman versinya kemungkinan akan lebih banyak memecahkan teka-teki dan menginterogasi, daripada bertarung dengan segala gadget andalannya.

Lebih dari itu, Reeves mengkonfirmasi The Batman akan menghadirkan Rogues Gallery, sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut deretan penjahat di dunia superhero. Kendati tak mengungkap karakter mana yang tergabung dalam Rogues Gallery, pengakuan Reeves mengisyaratkan di filmnya nanti Batman akan menghadapi beberapa villain sekaligus. Adapun Reeves memastikan proses pencarian pemain akan segera dimulai, namun sayangnya ia belum buka suara apakah Ben Affleck akan kembali sebagai Batman. Yang jelas, saat ini Reeves masih fokus mematangkan skrip, dan memperkirakan The Batman akan dirilis akhir musim semi atau musim panas 2021.

Di luar The Batman, Reeves pun juga berbagi detail lain yang tak kalah menarik, yang menyangkut strategi baru WB untuk DCEU. Diakuinya, sekarang studio berkeyakinan bahwa mereka tak perlu berusaha menyelaraskan atau menghubungkan film-film DCEU. Karena kini prioritas utama WB adalah membuat film bagus berdasarkan karakter DC yang mereka miliki. Dengan demikian, wajar saja bila Reeves mengakui studio sangat supportif dan memberinya banyak waktu dalam meracik cerita The Batman.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Sutradara Matt Reeves membeberkan pendekatan cerita, villain dan jadwal rilis potensial ‘The Batman’, hingga strategi baru Warner Bros. dalam memproduksi film-film superhero DC.

Memulai proses pengembangan The Batman tak lama pasca merilis War for the Planet of the Apes pada 2017, sutradara Matt Reeves akhirnya berbagi banyak detail menarik seputar proyek film DC. Tak tanggung-tanggung, saat diwawancarai THR, Reeves membeberkan pendekatan cerita yang ia gunakan, villain dan jadwal rilis potensial, hingga strategi baru Warner Bros. dalam memproduksi film-film superhero DC.

Dimulai dari cerita, Reeves mengungkapkan harapannya untuk bisa menghadirkan kisah Batman yang tak hanya menegangkan, tapi juga emosional. Untuk mewujudkan visinya itu, Reeves memilih atmosfer ala film noir untuk The Batman, dan nantinya film ini akan lebih menonjolkan skill detektif Batman ketimbang film-film Batman sebelumnya. Konsep Batman sebagai detektif ini diusung Reeves karena di komiknya, sang superhero dijuluki World’s Greatest Detective. Selain itu, konsep detektif ini juga belum pernah jadi elemen utama dalam film-film Batman terdahulu, sehingga keputusan Reeves ini dinilai akan membuat The Batman tampil fresh.

Lebih spesifik lagi, Reeves menyatakan ingin melihat Batman versinya melakukan perjalanan untuk melacak keberadaan penjahat dan mengusut kasus kriminal. Dari cerita seperti ini, Reeves melihat karakter Batman bisa berevolusi seiring berjalannya waktu. Berangkat dari penjelasan Reeves, Batman versinya kemungkinan akan lebih banyak memecahkan teka-teki dan menginterogasi, daripada bertarung dengan segala gadget andalannya.

Lebih dari itu, Reeves mengkonfirmasi The Batman akan menghadirkan Rogues Gallery, sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut deretan penjahat di dunia superhero. Kendati tak mengungkap karakter mana yang tergabung dalam Rogues Gallery, pengakuan Reeves mengisyaratkan di filmnya nanti Batman akan menghadapi beberapa villain sekaligus. Adapun Reeves memastikan proses pencarian pemain akan segera dimulai, namun sayangnya ia belum buka suara apakah Ben Affleck akan kembali sebagai Batman. Yang jelas, saat ini Reeves masih fokus mematangkan skrip, dan memperkirakan The Batman akan dirilis akhir musim semi atau musim panas 2021.

Di luar The Batman, Reeves pun juga berbagi detail lain yang tak kalah menarik, yang menyangkut strategi baru WB untuk DCEU. Diakuinya, sekarang studio berkeyakinan bahwa mereka tak perlu berusaha menyelaraskan atau menghubungkan film-film DCEU. Karena kini prioritas utama WB adalah membuat film bagus berdasarkan karakter DC yang mereka miliki. Dengan demikian, wajar saja bila Reeves mengakui studio sangat supportif dan memberinya banyak waktu dalam meracik cerita The Batman.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Box Office: 'Glass' di Puncak, 'Aquaman' Jadi Film Terlaris DC

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Box Office, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Box Office: 'Glass' di Puncak, 'Aquaman' Jadi Film Terlaris DC
link : Box Office: 'Glass' di Puncak, 'Aquaman' Jadi Film Terlaris DC

Baca juga


'Glass' masih bertahan di puncak. Sementara itu, 'Aquaman' menumbangkan 'The Dark Knight Rises' sebagai film DC terlaris sepanjang masa. Berikut rekap box office minggu ini.

Box office minggu ini relatif sepi. Bukan karena tak ada film baru yang dirilis, melainkan karena film-film baru tersebut rupanya tak begitu mampu untuk bersaing. Hal ini membuat pemuncak box office masih diisi oleh film-film dari minggu lalu.

Di posisi pertama, Glass rupanya bisa mempertahankan tahtanya meski mengalami penurunan performa yang signifikan, 53,2%. Dengan pendapatan $18,9 juta minggu ini, film M Night Shyamalan ini sudah mengumpulkan $73,4 juta hanya dalam dua minggu saja. Meski begitu, performa ini tetap lebih lemah dibanding Split.

Di luar Amerika, Glass mendapat tambahan $23,6 juta dari 55 negara. Kecuali Cina yang masih menunggu jadwal penayangan, Glass sudah dirilis di semua pasar target. Total pendapatan globalnya adalah $162,7 juta, juga lebih lemah dibanding performa minggu kedua Split.

Film yang baru dirilis minggu ini adalah The Kid Who Would Be King. Film fantasi keluarga yang dibuat dengan bujet $59 juta ini mendapat review kritikus dan CinemaScore yang lumayan, "B+". Namun mungkin memang tak begitu mampu menarik perhatian penonton, sehingga debut minggu perdananya hanya $7,2 juta saja.

Film ini juga sudah tayang di 20 negara, dimana ia mendapat sumbangan tambahan sebesar $3,2 juta. Total debut globalnya menjadi $10,4 juta.

The Upside melanjutkan performa solidnya di minggu ketiga, dimana sejauh ini ia sudah meraup $62,8 juta. Mendapat $11,9 juta, film ini hanya mengalami penurunan 20,4% saja. Hasil ini cukup untuk menempatkannya di posisi dua. Tambahan $1,1 juta minggu ini dari 38 negara membuat total pendapatan globalnya menjadi $68,9 juta.

Aquaman juga masih tangguh, hanya turun 28,6% saja dari minggu lalu. Pendapatannya minggu ini adalah $7,3 juta dengan total $316,4 juta. Artinya, ia masih berada di bawah Suicide Squad ($325,6 juta). Namun di luar Amerika, Aquaman membuat ombak besar dengan menjadi film superhero DC terlaris sepanjang masa.

Yup, ia tak hanya mengalahkan Batman v Superman (yang merupakan film DC Extended Universe terlaris), melainkan juga menggulingkan The Dark Knight Rises ($1,08 miliar) berkat pendapatan globalnya yang sudah mencapai angka $1,09 miliar. Masih bakal ada tambahan, karena Jepang baru akan menayangkannya awal Februari nanti.

Memasuki minggu ketujuh, Spider-Man: Into the Spider-Verse rupanya masih bisa bertahan di lima besar dengan $6,1 juta. Selama tayang, ia sudah mengumpulkan $169 juta. Hanya dalam sekejap mata, ia bakal melewati rekor Hotel Transylvania 2 yang merupakan film Sony Animation terlaris sepanjang masa. Tambahan $2,8 juta dari 63 negara mengantarkan total pendapatan globalnya menjadi $338,1 juta.

Film Serenity yang dibintangi oleh Matthew McConaughey dan Anne Hathaway mendapat nasib yang naas. Dibantai oleh kritikus sekaligus penonton (CinemaScore "D+"), film ini hanya mampu mencatatkan debut $4,4 juta saja. Angka segitu tak mamu membawanya masuk ke dalam lima besar box office minggu ini.

Sementara itu, Deadpool 2 akhirnya masuk juga ke Cina dalam wujud Once Upon a Deadpool. Barangkali dinilai terlalu vulgar, Merc with a Mouth ternyata bisa menginvasi Cina lewat versi yang lebih aman. Disana, ia mencetak debut sebesar $21,4 juta.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Weekend Box Office 25 Januari - 27 Januari 2019

1.

Glass
Minggu ini $18,884,440
Total $73,425,575

2.

The Upside
Minggu ini $11,940,352
Total $62,845,198

3.

Aquaman
Minggu ini $7,265,123
Total $316,469,197

4.

The Kid Who Would Be King
Minggu ini $7,173,887
Total $7,173,887

5.

Spider-Man: Into the Spider-Verse
Minggu ini $6,110,126
Total $169,000,242
Ulasan Weekend Box Office Minggu Sebelumnya: Box Office: 'Glass' Rapuh, 'Dragon Ball Super' Tangguh ■UP

'Glass' masih bertahan di puncak. Sementara itu, 'Aquaman' menumbangkan 'The Dark Knight Rises' sebagai film DC terlaris sepanjang masa. Berikut rekap box office minggu ini.

Box office minggu ini relatif sepi. Bukan karena tak ada film baru yang dirilis, melainkan karena film-film baru tersebut rupanya tak begitu mampu untuk bersaing. Hal ini membuat pemuncak box office masih diisi oleh film-film dari minggu lalu.

Di posisi pertama, Glass rupanya bisa mempertahankan tahtanya meski mengalami penurunan performa yang signifikan, 53,2%. Dengan pendapatan $18,9 juta minggu ini, film M Night Shyamalan ini sudah mengumpulkan $73,4 juta hanya dalam dua minggu saja. Meski begitu, performa ini tetap lebih lemah dibanding Split.

Di luar Amerika, Glass mendapat tambahan $23,6 juta dari 55 negara. Kecuali Cina yang masih menunggu jadwal penayangan, Glass sudah dirilis di semua pasar target. Total pendapatan globalnya adalah $162,7 juta, juga lebih lemah dibanding performa minggu kedua Split.

Film yang baru dirilis minggu ini adalah The Kid Who Would Be King. Film fantasi keluarga yang dibuat dengan bujet $59 juta ini mendapat review kritikus dan CinemaScore yang lumayan, "B+". Namun mungkin memang tak begitu mampu menarik perhatian penonton, sehingga debut minggu perdananya hanya $7,2 juta saja.

Film ini juga sudah tayang di 20 negara, dimana ia mendapat sumbangan tambahan sebesar $3,2 juta. Total debut globalnya menjadi $10,4 juta.

The Upside melanjutkan performa solidnya di minggu ketiga, dimana sejauh ini ia sudah meraup $62,8 juta. Mendapat $11,9 juta, film ini hanya mengalami penurunan 20,4% saja. Hasil ini cukup untuk menempatkannya di posisi dua. Tambahan $1,1 juta minggu ini dari 38 negara membuat total pendapatan globalnya menjadi $68,9 juta.

Aquaman juga masih tangguh, hanya turun 28,6% saja dari minggu lalu. Pendapatannya minggu ini adalah $7,3 juta dengan total $316,4 juta. Artinya, ia masih berada di bawah Suicide Squad ($325,6 juta). Namun di luar Amerika, Aquaman membuat ombak besar dengan menjadi film superhero DC terlaris sepanjang masa.

Yup, ia tak hanya mengalahkan Batman v Superman (yang merupakan film DC Extended Universe terlaris), melainkan juga menggulingkan The Dark Knight Rises ($1,08 miliar) berkat pendapatan globalnya yang sudah mencapai angka $1,09 miliar. Masih bakal ada tambahan, karena Jepang baru akan menayangkannya awal Februari nanti.

Memasuki minggu ketujuh, Spider-Man: Into the Spider-Verse rupanya masih bisa bertahan di lima besar dengan $6,1 juta. Selama tayang, ia sudah mengumpulkan $169 juta. Hanya dalam sekejap mata, ia bakal melewati rekor Hotel Transylvania 2 yang merupakan film Sony Animation terlaris sepanjang masa. Tambahan $2,8 juta dari 63 negara mengantarkan total pendapatan globalnya menjadi $338,1 juta.

Film Serenity yang dibintangi oleh Matthew McConaughey dan Anne Hathaway mendapat nasib yang naas. Dibantai oleh kritikus sekaligus penonton (CinemaScore "D+"), film ini hanya mampu mencatatkan debut $4,4 juta saja. Angka segitu tak mamu membawanya masuk ke dalam lima besar box office minggu ini.

Sementara itu, Deadpool 2 akhirnya masuk juga ke Cina dalam wujud Once Upon a Deadpool. Barangkali dinilai terlalu vulgar, Merc with a Mouth ternyata bisa menginvasi Cina lewat versi yang lebih aman. Disana, ia mencetak debut sebesar $21,4 juta.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Weekend Box Office 25 Januari - 27 Januari 2019

1.

Glass
Minggu ini $18,884,440
Total $73,425,575

2.

The Upside
Minggu ini $11,940,352
Total $62,845,198

3.

Aquaman
Minggu ini $7,265,123
Total $316,469,197

4.

The Kid Who Would Be King
Minggu ini $7,173,887
Total $7,173,887

5.

Spider-Man: Into the Spider-Verse
Minggu ini $6,110,126
Total $169,000,242
Ulasan Weekend Box Office Minggu Sebelumnya: Box Office: 'Glass' Rapuh, 'Dragon Ball Super' Tangguh ■UP

Tuesday, January 29, 2019

Alasan Jake Gyllenhaal Mau Perankan Mysterio di ‘Spider-Man: Far From Home’

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Alasan Jake Gyllenhaal Mau Perankan Mysterio di ‘Spider-Man: Far From Home’
link : Alasan Jake Gyllenhaal Mau Perankan Mysterio di ‘Spider-Man: Far From Home’

Baca juga


Jake Gyllenhaal menjelaskan alasannya menerima peran Mysterio di ‘Spider-Man: Far From Home’.

Setelah sekian lama tak bermain di film blockbuster sejak Prince of Persia, Jake Gyllenhaal akhirnya terlibat di film sejenis lewat Spider-Man: Far from Home dengan berperan sebagai Mysterio. Saat ditemui media di sela perhelatan Sundance Film Festival, Jake pun menjelaskan alasannya memerankan karakter yang dikenal sebagai musuh Spider-Man.

Menurut pengakuan Jake, Mysterio adalah karakter yang kompleks, dan hal ini dinilai Jake sangat cocok dengan kemampuan aktingnya, yang selama ini diakui kritikus selalu impresif. Selain menyebut Mysterio karakter yang bagus, Jake juga mengungkapkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, ia kerap ditanyai akankah ia membintangi film superhero. Merespon pertanyaan itu, Jake menyatakan bahwa ia selalu mencari film dengan cerita yang mengedepankan pengembangan karakter, karena hal inilah yang jadi alasan utama Jake dalam mengambil peran. Dan akhirnya, Jake merasa Far From Home secara kebetulan memenuhi “syarat” agar ia mau bergabung. “Jadi, saya senang publik menantikan ini (aksinya di Far From Home,”pungkasnya.

Dalam komiknya, meski tak memiliki kekuatan super, Mysterio adalah seorang pesulap, ilusionis dan ahli hipnotis yang sangat handal. Selain itu, villain berkostum unik ini juga mahir meracik ramuan kimia dan memahami teknologi robotik, yang membuatnya jadi salah satu musuh paling berbahaya bagi Spider-Man. Bagaimanapun, status villain Mysterio tampaknya akan punya twist tersendiri di Far From Home. Pasalnya, di trailer filmnya Mysterio justru terlihat menolong Spider-Man (Tom Holland) dalam melawan musuh misterius.

Dalam sekuel Homecoming, Peter Parker dan teman-temannya dikisahkan menghabiskan waktu liburan musim panas mereka di Eropa. Sayangnya, momen menyenangkan ini justru berakhir mengerikan, seiring Peter harus bersedia membantu Nick Fury untuk menguak keberadaan makhluk misterius yang menimbulkan bencana alam dan kehancuran di seantero Benua Biru.

Rencananya Spider-Man: Far From Home akan dirilis 5 Juli 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Jake Gyllenhaal menjelaskan alasannya menerima peran Mysterio di ‘Spider-Man: Far From Home’.

Setelah sekian lama tak bermain di film blockbuster sejak Prince of Persia, Jake Gyllenhaal akhirnya terlibat di film sejenis lewat Spider-Man: Far from Home dengan berperan sebagai Mysterio. Saat ditemui media di sela perhelatan Sundance Film Festival, Jake pun menjelaskan alasannya memerankan karakter yang dikenal sebagai musuh Spider-Man.

Menurut pengakuan Jake, Mysterio adalah karakter yang kompleks, dan hal ini dinilai Jake sangat cocok dengan kemampuan aktingnya, yang selama ini diakui kritikus selalu impresif. Selain menyebut Mysterio karakter yang bagus, Jake juga mengungkapkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, ia kerap ditanyai akankah ia membintangi film superhero. Merespon pertanyaan itu, Jake menyatakan bahwa ia selalu mencari film dengan cerita yang mengedepankan pengembangan karakter, karena hal inilah yang jadi alasan utama Jake dalam mengambil peran. Dan akhirnya, Jake merasa Far From Home secara kebetulan memenuhi “syarat” agar ia mau bergabung. “Jadi, saya senang publik menantikan ini (aksinya di Far From Home,”pungkasnya.

Dalam komiknya, meski tak memiliki kekuatan super, Mysterio adalah seorang pesulap, ilusionis dan ahli hipnotis yang sangat handal. Selain itu, villain berkostum unik ini juga mahir meracik ramuan kimia dan memahami teknologi robotik, yang membuatnya jadi salah satu musuh paling berbahaya bagi Spider-Man. Bagaimanapun, status villain Mysterio tampaknya akan punya twist tersendiri di Far From Home. Pasalnya, di trailer filmnya Mysterio justru terlihat menolong Spider-Man (Tom Holland) dalam melawan musuh misterius.

Dalam sekuel Homecoming, Peter Parker dan teman-temannya dikisahkan menghabiskan waktu liburan musim panas mereka di Eropa. Sayangnya, momen menyenangkan ini justru berakhir mengerikan, seiring Peter harus bersedia membantu Nick Fury untuk menguak keberadaan makhluk misterius yang menimbulkan bencana alam dan kehancuran di seantero Benua Biru.

Rencananya Spider-Man: Far From Home akan dirilis 5 Juli 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem