Saturday, February 16, 2019

Review Film: 'Cold Pursuit' (2019)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Aksi, Artikel Review, Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Cold Pursuit' (2019)
link : Review Film: 'Cold Pursuit' (2019)

Baca juga


Yang lebih sadis disini adalah bagaimana filmnya mampu memeras humor dari aktivitas kriminal yang brutal.

“I picked a good road early and I stayed on it.”
— Nelson Coxman
Rating UP:
Cold Pursuit seolah sudah meminta agar kita menyebutnya sebagai Taken On Ice. Premisnya terdengar seperti satu lagi variasi dari Film Dimana Liam Neeson Beraksi Kaya Taken Tapi Di ... [isi sendiri]. Kita dibawa ke Istanbul, atau naik kereta pesawat, tapi ujung-ujungnya, filmnya yaa soal Liam Neeson yang menjadi mesin pembunuh berkat particular set of skills-nya. Tidak kali ini. Betul, ia membantai banyak orang. Tapi yang lebih sadis disini adalah bagaimana filmnya yang mampu memeras humor dari aktivitas brutal dan tak patut diteladani tersebut.


Neeson bermain sebagai Nels Coxman, pria biasa yang baru saja dianugerahi piala "Warga Terbaik Tahun Ini". Pekerjaannya adalah supir mobil pengeruk salju di resort ski di Kehoe, Colorado. Kalau bukan karena Nels, jalanan disana tak bakal bisa dilalui kendaraan. Dataran bersalju tebal ini tentu menjadi latar yang indah dan sangat cocok bagi darah untuk bermuncratan.

Awal perkaranya adalah kematian anak Nels. Hasil visum menunjukkan bahwa anaknya meninggal karena overdosis. Tapi setahu Nels, anaknya bukanlah seorang pemakai. Nels bermaksud bunuh diri, tapi batal setelah tahu bahwa anaknya sebetulnya dibunuh oleh anggota kartel narkoba. Ganti rencana; sekarang ia bersumpah akan membunuh semua anggota kartel, mulai dari kroco-kroco sampai sang bos yang dikenal dengan julukan Viking (Tom Bateman).

Anda sudah tahu bagaimana prosedurnya... atau apa memang begitu? Memang akan ada banyak mayat berjatuhan, tapi bukan lewat cara yang anda kira anda dapatkan dari film aksi Liam Neeson. Cold Pursuit adalah cuma soal killing list. Adegan aksinya berada di posisi sekunder. Film ini menegaskan itu dengan menampilkan daftar bertuliskan nama serta julukan norak semacam Speedo, Limbo, dll lengkap dengan lambang salib, setiap ada karakter yang mati. Karena yang berangkat ke alam sana ada banyak, maka kita akan sering membaca layar. Film bahkan menggunakan hal ini sebagai punchline nantinya.

Film ini digarap oleh Hans Petter Moland. Ia membuat ulang film ini dari filmnya sendiri, In Order of Disappearance yang berbahasa Norwegia. Judul tersebut barangkali lebih tepat. Karena plotnya hampir sama persis dengan film tersebut, film ini punya humor gelap yang bersumber dari aksi kriminal. Namun film ini bukan film komedi, karena tak ada satu pun karakter yang mencoba melucu. Kekontrasan banyak situasi nyeleneh dengan keseriusan di layar lah yang terasa sangat aneh sampai jadinya lucu. Moland memancing kita ketawa di tengah pembantaian.

Killing list tadi bukan menjadi milik karakter Liam Neeson semata. Pasalnya, balas dendamnya membuat situasi menjadi kacau. Viking malah menuduh bahwa kematian kroconya adalah perbuatan rivalnya, kartel Indian yang diketuai White Bull (Tom Jackson). Film ini melipir cukup lama supaya kita bisa nongkrong dengan anggota geng-geng ini dan melihat kesibukan mereka. Kita juga bakal berkenalan dengan kakak Coxman, mantan kriminal berjuluk Wingman (William Forsyth) yang punya istri Asia yang doyan ngomong kasar. Ada pula dua polisi Kehoe (Emily Rossum dan John Doman) yang mencoba mencerna segala kekacauan ini.

Semuanya kurang lebih hanya bertugas untuk melontarkan satu atau dua dialog lucu. Namun seringkali kita menghabiskan waktu terlalu lama dengan mereka, sehingga mau tak mau mereka terkesan sebagai bagian dari subplot yang sayangnya tak berjalan kemana-mana. Karakter Neeson menghilang cukup lama di pertengahan film, dan ini terasa sangat kentara. Jadinya, konfrontasi di klimaks terkesan agak canggung secara naratif, walau merupakan akhir yang memuaskan.

Neeson bermain lurus seperti biasanya ia bermain di film-film aksi. Namun ia tak punya one-liner disini. Berbanding terbalik, Tom Bateman memainkan karakternya begitu maniak sampai terlihat seperti karikatur dari penjahat paling penjahat sepanjang sejarah sinema; ia tak punya empati sama anak buah, suka memukul (mantan) istri dan memberi nasihat yang salah buat sang anak. Dan vegetarian. Di atas kertas, film ini nyaris terkesan seperti parodi dari genrenya, tapi ia berhasil menjadi film thriller yang serius. Mungkin tak sesukses Fargo-nya Coen Brothers, yang agaknya menjadi inspirasi utamanya. Yang jelas, saya tetap ketawa. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Cold Pursuit

118 menit
Remaja
Hans Petter Moland
Frank Baldwin
Finn Gjerdrum, Stein B. Kvae, Michael Shamberg, Ameet Shukla
Philip Øgaard
George Fenton

Yang lebih sadis disini adalah bagaimana filmnya mampu memeras humor dari aktivitas kriminal yang brutal.

“I picked a good road early and I stayed on it.”
— Nelson Coxman
Rating UP:
Cold Pursuit seolah sudah meminta agar kita menyebutnya sebagai Taken On Ice. Premisnya terdengar seperti satu lagi variasi dari Film Dimana Liam Neeson Beraksi Kaya Taken Tapi Di ... [isi sendiri]. Kita dibawa ke Istanbul, atau naik kereta pesawat, tapi ujung-ujungnya, filmnya yaa soal Liam Neeson yang menjadi mesin pembunuh berkat particular set of skills-nya. Tidak kali ini. Betul, ia membantai banyak orang. Tapi yang lebih sadis disini adalah bagaimana filmnya yang mampu memeras humor dari aktivitas brutal dan tak patut diteladani tersebut.


Neeson bermain sebagai Nels Coxman, pria biasa yang baru saja dianugerahi piala "Warga Terbaik Tahun Ini". Pekerjaannya adalah supir mobil pengeruk salju di resort ski di Kehoe, Colorado. Kalau bukan karena Nels, jalanan disana tak bakal bisa dilalui kendaraan. Dataran bersalju tebal ini tentu menjadi latar yang indah dan sangat cocok bagi darah untuk bermuncratan.

Awal perkaranya adalah kematian anak Nels. Hasil visum menunjukkan bahwa anaknya meninggal karena overdosis. Tapi setahu Nels, anaknya bukanlah seorang pemakai. Nels bermaksud bunuh diri, tapi batal setelah tahu bahwa anaknya sebetulnya dibunuh oleh anggota kartel narkoba. Ganti rencana; sekarang ia bersumpah akan membunuh semua anggota kartel, mulai dari kroco-kroco sampai sang bos yang dikenal dengan julukan Viking (Tom Bateman).

Anda sudah tahu bagaimana prosedurnya... atau apa memang begitu? Memang akan ada banyak mayat berjatuhan, tapi bukan lewat cara yang anda kira anda dapatkan dari film aksi Liam Neeson. Cold Pursuit adalah cuma soal killing list. Adegan aksinya berada di posisi sekunder. Film ini menegaskan itu dengan menampilkan daftar bertuliskan nama serta julukan norak semacam Speedo, Limbo, dll lengkap dengan lambang salib, setiap ada karakter yang mati. Karena yang berangkat ke alam sana ada banyak, maka kita akan sering membaca layar. Film bahkan menggunakan hal ini sebagai punchline nantinya.

Film ini digarap oleh Hans Petter Moland. Ia membuat ulang film ini dari filmnya sendiri, In Order of Disappearance yang berbahasa Norwegia. Judul tersebut barangkali lebih tepat. Karena plotnya hampir sama persis dengan film tersebut, film ini punya humor gelap yang bersumber dari aksi kriminal. Namun film ini bukan film komedi, karena tak ada satu pun karakter yang mencoba melucu. Kekontrasan banyak situasi nyeleneh dengan keseriusan di layar lah yang terasa sangat aneh sampai jadinya lucu. Moland memancing kita ketawa di tengah pembantaian.

Killing list tadi bukan menjadi milik karakter Liam Neeson semata. Pasalnya, balas dendamnya membuat situasi menjadi kacau. Viking malah menuduh bahwa kematian kroconya adalah perbuatan rivalnya, kartel Indian yang diketuai White Bull (Tom Jackson). Film ini melipir cukup lama supaya kita bisa nongkrong dengan anggota geng-geng ini dan melihat kesibukan mereka. Kita juga bakal berkenalan dengan kakak Coxman, mantan kriminal berjuluk Wingman (William Forsyth) yang punya istri Asia yang doyan ngomong kasar. Ada pula dua polisi Kehoe (Emily Rossum dan John Doman) yang mencoba mencerna segala kekacauan ini.

Semuanya kurang lebih hanya bertugas untuk melontarkan satu atau dua dialog lucu. Namun seringkali kita menghabiskan waktu terlalu lama dengan mereka, sehingga mau tak mau mereka terkesan sebagai bagian dari subplot yang sayangnya tak berjalan kemana-mana. Karakter Neeson menghilang cukup lama di pertengahan film, dan ini terasa sangat kentara. Jadinya, konfrontasi di klimaks terkesan agak canggung secara naratif, walau merupakan akhir yang memuaskan.

Neeson bermain lurus seperti biasanya ia bermain di film-film aksi. Namun ia tak punya one-liner disini. Berbanding terbalik, Tom Bateman memainkan karakternya begitu maniak sampai terlihat seperti karikatur dari penjahat paling penjahat sepanjang sejarah sinema; ia tak punya empati sama anak buah, suka memukul (mantan) istri dan memberi nasihat yang salah buat sang anak. Dan vegetarian. Di atas kertas, film ini nyaris terkesan seperti parodi dari genrenya, tapi ia berhasil menjadi film thriller yang serius. Mungkin tak sesukses Fargo-nya Coen Brothers, yang agaknya menjadi inspirasi utamanya. Yang jelas, saya tetap ketawa. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Cold Pursuit

118 menit
Remaja
Hans Petter Moland
Frank Baldwin
Finn Gjerdrum, Stein B. Kvae, Michael Shamberg, Ameet Shukla
Philip Øgaard
George Fenton

Daftar Nominasi dan Pemenang CAS Awards 2019

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Award, Artikel Cas, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Daftar Nominasi dan Pemenang CAS Awards 2019
link : Daftar Nominasi dan Pemenang CAS Awards 2019

Baca juga


Lewat Cinema Audio Society (CAS) Award ke-55, 'Bohemian Rhapsody' menjadi film dengan sound mixing terbaik tahun ini. Berikut daftar pemenang lainnya.

Kemarin (16/2), Cinema Audio Society (CAS) telah mengumumkan pemenang untuk CAS Awards ke-55, penghargaan untuk mengapresiasi pencapaian terbaik dalam hal sound mixing sepanjang 2018, di InterContinental Hotel, Los Angeles.

Dan yang berhasil membawa pulang piala utama tahun ini adalah Bohemian Rhapsody. Film biografi Queen ini mengungguli A Star is Born, Black Panther, First Man, dan A Quiet Place. Kecuali A Quiet Place, film-film tersebut juga akan kembali bersaing di kategori sound mixing Oscar tahun ini bersama dengan Roma.

Pemenang CAS tahun lalu adalah Dunkirk. Film tersebut akhirnya juga memang di Oscar.

Di kategori animasi, Isle of Dogs sukses mengalahkan film andalan seperti Incredibles 2 dan Spider-Man: Into the Spider-Verse. Sementara itu, Free Solo memenangkan kategori dokumenter.

Pemenang di departemen televisi diantaranya The Marvelous Mrs Maisel, Mozart in the Jungle, American Crime Story: Assassionation of Gianni Versace, serta Anthony Bourdain: Parts Unknown.

Berikut daftar lengkap pemenang CAS Awards ke-55.Pemenang ditandai dengan huruf tebal berwarna merah.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

MOTION PICTURE – LIVE ACTION

A Quiet Place
Production Mixer – Michael Barosky
Re-recording Mixer – Brandon Proctor
Re-recording Mixer – Michael Barry, CAS
Scoring Mixer – Tyson Lozensky
ADR Mixer – Bob Lacivita
Foley Mixer – Peter Persuad, CAS

A Star Is Born
Production Mixer – Steven A. Morrow, CAS
Re-recording Mixer – Tom Ozanich
Re-recording Mixer – Dean Zupancic
Scoring Mixer – Jason Ruder
ADR Mixer – Thomas O’Connell
Foley Mixers – Richard Duarte

Black Panther
Production Mixer – Peter Devlin, CAS
Re-recording Mixer – Steven Boeddeker
Re-recording Mixer – Brandon Proctor
Scoring Mixer – Christopher Fogel, CAS
ADR Mixer – Doc Kane, CAS
Foley Mixer – Scott Curtis

Bohemian Rhapsody
Production Mixer – John Casali
Re-recording Mixer – Paul Massey
Re-recording Mixer – Tim Cavagin
Re-recording Mixer – Niv Adiri, CAS

First Man
Production Mixer – Mary H. Ellis, CAS
Re-recording Mixer – Jon Taylor, CAS
Re-recording Mixer – Frank A. Montaño
Scoring Mixer – Ai-Ling Lee, CAS
ADR Mixer – Thomas J. O’Connell
Foley Mixer – Richard Duarte


MOTION PICTURE – ANIMATED

Incredibles 2
Original Dialogue Mixer – Vince Caro, CAS
Re-recording Mixer – Michael Semanick, CAS
Re-recording Mixer – Nathan Nance
Scoring Mixer – Joel Iwataki
Foley Mixer – Scott Curtis

Isle of Dogs
Original Dialogue Mixer – Darrin Moore
Re-recording Mixer – Christopher Scarabosio
Re-recording Mixer – Wayne Lemmer
Scoring Mixer – Xavier Forcioli
Scoring Mixer – Simon Rhodes
Foley Mixer – Peter Persaud, CAS

Ralph Breaks the Internet
Original Dialogue Mixer / Re-recording Mixer – Gabriel Guy, CAS
Re-recording Mixer – David E. Fluhr, CAS
Re-recording Mixer – Alan Meyerson, CAS
ADR Mixer – Doc Kane, CAS
Foley Mixer – Scott Curtis

Spider-Man: Into the Spider-Verse
Original Dialogue Mixers – Brian Smith
Aaron Hasson
Howard London, CAS
Re-recording Mixer – Michael Semanick, CAS
Re-recording Mixer – Tony Lamberti, CAS
Scoring Mixer – Sam Okell
Foley Mixer – Randy K. Singer, CAS

The Grinch
Original Dialogue Mixer – Michael Miller, CAS
Re-recording Mixer – Gary A. Rizzo, CAS
Re-recording Mixer – Juan Peralta
Scoring Mixer – Noah Scot Snyder
Foley Mixer – Blake Collins, CAS


MOTION PICTURE – DOCUMENTARY

Fahrenheit 11/9
Production Mixer – Mark Ray
Re-recording Mixer – Andy Kris
Re-recording Mixer – Lee Salevan
Re-recording Mixer – Skip Lievsay, CAS

Free Solo
Production Mixer – Jim Hurst
Re-recording Mixer – Tom Fleischman, CAS
Re-recording Mixer – Ric Schnupp
Scoring Mixer – Tyson Lozensky
ADR Mixer – David Boulton
Foley Mixer – Joana Niza Braga

Quincy
Production Mixer – Al Hicks
Re-recording Mixer – Jonathan Wales, CAS

They’ll Love Me When I’m Dead
Production Mixer – Rob Filmore, CAS
Re-recording Mixer – Brian Riordan, CAS

Won’t You Be My Neighbor?
Re-recording Mixer – Pete Horner
Re-recording Mixer – Jeff King


TELEVISION SERIES – 1 HOUR

Better Call Saul: Talk
Production Mixer – Phillip W. Palmer, CAS
Re-recording Mixer – Larry B. Benjamin, CAS
Re-recording Mixer – Kevin Valentine
ADR Mixer – Chris Navarro, CAS
Foley Mixer – Stacey Michaels

Ozark: The Badger
Production Mixer – Felipe Borrero, CAS
Re-recording Mixer – Larry B. Benjamin, CAS
Re-recording Mixer – Kevin Valentine
Scoring Mixer – Phillip McGowan, CAS
ADR Mixer – Matt Hovland
Foley Mixer – David Torres, CAS

The Handmaid’s Tale: Holly
Production Mixer – Sylvain Arseneault, CAS
Re-recording Mixer – Lou Solakofski
Re-recording Mixer – Joe Morrow
Scoring Mixer – Adam Taylor
ADR Mixer – Mark DeSimone, CAS
Foley Mixer – Jack Heeren

The Marvelous Mrs. Maisel: Vote for Kennedy, Vote for Kennedy
Production Mixer – Mathew Price, CAS
Re-recording Mixer – Ron Bochar, CAS
Re-recording Mixer – Michael Miller, CAS
ADR Mixer – David Boulton
Foley Mixer – Steven Visscher

Westworld: The Passenger
Production Mixers – Geoffrey Patterson, CAS
Roger V. Stevenson, CAS
Re-recording Mixer – Keith Rogers, CAS
Re-recording Mixer – Andy King, CAS
ADR Mixer – Michael Botha
Foley Mixer – Michael Head

TELEVISION SERIES – 1/2 HOUR

Ballers: The Kids Are Aight
Production Mixer – Scott Harber, CAS
Re-recording Mixer – Michael Colomby, CAS
Re-recording Mixer – Richard Weingart, CAS
ADR Mixer – Michael Miller, CAS
Foley Mixer – James Howe

Barry: Chapter Seven: Loud, Fast, and Keep Going
Production Mixer – Benjamin A. Patrick, CAS
Re-recording Mixer – Elmo Ponsdomenech, CAS
Re-recording Mixer – Todd Beckett, CAS
Scoring Mixer – David Wingo
ADR Mixer – Aaron Hasson
Foley Mixer – John Sanacore, CAS

Modern Family: Did the Chicken Cross the Road?
Production Mixer – Stephen A. Tibbo, CAS
Re-recording Mixer – Dean Okrand, CAS
Re-recording Mixer – Brian R. Harman, CAS
ADR Mixer – Matt Hovland
Foley Mixer – David Torres, CAS

Mozart in the Jungle: Domo Arigato
Production Mixer – Ryotaro Harada
Re-recording Mixer – Andy D’Addario
Re-recording Mixer – Chris Jacobson, CAS
ADR Mixer – Patrick Christensen
Foley Mixer – Gary DeLeone

Silicon Valley: Fifty-One Percent
Production Mixer – Benjamin A. Patrick, CAS
Re-recording Mixer – Elmo Ponsdomenech, CAS
Re-recording Mixer – Todd Beckett, CAS
Scoring Mixer – Oren Hadar
ADR Mixer – Aaron Hasson
Foley Mixer – Aran Tanchum

TELEVISION MOVIE or LIMITED SERIES

American Crime Story: The Assassination of Gianni Versace: The Man Who Would Be Vogue
Production Mixer – John Bauman, CAS
Re-recording Mixer – Joe Earle, CAS
Re-recording Mixer – Doug Andham, CAS
ADR Mixer – Judah Getz, CAS
Foley Mixer – Arno Stephanian

Escape at Dannemore: Episode 101
Production Mixer – Thomas Nelson, CAS
Re-recording Mixer – Bob Chefalas
Re-recording Mixer – Jacob Ribicoff
Scoring Mixer – John Chapman
ADR Mixer – Kris Chevannes
Foley Mixer – George Lara

Fahrenheit 451
Production Mixer – Henry Embry, CAS
Re-recording Mixer – Tom Fleischman, CAS
Re-recording Mixer – Jacob Ribicoff
ADR Mixer – Mark DeSimone, CAS
Foley Mixer – George A. Lara, CAS

Genius: Picasso “Chapter 1”
Production Mixer – Tamás Csaba, CAS
Re-recording Mixer – Bob Bronow, CAS
Re-recording Mixer – Mark Hensley
ADR Mixer – Beau Emory
ADR Mixer – Matt Hovland

The Romanoffs: House of Special Purpose
Production Mixer – Mark Weber, CAS
Re-recording Mixer – Larry Benjamin, CAS
Re-recording Mixer – Kevin Valentine
ADR Mixer – Chris Navarro, CAS
ADR Mixer – Michael Miller, CAS
Foley Mixer – David Jobe, CAS

TELEVISION NON-FICTION, VARIETY or MUSIC SERIES or SPECIALS

Anthony Bourdain: Parts Unknown (Bhutan)
Re-Recording Mixer – Benny Mouthon, CAS
Carpool Karaoke: Primetime Special 2018
Production Mixer – William B. Kaplan, CAS
Production Mixer – Scott Smolev
Production Mixer – Tim Murphy
Foldback Mixer – Chris Maddalone
Scoring Mixer – Otto Svoboda

Deadliest Catch: Last Damn Arctic Storm
Re-Recording Mixer – Bob Bronow, CAS

Jesus Christ Superstar Live in Concert
Production Mixer – Tom Holmes
Re-recording Mixer – Brian Flanzbaum
Re-recording Mixer – Christian Schrader
Re-Recording Mixer – Ellen Fitton
Scoring Mixer – John Harris
ADR Mixer – Anthony Lalumia

The Late Show with Stephen Colbert
Production Mixer – Pierre DeLaforcade
FoH Mixer – Tom Herman
Monitor Mixer – Al Bonomo
Scoring Mixer – Harvey Goldberg

OUTSTANDING PRODUCT – PRODUCTION

Aaton: Cantaress
Dan Dugan Sound Design: Dugan Automixing in Sound Devices 633 Compact Mixer
Denecke, Inc.: JB-1 Compact Timecode Generator
Lectrosonics: SMWB Series Wideband Transmitter
Sound Devices: A10 Digital Wireless System


OUTSTANDING PRODUCT – POST PRODUCTION

Audionamix: IDC (Instant Dialog Cleaner)
Exponential Audio: Stratus 3D and Symphony 3D Reverbs
iZotope, Inc.: RX 7
Sound Particles: Doppler + Air
Todd-AO: Absentia DX


SPECIAL

Career Achievement Award

Lee Orloff


Filmmaker Award

Steven Spielberg


CAS Student Recognition Award

Anna Wozniewicz – Chapman University, California

■UP
Pantau terus rekap Awards Season di UlasanPilem via kanal berikut

Lewat Cinema Audio Society (CAS) Award ke-55, 'Bohemian Rhapsody' menjadi film dengan sound mixing terbaik tahun ini. Berikut daftar pemenang lainnya.

Kemarin (16/2), Cinema Audio Society (CAS) telah mengumumkan pemenang untuk CAS Awards ke-55, penghargaan untuk mengapresiasi pencapaian terbaik dalam hal sound mixing sepanjang 2018, di InterContinental Hotel, Los Angeles.

Dan yang berhasil membawa pulang piala utama tahun ini adalah Bohemian Rhapsody. Film biografi Queen ini mengungguli A Star is Born, Black Panther, First Man, dan A Quiet Place. Kecuali A Quiet Place, film-film tersebut juga akan kembali bersaing di kategori sound mixing Oscar tahun ini bersama dengan Roma.

Pemenang CAS tahun lalu adalah Dunkirk. Film tersebut akhirnya juga memang di Oscar.

Di kategori animasi, Isle of Dogs sukses mengalahkan film andalan seperti Incredibles 2 dan Spider-Man: Into the Spider-Verse. Sementara itu, Free Solo memenangkan kategori dokumenter.

Pemenang di departemen televisi diantaranya The Marvelous Mrs Maisel, Mozart in the Jungle, American Crime Story: Assassionation of Gianni Versace, serta Anthony Bourdain: Parts Unknown.

Berikut daftar lengkap pemenang CAS Awards ke-55.Pemenang ditandai dengan huruf tebal berwarna merah.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

MOTION PICTURE – LIVE ACTION

A Quiet Place
Production Mixer – Michael Barosky
Re-recording Mixer – Brandon Proctor
Re-recording Mixer – Michael Barry, CAS
Scoring Mixer – Tyson Lozensky
ADR Mixer – Bob Lacivita
Foley Mixer – Peter Persuad, CAS

A Star Is Born
Production Mixer – Steven A. Morrow, CAS
Re-recording Mixer – Tom Ozanich
Re-recording Mixer – Dean Zupancic
Scoring Mixer – Jason Ruder
ADR Mixer – Thomas O’Connell
Foley Mixers – Richard Duarte

Black Panther
Production Mixer – Peter Devlin, CAS
Re-recording Mixer – Steven Boeddeker
Re-recording Mixer – Brandon Proctor
Scoring Mixer – Christopher Fogel, CAS
ADR Mixer – Doc Kane, CAS
Foley Mixer – Scott Curtis

Bohemian Rhapsody
Production Mixer – John Casali
Re-recording Mixer – Paul Massey
Re-recording Mixer – Tim Cavagin
Re-recording Mixer – Niv Adiri, CAS

First Man
Production Mixer – Mary H. Ellis, CAS
Re-recording Mixer – Jon Taylor, CAS
Re-recording Mixer – Frank A. Montaño
Scoring Mixer – Ai-Ling Lee, CAS
ADR Mixer – Thomas J. O’Connell
Foley Mixer – Richard Duarte


MOTION PICTURE – ANIMATED

Incredibles 2
Original Dialogue Mixer – Vince Caro, CAS
Re-recording Mixer – Michael Semanick, CAS
Re-recording Mixer – Nathan Nance
Scoring Mixer – Joel Iwataki
Foley Mixer – Scott Curtis

Isle of Dogs
Original Dialogue Mixer – Darrin Moore
Re-recording Mixer – Christopher Scarabosio
Re-recording Mixer – Wayne Lemmer
Scoring Mixer – Xavier Forcioli
Scoring Mixer – Simon Rhodes
Foley Mixer – Peter Persaud, CAS

Ralph Breaks the Internet
Original Dialogue Mixer / Re-recording Mixer – Gabriel Guy, CAS
Re-recording Mixer – David E. Fluhr, CAS
Re-recording Mixer – Alan Meyerson, CAS
ADR Mixer – Doc Kane, CAS
Foley Mixer – Scott Curtis

Spider-Man: Into the Spider-Verse
Original Dialogue Mixers – Brian Smith
Aaron Hasson
Howard London, CAS
Re-recording Mixer – Michael Semanick, CAS
Re-recording Mixer – Tony Lamberti, CAS
Scoring Mixer – Sam Okell
Foley Mixer – Randy K. Singer, CAS

The Grinch
Original Dialogue Mixer – Michael Miller, CAS
Re-recording Mixer – Gary A. Rizzo, CAS
Re-recording Mixer – Juan Peralta
Scoring Mixer – Noah Scot Snyder
Foley Mixer – Blake Collins, CAS


MOTION PICTURE – DOCUMENTARY

Fahrenheit 11/9
Production Mixer – Mark Ray
Re-recording Mixer – Andy Kris
Re-recording Mixer – Lee Salevan
Re-recording Mixer – Skip Lievsay, CAS

Free Solo
Production Mixer – Jim Hurst
Re-recording Mixer – Tom Fleischman, CAS
Re-recording Mixer – Ric Schnupp
Scoring Mixer – Tyson Lozensky
ADR Mixer – David Boulton
Foley Mixer – Joana Niza Braga

Quincy
Production Mixer – Al Hicks
Re-recording Mixer – Jonathan Wales, CAS

They’ll Love Me When I’m Dead
Production Mixer – Rob Filmore, CAS
Re-recording Mixer – Brian Riordan, CAS

Won’t You Be My Neighbor?
Re-recording Mixer – Pete Horner
Re-recording Mixer – Jeff King


TELEVISION SERIES – 1 HOUR

Better Call Saul: Talk
Production Mixer – Phillip W. Palmer, CAS
Re-recording Mixer – Larry B. Benjamin, CAS
Re-recording Mixer – Kevin Valentine
ADR Mixer – Chris Navarro, CAS
Foley Mixer – Stacey Michaels

Ozark: The Badger
Production Mixer – Felipe Borrero, CAS
Re-recording Mixer – Larry B. Benjamin, CAS
Re-recording Mixer – Kevin Valentine
Scoring Mixer – Phillip McGowan, CAS
ADR Mixer – Matt Hovland
Foley Mixer – David Torres, CAS

The Handmaid’s Tale: Holly
Production Mixer – Sylvain Arseneault, CAS
Re-recording Mixer – Lou Solakofski
Re-recording Mixer – Joe Morrow
Scoring Mixer – Adam Taylor
ADR Mixer – Mark DeSimone, CAS
Foley Mixer – Jack Heeren

The Marvelous Mrs. Maisel: Vote for Kennedy, Vote for Kennedy
Production Mixer – Mathew Price, CAS
Re-recording Mixer – Ron Bochar, CAS
Re-recording Mixer – Michael Miller, CAS
ADR Mixer – David Boulton
Foley Mixer – Steven Visscher

Westworld: The Passenger
Production Mixers – Geoffrey Patterson, CAS
Roger V. Stevenson, CAS
Re-recording Mixer – Keith Rogers, CAS
Re-recording Mixer – Andy King, CAS
ADR Mixer – Michael Botha
Foley Mixer – Michael Head

TELEVISION SERIES – 1/2 HOUR

Ballers: The Kids Are Aight
Production Mixer – Scott Harber, CAS
Re-recording Mixer – Michael Colomby, CAS
Re-recording Mixer – Richard Weingart, CAS
ADR Mixer – Michael Miller, CAS
Foley Mixer – James Howe

Barry: Chapter Seven: Loud, Fast, and Keep Going
Production Mixer – Benjamin A. Patrick, CAS
Re-recording Mixer – Elmo Ponsdomenech, CAS
Re-recording Mixer – Todd Beckett, CAS
Scoring Mixer – David Wingo
ADR Mixer – Aaron Hasson
Foley Mixer – John Sanacore, CAS

Modern Family: Did the Chicken Cross the Road?
Production Mixer – Stephen A. Tibbo, CAS
Re-recording Mixer – Dean Okrand, CAS
Re-recording Mixer – Brian R. Harman, CAS
ADR Mixer – Matt Hovland
Foley Mixer – David Torres, CAS

Mozart in the Jungle: Domo Arigato
Production Mixer – Ryotaro Harada
Re-recording Mixer – Andy D’Addario
Re-recording Mixer – Chris Jacobson, CAS
ADR Mixer – Patrick Christensen
Foley Mixer – Gary DeLeone

Silicon Valley: Fifty-One Percent
Production Mixer – Benjamin A. Patrick, CAS
Re-recording Mixer – Elmo Ponsdomenech, CAS
Re-recording Mixer – Todd Beckett, CAS
Scoring Mixer – Oren Hadar
ADR Mixer – Aaron Hasson
Foley Mixer – Aran Tanchum

TELEVISION MOVIE or LIMITED SERIES

American Crime Story: The Assassination of Gianni Versace: The Man Who Would Be Vogue
Production Mixer – John Bauman, CAS
Re-recording Mixer – Joe Earle, CAS
Re-recording Mixer – Doug Andham, CAS
ADR Mixer – Judah Getz, CAS
Foley Mixer – Arno Stephanian

Escape at Dannemore: Episode 101
Production Mixer – Thomas Nelson, CAS
Re-recording Mixer – Bob Chefalas
Re-recording Mixer – Jacob Ribicoff
Scoring Mixer – John Chapman
ADR Mixer – Kris Chevannes
Foley Mixer – George Lara

Fahrenheit 451
Production Mixer – Henry Embry, CAS
Re-recording Mixer – Tom Fleischman, CAS
Re-recording Mixer – Jacob Ribicoff
ADR Mixer – Mark DeSimone, CAS
Foley Mixer – George A. Lara, CAS

Genius: Picasso “Chapter 1”
Production Mixer – Tamás Csaba, CAS
Re-recording Mixer – Bob Bronow, CAS
Re-recording Mixer – Mark Hensley
ADR Mixer – Beau Emory
ADR Mixer – Matt Hovland

The Romanoffs: House of Special Purpose
Production Mixer – Mark Weber, CAS
Re-recording Mixer – Larry Benjamin, CAS
Re-recording Mixer – Kevin Valentine
ADR Mixer – Chris Navarro, CAS
ADR Mixer – Michael Miller, CAS
Foley Mixer – David Jobe, CAS

TELEVISION NON-FICTION, VARIETY or MUSIC SERIES or SPECIALS

Anthony Bourdain: Parts Unknown (Bhutan)
Re-Recording Mixer – Benny Mouthon, CAS
Carpool Karaoke: Primetime Special 2018
Production Mixer – William B. Kaplan, CAS
Production Mixer – Scott Smolev
Production Mixer – Tim Murphy
Foldback Mixer – Chris Maddalone
Scoring Mixer – Otto Svoboda

Deadliest Catch: Last Damn Arctic Storm
Re-Recording Mixer – Bob Bronow, CAS

Jesus Christ Superstar Live in Concert
Production Mixer – Tom Holmes
Re-recording Mixer – Brian Flanzbaum
Re-recording Mixer – Christian Schrader
Re-Recording Mixer – Ellen Fitton
Scoring Mixer – John Harris
ADR Mixer – Anthony Lalumia

The Late Show with Stephen Colbert
Production Mixer – Pierre DeLaforcade
FoH Mixer – Tom Herman
Monitor Mixer – Al Bonomo
Scoring Mixer – Harvey Goldberg

OUTSTANDING PRODUCT – PRODUCTION

Aaton: Cantaress
Dan Dugan Sound Design: Dugan Automixing in Sound Devices 633 Compact Mixer
Denecke, Inc.: JB-1 Compact Timecode Generator
Lectrosonics: SMWB Series Wideband Transmitter
Sound Devices: A10 Digital Wireless System


OUTSTANDING PRODUCT – POST PRODUCTION

Audionamix: IDC (Instant Dialog Cleaner)
Exponential Audio: Stratus 3D and Symphony 3D Reverbs
iZotope, Inc.: RX 7
Sound Particles: Doppler + Air
Todd-AO: Absentia DX


SPECIAL

Career Achievement Award

Lee Orloff


Filmmaker Award

Steven Spielberg


CAS Student Recognition Award

Anna Wozniewicz – Chapman University, California

■UP
Pantau terus rekap Awards Season di UlasanPilem via kanal berikut

Review Film: 'Happy Death Day 2U' (2019)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Horor, Artikel Misteri, Artikel Review, Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Happy Death Day 2U' (2019)
link : Review Film: 'Happy Death Day 2U' (2019)

Baca juga


Film ini memang mengulang hari yang sama dengan 'Happy Death Day', tapi ia menjadi film yang sepenuhnya berbeda.

“Dude, I'm tripping right now.”
— Ryan
Rating UP:
Sekuel apa yang cocok untuk melanjutkan film soal mengulang hari? Jawabannya: mengulang hari lagi. Dalam Happy Death Day, karakter utama kita menjalani hari yang sama (dan mati) berkali-kali. Di Happy Death Day 2U, siapa sangka ia masih kembali menjalani hari yang sama dengan film pertama. Rasanya, kita yang menonton seperti ikut terjebak dalam pengulangan hari juga. Namun rupanya film ini adalah sekuel yang cukup cerdas. Ia tahu cara untuk membuat hari yang repetitif jadi terasa, uhm, tidak repetitif. Harinya boleh jadi sama, tapi ceritanya didaur ulang dengan struktur yang berbeda.


Film ini juga lebih cerdas jika dibandingkan dengan pendahulunya. Saya pernah bilang dalam review Happy Death Day bahwa film tersebut dieksekusi setengah hati, baik di aspek komedi maupun horor. Nah, sekuelnya ini ternyata benar-benar merengkuh kekonyolan premisnya. Ia memilih untuk cenderung fokus ke satu sudut saja. Elemen horornya dikurangi, justru ditambah dengan berbagai elemen lain yang ringan dan sangat beragam. Hasilnya, film ini jadi lebih kacau tapi saya juga lebih menikmatinya.

Masalah terbesarnya adalah karakter utama kita, Tree (Jessica Rothe) sudah menutup putaran waktu dan menemukan pembunuh dirinya di akhir film pertama. Jadi bagaimana cara membawanya kembali masuk? Awalnya tak begitu menjanjikan. Sebab, kita melihat hal yang kurang lebih sama persis seperti Tree, di hari yang sama pula. Bedanya, kali ini dialami oleh Ryan (Phi Vu), karakter sampingan dari film pertama. Saat ditikam oleh pembunuh bertopeng bayi, Ryan kaget menemukan bahwa ia bangun di hari yang sama. Apakah film ini bakal mengulang plek ketiplek film pertama, hanya saja dengan karakter baru?

Happy Death Day 2U punya kejutan buat kita. Ia berhasil menemukan cara untuk memutus siklus keberulangan... lewat keberulangan! Ternyata penyebab dari semua kekacauan ini adalah proyek sains bernama "Sisyphus Quantum Cooling Reactor" yang tengah dikerjakan Ryan dan kawan-kawannya. Lebih kacaunya lagi, usaha untuk memutus siklus Ryan malah mengakibatkan siklusnya kembali ke Tree. Bukan sebab-akibat paling masuk akal sepanjang sejarah sinema sih. Yaa namanya juga film scifi-scifi-an.

Dengan wajah muak, Tree menjalani setiap detil menjemukan dari hari yang sudah berulang berkali-kali. Filmnya self-aware dengan kekliseannya, tahu bahwa kita pun muak dengan peristiwa yang begitu-begitu saja. Namun ada bedanya. Di hari kali ini, Carter (Israel Broussard) rupanya tak berpacaran dengan Tree, melainkan dengan teman satu kosan Tree, Danielle (Rachel Matthews). Tree juga tak selingkuh dengan dosennya, dokter Gregory. Teman sekamarnya, Lori (Ruby Modine) juga tak jahat. Dan yang lebih penting, salah satu orang yang disayangi Tree ternyata masih hidup.

Apakah ia artinya ia berada di semesta yang berbeda? Berarti pembunuh bertopeng bayi sebelumnya juga punya identitas yang berbeda dong?

Penonton yang menikmati elemen horor dari film sebelumnya boleh dibilang bakal kecele. Sebab sutradaranya, Christopher Landon yang kali ini juga menulis naskah, tak begitu berusaha untuk menyuguhkan horor. Nyaris tak ada ketegangan dalam setiap adegan-adegan yang melibatkan pembunuhan. Alih-alih, ia mengemas filmnya ini seperti film drama-scifi-komedi yang remaja banget. Jadi tak perlu penjelasan yang mumpuni buat ini-itu, yang penting ada lawakan dan sedikit drama.

Dan itu lumayan mengena.

Kalau bisa hidup lagi setelah mati berkali-kali, kenapa tak sekalian mencoba cara baru setiap kali mati? Dalam satu montase adegan yang sangat kocak, kita melihat bagaimana Tree menemukan berbagai cara kreatif untuk mati, mulai dari yang melibatkan hairdryer sampai pemotong kayu. Jessica Rothe lagi-lagi menunjukkan kapabilitas aktingnya yang dinamis. Ia mampu bermain ekspresi dengan skala yang luas, mulai dari kaget biasa sampai sinting betulan, secara meyakinkan. Ia bahkan mampu membuat satu momen dramatis terasa begitu mengena, karena kita benar-benar merasa terikat dengan dilema yang dialami Tree.

Nah, anda yang belum menonton barangkali sedikit heran lalu bertanya, "Trus dimana masuknya cerita soal si pembunuh?". Gimana yah; yang nonton filmnya juga ngerasa gitu sih selama menonton. Film ini memasukkan terlalu banyak hal, sehingga beberapa hal terasa tak sejalan dengan koherensi cerita. Ia tak mengikuti satu lintasan yang sama, sehingga ada beberapa bagian yang terasa seperti berada di film lain. Di satu titik, film seolah lupa bahwa ada pembunuh bertopeng bayi yang sedang berkeliaran.

Jadi, yap. Film ini memang mengulang hari yang sama dengan Happy Death Day, tapi ia menjadi film yang sepenuhnya berbeda. Konflik moralnya berbeda. Struktur ceritanya berbeda. Bahkan atmosfernya jauh berbeda. Film ini barangkali tak cocok disandingkan di genre yang sama dengan film pertama karena ia mengkhianati premisnya. Tapi saya menikmatinya karena ia mengeksplor kemungkinan-kemungkinan baru dan merengkuh keseruan itu sepenuhnya. Dan juga karena ia tahu bagaimana cara memanfaatkan kecairan akting Jessica Rothe. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Happy Death Day 2U

100 menit
Remaja
Christopher Landon
Christopher Landon
Jason Blum
Toby Oliver
Bear McCreary

Film ini memang mengulang hari yang sama dengan 'Happy Death Day', tapi ia menjadi film yang sepenuhnya berbeda.

“Dude, I'm tripping right now.”
— Ryan
Rating UP:
Sekuel apa yang cocok untuk melanjutkan film soal mengulang hari? Jawabannya: mengulang hari lagi. Dalam Happy Death Day, karakter utama kita menjalani hari yang sama (dan mati) berkali-kali. Di Happy Death Day 2U, siapa sangka ia masih kembali menjalani hari yang sama dengan film pertama. Rasanya, kita yang menonton seperti ikut terjebak dalam pengulangan hari juga. Namun rupanya film ini adalah sekuel yang cukup cerdas. Ia tahu cara untuk membuat hari yang repetitif jadi terasa, uhm, tidak repetitif. Harinya boleh jadi sama, tapi ceritanya didaur ulang dengan struktur yang berbeda.


Film ini juga lebih cerdas jika dibandingkan dengan pendahulunya. Saya pernah bilang dalam review Happy Death Day bahwa film tersebut dieksekusi setengah hati, baik di aspek komedi maupun horor. Nah, sekuelnya ini ternyata benar-benar merengkuh kekonyolan premisnya. Ia memilih untuk cenderung fokus ke satu sudut saja. Elemen horornya dikurangi, justru ditambah dengan berbagai elemen lain yang ringan dan sangat beragam. Hasilnya, film ini jadi lebih kacau tapi saya juga lebih menikmatinya.

Masalah terbesarnya adalah karakter utama kita, Tree (Jessica Rothe) sudah menutup putaran waktu dan menemukan pembunuh dirinya di akhir film pertama. Jadi bagaimana cara membawanya kembali masuk? Awalnya tak begitu menjanjikan. Sebab, kita melihat hal yang kurang lebih sama persis seperti Tree, di hari yang sama pula. Bedanya, kali ini dialami oleh Ryan (Phi Vu), karakter sampingan dari film pertama. Saat ditikam oleh pembunuh bertopeng bayi, Ryan kaget menemukan bahwa ia bangun di hari yang sama. Apakah film ini bakal mengulang plek ketiplek film pertama, hanya saja dengan karakter baru?

Happy Death Day 2U punya kejutan buat kita. Ia berhasil menemukan cara untuk memutus siklus keberulangan... lewat keberulangan! Ternyata penyebab dari semua kekacauan ini adalah proyek sains bernama "Sisyphus Quantum Cooling Reactor" yang tengah dikerjakan Ryan dan kawan-kawannya. Lebih kacaunya lagi, usaha untuk memutus siklus Ryan malah mengakibatkan siklusnya kembali ke Tree. Bukan sebab-akibat paling masuk akal sepanjang sejarah sinema sih. Yaa namanya juga film scifi-scifi-an.

Dengan wajah muak, Tree menjalani setiap detil menjemukan dari hari yang sudah berulang berkali-kali. Filmnya self-aware dengan kekliseannya, tahu bahwa kita pun muak dengan peristiwa yang begitu-begitu saja. Namun ada bedanya. Di hari kali ini, Carter (Israel Broussard) rupanya tak berpacaran dengan Tree, melainkan dengan teman satu kosan Tree, Danielle (Rachel Matthews). Tree juga tak selingkuh dengan dosennya, dokter Gregory. Teman sekamarnya, Lori (Ruby Modine) juga tak jahat. Dan yang lebih penting, salah satu orang yang disayangi Tree ternyata masih hidup.

Apakah ia artinya ia berada di semesta yang berbeda? Berarti pembunuh bertopeng bayi sebelumnya juga punya identitas yang berbeda dong?

Penonton yang menikmati elemen horor dari film sebelumnya boleh dibilang bakal kecele. Sebab sutradaranya, Christopher Landon yang kali ini juga menulis naskah, tak begitu berusaha untuk menyuguhkan horor. Nyaris tak ada ketegangan dalam setiap adegan-adegan yang melibatkan pembunuhan. Alih-alih, ia mengemas filmnya ini seperti film drama-scifi-komedi yang remaja banget. Jadi tak perlu penjelasan yang mumpuni buat ini-itu, yang penting ada lawakan dan sedikit drama.

Dan itu lumayan mengena.

Kalau bisa hidup lagi setelah mati berkali-kali, kenapa tak sekalian mencoba cara baru setiap kali mati? Dalam satu montase adegan yang sangat kocak, kita melihat bagaimana Tree menemukan berbagai cara kreatif untuk mati, mulai dari yang melibatkan hairdryer sampai pemotong kayu. Jessica Rothe lagi-lagi menunjukkan kapabilitas aktingnya yang dinamis. Ia mampu bermain ekspresi dengan skala yang luas, mulai dari kaget biasa sampai sinting betulan, secara meyakinkan. Ia bahkan mampu membuat satu momen dramatis terasa begitu mengena, karena kita benar-benar merasa terikat dengan dilema yang dialami Tree.

Nah, anda yang belum menonton barangkali sedikit heran lalu bertanya, "Trus dimana masuknya cerita soal si pembunuh?". Gimana yah; yang nonton filmnya juga ngerasa gitu sih selama menonton. Film ini memasukkan terlalu banyak hal, sehingga beberapa hal terasa tak sejalan dengan koherensi cerita. Ia tak mengikuti satu lintasan yang sama, sehingga ada beberapa bagian yang terasa seperti berada di film lain. Di satu titik, film seolah lupa bahwa ada pembunuh bertopeng bayi yang sedang berkeliaran.

Jadi, yap. Film ini memang mengulang hari yang sama dengan Happy Death Day, tapi ia menjadi film yang sepenuhnya berbeda. Konflik moralnya berbeda. Struktur ceritanya berbeda. Bahkan atmosfernya jauh berbeda. Film ini barangkali tak cocok disandingkan di genre yang sama dengan film pertama karena ia mengkhianati premisnya. Tapi saya menikmatinya karena ia mengeksplor kemungkinan-kemungkinan baru dan merengkuh keseruan itu sepenuhnya. Dan juga karena ia tahu bagaimana cara memanfaatkan kecairan akting Jessica Rothe. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Happy Death Day 2U

100 menit
Remaja
Christopher Landon
Christopher Landon
Jason Blum
Toby Oliver
Bear McCreary

Friday, February 15, 2019

'Your Name' Remake Gaet Sutradara ‘The Amazing Spider-Man’

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : 'Your Name' Remake Gaet Sutradara ‘The Amazing Spider-Man’
link : 'Your Name' Remake Gaet Sutradara ‘The Amazing Spider-Man’

Baca juga


Produser mengumumkan ‘Your Name’ remake disutradarai Marc Webb, pembesut dua film ‘The Amazing Spider-Man’. Jangan lupa untuk share atau like artikel ini jika kalian suka ya guys

Kesuksesan fenomenal film anime Your Name akhirnya mendorong studio Hollywood untuk membuat versi remakenya. Proyek ini pun diketahui sedang dikembangkan oleh studio pimpinan J.J. Abrams, Bad Robot, yang bekerja sama dengan Toho, studio Jepang di balik Your Name versi original. Lebih dari itu, remake ini juga melibatkan produser Genki Kawamura, yang sebelumnya juga memproduseri versi original.

Melalui Deadline, Kawamura akhirnya mengumumkan Your Name remake disutradarai Marc Webb. Nantinya Webb akan mendalangi filmnya berdasarkan naskah yang ditulis Eric Heisserer (Arrival). Karena film ini berstatus “reimagining”, tak heran jika ia mengusung karakter baru namun dengan cerita yang serupa dengan versi aslinya. Disebutkan bahwa remake ini mengisahkan seorang wanita Indian yang hidup di pedesaan dan seorang pria dari Chicago, yang mendapati tubuh mereka bertukar secara ajaib. Ketika sebuah bencana datang mengancam nyawa, mereka pun harus melakukan perjalanan untuk bertemu dan menyelamatkan dunia mereka. Belum ada konfirmasi apakah remake yang turut diproduseri Abrams ini berformat live-action atau animasi.

Sementara itu, Webb dikenal sebagai sutradara dua film The Amazing Spider-Man. Namun sebelum itu, sineas yang kerap menangani video klip musisi ternama ini sudah mencuri perhatian lewat film perdananya, 500 Days of Summer. Nah, film romantis bittersweet inilah yang membuat Webb terpilih jadi sutradara Your Name. Kawamura pun menilai, Webb punya talenta hebat untuk membuat kisah cinta yang seemosional Your Name original. Oleh karena itu, Kawamura yakin Webb akan berhasil memikat fans yang menyukai versi Makoto Shinkai, maupun audiens baru yang belum mengenal Your Name.

Ditulis dan disutradarai Shinkai, Your Name berkisah seorang remaja lelaki dan perempuan dari latar belakang berbeda yang mendapati tubuh mereka bisa bertukar. Selain menjadi film terlaris keempat sepanjang masa di Jepang, Your Name juga memecahkan rekor sebagai film anime terlaris dengan pendapatan $355 juta. Mengingat kualitas versi originalnya yang sungguh fantastis, tampaknya Webb akan menghadapi ekspektasi melambung dari para fans dalam membawakan remakenya.

Untuk saat ini Your Name remake belum menentukan tanggal rilis.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Produser mengumumkan ‘Your Name’ remake disutradarai Marc Webb, pembesut dua film ‘The Amazing Spider-Man’. Jangan lupa untuk share atau like artikel ini jika kalian suka ya guys

Kesuksesan fenomenal film anime Your Name akhirnya mendorong studio Hollywood untuk membuat versi remakenya. Proyek ini pun diketahui sedang dikembangkan oleh studio pimpinan J.J. Abrams, Bad Robot, yang bekerja sama dengan Toho, studio Jepang di balik Your Name versi original. Lebih dari itu, remake ini juga melibatkan produser Genki Kawamura, yang sebelumnya juga memproduseri versi original.

Melalui Deadline, Kawamura akhirnya mengumumkan Your Name remake disutradarai Marc Webb. Nantinya Webb akan mendalangi filmnya berdasarkan naskah yang ditulis Eric Heisserer (Arrival). Karena film ini berstatus “reimagining”, tak heran jika ia mengusung karakter baru namun dengan cerita yang serupa dengan versi aslinya. Disebutkan bahwa remake ini mengisahkan seorang wanita Indian yang hidup di pedesaan dan seorang pria dari Chicago, yang mendapati tubuh mereka bertukar secara ajaib. Ketika sebuah bencana datang mengancam nyawa, mereka pun harus melakukan perjalanan untuk bertemu dan menyelamatkan dunia mereka. Belum ada konfirmasi apakah remake yang turut diproduseri Abrams ini berformat live-action atau animasi.

Sementara itu, Webb dikenal sebagai sutradara dua film The Amazing Spider-Man. Namun sebelum itu, sineas yang kerap menangani video klip musisi ternama ini sudah mencuri perhatian lewat film perdananya, 500 Days of Summer. Nah, film romantis bittersweet inilah yang membuat Webb terpilih jadi sutradara Your Name. Kawamura pun menilai, Webb punya talenta hebat untuk membuat kisah cinta yang seemosional Your Name original. Oleh karena itu, Kawamura yakin Webb akan berhasil memikat fans yang menyukai versi Makoto Shinkai, maupun audiens baru yang belum mengenal Your Name.

Ditulis dan disutradarai Shinkai, Your Name berkisah seorang remaja lelaki dan perempuan dari latar belakang berbeda yang mendapati tubuh mereka bisa bertukar. Selain menjadi film terlaris keempat sepanjang masa di Jepang, Your Name juga memecahkan rekor sebagai film anime terlaris dengan pendapatan $355 juta. Mengingat kualitas versi originalnya yang sungguh fantastis, tampaknya Webb akan menghadapi ekspektasi melambung dari para fans dalam membawakan remakenya.

Untuk saat ini Your Name remake belum menentukan tanggal rilis.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Thursday, February 14, 2019

Trailer Perdana 'Frozen 2'

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Poster, Artikel Trailer, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Trailer Perdana 'Frozen 2'
link : Trailer Perdana 'Frozen 2'

Baca juga


Elsa dan Anna bersiap untuk menghadapi pertarungan besar. Kayaknya sih.

Seingat saya, semua orang berbahagia di akhir Frozen. Elsa dan Anna akur kembali. Kristoff pacaran dengan Anna. Olaf tak perlu khawatir dengan cuaca panas. Warga Arendelle hidup dengan damai. Dan petinggi Disney berpesta pora dengan laba $1,3 miliar, prediket sebagai film animasi terlaris sepanjang masa, dan 2 piala Oscar.

Yaah, yang tidak bahagia mungkin orangtua yang sudah eneg dengan lagu "Let It Go" yang diputar dan dinyanyikan beratus-ratus kali oleh anak-anak mereka. Tapi bodoamat buat mereka. "Let It Go" adalah pencapaian kultural, warisan budaya yang harus dilestarikan, hymne wajib buat seluruh penduduk di muka bumi.

Namun, dalam trailer Frozen 2 yang baru saja dirilis, tak ada satu pun yang terlihat bahagia. Semuanya, Anna (Kristen Bell), Olaf (Josh Gad) and Kristoff (Jonathan Groff), memasang tampang serius. Elsa (Idina Menzel) bahkan tengah berjuang keras untuk menaklukkan ombak.

Tak jelas apa yang terjadi, karena teaser ini sama sekali tak memberikan secuil info mengenai plot. Tapi sepertinya mereka sedang bersiap untuk menghadapi pertarungan besar. Barangkali bukan di Arendelle, sebab kita mellihat hutan yang penuh dengan daun berwarna merah.

Atau itu memang Arendelle yang sudah berubah? Entahlah. Yang jelas, saya lebih menantikan lagu racun apa lagi yang bakal dihidangkan oleh Kristen Anderson-Lopez & Robert Lopez yang akan kembali terlibat. Sutradaranya juga masih sama, yaitu Jennifer Lee & Chris Buck.

Anda barangkali terlalu sibuk dengan Avengers: Endgame, Captain Marvel, dan The Lion King, sampai lupa kalau Frozen 2 juga dirilis tahun ini. Tepatnya di 22 November. Berikut trailernya. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem


Elsa dan Anna bersiap untuk menghadapi pertarungan besar. Kayaknya sih.

Seingat saya, semua orang berbahagia di akhir Frozen. Elsa dan Anna akur kembali. Kristoff pacaran dengan Anna. Olaf tak perlu khawatir dengan cuaca panas. Warga Arendelle hidup dengan damai. Dan petinggi Disney berpesta pora dengan laba $1,3 miliar, prediket sebagai film animasi terlaris sepanjang masa, dan 2 piala Oscar.

Yaah, yang tidak bahagia mungkin orangtua yang sudah eneg dengan lagu "Let It Go" yang diputar dan dinyanyikan beratus-ratus kali oleh anak-anak mereka. Tapi bodoamat buat mereka. "Let It Go" adalah pencapaian kultural, warisan budaya yang harus dilestarikan, hymne wajib buat seluruh penduduk di muka bumi.

Namun, dalam trailer Frozen 2 yang baru saja dirilis, tak ada satu pun yang terlihat bahagia. Semuanya, Anna (Kristen Bell), Olaf (Josh Gad) and Kristoff (Jonathan Groff), memasang tampang serius. Elsa (Idina Menzel) bahkan tengah berjuang keras untuk menaklukkan ombak.

Tak jelas apa yang terjadi, karena teaser ini sama sekali tak memberikan secuil info mengenai plot. Tapi sepertinya mereka sedang bersiap untuk menghadapi pertarungan besar. Barangkali bukan di Arendelle, sebab kita mellihat hutan yang penuh dengan daun berwarna merah.

Atau itu memang Arendelle yang sudah berubah? Entahlah. Yang jelas, saya lebih menantikan lagu racun apa lagi yang bakal dihidangkan oleh Kristen Anderson-Lopez & Robert Lopez yang akan kembali terlibat. Sutradaranya juga masih sama, yaitu Jennifer Lee & Chris Buck.

Anda barangkali terlalu sibuk dengan Avengers: Endgame, Captain Marvel, dan The Lion King, sampai lupa kalau Frozen 2 juga dirilis tahun ini. Tepatnya di 22 November. Berikut trailernya. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem


‘Jumanji 3’ Mulai Proses Syuting

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : ‘Jumanji 3’ Mulai Proses Syuting
link : ‘Jumanji 3’ Mulai Proses Syuting

Baca juga


Usai proyek film ketiga ‘Jumanji’ diumumkan sejak awal 2018 lalu, kini film yang kembali dibintangi Dwayne Johnson memasuki fase produksi.

Dengan kesuksesan besar Jumanji: Welcome to the Jungle, tak ayal jika Sony Pictures langsung mengebut pengembangan sekuelnya. Usai proyek film ketiga Jumanji diumumkan sejak awal 2018 lalu, kini film yang kembali dibintangi Dwayne Johnson memasuki fase produksi. Lewat akun Twitter miliknya, Johnson pun mengunggah foto dimulainya proses syuting. Alih-alih pemain, foto ini justru memperlihatkan semacam perangkat gaming, yang membuat para remaja di film sebelumnya “tersedot” ke dalam dunia Jumanji.

Bersetting dua dekade pasca film pertama (1996) yang dibintangi Robin Williams, Welcome to the Jungle berkisah empat remaja yang masuk ke dalam dunia game Jumanji dan menjadi karakter yang mereka pilih, yang diperankan Johnson, Kevin Hart, Karen Gillan dan Jack Black. Keempat remaja ini pun harus bersatu untuk melewati berbagai rintangan maut agar bisa kembali ke dunia nyata. Dipastikan Johnson bersama Hart, Gillian dan Black akan kembali memainkan karakter yang sama di film mendatang. Mengingat interaksi karakter mereka yang cukup menghibur dan jadi kelebihan utama Welcome to the Jungle, diharapkan Jumanji 3 bisa menghadirkan hal serupa.

Selain menuai respon yang bagus, Welcome to the Jungle di luar dugaan juga sukses meraup $962 juta, atau hampir sepuluh kali lipat dari budget produksinya. Adapun sekuelnya nanti kembali disutradarai Jake Kasdan, dengan naskah yang ia tulis bersama Scott Rosenberg dan Jeff Pinkner. Sementara untuk pemain barunya meliputi Awkwafina (Crazy Rich Asians), Danny Devito (Dumbo) dan Danny Glover (Lethal Weapon). Untuk saat ini, belum ada detail lebih lanjut soal cerita yang diusung Jumanji 3.

Rencananya Jumanji 3 akan dirilis 13 Desember 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Usai proyek film ketiga ‘Jumanji’ diumumkan sejak awal 2018 lalu, kini film yang kembali dibintangi Dwayne Johnson memasuki fase produksi.

Dengan kesuksesan besar Jumanji: Welcome to the Jungle, tak ayal jika Sony Pictures langsung mengebut pengembangan sekuelnya. Usai proyek film ketiga Jumanji diumumkan sejak awal 2018 lalu, kini film yang kembali dibintangi Dwayne Johnson memasuki fase produksi. Lewat akun Twitter miliknya, Johnson pun mengunggah foto dimulainya proses syuting. Alih-alih pemain, foto ini justru memperlihatkan semacam perangkat gaming, yang membuat para remaja di film sebelumnya “tersedot” ke dalam dunia Jumanji.

Bersetting dua dekade pasca film pertama (1996) yang dibintangi Robin Williams, Welcome to the Jungle berkisah empat remaja yang masuk ke dalam dunia game Jumanji dan menjadi karakter yang mereka pilih, yang diperankan Johnson, Kevin Hart, Karen Gillan dan Jack Black. Keempat remaja ini pun harus bersatu untuk melewati berbagai rintangan maut agar bisa kembali ke dunia nyata. Dipastikan Johnson bersama Hart, Gillian dan Black akan kembali memainkan karakter yang sama di film mendatang. Mengingat interaksi karakter mereka yang cukup menghibur dan jadi kelebihan utama Welcome to the Jungle, diharapkan Jumanji 3 bisa menghadirkan hal serupa.

Selain menuai respon yang bagus, Welcome to the Jungle di luar dugaan juga sukses meraup $962 juta, atau hampir sepuluh kali lipat dari budget produksinya. Adapun sekuelnya nanti kembali disutradarai Jake Kasdan, dengan naskah yang ia tulis bersama Scott Rosenberg dan Jeff Pinkner. Sementara untuk pemain barunya meliputi Awkwafina (Crazy Rich Asians), Danny Devito (Dumbo) dan Danny Glover (Lethal Weapon). Untuk saat ini, belum ada detail lebih lanjut soal cerita yang diusung Jumanji 3.

Rencananya Jumanji 3 akan dirilis 13 Desember 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Film 'Batman vs. Teenage Mutant Ninja Turtles' Segera Dirilis

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Film 'Batman vs. Teenage Mutant Ninja Turtles' Segera Dirilis
link : Film 'Batman vs. Teenage Mutant Ninja Turtles' Segera Dirilis

Baca juga


Sebuah crossover tak terduga namun terdengar seru segera hadir dalam bentuk film ‘Batman vs. Teenage Mutant Ninja Turtles’. Jangan lupa untuk share atau like artikel ini jika kalian suka ya guys

Sebuah crossover tak terduga namun terdengar seru segera hadir dalam bentuk film Batman vs. Teenage Mutant Ninja Turtles. Mengusung format animasi, proyek ini merupakan hasil kerjasama antara DC Entertainment dan Nickelodeon, dengan Warner Bros. Animation yang bertindak sebagai studio animasi.

Meski ini baru pertama kalinya manusia kelelawar dan kura-kura ninja bertemu dalam sebuah film, para karakter ikonik ini sebenarnya sudah pernah berduet di komik miniseri Batman/Teenage Mutant Ninja Turtles (2015). Komik karya James Tynion IV and Freddie Williams II inilah yang menjadi sumber materi untuk filmnya.

Kendati judul filmnya mensinyalkan perseteruan Batman dan Ninja Turtles, sinopsis justru mengatakan mereka akan bekerja sama untuk membekuk beberapa musuh besar Batman. Adapun pertemuan Batman dan Ninja di film ini berawal dari portal yang membuka dimensi lain. Dengan karakter Batman yang serius dan pembawaan Ninja Turtles yang cenderung santai, sangat menarik untuk melihat bagaimana aksi mereka akan bergulir.

Jajaran pengisi suara Batman vs. Teenage Mutant Ninja Turtles meliputi Troy Baker sebagai Batman dan The Joker, Darren Criss sebagai Raphael, Kyle Mooney sebagai Michelangelo, Baron Vaughn sebagai Donatello dan Eric Bauza sebagai Leonardo. Film ini juga menampilkan karakter Batgirl, Robin, Mr. Freeze, Harley Quinn, Poison Ivy, Bane dan Ra’s al Ghul. Satu fakta menarik, Baker jadi aktor pertama yang memainkan karakter Batman dan Joker sekaligus.

Dengan tanggal rilis yang belum ditentukan, Batman vs. Teenage Mutant Ninja Turtles segera hadir pada musim semi ini dalam bentuk 4K, Blu-Ray dan Digital.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Sebuah crossover tak terduga namun terdengar seru segera hadir dalam bentuk film ‘Batman vs. Teenage Mutant Ninja Turtles’. Jangan lupa untuk share atau like artikel ini jika kalian suka ya guys

Sebuah crossover tak terduga namun terdengar seru segera hadir dalam bentuk film Batman vs. Teenage Mutant Ninja Turtles. Mengusung format animasi, proyek ini merupakan hasil kerjasama antara DC Entertainment dan Nickelodeon, dengan Warner Bros. Animation yang bertindak sebagai studio animasi.

Meski ini baru pertama kalinya manusia kelelawar dan kura-kura ninja bertemu dalam sebuah film, para karakter ikonik ini sebenarnya sudah pernah berduet di komik miniseri Batman/Teenage Mutant Ninja Turtles (2015). Komik karya James Tynion IV and Freddie Williams II inilah yang menjadi sumber materi untuk filmnya.

Kendati judul filmnya mensinyalkan perseteruan Batman dan Ninja Turtles, sinopsis justru mengatakan mereka akan bekerja sama untuk membekuk beberapa musuh besar Batman. Adapun pertemuan Batman dan Ninja di film ini berawal dari portal yang membuka dimensi lain. Dengan karakter Batman yang serius dan pembawaan Ninja Turtles yang cenderung santai, sangat menarik untuk melihat bagaimana aksi mereka akan bergulir.

Jajaran pengisi suara Batman vs. Teenage Mutant Ninja Turtles meliputi Troy Baker sebagai Batman dan The Joker, Darren Criss sebagai Raphael, Kyle Mooney sebagai Michelangelo, Baron Vaughn sebagai Donatello dan Eric Bauza sebagai Leonardo. Film ini juga menampilkan karakter Batgirl, Robin, Mr. Freeze, Harley Quinn, Poison Ivy, Bane dan Ra’s al Ghul. Satu fakta menarik, Baker jadi aktor pertama yang memainkan karakter Batman dan Joker sekaligus.

Dengan tanggal rilis yang belum ditentukan, Batman vs. Teenage Mutant Ninja Turtles segera hadir pada musim semi ini dalam bentuk 4K, Blu-Ray dan Digital.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem