Saturday, September 5, 2015

Review Film: 'Ted 2' (2015)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Komedi, Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Ted 2' (2015)
link : Review Film: 'Ted 2' (2015)

Baca juga


Beruang bermulut jorok kembali lagi dalam 'Ted 2' dengan lelucon yang masih sama vulgarnya. Namun alurnya yang bertele-tele memberi impresi bahwa Seth MacFarlane tak dapat menemukan pacing yang tepat untuk sekuelnya ini.

“You ever seen any movie ever? He's the black guy”
— Ted
Pada tahun 2012, Seth MacFarlane membuat kejutan dengan Ted, film komedi vulgar yang secara sekilas terlihat dikamuflasekan sebagai film anak-anak. Menghadirkan karakter boneka beruang yang bertingkah sebagaimana pria dewasa, film ini juga menampilkan sisi lain dari Mark Wahlberg, yang sebelumnya lebih dikenal sebagai pemain film aksi dibanding komedi. Mendapat respon yang cukup bagus dan sukses secara finansial, tiga tahun kemudian, boneka beruang bermulut kotor ini kembali lagi ke layar lebar.

Tentu saja, sekuelnya punya plot yang masih sama tak rasionalnya namun nuansa humornya terasa kurang menghibur. Ted 2 mencoba serius dan bermain-main di saat bersamaan dengan menggabungkan premis hak asasi dan lelucon sperma. Jika membaca hal ini saja sudah membuat anda ilfil, mungkin ini bukan tontonan anda.

Yang menjadi poin utama kenapa komedi Ted mengena adalah persona Ted sendiri yang tak terduga di balik tampilan luarnya yang imut. Sekarang, saat kepribadiannya telah dikenal dan dihadapkan dengan berbagai permasalahan hidup yang manusiawi, mungkin membuat penonton tak lagi tertarik karena tak ada lagi hal yang di luar ekspektasi.

Jika film pertama ditutup dengan momen bahagia antara John (Wahlberg) dengan Lori (Mila Kunis, yang tak lagi tampil di sekuel ini), maka Ted 2 dibuka dengan adegan pernikahan Ted (disuarakan oleh Seth MacFarlane) dengan pacarnya Tami-Lynn (Jessica Barth) yang dipimpin oleh pendeta Sam J. Jones — ingat dengan cameo Flash Gordon di film pertama? Di acara pernikahan tersebut, terungkap bahwa John sudah berpisah dengan Lori.

Satu tahun kemudian, rumah tangga Ted mulai berantakan dan satu-satunya yang mungkin menyelamatkan bahtera keluarga mereka adalah dengan keberadaan anak. Tak perlu saya sebutkan alasan kenapa Ted tak bisa bereproduksi, anda tentu tahu. Opsi inseminasi buatan juga tak bisa dilakukan karena rahim Tami-Lynn ternyata sudah rusak akibat konsumsi narkoba berlebihan. Pilihan terakhir adalah adopsi. Namun hal ini justru membuat situasi menjadi semakin pelik, karena otoritas negara bagian Massachussetts mempertanyakan keabsahan Ted sebagai "manusia".


Kasus Ted memperjuangkan legalitas eksistensinya ini sedikit menggeser plot ke arah drama pengadilan yang konyol. Sebagai bantuan, Ted menyewa seorang pengacara muda bernama Sam(antha) L. Jackson (Amanda Seyfried), yang juga menjadi love interest bagi John nantinya. Awalnya John dan Ted skeptis mengingat Sam yang belum pernah menangani kasus sebelumnya, tapi berkat kelihaian Sam memakai Bong (serius!), keduanya pun yakin dengan kapabilitasnya (?).

Sebagaimana film pertamanya, Ted 2 kembali menghadirkan gags jorok tentang seksisme, rasisme, homofobia, pornografi, ganja, dan berbagai macam lelucon vulgar lainnya. Bagi saya pribadi sih tidak masalah, namun bagi yang gampang tersinggung mungkin akan membuat urat kepala anda meregang. Beberapa diantaranya cukup lucu, namun sebagian lagi terkesan garing karena repetitif. Yang manapun, tak ada yang relevan dengan cerita sebenarnya.

MacFarlane yang menulis naskah bersama Alec Sulkin dan Wellesley Wild menjejalkan berbagai macam subplot ke dalam Ted 2 tapi tak ada satupun yang berarti, karena hampir semua poin plot yang disajikan hanya berfungsi sebagai pengantar punchline. Usaha Ted dan John di awal film untuk mencari sperma berkualitas berujung pada cameo bintang football, Tom J. Brady (dan, ehm, kelaminnya) serta John yang "basah kuyup" di bank sperma. Ada pula road-trip yang berujung pada penemuan ladang ganja. Bahkan adegan akhir, sengaja di-setting di area Comic-Con agar bisa mengolok-olok para maniak game atau memplesetkan beberapa budaya pop.

Film Ted memang tak dikenal karena punya plot yang logis. Namun alurnya yang lebih amburadul dibanding film pertama memberi impresi bahwa MacFarlane tampaknya tak dapat menemukan pacing yang tepat untuk sekuelnya ini. Giovanni Ribisi yang kembali tampil sebagai si obsesif Donny dan muncul di paruh akhir terkesan lebih tepat berada di film lain. Chemistry John dan Ted tak lagi sekuat film pertamanya. Ted 2 berkutat terlalu banyak pada kasus hak asasi Ted sehingga mengesampingkan peran Wahlberg sebagai John.

Dengan mengesampingkan beberapa lelucon hambar, melihat tingkah polah Ted — yang diperankan oleh MacFarlane sendiri melalui teknologi motion-capture — menjadi kelucuan tersendiri. Muncul juga beberapa cameo selebritis seperti Liam Neeson, Morgan Freeman, Jimmy Kimmel, Jay Leno, dan lain-lain, yang perannya tak perlu saya sebutkan karena akan mengurangi kadar kelucuan bagi anda yang berencana akan menonton. Adegan favorit saya adalah adegan opening yang menampilkan sekuens dansa ala Broadway yang dikoreografi oleh pemenang Tony awards, Rob Ashford. Bagi yang tak sanggup bertahan hingga menit ke-115, setidaknya sekuens ini akan memuaskan anda. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem


'Ted 2' |
|

IMDb | Rottentomatoes
115 menit | Dewasa

Sutradara: Seth MacFarlane
Penulis: Seth MacFarlane, Alec Sulkin, Wellesley Wild
Pemain: Seth MacFarlane, Mark Wahlberg, Amanda Seyfried

Beruang bermulut jorok kembali lagi dalam 'Ted 2' dengan lelucon yang masih sama vulgarnya. Namun alurnya yang bertele-tele memberi impresi bahwa Seth MacFarlane tak dapat menemukan pacing yang tepat untuk sekuelnya ini.

“You ever seen any movie ever? He's the black guy”
— Ted
Pada tahun 2012, Seth MacFarlane membuat kejutan dengan Ted, film komedi vulgar yang secara sekilas terlihat dikamuflasekan sebagai film anak-anak. Menghadirkan karakter boneka beruang yang bertingkah sebagaimana pria dewasa, film ini juga menampilkan sisi lain dari Mark Wahlberg, yang sebelumnya lebih dikenal sebagai pemain film aksi dibanding komedi. Mendapat respon yang cukup bagus dan sukses secara finansial, tiga tahun kemudian, boneka beruang bermulut kotor ini kembali lagi ke layar lebar.

Tentu saja, sekuelnya punya plot yang masih sama tak rasionalnya namun nuansa humornya terasa kurang menghibur. Ted 2 mencoba serius dan bermain-main di saat bersamaan dengan menggabungkan premis hak asasi dan lelucon sperma. Jika membaca hal ini saja sudah membuat anda ilfil, mungkin ini bukan tontonan anda.

Yang menjadi poin utama kenapa komedi Ted mengena adalah persona Ted sendiri yang tak terduga di balik tampilan luarnya yang imut. Sekarang, saat kepribadiannya telah dikenal dan dihadapkan dengan berbagai permasalahan hidup yang manusiawi, mungkin membuat penonton tak lagi tertarik karena tak ada lagi hal yang di luar ekspektasi.

Jika film pertama ditutup dengan momen bahagia antara John (Wahlberg) dengan Lori (Mila Kunis, yang tak lagi tampil di sekuel ini), maka Ted 2 dibuka dengan adegan pernikahan Ted (disuarakan oleh Seth MacFarlane) dengan pacarnya Tami-Lynn (Jessica Barth) yang dipimpin oleh pendeta Sam J. Jones — ingat dengan cameo Flash Gordon di film pertama? Di acara pernikahan tersebut, terungkap bahwa John sudah berpisah dengan Lori.

Satu tahun kemudian, rumah tangga Ted mulai berantakan dan satu-satunya yang mungkin menyelamatkan bahtera keluarga mereka adalah dengan keberadaan anak. Tak perlu saya sebutkan alasan kenapa Ted tak bisa bereproduksi, anda tentu tahu. Opsi inseminasi buatan juga tak bisa dilakukan karena rahim Tami-Lynn ternyata sudah rusak akibat konsumsi narkoba berlebihan. Pilihan terakhir adalah adopsi. Namun hal ini justru membuat situasi menjadi semakin pelik, karena otoritas negara bagian Massachussetts mempertanyakan keabsahan Ted sebagai "manusia".


Kasus Ted memperjuangkan legalitas eksistensinya ini sedikit menggeser plot ke arah drama pengadilan yang konyol. Sebagai bantuan, Ted menyewa seorang pengacara muda bernama Sam(antha) L. Jackson (Amanda Seyfried), yang juga menjadi love interest bagi John nantinya. Awalnya John dan Ted skeptis mengingat Sam yang belum pernah menangani kasus sebelumnya, tapi berkat kelihaian Sam memakai Bong (serius!), keduanya pun yakin dengan kapabilitasnya (?).

Sebagaimana film pertamanya, Ted 2 kembali menghadirkan gags jorok tentang seksisme, rasisme, homofobia, pornografi, ganja, dan berbagai macam lelucon vulgar lainnya. Bagi saya pribadi sih tidak masalah, namun bagi yang gampang tersinggung mungkin akan membuat urat kepala anda meregang. Beberapa diantaranya cukup lucu, namun sebagian lagi terkesan garing karena repetitif. Yang manapun, tak ada yang relevan dengan cerita sebenarnya.

MacFarlane yang menulis naskah bersama Alec Sulkin dan Wellesley Wild menjejalkan berbagai macam subplot ke dalam Ted 2 tapi tak ada satupun yang berarti, karena hampir semua poin plot yang disajikan hanya berfungsi sebagai pengantar punchline. Usaha Ted dan John di awal film untuk mencari sperma berkualitas berujung pada cameo bintang football, Tom J. Brady (dan, ehm, kelaminnya) serta John yang "basah kuyup" di bank sperma. Ada pula road-trip yang berujung pada penemuan ladang ganja. Bahkan adegan akhir, sengaja di-setting di area Comic-Con agar bisa mengolok-olok para maniak game atau memplesetkan beberapa budaya pop.

Film Ted memang tak dikenal karena punya plot yang logis. Namun alurnya yang lebih amburadul dibanding film pertama memberi impresi bahwa MacFarlane tampaknya tak dapat menemukan pacing yang tepat untuk sekuelnya ini. Giovanni Ribisi yang kembali tampil sebagai si obsesif Donny dan muncul di paruh akhir terkesan lebih tepat berada di film lain. Chemistry John dan Ted tak lagi sekuat film pertamanya. Ted 2 berkutat terlalu banyak pada kasus hak asasi Ted sehingga mengesampingkan peran Wahlberg sebagai John.

Dengan mengesampingkan beberapa lelucon hambar, melihat tingkah polah Ted — yang diperankan oleh MacFarlane sendiri melalui teknologi motion-capture — menjadi kelucuan tersendiri. Muncul juga beberapa cameo selebritis seperti Liam Neeson, Morgan Freeman, Jimmy Kimmel, Jay Leno, dan lain-lain, yang perannya tak perlu saya sebutkan karena akan mengurangi kadar kelucuan bagi anda yang berencana akan menonton. Adegan favorit saya adalah adegan opening yang menampilkan sekuens dansa ala Broadway yang dikoreografi oleh pemenang Tony awards, Rob Ashford. Bagi yang tak sanggup bertahan hingga menit ke-115, setidaknya sekuens ini akan memuaskan anda. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem


'Ted 2' |
|

IMDb | Rottentomatoes
115 menit | Dewasa

Sutradara: Seth MacFarlane
Penulis: Seth MacFarlane, Alec Sulkin, Wellesley Wild
Pemain: Seth MacFarlane, Mark Wahlberg, Amanda Seyfried

Tontonan Minggu Ini #14

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Misc, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Tontonan Minggu Ini #14
link : Tontonan Minggu Ini #14

Baca juga


Minggu ini saya menonton 'Sinister 2', 'Spy', 'Everly' serta serial 'Daredevil'. Apa tontonan anda?

Minggu ini saya lumayan mager ke bioskop. Film pembuka yang saya tonton adalah Sinister 2 dan ini pun baru saya tonton di hari Kamis. Selain dari itu, saya hanya menonton 2 film. Sebagai tambahan, saya akhirnya menamatkan serial Daredevil dengan menonton 2 episode terakhirnya. Harus mencari serial baru lagi nih. Ada saran?

Berikut tontonan saya minggu ini:

Sinister 2 -- Sesuai dengan prediksi, sekuelnya ini mengecewakan. Tanpa ada cerita baru lagi yang bisa digali, sebenarnya Sinister 2 punya ide bagus dengan mengambil paparan dari perspektif baru. Sayang, disini Bughuul terkesan kehilangan kekuatannya. Anda bisa membaca review dari saya disini.

Spy -- Film ini adalah salah satu miskalkulasi yang saya buat di bulan Mei. Setelah 3 filmnya yang tak begitu bagus: Identity Thief, Tammy, dan The Heat, saya agak skeptis dengan Melissa McCarthy dan memilih untuk pass. Ternyata saya salah. Film adalah film aksi kocak yang sayang sekali rasanya saya lewatkan di bioskop beberapa bulan lalu. Tak hanya McCarthy, kita pun bisa melihat sisi komika dari Jason Statham. Review lengkapnya bisa dibaca disini.

Everly -- Salma Hayek tampil seksi dan garang dalam film gado-gado antara Kill Bill dan The Raid. Di usianya yang hampir menginjak kepala 5, Hayek membuktikan ketangguhannya bermain di film kelas B penuh adrenalin ini. Tak banyak yang bisa didapat dari filmnya selain semburat darah, hujanan peluru, dan keseksian tante Hayek pastinya. Anda bisa membaca review saya disini.

Daredevil season 1 episode 12 & 13 -- Belum ada serial superhero yang selevel dengan Daredevil. Seri ini unggul dalam karakterisasi dan usaha membangun ritme. Jadi apa yang terjadi di episode terakhir? Tentu saja, Matt Murdock (Daredevil) versus Wilson Fisk (Kingpin). Fisk yang terbakar amarah karena usaha pembunuhan Vanessa dan tewasnya Wesley, dibuat kocar kacir karena Murdock dkk berhasil mengungkap kejahatannya. Fisk berhasil ditangkap namun berhasil melarikan diri dengan bantuan anteknya di kepolisian. Sekali lagi Murdock harus berhadapan langsung dengan Fisk dan kali ini dengan kostum merah ikoniknya.

Nah, itulah tontonan saya minggu ini. Apa tontonan anda? Silakan masukkan ke kolom komentar. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem

Minggu ini saya menonton 'Sinister 2', 'Spy', 'Everly' serta serial 'Daredevil'. Apa tontonan anda?

Minggu ini saya lumayan mager ke bioskop. Film pembuka yang saya tonton adalah Sinister 2 dan ini pun baru saya tonton di hari Kamis. Selain dari itu, saya hanya menonton 2 film. Sebagai tambahan, saya akhirnya menamatkan serial Daredevil dengan menonton 2 episode terakhirnya. Harus mencari serial baru lagi nih. Ada saran?

Berikut tontonan saya minggu ini:

Sinister 2 -- Sesuai dengan prediksi, sekuelnya ini mengecewakan. Tanpa ada cerita baru lagi yang bisa digali, sebenarnya Sinister 2 punya ide bagus dengan mengambil paparan dari perspektif baru. Sayang, disini Bughuul terkesan kehilangan kekuatannya. Anda bisa membaca review dari saya disini.

Spy -- Film ini adalah salah satu miskalkulasi yang saya buat di bulan Mei. Setelah 3 filmnya yang tak begitu bagus: Identity Thief, Tammy, dan The Heat, saya agak skeptis dengan Melissa McCarthy dan memilih untuk pass. Ternyata saya salah. Film adalah film aksi kocak yang sayang sekali rasanya saya lewatkan di bioskop beberapa bulan lalu. Tak hanya McCarthy, kita pun bisa melihat sisi komika dari Jason Statham. Review lengkapnya bisa dibaca disini.

Everly -- Salma Hayek tampil seksi dan garang dalam film gado-gado antara Kill Bill dan The Raid. Di usianya yang hampir menginjak kepala 5, Hayek membuktikan ketangguhannya bermain di film kelas B penuh adrenalin ini. Tak banyak yang bisa didapat dari filmnya selain semburat darah, hujanan peluru, dan keseksian tante Hayek pastinya. Anda bisa membaca review saya disini.

Daredevil season 1 episode 12 & 13 -- Belum ada serial superhero yang selevel dengan Daredevil. Seri ini unggul dalam karakterisasi dan usaha membangun ritme. Jadi apa yang terjadi di episode terakhir? Tentu saja, Matt Murdock (Daredevil) versus Wilson Fisk (Kingpin). Fisk yang terbakar amarah karena usaha pembunuhan Vanessa dan tewasnya Wesley, dibuat kocar kacir karena Murdock dkk berhasil mengungkap kejahatannya. Fisk berhasil ditangkap namun berhasil melarikan diri dengan bantuan anteknya di kepolisian. Sekali lagi Murdock harus berhadapan langsung dengan Fisk dan kali ini dengan kostum merah ikoniknya.

Nah, itulah tontonan saya minggu ini. Apa tontonan anda? Silakan masukkan ke kolom komentar. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem

Berita Film Minggu Ini #14

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, Artikel Featured, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Berita Film Minggu Ini #14
link : Berita Film Minggu Ini #14

Baca juga




Minggu ini ada 15 berita yang saya kompilasi. Berita terhangat diantaranya sutradara Cinderella yang akan arahkan adaptasi Artemis Fowl, Josh Gad yang memerankan kritikus film Roger Ebert, Oscar yang akan dibawakan oleh 2 host, dan lain-lain. Berita terheboh ialah mangkatnya maestro horor Wes Craven yang telah melahirkan flm horor populer seperti The Nightmare on Elm Street dan Scream.

Berikut kompilasi berita film minggu ini:

#01 Vincent Cassel Bermain sebagai Penjahat dalam 'Bourne 5'

//screenrant.com

Film kelima Bourne akhirnya menemukan karakter penjahatnya. Aktor Prancis Vincent Cassel (La Haine, Ocean's Twelve, Trance) akan bergabung bersama Matt Damon, Tommy Lee Jones dan Alicia Vikander untuk bermain sebagai salah satu karakter antagonis dalam film terbaru Bourne.

Cassel akan berperan sebagai pria misterius dengan nama kode yang cukup terkenal di dunia pembunuh bayaran.

Bourne 5 disutradarai oleh Paul Greengrass dan direncanakan tayang pada 29 Juli 2016.


#02 Sutradara 'Thor' akan Arahkan Film 'Artemis Fowl' untuk Disney

//finalreel.co.uk

Sejak pertama kali diumumkan pada 2013 lalu, proyek Disney dan Weinstein Company Artemis Fowl akhirnya mendapatkan sutradara. Adalah Kenneth Branagh (Thor, Cinderella) yang akan duduk di kursi sutradara.

Artemis Fowl diangkat dari novel pertama dan kedua dari serial anak-anak laris berjudul sama. Novelnya sendiri bercerita tentang Artemis, bocah 12 tahun yang seorang milioner, jenius, dan juga perencana kejahatan. Namun Artemis tak memperhitungkan dampak yang timbul saat di menculik seorang peri demi menyelamatkan keluarganya.


#03 Ansel Elgort akan Bermain dalam Drama CIA Berjudul 'Code Name Veil'

//empireonline.com

Dikabarkan dari THR, Ansel Elgort (The Fault in Our Stars, Divergent) akan bermain dalam film Code Name Veil. Film yang terinspirasi dari kisah nyata ini bersetting di Beirut tahun 1980-an. Michael Cuesta (Kill the Messenger) akan bertindak sebagai sutradara dari naskah yang ditulis oleh Matt Billingsly.

Elgort akan bermain sebagai agen muda CIA yang menyelidiki serangan pada Kedutaan Amerika saat peristiwa pengeboman Beirut oada tahun 1983. Dia kemudian terjebak dalam situasi yang pelik dan harus menyelamatkan mentornya.


#04 Selena Gomez Bergabung dengan 'Neighbors 2'

//screenrant.com

Selena Gomez akan bermain dalam film Neighbors 2 yang direncanakan tayang pada 20 Mei 2016. Dia akan bermain bersama Seth Rogen, Zac Efron, Rose Byrne, Dave Franco, serta Chloe Grace Moretz.

Belum ada detail lebih lanjut mengenai karakter yang akan dimainkan oleh Gomez, namun dikabarkan Neighbors 2 akan berkisah seputar kelompok mahasiswi yang diketuai oleh karakter Moretz. Nicholas Stoller kembali sebagai sutradara.


#05 Nickelodeon akan Bangkitkan Kembali 'Rugrats', 'Hey Arnold!'

//wikia.com

Sebagaimana diberitakan Variety, Nickelodeon berencana untuk membangkitkan kembali serial anak-anak klasik yang opoler di tahun 1990-an, seperti Rugrats dan Hey Arnold!. Salah satu yang menjadi fokus pembicaraan adalah Rugrats sebagaimana dinyatakan oleh President of Content dan Development dari Nickelodeon, Russell Hicks.

Meski begitu, belum ada berita lebih lanjut apakah usaha remake ini akan dirilis dalam format seri, mini-seri atau film.


#06 Josh Gad akan Bermain sebagai Kritikus Film Roger Ebert dalam 'Russ & Roger'

//hollywoodreporter.com

Aktor dan komedian Josh Gad akan bermain sebagai kritikus film terkenal, Roger Ebert dalam film berjudul Russ & Roger. Disutradarai oleh Michael Winterbottom, film ini akan berfokus pada hubungan Roger dengan pembuat film Russ Meyer, yang diperankan oleh Will Ferrell.


#07 Nicholas Hoult Menjadi J.D. Salinger dalam Biopik 'Rebel in the Rye'

//sbs.com.au

Nicholas Hoult akan berperan sebagai novelis J.D. Salinger dalam biopik Rebel in the Rye yang akan diarahkan oleh sutradara debutan Danny Strong. Film ini diangkat dari biografi J.D. Salinger: A Life yang ditulis oleh Kenneth Slawenski.

Salinger adalah penulis yang terkenal dengan novel kontroversialnya Catcher in the Rye yang dirilis tahun 1951. Awalnya ditujukan untuk pembaca dewasa, novel ini malah populer di kalangan remaja karena temanya yang menyangkut pemberontakan.


#08 Oscar akan Kembali Dibawakan Dua Host

//guim.co.uk

Setelah terjadinya penurunan rating yang cukup drastis untuk gelaran Oscar tahun lalu, Academy berusaha mencari cara baru untuk menangani hal tersebut. Salah satunya adalah dengan kembali menugaskan dua pembawa acara alih-alih satu orang, sebagaimana yang dilakukan beberapa tahun lalu dengan James Franco dan Anne Hathaway.

"Akan ada 2 [host]", ujar David Hill, produser Oscar tahun ini kepada Entertainment Weekly. "Kami sedang membicarakan berbagai kombinasi yang berbeda. Namun ini masih dalam tahap brainstorming."


#09 Cate Blanchett Bermain Sebagai Lucille Ball dalam Biopik yang Ditulis Aaron Sorkin

//abcnews.com

Dilansir dari The Wrap, aktris pemenang Oscar Cate Blanchett akan bermain sebagai Lucille Ball dalam biopik yang ditulis oleh Aaron Sorkin (The Social Network, Moneyball). Film ini akan bercerita tentang kehidupan bintang TV tersebut bersama partnernya di depan layar dalam sitkom I Love Lucy, Desi Arnaz.

Belum ada sutradara yang ditunjuk untuk proyek ini.


#10 Ini Dia Tanggal Rilis 'Jack Reacher 2'

//geekbinge.com

Beberapa waktu lalu, Tom Cruise mengkonfirmasi sekuel Jack Reacher yang akan disutradarai oleh Edward Zwick (The Last Samurai) dan sekarang Paramount baru saja mengumumkan jadwal tayangnya.

Jack Reacher 2 direncanakan tayang pada 21 Oktober 2016, yang artinya film ini akan bersaing dengan Underworld 5 dan Ouija 2 yang juga tayang di tanggal yang sama.


#11 Sekuel 'Goosebumps' Sedang Dibuat

//shocktillyoudrop.com

Film pertamanya belumlah tayang, Sony dikabarkan telah merencanakan untuk membuat Goosebumps 2. Para aktor utama seperti Jack Black yang bermain sebagai penulis R.L. Stine, Dylan Minette, dan Odeya Rush telah menandatangani kontrak untuk sekuelnya.

Film Goosebumps sendiri sama sekali tak mengangkat cerita langsung dari novelnya. Estimasi awal menunjukkan respon yang positif, jadi wajar juga jika Sony cukup pede akan keberhasilan filmnya.

Goosebumps disutradarai oleh Rob Letterman (Monsters vs Aliens) dan direncanakan tayang pada 16 Oktober mendatang.


#12 Kate Hudson Gantikan Rebel Wilson dalam 'Kung Fu Panda 3'

//hollywoodreporter.com

Rebel Wilson yang direncanakan mengisi suara Mei-Mei — panda betina yang jatuh hati pada Po — dalam Kung Fu Panda 3 dikabarkan mengundurkan diri, sebagaimana dilansir dari THR. Sebagai penggantinya, ditunjuk Kate Hudson.

Kung Fu Panda 3 direncanakan rilis pada 29 Januari 2016 dengan Jennifer Yuh Nelson dan Alessandro Carloni sebagai sutradara.


#13 Scott Cooper akan Sutradarai 'American Wolf', DiCaprio Jadi Produser

//thewrap.com

Setelah Black Mass, Scott Cooper akan menyutradarai film American Wolf yang diangkat dari kisah nyata di tahun 2012. Ceritanya mengenai persahabatan antara penjaga hutan dan seorang pemburu setelah pemburu tersebut tak sengaja membunuh serigala yang dilindungi di Taman Nasional Yellowstone.

Proyek ini akan ditangani oleh Warner Bros dengan Leonardo DiCaprio sebagai produsernya.


#14 Jason Momoa akan Bermain dalam Film Aksi-Thriller 'Braven'

//abcnews.com

Jason Momoa (serial Game of Thrones, Conan the Barbarian, Aquaman) direncanakan akan bermain dalam film aksi-thriller Braven yang disutradarai oleh Lin Oedings.

Naskah filmnya ditulis oleh Mike Nilon dan Thomas Pa’a Sibbett, yang bercerita tentang seorang tukang kayu (Momoa) di perbatasan Amerika-Kanada yang harus melindungi keluarganya dan berhadapan dengan pengedar narkoba saat mereka mengambil alih sebuah kabin di pegunungan.

#15 Maestro Horor Wes Craven Meninggal Dunia

//cinemablend.com

Maestro horor, Wes Craven tutup usia pada 3o Agustus lalu di usia 31 tahun akibat kanker otak. Penulis, sutradara, dan produser ini adalah orang di balik kesuksesan film horor klasik seperti The Hills Have Eyes, The Nightmare on Elm Street, dan Scream.

Selama 40 tahun karirnya, Craven telah melahirkan berbagai film horor, meski sempat juga merilis beberapa film non horor seperti Here Comes the Tiger dan Music of the Heart. Mumulai karir di awal 80-an, debut kesuksesan mainstream-nya dimulai dengan The Nightmare on Elm Street pada 1984.

Sekian berita film minggu ini. Sampai jumpa di episode 15 minggu depan. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem



Minggu ini ada 15 berita yang saya kompilasi. Berita terhangat diantaranya sutradara Cinderella yang akan arahkan adaptasi Artemis Fowl, Josh Gad yang memerankan kritikus film Roger Ebert, Oscar yang akan dibawakan oleh 2 host, dan lain-lain. Berita terheboh ialah mangkatnya maestro horor Wes Craven yang telah melahirkan flm horor populer seperti The Nightmare on Elm Street dan Scream.

Berikut kompilasi berita film minggu ini:

#01 Vincent Cassel Bermain sebagai Penjahat dalam 'Bourne 5'

//screenrant.com

Film kelima Bourne akhirnya menemukan karakter penjahatnya. Aktor Prancis Vincent Cassel (La Haine, Ocean's Twelve, Trance) akan bergabung bersama Matt Damon, Tommy Lee Jones dan Alicia Vikander untuk bermain sebagai salah satu karakter antagonis dalam film terbaru Bourne.

Cassel akan berperan sebagai pria misterius dengan nama kode yang cukup terkenal di dunia pembunuh bayaran.

Bourne 5 disutradarai oleh Paul Greengrass dan direncanakan tayang pada 29 Juli 2016.


#02 Sutradara 'Thor' akan Arahkan Film 'Artemis Fowl' untuk Disney

//finalreel.co.uk

Sejak pertama kali diumumkan pada 2013 lalu, proyek Disney dan Weinstein Company Artemis Fowl akhirnya mendapatkan sutradara. Adalah Kenneth Branagh (Thor, Cinderella) yang akan duduk di kursi sutradara.

Artemis Fowl diangkat dari novel pertama dan kedua dari serial anak-anak laris berjudul sama. Novelnya sendiri bercerita tentang Artemis, bocah 12 tahun yang seorang milioner, jenius, dan juga perencana kejahatan. Namun Artemis tak memperhitungkan dampak yang timbul saat di menculik seorang peri demi menyelamatkan keluarganya.


#03 Ansel Elgort akan Bermain dalam Drama CIA Berjudul 'Code Name Veil'

//empireonline.com

Dikabarkan dari THR, Ansel Elgort (The Fault in Our Stars, Divergent) akan bermain dalam film Code Name Veil. Film yang terinspirasi dari kisah nyata ini bersetting di Beirut tahun 1980-an. Michael Cuesta (Kill the Messenger) akan bertindak sebagai sutradara dari naskah yang ditulis oleh Matt Billingsly.

Elgort akan bermain sebagai agen muda CIA yang menyelidiki serangan pada Kedutaan Amerika saat peristiwa pengeboman Beirut oada tahun 1983. Dia kemudian terjebak dalam situasi yang pelik dan harus menyelamatkan mentornya.


#04 Selena Gomez Bergabung dengan 'Neighbors 2'

//screenrant.com

Selena Gomez akan bermain dalam film Neighbors 2 yang direncanakan tayang pada 20 Mei 2016. Dia akan bermain bersama Seth Rogen, Zac Efron, Rose Byrne, Dave Franco, serta Chloe Grace Moretz.

Belum ada detail lebih lanjut mengenai karakter yang akan dimainkan oleh Gomez, namun dikabarkan Neighbors 2 akan berkisah seputar kelompok mahasiswi yang diketuai oleh karakter Moretz. Nicholas Stoller kembali sebagai sutradara.


#05 Nickelodeon akan Bangkitkan Kembali 'Rugrats', 'Hey Arnold!'

//wikia.com

Sebagaimana diberitakan Variety, Nickelodeon berencana untuk membangkitkan kembali serial anak-anak klasik yang opoler di tahun 1990-an, seperti Rugrats dan Hey Arnold!. Salah satu yang menjadi fokus pembicaraan adalah Rugrats sebagaimana dinyatakan oleh President of Content dan Development dari Nickelodeon, Russell Hicks.

Meski begitu, belum ada berita lebih lanjut apakah usaha remake ini akan dirilis dalam format seri, mini-seri atau film.


#06 Josh Gad akan Bermain sebagai Kritikus Film Roger Ebert dalam 'Russ & Roger'

//hollywoodreporter.com

Aktor dan komedian Josh Gad akan bermain sebagai kritikus film terkenal, Roger Ebert dalam film berjudul Russ & Roger. Disutradarai oleh Michael Winterbottom, film ini akan berfokus pada hubungan Roger dengan pembuat film Russ Meyer, yang diperankan oleh Will Ferrell.


#07 Nicholas Hoult Menjadi J.D. Salinger dalam Biopik 'Rebel in the Rye'

//sbs.com.au

Nicholas Hoult akan berperan sebagai novelis J.D. Salinger dalam biopik Rebel in the Rye yang akan diarahkan oleh sutradara debutan Danny Strong. Film ini diangkat dari biografi J.D. Salinger: A Life yang ditulis oleh Kenneth Slawenski.

Salinger adalah penulis yang terkenal dengan novel kontroversialnya Catcher in the Rye yang dirilis tahun 1951. Awalnya ditujukan untuk pembaca dewasa, novel ini malah populer di kalangan remaja karena temanya yang menyangkut pemberontakan.


#08 Oscar akan Kembali Dibawakan Dua Host

//guim.co.uk

Setelah terjadinya penurunan rating yang cukup drastis untuk gelaran Oscar tahun lalu, Academy berusaha mencari cara baru untuk menangani hal tersebut. Salah satunya adalah dengan kembali menugaskan dua pembawa acara alih-alih satu orang, sebagaimana yang dilakukan beberapa tahun lalu dengan James Franco dan Anne Hathaway.

"Akan ada 2 [host]", ujar David Hill, produser Oscar tahun ini kepada Entertainment Weekly. "Kami sedang membicarakan berbagai kombinasi yang berbeda. Namun ini masih dalam tahap brainstorming."


#09 Cate Blanchett Bermain Sebagai Lucille Ball dalam Biopik yang Ditulis Aaron Sorkin

//abcnews.com

Dilansir dari The Wrap, aktris pemenang Oscar Cate Blanchett akan bermain sebagai Lucille Ball dalam biopik yang ditulis oleh Aaron Sorkin (The Social Network, Moneyball). Film ini akan bercerita tentang kehidupan bintang TV tersebut bersama partnernya di depan layar dalam sitkom I Love Lucy, Desi Arnaz.

Belum ada sutradara yang ditunjuk untuk proyek ini.


#10 Ini Dia Tanggal Rilis 'Jack Reacher 2'

//geekbinge.com

Beberapa waktu lalu, Tom Cruise mengkonfirmasi sekuel Jack Reacher yang akan disutradarai oleh Edward Zwick (The Last Samurai) dan sekarang Paramount baru saja mengumumkan jadwal tayangnya.

Jack Reacher 2 direncanakan tayang pada 21 Oktober 2016, yang artinya film ini akan bersaing dengan Underworld 5 dan Ouija 2 yang juga tayang di tanggal yang sama.


#11 Sekuel 'Goosebumps' Sedang Dibuat

//shocktillyoudrop.com

Film pertamanya belumlah tayang, Sony dikabarkan telah merencanakan untuk membuat Goosebumps 2. Para aktor utama seperti Jack Black yang bermain sebagai penulis R.L. Stine, Dylan Minette, dan Odeya Rush telah menandatangani kontrak untuk sekuelnya.

Film Goosebumps sendiri sama sekali tak mengangkat cerita langsung dari novelnya. Estimasi awal menunjukkan respon yang positif, jadi wajar juga jika Sony cukup pede akan keberhasilan filmnya.

Goosebumps disutradarai oleh Rob Letterman (Monsters vs Aliens) dan direncanakan tayang pada 16 Oktober mendatang.


#12 Kate Hudson Gantikan Rebel Wilson dalam 'Kung Fu Panda 3'

//hollywoodreporter.com

Rebel Wilson yang direncanakan mengisi suara Mei-Mei — panda betina yang jatuh hati pada Po — dalam Kung Fu Panda 3 dikabarkan mengundurkan diri, sebagaimana dilansir dari THR. Sebagai penggantinya, ditunjuk Kate Hudson.

Kung Fu Panda 3 direncanakan rilis pada 29 Januari 2016 dengan Jennifer Yuh Nelson dan Alessandro Carloni sebagai sutradara.


#13 Scott Cooper akan Sutradarai 'American Wolf', DiCaprio Jadi Produser

//thewrap.com

Setelah Black Mass, Scott Cooper akan menyutradarai film American Wolf yang diangkat dari kisah nyata di tahun 2012. Ceritanya mengenai persahabatan antara penjaga hutan dan seorang pemburu setelah pemburu tersebut tak sengaja membunuh serigala yang dilindungi di Taman Nasional Yellowstone.

Proyek ini akan ditangani oleh Warner Bros dengan Leonardo DiCaprio sebagai produsernya.


#14 Jason Momoa akan Bermain dalam Film Aksi-Thriller 'Braven'

//abcnews.com

Jason Momoa (serial Game of Thrones, Conan the Barbarian, Aquaman) direncanakan akan bermain dalam film aksi-thriller Braven yang disutradarai oleh Lin Oedings.

Naskah filmnya ditulis oleh Mike Nilon dan Thomas Pa’a Sibbett, yang bercerita tentang seorang tukang kayu (Momoa) di perbatasan Amerika-Kanada yang harus melindungi keluarganya dan berhadapan dengan pengedar narkoba saat mereka mengambil alih sebuah kabin di pegunungan.

#15 Maestro Horor Wes Craven Meninggal Dunia

//cinemablend.com

Maestro horor, Wes Craven tutup usia pada 3o Agustus lalu di usia 31 tahun akibat kanker otak. Penulis, sutradara, dan produser ini adalah orang di balik kesuksesan film horor klasik seperti The Hills Have Eyes, The Nightmare on Elm Street, dan Scream.

Selama 40 tahun karirnya, Craven telah melahirkan berbagai film horor, meski sempat juga merilis beberapa film non horor seperti Here Comes the Tiger dan Music of the Heart. Mumulai karir di awal 80-an, debut kesuksesan mainstream-nya dimulai dengan The Nightmare on Elm Street pada 1984.

Sekian berita film minggu ini. Sampai jumpa di episode 15 minggu depan. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem

Review Film: 'Everly' (2015)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Aksi, Artikel Review, Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Everly' (2015)
link : Review Film: 'Everly' (2015)

Baca juga


'Everly' adalah film aksi brutal dengan rating dewasa karena begitu banyak mengumbar kekerasan, yang sayangnya tak menyisakan ruang untuk perkembangan cerita maupun karakter.

“Either you help me, or shut the f*ck up.”
— Everly
Everly disekap dan diperbudak oleh Taiko — mantan pacarnya yang juga seorang bos yakuza — di dalam sebuah apartemen bersama dengan banyak wanita lainnya. Selama empat tahun dia harus melayani nafsu pria-pria hidung belang dengan selera yang menyimpang. Hanya ada 2 pilihan, dan Everly bukanlah tipe wanita yang mudah menyerah. Jadi, tepat di hari Natal, dia memberontak.

Dalam film ini Salma Hayek bermain sebagai Everly, seorang wanita yang awalnya terlihat biasa-biasa saja namun entah kenapa kemudian familiar sekali dengan berbagai senjata, punya vitalitas prima, dan sedikit menguasai martial arts.

Kita tak perlu mempertanyakan hal di atas karena sutradara Joe Lynch dan penulis naskah Yale Hannon membuat semuanya simpel. Berbekal sedikit backstory yang diungkap secara tersirat, narasi bergerak cepat ke depan, diisi dengan berbagai adegan aksi yang dikoreografi dan disorot dengan profesional. Dengan dana yang terbatas, Lynch berusaha memfokuskan perhatian pada sekuens aksi yang cukup memuaskan untuk dilihat.


Everly adalah film aksi brutal dengan rating dewasa karena begitu banyak mengumbar kekerasan. Sama seperti premisnya yang menyinggung eksploitasi seksual, filmnya tak segan-segan mengeksploitasi berbagai macam kebrutalan, potongan tubuh, percikan darah, bahkan sensualitas karakter utamanya sendiri — Salma Hayek memakai pakaian seksi sepanjang film, sesuatu yang sebenarnya cukup ironis. Lebih dari itu, film ini juga menyuguhkan fetisisme lewat beberapa karakter antagonisnya seperti Sang Sadis dan Sang Masokis.

Setelah mendengar suara jeritan (yang mengindikasikan tindak perkosaan), kamera mengambil gambar seorang wanita telanjang dengan tato mencolok yang masuk ke dalam kamar mandi. Dengan tertatih-tatih, Everly menelpon polisi tapi gagal. Dia lalu mengambil pistol yang disembunyikan, dan melalui salah satu adegan pembuka film yang paling eksplosif tahun ini, Everly membantai hampir semua pria cabul disana.

Hal ini membuat situasi semakin kacau karena Taiko malah menjanjikan imbalan bagi siapa saja yang bisa menangkap Everly. Dari pembunuh bayaran hingga rekan sesama PSK, mereka mengetuk pintu apartemen Everly dengan kostum fetish dilengkapi dengan senjata yang variatif, seperti pedang samurai, machine gun, atau RPG.

Hampir keseluruhan dari total 92 menit filmnya diisi dengan adegan pembantaian dan nyaris tak ruang untuk perkembangan cerita atau karakter. Sebagian besar film berlangsung di kamar Everly dan untuk memberikan interaksi yang manusiawi, Everly ditemani dengan salah seorang anggota Yakuza yang sekarat.

Di balik semburat darah atau adegan sadis menelan asam klorida, Lynch bermaksud menyelipkan sisi emosional dengan menyelipkan cerita mengenai penyelamatan anak dan ibunya Everly. Namun Lynch terlalu bergantung pada gore alih-alih cerita, yang membuat ini hanya numpang lewat saja.

Everly menjadi semacam gabungan antara Kill Bill dan The Raid dengan atmosfer yang diperingan berkat penambahan black comedy. Bagi yang mencari film penuh adrenalin tanpa perlu banyak berpikir, Everly bisa dijadikan tontonan yang lumayan. Meski sedikit seksis dan terlalu eksploitatif, pistol, darah, dan wanita seksi bisa menjadi hiburan yang tepat bagi penonton tertentu. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem


'Everly' |
|

IMDb | Rottentomatoes
92 menit | Dewasa

Sutradara: Joe Lynch
Penulis: Yale Hannon
Pemain: Salma Hayek, Hiroyuki Watanabe

'Everly' adalah film aksi brutal dengan rating dewasa karena begitu banyak mengumbar kekerasan, yang sayangnya tak menyisakan ruang untuk perkembangan cerita maupun karakter.

“Either you help me, or shut the f*ck up.”
— Everly
Everly disekap dan diperbudak oleh Taiko — mantan pacarnya yang juga seorang bos yakuza — di dalam sebuah apartemen bersama dengan banyak wanita lainnya. Selama empat tahun dia harus melayani nafsu pria-pria hidung belang dengan selera yang menyimpang. Hanya ada 2 pilihan, dan Everly bukanlah tipe wanita yang mudah menyerah. Jadi, tepat di hari Natal, dia memberontak.

Dalam film ini Salma Hayek bermain sebagai Everly, seorang wanita yang awalnya terlihat biasa-biasa saja namun entah kenapa kemudian familiar sekali dengan berbagai senjata, punya vitalitas prima, dan sedikit menguasai martial arts.

Kita tak perlu mempertanyakan hal di atas karena sutradara Joe Lynch dan penulis naskah Yale Hannon membuat semuanya simpel. Berbekal sedikit backstory yang diungkap secara tersirat, narasi bergerak cepat ke depan, diisi dengan berbagai adegan aksi yang dikoreografi dan disorot dengan profesional. Dengan dana yang terbatas, Lynch berusaha memfokuskan perhatian pada sekuens aksi yang cukup memuaskan untuk dilihat.


Everly adalah film aksi brutal dengan rating dewasa karena begitu banyak mengumbar kekerasan. Sama seperti premisnya yang menyinggung eksploitasi seksual, filmnya tak segan-segan mengeksploitasi berbagai macam kebrutalan, potongan tubuh, percikan darah, bahkan sensualitas karakter utamanya sendiri — Salma Hayek memakai pakaian seksi sepanjang film, sesuatu yang sebenarnya cukup ironis. Lebih dari itu, film ini juga menyuguhkan fetisisme lewat beberapa karakter antagonisnya seperti Sang Sadis dan Sang Masokis.

Setelah mendengar suara jeritan (yang mengindikasikan tindak perkosaan), kamera mengambil gambar seorang wanita telanjang dengan tato mencolok yang masuk ke dalam kamar mandi. Dengan tertatih-tatih, Everly menelpon polisi tapi gagal. Dia lalu mengambil pistol yang disembunyikan, dan melalui salah satu adegan pembuka film yang paling eksplosif tahun ini, Everly membantai hampir semua pria cabul disana.

Hal ini membuat situasi semakin kacau karena Taiko malah menjanjikan imbalan bagi siapa saja yang bisa menangkap Everly. Dari pembunuh bayaran hingga rekan sesama PSK, mereka mengetuk pintu apartemen Everly dengan kostum fetish dilengkapi dengan senjata yang variatif, seperti pedang samurai, machine gun, atau RPG.

Hampir keseluruhan dari total 92 menit filmnya diisi dengan adegan pembantaian dan nyaris tak ruang untuk perkembangan cerita atau karakter. Sebagian besar film berlangsung di kamar Everly dan untuk memberikan interaksi yang manusiawi, Everly ditemani dengan salah seorang anggota Yakuza yang sekarat.

Di balik semburat darah atau adegan sadis menelan asam klorida, Lynch bermaksud menyelipkan sisi emosional dengan menyelipkan cerita mengenai penyelamatan anak dan ibunya Everly. Namun Lynch terlalu bergantung pada gore alih-alih cerita, yang membuat ini hanya numpang lewat saja.

Everly menjadi semacam gabungan antara Kill Bill dan The Raid dengan atmosfer yang diperingan berkat penambahan black comedy. Bagi yang mencari film penuh adrenalin tanpa perlu banyak berpikir, Everly bisa dijadikan tontonan yang lumayan. Meski sedikit seksis dan terlalu eksploitatif, pistol, darah, dan wanita seksi bisa menjadi hiburan yang tepat bagi penonton tertentu. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem


'Everly' |
|

IMDb | Rottentomatoes
92 menit | Dewasa

Sutradara: Joe Lynch
Penulis: Yale Hannon
Pemain: Salma Hayek, Hiroyuki Watanabe

Friday, September 4, 2015

Polling: Film Pilihan 28-08-2015 s.d. 03-09-2015

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Polling, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Polling: Film Pilihan 28-08-2015 s.d. 03-09-2015
link : Polling: Film Pilihan 28-08-2015 s.d. 03-09-2015

Baca juga




Minggu ini ada 9 film yang baru dirilis. Film manakah yang menjadi pilihan pembaca UlasanPilem minggu ini? Film-film tersebut antara lain The Man from U.N.C.L.E., The Piper, Attack on Titan, How to Make Love Like an Englishman, Jenderal Soedirman, Gangster, Paper Towns, Phantom dan All is Well.

Film favorit pilihan pembaca — sebagaimana pilihan saya juga — minggu ini adalah The Man from U.N.C.L.E. dengan 28,57%. Menyusul di bawahnya film biopik Indonesia Jenderal Soedirman dengan 23,81% dan Paper Towns dengan 19,05%. Dua film India: Phantom dan All is Well sama sekali tak mendapat suara, senasib dengan film Pierce Brosnan, How to Make Love Like an Englishman.

Berikut hasilnya :


Berikut adalah polling untuk minggu ini. Polling akan saya tutup Kamis depan pukul 23.59. Silakan pilih film pilihan anda minggu ini agar bisa menjadi referensi bagi penonton lainnya. Anda bisa memilih hingga 3 film. Polling juga bisa anda akses setiap saat di bagian sidebar blog ini. Happy voting.



Minggu ini ada 9 film yang baru dirilis. Film manakah yang menjadi pilihan pembaca UlasanPilem minggu ini? Film-film tersebut antara lain The Man from U.N.C.L.E., The Piper, Attack on Titan, How to Make Love Like an Englishman, Jenderal Soedirman, Gangster, Paper Towns, Phantom dan All is Well.

Film favorit pilihan pembaca — sebagaimana pilihan saya juga — minggu ini adalah The Man from U.N.C.L.E. dengan 28,57%. Menyusul di bawahnya film biopik Indonesia Jenderal Soedirman dengan 23,81% dan Paper Towns dengan 19,05%. Dua film India: Phantom dan All is Well sama sekali tak mendapat suara, senasib dengan film Pierce Brosnan, How to Make Love Like an Englishman.

Berikut hasilnya :


Berikut adalah polling untuk minggu ini. Polling akan saya tutup Kamis depan pukul 23.59. Silakan pilih film pilihan anda minggu ini agar bisa menjadi referensi bagi penonton lainnya. Anda bisa memilih hingga 3 film. Polling juga bisa anda akses setiap saat di bagian sidebar blog ini. Happy voting.

Thursday, September 3, 2015

Review Film: 'Sinister 2' (2015)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Horor, Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Sinister 2' (2015)
link : Review Film: 'Sinister 2' (2015)

Baca juga


'Sinister 2' mengulang kisah lama dengan sudut pandang dan karakter yang berbeda. Ini justru memudarkan sisi misterius yang membuat kadar keseramannya anjlok.

“I'm not gonna let him finish that movie!”
— Ex-Deputy
Sinister adalah film horor yang lumayan dan seharusnya tak perlu dibuatkan sekuel. Endingnya yang kabur menutup film dengan baik. Namun penulis skrip Scott Derrickson dan C. Robert Cargill merasa perlu untuk menjelaskan semua — atau hanya ingin meraup dolar lebih banyak — dalam film kedua yang lebih inert dan tumpul ini.

Sebenarnya, Sinister 2 punya ide yang cukup bagus. Derrickson dan Cargill mengakali kisahnya yang tak lagi baru dengan menceritakannya dari sudut pandang berbeda. Namun di lain pihak, ini justru memudarkan sisi misteriusnya yang membuat kadar keseramannya anjlok.

Yang menjadi benang merah Sinister 2 dengan film pertamanya adalah deputi (James Ransone) yang pernah membantu keluarga Oswalt. Namun sekarang dia telah dibebastugaskan dan fokus untuk menyelidiki teror Bughuul, iblis dari dunia lain — yang mempunyai wujud sangat mirip salah satu personil band Slipknot. Penyelidikan ini mengantarkannya pada keluarga Collins yang baru saja pindah ke sebelah gereja tua yang dulunya pernah menjadi lokasi pembunuhan tragis.


Courtney Collins (Shannyn Sossamon) baru saja bercerai dengan suaminya, Clint (Lea Coco) dan membawa kedua anaknya, Zach (Dartanian Sloan) dan Dylan (Robert Daniel Sloan) pindah ke sebuah rumah di daerah pinggiran. Zach sering mem-bully Dylan yang lemah dan dinilai aneh, karena bisa melihat makhluk halus. Setiap malam, Dylan didatangi oleh hantu anak kecil bernama Milo, yang memaksanya untuk menonton video snuff yang berisi pembunuhan sadis.

Ada 2 cerita utama dalam film ini. Di balik plot supranatural Bughuul, ada subplot mengenai kisah keluarga yang berantakan: seorang anak yang menjadi korban KDRT sementara yang lainnya iri dengan saudaranya, serta ibu yang berusaha menghindari suaminya yang abusif. Deputi kita tak hanya berusaha membantu mereka dari teror mistis namun juga melibatkan diri untuk menengahi masalah keluarga ini. Sentuhan yang bagus, yang sayangnya tak terlalu dieksplorasi sehingga membuat subplot ini terkesan hanya berfungsi sebagai tempelan, alih-alih memperbaharui narasi.

Dalam film pertamanya, Derrickson menyimpan misterinya rapat-rapat hingga momen puncak yang sukses membuat kita terhenyak, tapi disini, Ciaran Foy yang mengambil alih posisi sutradara malah mengumbar penampilan Bughuul dengan adegan jump-scares yang malah tak masuk akal. Kita tahu bahwa Bughuul punya beberapa aturan — entahlah, tampaknya iblis punya kode etik dalam modus operandinya — : misalnya teror dimulai saat kemunculan logo ikoniknya, atau Bughuul yang hanya menghantui calon korbannya. Namun entah kenapa, disini deputi pun juga dihantui padahal dia berada jauh dari TKP dan bahkan bukan calon korban. Konyolnya, teror dilakukan lewat monitor laptop! Oh, sekarang iblis pun sudah melek teknologi.

Tak ada momen yang benar-benar menyeramkan, selain beberapa jump-scares yang membuat anda kaget setengah mati akibat suara yang menggelegar. Dibanding hantunya, rekaman snuff films dalam video super-8 yang ditayangkan jauh lebih mengerikan dengan porsi yang lebih banyak, diantaranya melibatkan buaya, kabel listrik, salju, dan bor gigi.

Penampilan Ransone sebagai tokoh utama terasa kurang kuat, meski aktingnya sendiri tak terlalu buruk. Yang lebih buruk adalah akting dari Sloan bersaudara yang terlalu dibuat-buat. Ketidakharmonisan keduanya tak meyakinkan dan sulit untuk bersimpati bagi keduanya, berbeda dengan keluarga Oswalt dari Sinister.

Ending yang tak solid — disorot bergantian dengan kamera konvensional dan super-8 — pada akhirnya malah melemahkan karakter sang iblis. Bughuul tak punya peran apa-apa — selain membuat kita jantungan dengan kemunculannya yang tiba-tiba, dan malah menyerahkan tugas sepenuhnya pada anak-anak. Kekuatannya hanyalah sebatas kamera, jadi kenapa mereka terlihat setakut itu?!!

Elemen yang membuat Sinister menjadi film horor yang menyeramkan masih digunakan, namun tak lagi mengena disini. Terkadang sesuatu jauh lebih mengerikan berkat misteri dan rahasia yang tersimpan di dalamnya. Dalam Sinister 2, kita menonton kejadian yang sama dengan sudut pandang dan karakter yang berbeda. Perlukah? Saya rasa tidak. ■ UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem

'Sinister 2' |
|

IMDb | Rottentomatoes
97 menit | Dewasa

Sutradara: Ciaran Foy
Penulis: C. Robert Cargill, Scott Derrickson
Pemain: James Ransone, Shannyn Sossamon

'Sinister 2' mengulang kisah lama dengan sudut pandang dan karakter yang berbeda. Ini justru memudarkan sisi misterius yang membuat kadar keseramannya anjlok.

“I'm not gonna let him finish that movie!”
— Ex-Deputy
Sinister adalah film horor yang lumayan dan seharusnya tak perlu dibuatkan sekuel. Endingnya yang kabur menutup film dengan baik. Namun penulis skrip Scott Derrickson dan C. Robert Cargill merasa perlu untuk menjelaskan semua — atau hanya ingin meraup dolar lebih banyak — dalam film kedua yang lebih inert dan tumpul ini.

Sebenarnya, Sinister 2 punya ide yang cukup bagus. Derrickson dan Cargill mengakali kisahnya yang tak lagi baru dengan menceritakannya dari sudut pandang berbeda. Namun di lain pihak, ini justru memudarkan sisi misteriusnya yang membuat kadar keseramannya anjlok.

Yang menjadi benang merah Sinister 2 dengan film pertamanya adalah deputi (James Ransone) yang pernah membantu keluarga Oswalt. Namun sekarang dia telah dibebastugaskan dan fokus untuk menyelidiki teror Bughuul, iblis dari dunia lain — yang mempunyai wujud sangat mirip salah satu personil band Slipknot. Penyelidikan ini mengantarkannya pada keluarga Collins yang baru saja pindah ke sebelah gereja tua yang dulunya pernah menjadi lokasi pembunuhan tragis.


Courtney Collins (Shannyn Sossamon) baru saja bercerai dengan suaminya, Clint (Lea Coco) dan membawa kedua anaknya, Zach (Dartanian Sloan) dan Dylan (Robert Daniel Sloan) pindah ke sebuah rumah di daerah pinggiran. Zach sering mem-bully Dylan yang lemah dan dinilai aneh, karena bisa melihat makhluk halus. Setiap malam, Dylan didatangi oleh hantu anak kecil bernama Milo, yang memaksanya untuk menonton video snuff yang berisi pembunuhan sadis.

Ada 2 cerita utama dalam film ini. Di balik plot supranatural Bughuul, ada subplot mengenai kisah keluarga yang berantakan: seorang anak yang menjadi korban KDRT sementara yang lainnya iri dengan saudaranya, serta ibu yang berusaha menghindari suaminya yang abusif. Deputi kita tak hanya berusaha membantu mereka dari teror mistis namun juga melibatkan diri untuk menengahi masalah keluarga ini. Sentuhan yang bagus, yang sayangnya tak terlalu dieksplorasi sehingga membuat subplot ini terkesan hanya berfungsi sebagai tempelan, alih-alih memperbaharui narasi.

Dalam film pertamanya, Derrickson menyimpan misterinya rapat-rapat hingga momen puncak yang sukses membuat kita terhenyak, tapi disini, Ciaran Foy yang mengambil alih posisi sutradara malah mengumbar penampilan Bughuul dengan adegan jump-scares yang malah tak masuk akal. Kita tahu bahwa Bughuul punya beberapa aturan — entahlah, tampaknya iblis punya kode etik dalam modus operandinya — : misalnya teror dimulai saat kemunculan logo ikoniknya, atau Bughuul yang hanya menghantui calon korbannya. Namun entah kenapa, disini deputi pun juga dihantui padahal dia berada jauh dari TKP dan bahkan bukan calon korban. Konyolnya, teror dilakukan lewat monitor laptop! Oh, sekarang iblis pun sudah melek teknologi.

Tak ada momen yang benar-benar menyeramkan, selain beberapa jump-scares yang membuat anda kaget setengah mati akibat suara yang menggelegar. Dibanding hantunya, rekaman snuff films dalam video super-8 yang ditayangkan jauh lebih mengerikan dengan porsi yang lebih banyak, diantaranya melibatkan buaya, kabel listrik, salju, dan bor gigi.

Penampilan Ransone sebagai tokoh utama terasa kurang kuat, meski aktingnya sendiri tak terlalu buruk. Yang lebih buruk adalah akting dari Sloan bersaudara yang terlalu dibuat-buat. Ketidakharmonisan keduanya tak meyakinkan dan sulit untuk bersimpati bagi keduanya, berbeda dengan keluarga Oswalt dari Sinister.

Ending yang tak solid — disorot bergantian dengan kamera konvensional dan super-8 — pada akhirnya malah melemahkan karakter sang iblis. Bughuul tak punya peran apa-apa — selain membuat kita jantungan dengan kemunculannya yang tiba-tiba, dan malah menyerahkan tugas sepenuhnya pada anak-anak. Kekuatannya hanyalah sebatas kamera, jadi kenapa mereka terlihat setakut itu?!!

Elemen yang membuat Sinister menjadi film horor yang menyeramkan masih digunakan, namun tak lagi mengena disini. Terkadang sesuatu jauh lebih mengerikan berkat misteri dan rahasia yang tersimpan di dalamnya. Dalam Sinister 2, kita menonton kejadian yang sama dengan sudut pandang dan karakter yang berbeda. Perlukah? Saya rasa tidak. ■ UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem

'Sinister 2' |
|

IMDb | Rottentomatoes
97 menit | Dewasa

Sutradara: Ciaran Foy
Penulis: C. Robert Cargill, Scott Derrickson
Pemain: James Ransone, Shannyn Sossamon

Tuesday, September 1, 2015

Review Film: 'No Escape' (2015)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Aksi, Artikel Review, Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'No Escape' (2015)
link : Review Film: 'No Escape' (2015)

Baca juga


Bagi yang gampang tersinggung, temanya yang xenophobic bisa disebut rasis dan tak sensitif terhadap perbedaan kultur. Namun tak bisa disangkal, sutradara Dowdle mengeksploitasinya dengan efektif.

“I'm not funny. I'm dad.”
— Jack Dwyer
No Escape adalah thriller yang efektif. Premisnya relatif sederhana, mengangkat hal mendasar dari ketakutan manusia yaitu ketidaktahuan. Kita umumnya takut terhadap hal yang tidak kita tahu. Saat terjebak dalam kekacauan di suatu negara yang bahasanya tidak anda mengerti, apa yang bisa dilakukan?

Alih-alih pahlawan tipikal film aksi, sutradara John Erick Dowdle menggunakan protagonis utama yang merupakan orang biasa, yang membuat ketegangan filmnya terasa sangat dekat dengan penonton. Apalagi saat situasinya begitu brutal dan sadis yang membuat kita tak nyaman sejak teror pertama dilepaskan. Skripnya cukup manipulatif dengan menghadirkan anak kecil sebagai "calon" korban.

Plot tak begitu penting disini, namun akan saya paparkan jika anda ingin tahu. Karyawan Jack Dwyer (Owen Wilson) ditugaskan untuk bekerja di cabang perusahaannya yang berada di salah satu negara Asia Tenggara (kemungkinan besar adalah Kamboja, meski syutingnya sendiri dilakukan di Thailand). Jack membawa serta istrinya, Annie (Lake Bell) dan kedua anaknya, Lucy (Sterling Jerins) dan Beeze (Claire Geare).


Ini tampaknya menjadi awal karir baru bagi Jack. Namun setibanya di hotel, mereka menemukan bahwa televisi dan telepon tidak berfungsi. Saat Jack membeli koran di pagi hari, dia terjebak di antara militan yang menenteng senjata dan bom molotov dengan polisi anti huru-hara yang telah siaga. Pemberontakan pecah dan bereskalasi dengan cepat. Motifnya adalah kapitalisme dari perusahaan asing, jadi para pemberontak bermaksud untuk melenyapkan semua ekspaktriat yang ada di depan mata. Segera, Jack dan keluarganya terjebak di atas gedung hotel, sementara para pemberontak beringas telah siap untuk menjagal mereka di bawah.

Wilson dan Bell adalah pilihan yang unik. Meski biasanya tampil dalam film komedi, keduanya punya kapasitas dramatis sebagai orang biasa yang terjebak situasi tak biasa disini. Saat kondisi menjadi sangat genting, dimunculkanlah Hammond (Pierce Brosnan) — pria pemabuk misterius yang perannya bisa anda tebak sedari awal — walau tidak untuk waktu yang lama.

No Escape bisa juga dibilang berada di ranah horor. Film ini menampilkan banyak tubuh mati yang berserakan dan memperlihatkan adegan sadis: penembakan, pembacokan, usaha pemerkosaan dll, yang meski tak ditampilkan dengan eksplisit di depan layar, tetap saja tak mengurangi nuansa brutalitasnya. Para pemberontak tak punya kepribadian disini. Mereka tak lebih dari karakter haus darah yang akan membantai siapapun.

Ancaman begitu nyata hingga membuat keputusan yang terdengar tak rasional menjadi masuk akal. Misalnya saat Jack melempar kedua anaknya dari satu atap ke atap lain atau saat dia tak lagi ragu mengotori tangannya sendiri dengan darah. Intensitasnya selalu tinggi. Sebagian besar dari 106 menit durasi adalah mengenai keluarga Dwyer yang bersembunyi dan berusaha menyelamatkan diri. Dialog yang tipis menyelip diantara sadisme, kepanikan, teriakan, dan tangisan. Namun, narasi bergerak ke arah yang janggal saat filmnya mencoba terlalu serius dengan pesan moral dan politisnya.

Bagi yang gampang tersinggung, temanya yang xenophobic bisa disebut rasis dan tak sensitif terhadap perbedaan kultur. Namun tak bisa disangkal, Dowdle mengeksploitasinya dengan efektif. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem


'No Escape' |
|

IMDb | Rottentomatoes
103 menit | Dewasa

Sutradara John Erick Dowdle
Penulis John Erick Dowdle, Drew Dowdle
Pemain Owen Wilson, Lake Bell, Pierce Brosnan

Bagi yang gampang tersinggung, temanya yang xenophobic bisa disebut rasis dan tak sensitif terhadap perbedaan kultur. Namun tak bisa disangkal, sutradara Dowdle mengeksploitasinya dengan efektif.

“I'm not funny. I'm dad.”
— Jack Dwyer
No Escape adalah thriller yang efektif. Premisnya relatif sederhana, mengangkat hal mendasar dari ketakutan manusia yaitu ketidaktahuan. Kita umumnya takut terhadap hal yang tidak kita tahu. Saat terjebak dalam kekacauan di suatu negara yang bahasanya tidak anda mengerti, apa yang bisa dilakukan?

Alih-alih pahlawan tipikal film aksi, sutradara John Erick Dowdle menggunakan protagonis utama yang merupakan orang biasa, yang membuat ketegangan filmnya terasa sangat dekat dengan penonton. Apalagi saat situasinya begitu brutal dan sadis yang membuat kita tak nyaman sejak teror pertama dilepaskan. Skripnya cukup manipulatif dengan menghadirkan anak kecil sebagai "calon" korban.

Plot tak begitu penting disini, namun akan saya paparkan jika anda ingin tahu. Karyawan Jack Dwyer (Owen Wilson) ditugaskan untuk bekerja di cabang perusahaannya yang berada di salah satu negara Asia Tenggara (kemungkinan besar adalah Kamboja, meski syutingnya sendiri dilakukan di Thailand). Jack membawa serta istrinya, Annie (Lake Bell) dan kedua anaknya, Lucy (Sterling Jerins) dan Beeze (Claire Geare).


Ini tampaknya menjadi awal karir baru bagi Jack. Namun setibanya di hotel, mereka menemukan bahwa televisi dan telepon tidak berfungsi. Saat Jack membeli koran di pagi hari, dia terjebak di antara militan yang menenteng senjata dan bom molotov dengan polisi anti huru-hara yang telah siaga. Pemberontakan pecah dan bereskalasi dengan cepat. Motifnya adalah kapitalisme dari perusahaan asing, jadi para pemberontak bermaksud untuk melenyapkan semua ekspaktriat yang ada di depan mata. Segera, Jack dan keluarganya terjebak di atas gedung hotel, sementara para pemberontak beringas telah siap untuk menjagal mereka di bawah.

Wilson dan Bell adalah pilihan yang unik. Meski biasanya tampil dalam film komedi, keduanya punya kapasitas dramatis sebagai orang biasa yang terjebak situasi tak biasa disini. Saat kondisi menjadi sangat genting, dimunculkanlah Hammond (Pierce Brosnan) — pria pemabuk misterius yang perannya bisa anda tebak sedari awal — walau tidak untuk waktu yang lama.

No Escape bisa juga dibilang berada di ranah horor. Film ini menampilkan banyak tubuh mati yang berserakan dan memperlihatkan adegan sadis: penembakan, pembacokan, usaha pemerkosaan dll, yang meski tak ditampilkan dengan eksplisit di depan layar, tetap saja tak mengurangi nuansa brutalitasnya. Para pemberontak tak punya kepribadian disini. Mereka tak lebih dari karakter haus darah yang akan membantai siapapun.

Ancaman begitu nyata hingga membuat keputusan yang terdengar tak rasional menjadi masuk akal. Misalnya saat Jack melempar kedua anaknya dari satu atap ke atap lain atau saat dia tak lagi ragu mengotori tangannya sendiri dengan darah. Intensitasnya selalu tinggi. Sebagian besar dari 106 menit durasi adalah mengenai keluarga Dwyer yang bersembunyi dan berusaha menyelamatkan diri. Dialog yang tipis menyelip diantara sadisme, kepanikan, teriakan, dan tangisan. Namun, narasi bergerak ke arah yang janggal saat filmnya mencoba terlalu serius dengan pesan moral dan politisnya.

Bagi yang gampang tersinggung, temanya yang xenophobic bisa disebut rasis dan tak sensitif terhadap perbedaan kultur. Namun tak bisa disangkal, Dowdle mengeksploitasinya dengan efektif. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem


'No Escape' |
|

IMDb | Rottentomatoes
103 menit | Dewasa

Sutradara John Erick Dowdle
Penulis John Erick Dowdle, Drew Dowdle
Pemain Owen Wilson, Lake Bell, Pierce Brosnan