- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Sony memutuskan untuk mencabut 'Bad Boys 3' dari jadwal rilis, dan belum memberinya tanggal tayang baru.
Pertama diketahui eksistensinya pada 2014 lalu, hingga kini pengembangan proyek Bad Boys 3 seolah berjalan di tempat. Sempat muncul harapan sekuel ini akan melangkah maju, ketika pada 2015 Joe Carnahan (The Grey) bergabung sebagai sutradara, dan ia siap mengarahkan Will Smith dan Martin Lawrence yang kembali bermain sebagai duo polisi kocak. Indikasi Bad Boys 3 segera diproduksi pun semakin menguat seiring Sony menjadwalkannya untuk rilis pada 8 November 2018.
Sayangnya, di saat semuanya terlihat pasti, nasib Bad Boys 3 kembali terkatung-katung pasca Carnahan mundur pada Maret lalu. Sejak kehilangan sutradaranya, proyek Bad Boys 3 belum memperlihatkan perkembangan signifikan, dan menimbulkan keraguan apakah film ini akan dibuat. Dan benar saja, kini Sony memutuskan untuk mencabut Bad Boys 3 dari jadwal rilis, dan belum memberinya tanggal tayang baru. Dengan kata lain, mereka yang menantikan aksi baru Marcus Burnett dan Mike Lowrey tampaknya harus gigit jari, lantaran Bad Boys 3 telah ditangguhkan dan berpotensi takkan pernah dibuat.
Terlepas dari nasib suram Bad Boys 3, Michael Bay – yang sebelumnya membesutBad Boys dan sekuelnya – mengusulkan film ketiga ini segera dibuat sebelum Smith dan Lawrence terlalu tua untuk memainkan karakter mereka yang lekat dengan predikat “boy”. Bay menilai:
“Mereka akan segera menjadi old boys. Tak lama mereka akan jadi pensiunan polisi, bukannya polisi aktif. Butuh waktu lama bagi Bad Boys 3 untuk dibuat, dan saya tak ikut terlibat di dalamnya. Meski begitu, mereka harus segera Bad Boys 3. Anda tentu bisa membuat Martin dan Will jadi lucu lagi. (Karena) film-film Bad Boys adalah jenis film yang seru untuk dibuat.”
Jadi, apakah Bad Boys 3 akan selamanya berada di development hell, atau justru kelak film ini akan diselamatkan dan akhirnya dibuat? Kita tunggu saja kabar selanjutnya. ■UP
Sony memutuskan untuk mencabut 'Bad Boys 3' dari jadwal rilis, dan belum memberinya tanggal tayang baru.
Pertama diketahui eksistensinya pada 2014 lalu, hingga kini pengembangan proyek Bad Boys 3 seolah berjalan di tempat. Sempat muncul harapan sekuel ini akan melangkah maju, ketika pada 2015 Joe Carnahan (The Grey) bergabung sebagai sutradara, dan ia siap mengarahkan Will Smith dan Martin Lawrence yang kembali bermain sebagai duo polisi kocak. Indikasi Bad Boys 3 segera diproduksi pun semakin menguat seiring Sony menjadwalkannya untuk rilis pada 8 November 2018.
Sayangnya, di saat semuanya terlihat pasti, nasib Bad Boys 3 kembali terkatung-katung pasca Carnahan mundur pada Maret lalu. Sejak kehilangan sutradaranya, proyek Bad Boys 3 belum memperlihatkan perkembangan signifikan, dan menimbulkan keraguan apakah film ini akan dibuat. Dan benar saja, kini Sony memutuskan untuk mencabut Bad Boys 3 dari jadwal rilis, dan belum memberinya tanggal tayang baru. Dengan kata lain, mereka yang menantikan aksi baru Marcus Burnett dan Mike Lowrey tampaknya harus gigit jari, lantaran Bad Boys 3 telah ditangguhkan dan berpotensi takkan pernah dibuat.
Terlepas dari nasib suram Bad Boys 3, Michael Bay – yang sebelumnya membesutBad Boys dan sekuelnya – mengusulkan film ketiga ini segera dibuat sebelum Smith dan Lawrence terlalu tua untuk memainkan karakter mereka yang lekat dengan predikat “boy”. Bay menilai:
“Mereka akan segera menjadi old boys. Tak lama mereka akan jadi pensiunan polisi, bukannya polisi aktif. Butuh waktu lama bagi Bad Boys 3 untuk dibuat, dan saya tak ikut terlibat di dalamnya. Meski begitu, mereka harus segera Bad Boys 3. Anda tentu bisa membuat Martin dan Will jadi lucu lagi. (Karena) film-film Bad Boys adalah jenis film yang seru untuk dibuat.”
Jadi, apakah Bad Boys 3 akan selamanya berada di development hell, atau justru kelak film ini akan diselamatkan dan akhirnya dibuat? Kita tunggu saja kabar selanjutnya. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
James Cameron akhirnya menjelaskan kenapa ia mau turun tangan di 'Terminator' reboot yang juga kembali mempertemukannya dengan aktor Arnold Schwarzenegger.
Usai membesut The Terminator dan Teminator: Judgment Day, dua film yang kerap dinobatkan sebagai mahakarya di genre sci-fi, James Cameron memutuskan untuk berpaling dari franchise yang membesarkan namanya. Dampak kepergian Cameron pun cukup signifikan. Terhitung dari tiga seri baru yang dirilis meliputi Terminator 3: Rise of the Machines, Terminator Salvation hingga reboot perdana Terminator Genisys, tak ada satupun yang menuai respon sebaik garapan Cameron, malah ketiganya cenderung mengecewakan.
Kabar baiknya, franchise Terminator kini berpotensi bangkit dari keterpurukan menyusul kembalinya sang kreator di film reboot kedua nanti. Dengan keterlibatannya sebagai produser, Cameron akhirnya menjelaskan kenapa ia mau turun tangan di reboot yang juga kembali mempertemukannya dengan aktor Arnold Schwarzenegger.
Rupanya memilki kontrol atas lisensi atau hak cipta Terminator menjadi alasan Cameron kembali. Meski sepintas terdengar sepele, namun kontrol lisensi juga kerap berpengaruh terhadap hasil akhir film, utamanya dari sisi kualitas. Jika kontrol ini berada di tangan seorang Cameron yang film-filmnya sejauh ini selalu diacungi jempol oleh kritikus, maka tentunya Terminator reboot punya potensi menjanjikan.
“Saya telah menjual lisensi Terminator saat saya belum jadi sutradara, dan saat itu saya hanya tertarik membuat film. Ketika saya mengetahui bahwa saya bisa kembali memegang kontrol atas lisensi, saya bertanya pada diri sendiri, secara artistik, adakah sesuatu disana? Adakah sesuatu yang patut diceritakan yang belum sempat saya ceritakan, yang akan relevan di tahun 2020-an? Saya berpikir, mari kita lihat saja,”ungkap Cameron melalui sebuah wawancara.
Lebih lanjut, berkaca dari perkembangan teknologi masa kini, Cameron mensinyalkan tema cerita “manusia vs teknologi” yang biasa diusung franchise Terminator akan semakin masuk akan dan relevan di reboot mendatang. “Banyak hal di Terminator yang dulunya sebatas fiksi ilmiah kini ada sungguhan di sekitar kita. Anda tahu, mulai dari drone pembunuh sampai diskusi soal etika memiliki robot yang punya wewenang untuk membunuh. Hal-hal seperti ini sebenarnya sudah terjadi. Jadi, mungkin ada ruang bagi film yang mengeksplor tema ini. Hanya saja filmnya harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai ekspektasi penonton sekarang,”tambah Cameron.
Terminator reboot sendiri akan disutradaraiTim Miller (Deadpool), dan filmnya diproyeksikan Cameron sebagai awal trilogi baru. Menurut pengakuan Arnold, ia akan syutingTerminator 6 pada Maret 2018 yang diyakini sebagai reboot ini. Sementara itu, Cameron akan kembali mengantongi lisensi Terminator pada 2019. ■UP
James Cameron akhirnya menjelaskan kenapa ia mau turun tangan di 'Terminator' reboot yang juga kembali mempertemukannya dengan aktor Arnold Schwarzenegger.
Usai membesut The Terminator dan Teminator: Judgment Day, dua film yang kerap dinobatkan sebagai mahakarya di genre sci-fi, James Cameron memutuskan untuk berpaling dari franchise yang membesarkan namanya. Dampak kepergian Cameron pun cukup signifikan. Terhitung dari tiga seri baru yang dirilis meliputi Terminator 3: Rise of the Machines, Terminator Salvation hingga reboot perdana Terminator Genisys, tak ada satupun yang menuai respon sebaik garapan Cameron, malah ketiganya cenderung mengecewakan.
Kabar baiknya, franchise Terminator kini berpotensi bangkit dari keterpurukan menyusul kembalinya sang kreator di film reboot kedua nanti. Dengan keterlibatannya sebagai produser, Cameron akhirnya menjelaskan kenapa ia mau turun tangan di reboot yang juga kembali mempertemukannya dengan aktor Arnold Schwarzenegger.
Rupanya memilki kontrol atas lisensi atau hak cipta Terminator menjadi alasan Cameron kembali. Meski sepintas terdengar sepele, namun kontrol lisensi juga kerap berpengaruh terhadap hasil akhir film, utamanya dari sisi kualitas. Jika kontrol ini berada di tangan seorang Cameron yang film-filmnya sejauh ini selalu diacungi jempol oleh kritikus, maka tentunya Terminator reboot punya potensi menjanjikan.
“Saya telah menjual lisensi Terminator saat saya belum jadi sutradara, dan saat itu saya hanya tertarik membuat film. Ketika saya mengetahui bahwa saya bisa kembali memegang kontrol atas lisensi, saya bertanya pada diri sendiri, secara artistik, adakah sesuatu disana? Adakah sesuatu yang patut diceritakan yang belum sempat saya ceritakan, yang akan relevan di tahun 2020-an? Saya berpikir, mari kita lihat saja,”ungkap Cameron melalui sebuah wawancara.
Lebih lanjut, berkaca dari perkembangan teknologi masa kini, Cameron mensinyalkan tema cerita “manusia vs teknologi” yang biasa diusung franchise Terminator akan semakin masuk akan dan relevan di reboot mendatang. “Banyak hal di Terminator yang dulunya sebatas fiksi ilmiah kini ada sungguhan di sekitar kita. Anda tahu, mulai dari drone pembunuh sampai diskusi soal etika memiliki robot yang punya wewenang untuk membunuh. Hal-hal seperti ini sebenarnya sudah terjadi. Jadi, mungkin ada ruang bagi film yang mengeksplor tema ini. Hanya saja filmnya harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai ekspektasi penonton sekarang,”tambah Cameron.
Terminator reboot sendiri akan disutradaraiTim Miller (Deadpool), dan filmnya diproyeksikan Cameron sebagai awal trilogi baru. Menurut pengakuan Arnold, ia akan syutingTerminator 6 pada Maret 2018 yang diyakini sebagai reboot ini. Sementara itu, Cameron akan kembali mengantongi lisensi Terminator pada 2019. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Baru saja merampungkan proses syuting 'Avengers: Infinity War', kini duo sutradara Russo sudah mulai menggulirkan proses syuting 'Avengers 4'.
Duo sutradara Joe dan Anthony Russo akhirnya siap menggarap film Marvel Cinematic Universe yang benar-benar menjadi konklusi dari Phase 1 hingga Phase 3. Baru saja merampungkan proses syuting Avengers: Infinity Warsebulan yang lalu, kini sang duo sutradara sudah mulai menggulirkan proses syuting Avengers 4.
Proses syuting Avengers 4 diumumkan sendiri oleh Russo melalui Facebook pada 11 Agustus 2017 kemarin. Melalui postingannya, Russo memberi caption “beginning the end” yang merujuk pada Avengers 4, disertai gambar sarung tangan ungu memperlihatkan empat jari yang sepertinya menjadi milik Thanos.
Hingga detik ini Marvel sendiri belum membuka detail cerita Avengers 4. Kemungkinannya, film ini masih melanjutkan event di Avengers: Infinity War, dimana The Avengers bersatu dengan Guardians of the Galaxy untuk melawan Thanos yang berambisi mengumpulkan enam Infinity Stones untuk menghancurkan alam semesta. Belum diketahui pula siapa pemain yang terlibat. Namun bisa kita duga, karakter yang survive di Infinity War, maka ia kembali muncul di Avengers 4. Adapun desas-desus yang beredar menyebut, Avengers 4 akan menandai penampilan terakhir dari anggota senior Avengers seperti Tony Stark/Iron Man, Steve Rogers/Captain America dan seangkatannya, sebelum digantikan oleh Black Panther, Doctor Strange dan beberapa superhero baru lainnya.
Diakui Kevin Feige sang arsitek MCU, Infinity War sendiri akan menjadi semacam klimaks, sebelum menuju konklusi yang terdapat di Avengers 4. Selain itu, sampai saat ini Avengers 4 memang dibiarkan tanpa judul, lantaran jika diumumkan sekarang dikhawatirkan mengandung spoiler InfinityWar. Lantas bagaimana dengan teaser trailer epik Avengers 4 yang khusus diputar di event SDCC 2017 lalu? Sayangnya, Marvel menolak untuk merilisnya online, sampai Thor: Ragnarok tayang November nanti.
Avengers: Infinity War akan dirilis 4 Mei 2018. Avengers 4 akan dirilis 3 Mei 2019. ■UP
Baru saja merampungkan proses syuting 'Avengers: Infinity War', kini duo sutradara Russo sudah mulai menggulirkan proses syuting 'Avengers 4'.
Duo sutradara Joe dan Anthony Russo akhirnya siap menggarap film Marvel Cinematic Universe yang benar-benar menjadi konklusi dari Phase 1 hingga Phase 3. Baru saja merampungkan proses syuting Avengers: Infinity Warsebulan yang lalu, kini sang duo sutradara sudah mulai menggulirkan proses syuting Avengers 4.
Proses syuting Avengers 4 diumumkan sendiri oleh Russo melalui Facebook pada 11 Agustus 2017 kemarin. Melalui postingannya, Russo memberi caption “beginning the end” yang merujuk pada Avengers 4, disertai gambar sarung tangan ungu memperlihatkan empat jari yang sepertinya menjadi milik Thanos.
Hingga detik ini Marvel sendiri belum membuka detail cerita Avengers 4. Kemungkinannya, film ini masih melanjutkan event di Avengers: Infinity War, dimana The Avengers bersatu dengan Guardians of the Galaxy untuk melawan Thanos yang berambisi mengumpulkan enam Infinity Stones untuk menghancurkan alam semesta. Belum diketahui pula siapa pemain yang terlibat. Namun bisa kita duga, karakter yang survive di Infinity War, maka ia kembali muncul di Avengers 4. Adapun desas-desus yang beredar menyebut, Avengers 4 akan menandai penampilan terakhir dari anggota senior Avengers seperti Tony Stark/Iron Man, Steve Rogers/Captain America dan seangkatannya, sebelum digantikan oleh Black Panther, Doctor Strange dan beberapa superhero baru lainnya.
Diakui Kevin Feige sang arsitek MCU, Infinity War sendiri akan menjadi semacam klimaks, sebelum menuju konklusi yang terdapat di Avengers 4. Selain itu, sampai saat ini Avengers 4 memang dibiarkan tanpa judul, lantaran jika diumumkan sekarang dikhawatirkan mengandung spoiler InfinityWar. Lantas bagaimana dengan teaser trailer epik Avengers 4 yang khusus diputar di event SDCC 2017 lalu? Sayangnya, Marvel menolak untuk merilisnya online, sampai Thor: Ragnarok tayang November nanti.
Avengers: Infinity War akan dirilis 4 Mei 2018. Avengers 4 akan dirilis 3 Mei 2019. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Buletin, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Film lulus sensor minggu ini antara lain: 'A: Aku, Benci, Cinta', 'An Inconvenient Sequel: Truth to Power', 'Siap Gan', 'It', 'The Battleship Island', 'Atomic Blonde', 'The Underdogs', dan 'Pengabdi Setan'.
Dua film horor yang akan tayang pada September mendatang, sudah dilulus-sensorkan oleh LSF sedari bulan ini. Yang pertama adalah remakeJoko Anwar terhadap film horor legendaris Pengabdi Setan. Rating "17+" mengindikasikan bahwa film ini sepertinya takkan main-main dalam urusan menakut-nakuti seperti film orisinalnya.
Yang kedua juga merupakan film remake, tapi yang ini adalah film impor adaptasi novel Stephen King, It. Durasi yang diberikan oleh Motion Picture Association of America (MPAA) adalah 135 menit, sementara durasi dari LSF berkurang 1 menit. Mungkinkah ada pemotongan? Yang jelas, keduanya sama-sama mendapat rating "R"/"17+".
Atomic Blonde yang baru tayang di Indonesia pada 16 Juni nanti, diberi rating "21+" dan dipangkas selama 2 menit. Jika melihat panduan rating dari MPAA, saya menduga kemungkinan besar yang dipangkas adalah adegan dua wanita yang bercumbu, karena alasan yang sudah jelas. Film ini diimpor oleh PT Athali Sukses Makmur sehingga hanya akan tayang di jaringan non-XXI.
Kita memang punya dokumenter high-profile di bioskop baru-baru ini, tapi sebuah film dokumenter di layar lebar lokal bukanlah hal paling lazim yang pernah kita dengar. Apalagi jika filmnya membahas tentang usaha Mantan Wakil Presiden Amerika, Al Gore dalam menangani perubahan iklim. Ditambah lagi, film berjudul An Inconvenient Sequel: Truth to Power ini diimpor oleh PT Omega Film, yang berarti punya peluang untuk tayang di seluruh jaringan bioskop. Namun begitulah adanya; film ini telah lulus sensor LSF.
Ada cukup banyak rilisan LSF minggu ini, diantaranya film Korea The Battleship Island, A: Aku, Benci, Cinta yang dibintangi Jefri Nichol dan Amanda Rawles, Siap Gan yang informasinya tak bisa saya dapatkan dimanapun, serta film tentang para youtubers, The Underdogs.
Berikut daftar lengkap buletin LSF minggu ini.
"A" ( AKU, BENCI, CINTA ) 730/DCP/NAS/13/08.2022/2017 DRAMA Klasifikasi Usia 13+ Pemilik PT . MD PICTURES Tanggal 07 Agustus 2017 Durasi 2577 Meter / 94 Menit
AN INCONVENIENT SEQUEL : TRUTH TO POWER 729/DCP/EA/13/08.2022/2017 DOKUMENTER Klasifikasi Usia 13+ Pemilik PT. Omega Film Tanggal 07 Agustus 2017 Durasi 2687 Meter / 98 Menit
SIAP GAN 731/DCP/NAS/REV/13/08.2022/2017 DRAMA / KOMEDI Klasifikasi Usia 13+ Pemilik PT. Muara Prima Entertainment Tanggal 09 Agustus 2017 Durasi 2549 Meter / 92 Menit
IT 743/DCP/EA/17/03.2022/2017 HOROR Klasifikasi Usia 17+ Pemilik PT. Omega Film Tanggal 09 Agustus 2017 Durasi 3674 Meter / 134 Menit
THE BATTLESHIP ISLAND 728/DCP/ANM/21/07.2018/2017 DRAMA/ACTION/PERANG Klasifikasi Usia 21+ Pemilik PT. Overseas Korean Television Network Tanggal 09 Agustus 2017 Durasi 3620 Meter / 132 Menit
ATOMIC BLONDE (THE COLDEST CITY) 740/DCP/EA/REV/21/07.2029/2017 DRAMA ACTION Klasifikasi Usia 21+ Pemilik PT. Athali Sukses Makmur Tanggal 09 Agustus 2017 Durasi 3099 Meter / 113 Menit
THE UNDERDOGS 746/DCP/NAS/13/08.2022/2017 DRAMA / KOMEDI Klasifikasi Usia 13+ Pemilik PT . KHARISMA STARVISION PLUS Tanggal 11 Agustus 2017 Durasi 2715 Meter / 99 Menit
PENGABDI SETAN 751/DCP/NAS/17/08.2022/2017 DRAMA / HOROR Klasifikasi Usia 17+ Pemilik PT. Rapi Films Tanggal 11 Agustus 2017 Durasi 2934 Meter / 107 Menit
Film lulus sensor minggu ini antara lain: 'A: Aku, Benci, Cinta', 'An Inconvenient Sequel: Truth to Power', 'Siap Gan', 'It', 'The Battleship Island', 'Atomic Blonde', 'The Underdogs', dan 'Pengabdi Setan'.
Dua film horor yang akan tayang pada September mendatang, sudah dilulus-sensorkan oleh LSF sedari bulan ini. Yang pertama adalah remakeJoko Anwar terhadap film horor legendaris Pengabdi Setan. Rating "17+" mengindikasikan bahwa film ini sepertinya takkan main-main dalam urusan menakut-nakuti seperti film orisinalnya.
Yang kedua juga merupakan film remake, tapi yang ini adalah film impor adaptasi novel Stephen King, It. Durasi yang diberikan oleh Motion Picture Association of America (MPAA) adalah 135 menit, sementara durasi dari LSF berkurang 1 menit. Mungkinkah ada pemotongan? Yang jelas, keduanya sama-sama mendapat rating "R"/"17+".
Atomic Blonde yang baru tayang di Indonesia pada 16 Juni nanti, diberi rating "21+" dan dipangkas selama 2 menit. Jika melihat panduan rating dari MPAA, saya menduga kemungkinan besar yang dipangkas adalah adegan dua wanita yang bercumbu, karena alasan yang sudah jelas. Film ini diimpor oleh PT Athali Sukses Makmur sehingga hanya akan tayang di jaringan non-XXI.
Kita memang punya dokumenter high-profile di bioskop baru-baru ini, tapi sebuah film dokumenter di layar lebar lokal bukanlah hal paling lazim yang pernah kita dengar. Apalagi jika filmnya membahas tentang usaha Mantan Wakil Presiden Amerika, Al Gore dalam menangani perubahan iklim. Ditambah lagi, film berjudul An Inconvenient Sequel: Truth to Power ini diimpor oleh PT Omega Film, yang berarti punya peluang untuk tayang di seluruh jaringan bioskop. Namun begitulah adanya; film ini telah lulus sensor LSF.
Ada cukup banyak rilisan LSF minggu ini, diantaranya film Korea The Battleship Island, A: Aku, Benci, Cinta yang dibintangi Jefri Nichol dan Amanda Rawles, Siap Gan yang informasinya tak bisa saya dapatkan dimanapun, serta film tentang para youtubers, The Underdogs.
Berikut daftar lengkap buletin LSF minggu ini.
"A" ( AKU, BENCI, CINTA ) 730/DCP/NAS/13/08.2022/2017 DRAMA Klasifikasi Usia 13+ Pemilik PT . MD PICTURES Tanggal 07 Agustus 2017 Durasi 2577 Meter / 94 Menit
AN INCONVENIENT SEQUEL : TRUTH TO POWER 729/DCP/EA/13/08.2022/2017 DOKUMENTER Klasifikasi Usia 13+ Pemilik PT. Omega Film Tanggal 07 Agustus 2017 Durasi 2687 Meter / 98 Menit
SIAP GAN 731/DCP/NAS/REV/13/08.2022/2017 DRAMA / KOMEDI Klasifikasi Usia 13+ Pemilik PT. Muara Prima Entertainment Tanggal 09 Agustus 2017 Durasi 2549 Meter / 92 Menit
IT 743/DCP/EA/17/03.2022/2017 HOROR Klasifikasi Usia 17+ Pemilik PT. Omega Film Tanggal 09 Agustus 2017 Durasi 3674 Meter / 134 Menit
THE BATTLESHIP ISLAND 728/DCP/ANM/21/07.2018/2017 DRAMA/ACTION/PERANG Klasifikasi Usia 21+ Pemilik PT. Overseas Korean Television Network Tanggal 09 Agustus 2017 Durasi 3620 Meter / 132 Menit
ATOMIC BLONDE (THE COLDEST CITY) 740/DCP/EA/REV/21/07.2029/2017 DRAMA ACTION Klasifikasi Usia 21+ Pemilik PT. Athali Sukses Makmur Tanggal 09 Agustus 2017 Durasi 3099 Meter / 113 Menit
THE UNDERDOGS 746/DCP/NAS/13/08.2022/2017 DRAMA / KOMEDI Klasifikasi Usia 13+ Pemilik PT . KHARISMA STARVISION PLUS Tanggal 11 Agustus 2017 Durasi 2715 Meter / 99 Menit
PENGABDI SETAN 751/DCP/NAS/17/08.2022/2017 DRAMA / HOROR Klasifikasi Usia 17+ Pemilik PT. Rapi Films Tanggal 11 Agustus 2017 Durasi 2934 Meter / 107 Menit
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Aksi,
Artikel Review,
Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Saya yakin pembuat 'The Hunter's Prayer' tahu mereka akan membuat film seperti apa, tapi tak cukup tahu bagaimana cara kesana.
“When you take a life, it takes yours.” — Stephen
Saya yakin pembuat The Hunter's Prayer tahu mereka akan membuat film seperti apa, tapi tak cukup tahu bagaimana cara kesana, setidaknya jika saya lihat dari apa yang saya tonton. Hubungan karakter adalah aspek krusial dalam film ini. Tak hanya untuk meningkatkan stakes yang harus dihadapi karakternya, tapi yang lebih mendasar lagi, menjadi alasan rasional bagi pilihan yang mereka ambil sejak awal. Film ini memakai formula premis Jagoan Misterius Tangguh yang Melindungi Cewek Muda, yang sudah jamak kita lihat mulai dari Leon: The Professional-nya Jean Reno dan Natalie Portman, sampai Safe-nya Jason Statham. Pelindung dan yang dilindungi hidup di dunia yang berbeda, tapi mereka terikat oleh suatu alasan. Tingkat kepercayaan kita akan alasan tersebut menentukan keyakinan kita terhadap hubungan dan motif tindakan mereka nantinya. Namun The Hunter's Prayer tak memberikan hal semacam ini. Mereka baru kenal, tapi bicara seolah sangat peduli satu sama lain, sementara kita tak percaya karena chemistry mereka hambar.
Stephen adalah mantan tentara Irak yang sekarang bekerja sebagai pembunuh bayaran. Ia juga seorang pecandu. Kita tak percaya itu karena ia tampak seperti pria baik-baik dengan wajah Sam Worthington, namun nanti kita bakal melihat ia memakai narkoba dalam situasi yang memalukan. Misi terbarunya adalah melenyapkan seorang gadis muda bernama Ella (Odeya Rush).
Ella sendiri tak tahu bahwa kedua orangtuanya baru saja dibantai oleh pembunuh bayaran lain yang dikirim oleh bos yang sama dengan pengutus Stephen, karena ia tinggal di asrama sekolah mewah di tempat nun jauh disana. Ella adalah anak orang kaya, jadi ia menghabiskan malam dengan berpesta dan tak merasa aneh saat dikuntit pria besar. "Kadang ayahku menyewa orang untuk mengawasiku," ujar Ella pada pacarnya.
Pria kali ini ternyata adalah Stephen, namun Stephen tak mau menarik pelatuk, alih-alih malah menyelamatkan Ella dari pembunuh lain yang juga mengincar Ella. Well, mungkin bos Stephen tak percaya pada Stephen afterall. Bos ini adalah Richard (Allen Leech), rentenir yang uangnya dibawa kabur oleh mendiang ayah Ella. Ia punya anak buah seorang agen FBI (Amy Landecker) dan pembunuh bayaran yang seefektif Stephen (Martin Compston).
Tentu saja, anda sudah tahu akan ada adu jotos, tembak-tembakan, dan kejar-kejaran mobil. Sutradara Jonathan Mostow, yang pernah menggarap Terminator 3, menanganinya dengan cukup kompeten. Namun tidak demikian dengan naratif film. Itensitasnya tak menggigit karena stakes-nya yang nihil. Tak membantu saat set-pieces dan koreografinya juga generik.
Di samping chemistry tokoh utama kita yang nyaris tak ada, antagonis kita juga masuk dalam kategori konyol untuk film seserius ini. Ia menguasai separuh polisi di Eropa (serius, Stephen yang bilang), dan punya sepasang anjing rottweiler yang sadis, just because. Ini adalah kekonyolan yang cocok dalam film aksi kelas B ringan. Namun The Hunter's Prayer tenggelam dalam pretensinya sendiri. Ia terlalu serius untuk bisa dinikmati. Dan saya tak bisa peduli dengan keseriusannya, karena ia gagal dalam visi paling mendasar.
"Kupikir kamu membantuku!" teriak Ella kepada Stephen di satu adegan. Tak ada yang berpikiran seperti itu, Ella. Cuma kamu saja. ■UP
Paul Leyden, Oren Moverman (screenplay), Kevin Wignall (novel)
Tove Christensen, James Costas, Paul Leyden, David McIlhargey, Christopher Milburn, Anthony Rhulen, Paul Rock, John Schwarz, Michael Schwarz, Michael Wexler, Sam Worthington
José David Montero
Federico Jusid
Saya yakin pembuat 'The Hunter's Prayer' tahu mereka akan membuat film seperti apa, tapi tak cukup tahu bagaimana cara kesana.
“When you take a life, it takes yours.” — Stephen
Saya yakin pembuat The Hunter's Prayer tahu mereka akan membuat film seperti apa, tapi tak cukup tahu bagaimana cara kesana, setidaknya jika saya lihat dari apa yang saya tonton. Hubungan karakter adalah aspek krusial dalam film ini. Tak hanya untuk meningkatkan stakes yang harus dihadapi karakternya, tapi yang lebih mendasar lagi, menjadi alasan rasional bagi pilihan yang mereka ambil sejak awal. Film ini memakai formula premis Jagoan Misterius Tangguh yang Melindungi Cewek Muda, yang sudah jamak kita lihat mulai dari Leon: The Professional-nya Jean Reno dan Natalie Portman, sampai Safe-nya Jason Statham. Pelindung dan yang dilindungi hidup di dunia yang berbeda, tapi mereka terikat oleh suatu alasan. Tingkat kepercayaan kita akan alasan tersebut menentukan keyakinan kita terhadap hubungan dan motif tindakan mereka nantinya. Namun The Hunter's Prayer tak memberikan hal semacam ini. Mereka baru kenal, tapi bicara seolah sangat peduli satu sama lain, sementara kita tak percaya karena chemistry mereka hambar.
Stephen adalah mantan tentara Irak yang sekarang bekerja sebagai pembunuh bayaran. Ia juga seorang pecandu. Kita tak percaya itu karena ia tampak seperti pria baik-baik dengan wajah Sam Worthington, namun nanti kita bakal melihat ia memakai narkoba dalam situasi yang memalukan. Misi terbarunya adalah melenyapkan seorang gadis muda bernama Ella (Odeya Rush).
Ella sendiri tak tahu bahwa kedua orangtuanya baru saja dibantai oleh pembunuh bayaran lain yang dikirim oleh bos yang sama dengan pengutus Stephen, karena ia tinggal di asrama sekolah mewah di tempat nun jauh disana. Ella adalah anak orang kaya, jadi ia menghabiskan malam dengan berpesta dan tak merasa aneh saat dikuntit pria besar. "Kadang ayahku menyewa orang untuk mengawasiku," ujar Ella pada pacarnya.
Pria kali ini ternyata adalah Stephen, namun Stephen tak mau menarik pelatuk, alih-alih malah menyelamatkan Ella dari pembunuh lain yang juga mengincar Ella. Well, mungkin bos Stephen tak percaya pada Stephen afterall. Bos ini adalah Richard (Allen Leech), rentenir yang uangnya dibawa kabur oleh mendiang ayah Ella. Ia punya anak buah seorang agen FBI (Amy Landecker) dan pembunuh bayaran yang seefektif Stephen (Martin Compston).
Tentu saja, anda sudah tahu akan ada adu jotos, tembak-tembakan, dan kejar-kejaran mobil. Sutradara Jonathan Mostow, yang pernah menggarap Terminator 3, menanganinya dengan cukup kompeten. Namun tidak demikian dengan naratif film. Itensitasnya tak menggigit karena stakes-nya yang nihil. Tak membantu saat set-pieces dan koreografinya juga generik.
Di samping chemistry tokoh utama kita yang nyaris tak ada, antagonis kita juga masuk dalam kategori konyol untuk film seserius ini. Ia menguasai separuh polisi di Eropa (serius, Stephen yang bilang), dan punya sepasang anjing rottweiler yang sadis, just because. Ini adalah kekonyolan yang cocok dalam film aksi kelas B ringan. Namun The Hunter's Prayer tenggelam dalam pretensinya sendiri. Ia terlalu serius untuk bisa dinikmati. Dan saya tak bisa peduli dengan keseriusannya, karena ia gagal dalam visi paling mendasar.
"Kupikir kamu membantuku!" teriak Ella kepada Stephen di satu adegan. Tak ada yang berpikiran seperti itu, Ella. Cuma kamu saja. ■UP
Paul Leyden, Oren Moverman (screenplay), Kevin Wignall (novel)
Tove Christensen, James Costas, Paul Leyden, David McIlhargey, Christopher Milburn, Anthony Rhulen, Paul Rock, John Schwarz, Michael Schwarz, Michael Wexler, Sam Worthington
'The Emoji Movie' bukan film yang *poop emoji*, melainkan hanya film yang *meh emoji*.
“My feelings are huge. Maybe I'm meant to have more than just one emotion!” — Gene
Emoji memang berfungsi untuk membumbui komunikasi teks agar lebih ekspresif, bisa menyampaikan emosi dengan lebih sigap dan simpel daripada mengetik teks panjang lebar. Namun setiap emoji hanya berlaku untuk satu ekspresi. Emoji "Cry" dipakai untuk ekspresi sedih. "Blush" untuk tersipu. "Angry" untuk marah. "Laughing" untuk tertawa. Dan "Meh" cocok digunakan ketika kita tak terkesan. Entah itu saat mendengar tren baru yang tak kita pahami darimana hebohnya (Fidget Spinner, misalnya), dikirimi lelucon khas grup WA keluarga, atau saat menonton film The Emoji Movie.
The Emoji Movie, yang sudah dirilis 2 minggu lebih awal di Amerika, mendapat prediket buruk sebagai salah satu film sampah yang pernah dibuat. Saya tak melebih-lebihkan, silakan baca review luar negeri. Telah menontonnya sendiri, saya pikir film ini tak seburuk itu. Tapi saya juga tak bilang ini film yang bagus. The Emoji Movie bukan film yang 💩, melainkan hanya film yang 😒. Filmnya cuma membosankan dan malas saja.
Saya tak bisa menyalahkan anak-anak yang sangat-sangat kecil yang kemungkinan besar akan menikmati film ini sebagai hiburan ringan. Filmnya berisi apa yang mereka suka: warna-warni mencolok dan animasi hiperaktif. Namun The Emoji Movie hanya bermain di permukaan. Filmnya tak menawarkan sesuatu yang benar-benar kreatif atau greget. Leluconnya sangat basic, pembangunan semestanya tak imajinatif, dan plotnya relatif predictable. Filmnya terlalu dangkal dan cenderung bodoh di era dimana film animasi sudah berada di level lebih tinggi. Jika anda pikir anda bisa menebak plotnya hanya dengan mendengar premisnya, maka kemungkinan besar tebakan anda benar.
Nah, coba yang ini. Di dalam sebuah aplikasi perpesanan dalam smartphone, ada kota Textopolis yang populasinya diisi oleh semua emoji. Tugas mereka masing-masing adalah mengekspresikan satu emosi, yang akan di-scan oleh aplikasi kemudian dikirim oleh pemilik smartphone. Tapi Gene (TJ Miller), sebuah emoji "Meh" punya banyak ekspresi, tak seperti emoji normal. Jadi apa yang akan dia lakukan? Tentu saja, melakukan perjalanan untuk mencari jati diri. Tak lengkap jika ia tak ditemani satu teman sebagai tukang ngelawak: Hi-5 (James Corden), dan satu teman lagi yang rasional tapi dalam hal ini sedikit rebel: Jailbreak (Anna Faris).
Sembari menonton, pikiran saya menerawang. Pemilik smartphone ini adalah remaja tanggung bernama Alex (Jake T. Austin) yang selalu ragu saat ingin mengirim emoji kepada gebetannya, Addie (Tati Gabrielle). Karena film hanya berlangsung di smartphone Alex, saya jadi penasaran bagaimana suasana Textopolis di smartphone orang lain. Saat emoji yang dikirim sampai ke smartphone penerima, apa yang terjadi disana? Mungkin tak terjadi apa-apa kali ya, karena di Textopolis Alex tak ada keanehan semacam itu. Entah karena memang mekanikanya begitu, atau justru Alex yang tak pernah mendapat kiriman emoji dari orang lain. Puk puk.
Gene membuat kekacauan saat terlalu grogi sampai menampilkan ekspresi gado-gado saat dikirim Alex. Ini memancing amarah diktator negeri emoji, Smiler (Maya Rudolph) sehingga ia mengutus bot antivirus untuk melenyapkan Gene. Premis film mengijinkan karakter kita berpindah-pindah dari satu area ke area lain. Jika Wreck-It Ralph menyuguhkan set-pieces variatif yang imajinatif, di The Emoji Movie saya curiga ini merupakan promosi komersial untuk beberapa aplikasi. Gene harus menjadi pemain —sebagai candy— di Candy Crush. Gene mengajarkan Jailbreak berdansa di game Just Dance. Di satu momen, mereka berlayar di Spotify (cause it's STREAMING, get it?). Dan tujuan mereka adalah cloud milik aplikasi Dropbox yang "bebas malware dan aman". Ada satu lagi karakter dari aplikasi berlogo burung yang menjadi penyelamat. Bukan, bukan Traveloka.
Film ini tak sedemikian beracun sampai memaksa saya mencuci mata sehabis menonton. Tapi cukup membuat saya menguap berkali-kali. Pembuat The Emoji Movie tak mengisi filmnya dengan humor berbobot, gaya visual, atau perspektif narasi segar yang membuat kita terikat. Kentara sekali film ini adalah produk rapat eksekutif yang oportunis. Sasarannya plot dan humor gampangan. Emoji "Poop" yang dimainkan oleh Yang Terhormat Patrick Stewart punya permainan kata tentang eek yang akan lebih mengena dalam bahasa Inggris. Lalu, apa yang dilakukan emoji "Monkey" yang berpakaian jas? "Monkey business", tentu saja. Hi-5 terutama, terjebak dalam running-gag mengenai memakan muntahan kembali. Dan ngomong-ngomong, film ini dibuka dengan film pendek dari Hotel Transylvania yang berjudul "Puppy!", tentang Drakula yang membelikan cucunya seekor anjing raksasa. Film ini selucu lelucon "monkey business".
Anak-anak mungkin juga takkan keberatan dengan pesan moral mengenai penerimaan diri dan kasih sayang orangtua (yap, Gene punya orangtua yang juga emoji Meh yang diisikan suaranya oleh Steven Wright dan Jennifer Coolidge) yang sudah sering mereka lihat di film yang lebih bagus. Tapi tolong nasihati mereka agar tak salah tanggap mengira bahwa mengirim emoji bisa dengan mudah membuat mereka di-notice seseorang. Oh satu lagi. Candy Crush is awesome, but not that awesome. ■UP
'The Emoji Movie' bukan film yang *poop emoji*, melainkan hanya film yang *meh emoji*.
“My feelings are huge. Maybe I'm meant to have more than just one emotion!” — Gene
Emoji memang berfungsi untuk membumbui komunikasi teks agar lebih ekspresif, bisa menyampaikan emosi dengan lebih sigap dan simpel daripada mengetik teks panjang lebar. Namun setiap emoji hanya berlaku untuk satu ekspresi. Emoji "Cry" dipakai untuk ekspresi sedih. "Blush" untuk tersipu. "Angry" untuk marah. "Laughing" untuk tertawa. Dan "Meh" cocok digunakan ketika kita tak terkesan. Entah itu saat mendengar tren baru yang tak kita pahami darimana hebohnya (Fidget Spinner, misalnya), dikirimi lelucon khas grup WA keluarga, atau saat menonton film The Emoji Movie.
The Emoji Movie, yang sudah dirilis 2 minggu lebih awal di Amerika, mendapat prediket buruk sebagai salah satu film sampah yang pernah dibuat. Saya tak melebih-lebihkan, silakan baca review luar negeri. Telah menontonnya sendiri, saya pikir film ini tak seburuk itu. Tapi saya juga tak bilang ini film yang bagus. The Emoji Movie bukan film yang 💩, melainkan hanya film yang 😒. Filmnya cuma membosankan dan malas saja.
Saya tak bisa menyalahkan anak-anak yang sangat-sangat kecil yang kemungkinan besar akan menikmati film ini sebagai hiburan ringan. Filmnya berisi apa yang mereka suka: warna-warni mencolok dan animasi hiperaktif. Namun The Emoji Movie hanya bermain di permukaan. Filmnya tak menawarkan sesuatu yang benar-benar kreatif atau greget. Leluconnya sangat basic, pembangunan semestanya tak imajinatif, dan plotnya relatif predictable. Filmnya terlalu dangkal dan cenderung bodoh di era dimana film animasi sudah berada di level lebih tinggi. Jika anda pikir anda bisa menebak plotnya hanya dengan mendengar premisnya, maka kemungkinan besar tebakan anda benar.
Nah, coba yang ini. Di dalam sebuah aplikasi perpesanan dalam smartphone, ada kota Textopolis yang populasinya diisi oleh semua emoji. Tugas mereka masing-masing adalah mengekspresikan satu emosi, yang akan di-scan oleh aplikasi kemudian dikirim oleh pemilik smartphone. Tapi Gene (TJ Miller), sebuah emoji "Meh" punya banyak ekspresi, tak seperti emoji normal. Jadi apa yang akan dia lakukan? Tentu saja, melakukan perjalanan untuk mencari jati diri. Tak lengkap jika ia tak ditemani satu teman sebagai tukang ngelawak: Hi-5 (James Corden), dan satu teman lagi yang rasional tapi dalam hal ini sedikit rebel: Jailbreak (Anna Faris).
Sembari menonton, pikiran saya menerawang. Pemilik smartphone ini adalah remaja tanggung bernama Alex (Jake T. Austin) yang selalu ragu saat ingin mengirim emoji kepada gebetannya, Addie (Tati Gabrielle). Karena film hanya berlangsung di smartphone Alex, saya jadi penasaran bagaimana suasana Textopolis di smartphone orang lain. Saat emoji yang dikirim sampai ke smartphone penerima, apa yang terjadi disana? Mungkin tak terjadi apa-apa kali ya, karena di Textopolis Alex tak ada keanehan semacam itu. Entah karena memang mekanikanya begitu, atau justru Alex yang tak pernah mendapat kiriman emoji dari orang lain. Puk puk.
Gene membuat kekacauan saat terlalu grogi sampai menampilkan ekspresi gado-gado saat dikirim Alex. Ini memancing amarah diktator negeri emoji, Smiler (Maya Rudolph) sehingga ia mengutus bot antivirus untuk melenyapkan Gene. Premis film mengijinkan karakter kita berpindah-pindah dari satu area ke area lain. Jika Wreck-It Ralph menyuguhkan set-pieces variatif yang imajinatif, di The Emoji Movie saya curiga ini merupakan promosi komersial untuk beberapa aplikasi. Gene harus menjadi pemain —sebagai candy— di Candy Crush. Gene mengajarkan Jailbreak berdansa di game Just Dance. Di satu momen, mereka berlayar di Spotify (cause it's STREAMING, get it?). Dan tujuan mereka adalah cloud milik aplikasi Dropbox yang "bebas malware dan aman". Ada satu lagi karakter dari aplikasi berlogo burung yang menjadi penyelamat. Bukan, bukan Traveloka.
Film ini tak sedemikian beracun sampai memaksa saya mencuci mata sehabis menonton. Tapi cukup membuat saya menguap berkali-kali. Pembuat The Emoji Movie tak mengisi filmnya dengan humor berbobot, gaya visual, atau perspektif narasi segar yang membuat kita terikat. Kentara sekali film ini adalah produk rapat eksekutif yang oportunis. Sasarannya plot dan humor gampangan. Emoji "Poop" yang dimainkan oleh Yang Terhormat Patrick Stewart punya permainan kata tentang eek yang akan lebih mengena dalam bahasa Inggris. Lalu, apa yang dilakukan emoji "Monkey" yang berpakaian jas? "Monkey business", tentu saja. Hi-5 terutama, terjebak dalam running-gag mengenai memakan muntahan kembali. Dan ngomong-ngomong, film ini dibuka dengan film pendek dari Hotel Transylvania yang berjudul "Puppy!", tentang Drakula yang membelikan cucunya seekor anjing raksasa. Film ini selucu lelucon "monkey business".
Anak-anak mungkin juga takkan keberatan dengan pesan moral mengenai penerimaan diri dan kasih sayang orangtua (yap, Gene punya orangtua yang juga emoji Meh yang diisikan suaranya oleh Steven Wright dan Jennifer Coolidge) yang sudah sering mereka lihat di film yang lebih bagus. Tapi tolong nasihati mereka agar tak salah tanggap mengira bahwa mengirim emoji bisa dengan mudah membuat mereka di-notice seseorang. Oh satu lagi. Candy Crush is awesome, but not that awesome. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Polling, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Ada 8 film yang dirilis minggu lalu diantaranya Valerian and the City of a Thousand Planets, Napping Princess, Once Upon a Time in Venice, Overdrive, Jab Harry Met Sejal, serta tiga film lokal yaitu Mars Met Venus (Part Cowo), Berangkat! dan Banda the Dark Forgotten Trail.
Valerian and the City of a Thousand Planets menjadi film favorit pembaca UP minggu ini dengan perolehan 45,83%. Di bawahnya menyusul dokumenter Banda the Dark Forgotten Trail dengan 20,83%. Berikut hasil lengkapnya.
Berikut adalah polling untuk minggu ini. Seperti biasa, peraturannya: saya hanya mencantumkan film terbaru yang tayang dalam minggu ini, saya tidak akan mengikutsertakan film yang tayang pada midnight show, dan anda hanya bisa memilih maksimal 3 film.
Polling akan saya tutup Kamis depan pukul 23.59. Silakan pilih film pilihan anda minggu ini agar bisa menjadi referensi bagi penonton lainnya (dan mungkin bagi saya juga). Polling juga bisa anda akses setiap saat di bagian sidebar blog ini. Happy voting. ■UP
Ada 8 film yang dirilis minggu lalu diantaranya Valerian and the City of a Thousand Planets, Napping Princess, Once Upon a Time in Venice, Overdrive, Jab Harry Met Sejal, serta tiga film lokal yaitu Mars Met Venus (Part Cowo), Berangkat! dan Banda the Dark Forgotten Trail.
Valerian and the City of a Thousand Planets menjadi film favorit pembaca UP minggu ini dengan perolehan 45,83%. Di bawahnya menyusul dokumenter Banda the Dark Forgotten Trail dengan 20,83%. Berikut hasil lengkapnya.
Berikut adalah polling untuk minggu ini. Seperti biasa, peraturannya: saya hanya mencantumkan film terbaru yang tayang dalam minggu ini, saya tidak akan mengikutsertakan film yang tayang pada midnight show, dan anda hanya bisa memilih maksimal 3 film.
Polling akan saya tutup Kamis depan pukul 23.59. Silakan pilih film pilihan anda minggu ini agar bisa menjadi referensi bagi penonton lainnya (dan mungkin bagi saya juga). Polling juga bisa anda akses setiap saat di bagian sidebar blog ini. Happy voting. ■UP