- Hallo sahabat
Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Adventure,
Artikel Aksi,
Artikel Review,
Artikel Sci-Fi,
Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul :
Review Film: 'Jurassic World' (2015)link :
Review Film: 'Jurassic World' (2015)
Baca juga
Ditangani dengan baik oleh sang sutradara, Colin Trevorrow, 'Jurassic World' menjadi sekuel yang (akhirnya) pantas bagi 'Jurassic Park'-nya Steven Spielberg yang monumental.
“These people never learn.”
— Owen Grady
Setelah tragedi di
Jurassic Park beberapa dekade sebelumnya, bagaimana mungkin orang-orang masih ingin membangun taman prasejarah yang telah memakan banyak korban jiwa? Apalagi untuk publik pula? Well, mungkin pertanyaan itu terlintas di benak anda selama menonton
Jurassic World — sebagaimana saya. Namun dengan menyingkirkan pertanyaan tersebut, beserta pertanyaan-pertanyaan lain tentang perkembangan plotnya yang terkadang tak rasional, anda akan menikmati sajian dari sutradara
Colin Trevorrow ini sebagai
pure entertainment.
14 tahun sejak film pertamanya dirilis, pada awalnya saya sedikit skeptis dengan film ini.
Jurassic Park adalah film yang fenomenal dan menjadi salah satu film yang paling berkesan dari masa kecil saya, sementara 2 sekuelnya,
Jurassic Park: The Lost World dan
Jurassic Park III sama sekali tak punya level yang setara. Meski dari cerita dan karakterisasi takkan memberi kesan yang berarti, namun
Jurassic World menghadirkan perasaan takjub seperti saat menonton film pertamanya.
Anda tak perlu menonton 3 film sebelumnya untuk bisa melahap
Jurassic World — saya menyangsikan jika anda sama sekali belum pernah menonton satu atau kesemua film dari trilogi tersebut. Seperti melupakan 2 sekuelnya yang buruk,
Jurassic World mengambil setting langsung setelah
Jurassic Park. Dua dekade setelah kejadian tersebut, taman prasejarah sekarang telah dibuka untuk umum dan beroperasi dengan aman selama 10 tahun. Mengambil alih dari John Hammond, taman yang berlokasi di Isla Nublar ini sekarang dikelola oleh milyarder India, Simon Masrani (
Irrfan Khan).
Di awal film, kita diperkenalkan dengan 2 anak, Gray (
Ty Simpkins) dan kakaknya, Zach (
Nick Robinson) yang akan pergi berlibur ke Isla Nublar. Disana mereka rencananya akan ditemani oleh bibi mereka, Claire (
Bryce Dallas Howard) yang juga bertanggung jawab sebagai manajer pengelola taman yang sekarang bernama
Jurassic World tersebut.
Untuk menarik pengunjung dan sponsor, maka manajemen melakukan penambahan atraksi baru setiap beberapa tahun sekali. Masrani ingin sesuatu yang lebih besar, lebih cepat dan lebih seram, sehingga bagain R&D yang dipimpin oleh Dr. Henry Wu (
B.D.Wong) kemudian menciptakan seekor dinosaurus hibrida super yang diberi nama konyol namun
catchy,
Indominus Rex. Indominus merupakan kombinasi antara T-Rex dan beberapa hewan lain (yang katanya dirahasiakan), yang saking cerdasnya sehingga bisa kabur dari kandangnya yang dilengkapi dengan alat pelacak panas dan tembok setinggi 12 meter. Bagaimana dinosaurus buas tersebut bisa bebas adalah salah satu konsekuensi dari banyak keputusan bodoh yang diambil sembarangan oleh para tokoh, yang berujung pada jatuhnya banyak korban jiwa.
Plot yang formulatif tersebut juga dibarengi dengan perkembangan karakter yang klise. Gray dan Zach yang akhirnya akrab gara-gara tragedi ini, Claire yang harus melepas atribut korporasinya untuk menyelamatkan kedua sepupunya serta pahlawan kita, Owen Grady (
Chris Pratt) sang pelatih Velociraptor yang dengan macho-nya menangani semua kekacauan yang terjadi. Ada pula beberapa tokoh antagonis yang punya agenda pribadi (yap klise), termasuk pimpinan inGen — badan keamanan yang disewa Masrani — Vic Hoskins (
Vincent D'Onofrio) yang ingin menggunakan Raptor untuk untuk kepentingan militer.
Trevorrow, Derek Connolly, Rick Jaffa, dan
Amanda Silver tak ingin membuat skrip stereotipnya berbelit-belit. Semuanya sederhana namun disampaikan dengan efektif.
Dalam sebuah wawancara, Trevorrow pernah mengungkapkan bahwa film ini mengangkat tema mengenai ketamakan korporasi dan konsumen. Itu mungkin benar, tapi sejujurnya, saya terlupa akan tema tersebut karena terpukau, apalagi Trevorrow pun tak ingin mengeksplorasinya lebih jauh.
Cukup terasa bahwa film ini ditangani oleh orang yang mencintai
Jurassic Park. Anda bisa menemukan banyak referensi yang mengacu pada film orisinalnya tersebut di sepanjang film. Walaupun kalibernya sedikit lebih rendah, Trevorrow melakukan pendekatan ala
Spielberg yang membuat penonton kagum, tegang, dan (sedikit) emosional dengan didukung oleh scoring dari
Michael Giacchino yang mengadaptasi
John Williams. Gerakan kamera, pemotongan gambar dilakukan sedemikian rupa sehingga penonton tak pernah kehilangan orientasi namun tetap terikat.
Di awal film, Trevorrow membangun dunia
Jurassic World dengan gamblang. Di balik kemustahilannya, anda akan mempercayai taman prasejarah tempat anak-anak menunggangi Triceratops mungil, yang dilengkapi dengan kendaraan canggih dan resor mewahnya. Semua tak pernah berlebihan, karena efek CGI pun digunakan dengan efektif.
Sense of wonder juga akan anda rasakan kembali dalam adegan spektakuler seperti
Mosasaurus yang menelan Hiu Putih raksasa dalam sekali lahap, maupun saat gerombolan Pteranodon beterbangan mengamuk di antara para pengunjung yang berlarian. Perlu disebutkan juga, pertarungan puncak antara Indominus melawan penguasa rantai makanan era prasejarah yang sukses membuat saya terpana.
Ditinjau dari cerita, tak ada yang baru, namun jika anda menikmatinya dari segi entertainment, ini adalah film
blockbuster yang seru. Trevorrow menangani film ini dengan cinta, membuat
Jurassic World menjadi sekuel yang layak untuk
Jurassic Park yang monumental. ■UP
Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
'Jurassic World' |
TEGUH RASPATI |
12 Juni 2015 Sutradara Colin Trevorrow
Penulis Colin Trevorrow, Derek Connolly, Rick Jaffa, Amanda Silver
Pemain Chris Pratt, Bryce Dallsa Howard, Vincent D'Onofrio
Ditangani dengan baik oleh sang sutradara, Colin Trevorrow, 'Jurassic World' menjadi sekuel yang (akhirnya) pantas bagi 'Jurassic Park'-nya Steven Spielberg yang monumental.
“These people never learn.”
— Owen Grady
Setelah tragedi di
Jurassic Park beberapa dekade sebelumnya, bagaimana mungkin orang-orang masih ingin membangun taman prasejarah yang telah memakan banyak korban jiwa? Apalagi untuk publik pula? Well, mungkin pertanyaan itu terlintas di benak anda selama menonton
Jurassic World — sebagaimana saya. Namun dengan menyingkirkan pertanyaan tersebut, beserta pertanyaan-pertanyaan lain tentang perkembangan plotnya yang terkadang tak rasional, anda akan menikmati sajian dari sutradara
Colin Trevorrow ini sebagai
pure entertainment.
14 tahun sejak film pertamanya dirilis, pada awalnya saya sedikit skeptis dengan film ini.
Jurassic Park adalah film yang fenomenal dan menjadi salah satu film yang paling berkesan dari masa kecil saya, sementara 2 sekuelnya,
Jurassic Park: The Lost World dan
Jurassic Park III sama sekali tak punya level yang setara. Meski dari cerita dan karakterisasi takkan memberi kesan yang berarti, namun
Jurassic World menghadirkan perasaan takjub seperti saat menonton film pertamanya.
Anda tak perlu menonton 3 film sebelumnya untuk bisa melahap
Jurassic World — saya menyangsikan jika anda sama sekali belum pernah menonton satu atau kesemua film dari trilogi tersebut. Seperti melupakan 2 sekuelnya yang buruk,
Jurassic World mengambil setting langsung setelah
Jurassic Park. Dua dekade setelah kejadian tersebut, taman prasejarah sekarang telah dibuka untuk umum dan beroperasi dengan aman selama 10 tahun. Mengambil alih dari John Hammond, taman yang berlokasi di Isla Nublar ini sekarang dikelola oleh milyarder India, Simon Masrani (
Irrfan Khan).
Di awal film, kita diperkenalkan dengan 2 anak, Gray (
Ty Simpkins) dan kakaknya, Zach (
Nick Robinson) yang akan pergi berlibur ke Isla Nublar. Disana mereka rencananya akan ditemani oleh bibi mereka, Claire (
Bryce Dallas Howard) yang juga bertanggung jawab sebagai manajer pengelola taman yang sekarang bernama
Jurassic World tersebut.
Untuk menarik pengunjung dan sponsor, maka manajemen melakukan penambahan atraksi baru setiap beberapa tahun sekali. Masrani ingin sesuatu yang lebih besar, lebih cepat dan lebih seram, sehingga bagain R&D yang dipimpin oleh Dr. Henry Wu (
B.D.Wong) kemudian menciptakan seekor dinosaurus hibrida super yang diberi nama konyol namun
catchy,
Indominus Rex. Indominus merupakan kombinasi antara T-Rex dan beberapa hewan lain (yang katanya dirahasiakan), yang saking cerdasnya sehingga bisa kabur dari kandangnya yang dilengkapi dengan alat pelacak panas dan tembok setinggi 12 meter. Bagaimana dinosaurus buas tersebut bisa bebas adalah salah satu konsekuensi dari banyak keputusan bodoh yang diambil sembarangan oleh para tokoh, yang berujung pada jatuhnya banyak korban jiwa.
Plot yang formulatif tersebut juga dibarengi dengan perkembangan karakter yang klise. Gray dan Zach yang akhirnya akrab gara-gara tragedi ini, Claire yang harus melepas atribut korporasinya untuk menyelamatkan kedua sepupunya serta pahlawan kita, Owen Grady (
Chris Pratt) sang pelatih Velociraptor yang dengan macho-nya menangani semua kekacauan yang terjadi. Ada pula beberapa tokoh antagonis yang punya agenda pribadi (yap klise), termasuk pimpinan inGen — badan keamanan yang disewa Masrani — Vic Hoskins (
Vincent D'Onofrio) yang ingin menggunakan Raptor untuk untuk kepentingan militer.
Trevorrow, Derek Connolly, Rick Jaffa, dan
Amanda Silver tak ingin membuat skrip stereotipnya berbelit-belit. Semuanya sederhana namun disampaikan dengan efektif.
Dalam sebuah wawancara, Trevorrow pernah mengungkapkan bahwa film ini mengangkat tema mengenai ketamakan korporasi dan konsumen. Itu mungkin benar, tapi sejujurnya, saya terlupa akan tema tersebut karena terpukau, apalagi Trevorrow pun tak ingin mengeksplorasinya lebih jauh.
Cukup terasa bahwa film ini ditangani oleh orang yang mencintai
Jurassic Park. Anda bisa menemukan banyak referensi yang mengacu pada film orisinalnya tersebut di sepanjang film. Walaupun kalibernya sedikit lebih rendah, Trevorrow melakukan pendekatan ala
Spielberg yang membuat penonton kagum, tegang, dan (sedikit) emosional dengan didukung oleh scoring dari
Michael Giacchino yang mengadaptasi
John Williams. Gerakan kamera, pemotongan gambar dilakukan sedemikian rupa sehingga penonton tak pernah kehilangan orientasi namun tetap terikat.
Di awal film, Trevorrow membangun dunia
Jurassic World dengan gamblang. Di balik kemustahilannya, anda akan mempercayai taman prasejarah tempat anak-anak menunggangi Triceratops mungil, yang dilengkapi dengan kendaraan canggih dan resor mewahnya. Semua tak pernah berlebihan, karena efek CGI pun digunakan dengan efektif.
Sense of wonder juga akan anda rasakan kembali dalam adegan spektakuler seperti
Mosasaurus yang menelan Hiu Putih raksasa dalam sekali lahap, maupun saat gerombolan Pteranodon beterbangan mengamuk di antara para pengunjung yang berlarian. Perlu disebutkan juga, pertarungan puncak antara Indominus melawan penguasa rantai makanan era prasejarah yang sukses membuat saya terpana.
Ditinjau dari cerita, tak ada yang baru, namun jika anda menikmatinya dari segi entertainment, ini adalah film
blockbuster yang seru. Trevorrow menangani film ini dengan cinta, membuat
Jurassic World menjadi sekuel yang layak untuk
Jurassic Park yang monumental. ■UP
Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
'Jurassic World' |
TEGUH RASPATI |
12 Juni 2015 Sutradara Colin Trevorrow
Penulis Colin Trevorrow, Derek Connolly, Rick Jaffa, Amanda Silver
Pemain Chris Pratt, Bryce Dallsa Howard, Vincent D'Onofrio