- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Menyusul beredarnya kabar bahwa Warner Bros. akan membuat film asal-usul Joker yang diproduseri sineas elit Martin Scorcese, kini ada dua kabar baru lainnya terkait DC yang juga menjadi sorotan.
Menyusul beredarnya kabar bahwa Warner Bros. akan membuat film asal-usul Joker yang diproduseri sineas elit Martin Scorcese, kini ada dua kabar baru lainnya terkait DC yang juga menjadi sorotan.
Berdasarkan laporan dari THR, WB berencana membuat film khusus Joker dan Harley Quinn dengan kembali dibintangi dua pemeran karakter tersebut di Suicide Squad, yakni Jared Leto dan MargotRobbie. Film ini sendiri akan menyoroti kisah cinta Joker dan Harley Quinn yang gila dan sulit ditebak. Film ini pun digambarkan akan seperti When Harry Met Sally yang dikombinasikan dengan obat terlarang. Saat ini WB sedang bernegosiasi dengan Glenn Ficarra dan John Requa untuk ditunjuk sebagai sutradara sekaligus penulis skrip. Pemilihan duo sineas ini dinilai cukup tepat untuk film Joker dan Harley Quinn karena sebelumnya mereka pernah menghadirkan kisah cinta tak biasa lewat Crazy, Stupid, Love dan Focus.
Lebh lanjut, film Joker dan Harley Quinn nantinya akan terhubung dengan DC Extended Universe. Sementara itu, di saat bersamaan, kini WB juga mengembangkanSuicide Squad 2 dan Gotham CitySirens yang kembali dibintangi Leto sebagai musuh besar Batman.
Nah, bicara soal Batman, dalam kabar lainnya THR menyebutkanThe Batman belum tentu tergabung dalam DCEU. Karenanya, ada potensi film yang disutradarai Matt Reeves ini takkan kembali dibintangi Ben Affleck, melainkan dibintangi aktor baru sebagai karakter titular. Muncul dugaan bahwa The Batman nanti akan menyusul film asal-usul Joker sebagai proyek garapan rumah produksi baru milik WB yang khusus menangani film DC yang bukan bagian DCEU.
Bagaimanapun, kabar yang mengklaim Affleck tak kembali jadi jagoan DC di The Batman memang belum tentu benar. Hanya saja, sulit untuk tidak memercayainya lantaran belum lama ini aktor yang juga adik Ben, Casey Affleck, mengaku sang kakak takkan tampil di The Batman. ■UP
Menyusul beredarnya kabar bahwa Warner Bros. akan membuat film asal-usul Joker yang diproduseri sineas elit Martin Scorcese, kini ada dua kabar baru lainnya terkait DC yang juga menjadi sorotan.
Menyusul beredarnya kabar bahwa Warner Bros. akan membuat film asal-usul Joker yang diproduseri sineas elit Martin Scorcese, kini ada dua kabar baru lainnya terkait DC yang juga menjadi sorotan.
Berdasarkan laporan dari THR, WB berencana membuat film khusus Joker dan Harley Quinn dengan kembali dibintangi dua pemeran karakter tersebut di Suicide Squad, yakni Jared Leto dan MargotRobbie. Film ini sendiri akan menyoroti kisah cinta Joker dan Harley Quinn yang gila dan sulit ditebak. Film ini pun digambarkan akan seperti When Harry Met Sally yang dikombinasikan dengan obat terlarang. Saat ini WB sedang bernegosiasi dengan Glenn Ficarra dan John Requa untuk ditunjuk sebagai sutradara sekaligus penulis skrip. Pemilihan duo sineas ini dinilai cukup tepat untuk film Joker dan Harley Quinn karena sebelumnya mereka pernah menghadirkan kisah cinta tak biasa lewat Crazy, Stupid, Love dan Focus.
Lebh lanjut, film Joker dan Harley Quinn nantinya akan terhubung dengan DC Extended Universe. Sementara itu, di saat bersamaan, kini WB juga mengembangkanSuicide Squad 2 dan Gotham CitySirens yang kembali dibintangi Leto sebagai musuh besar Batman.
Nah, bicara soal Batman, dalam kabar lainnya THR menyebutkanThe Batman belum tentu tergabung dalam DCEU. Karenanya, ada potensi film yang disutradarai Matt Reeves ini takkan kembali dibintangi Ben Affleck, melainkan dibintangi aktor baru sebagai karakter titular. Muncul dugaan bahwa The Batman nanti akan menyusul film asal-usul Joker sebagai proyek garapan rumah produksi baru milik WB yang khusus menangani film DC yang bukan bagian DCEU.
Bagaimanapun, kabar yang mengklaim Affleck tak kembali jadi jagoan DC di The Batman memang belum tentu benar. Hanya saja, sulit untuk tidak memercayainya lantaran belum lama ini aktor yang juga adik Ben, Casey Affleck, mengaku sang kakak takkan tampil di The Batman. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Review,
Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Daripada menonton filmnya, lebih seru untuk menghitung jumlah cut yang dipakai di setiap adegan aksinya.
“You took the wrong kid!” — Karla McCoy
Rating UP: Pada tahun 2001, Halle Berry mendapat piala aktris terbaik Oscar berkat penampilannya dalam Monster’s Ball. Berry bermain sebagai seorang pramusaji di restoran, yang juga merupakan seorang single mom dengan pernikahan yang bermasalah sehingga harus membesarkan anak semata wayangnya yang masih belia sendirian. Enam belas tahun kemudian, siapa sangka ia mengulang peran yang sama lewat Kidnap. Pramusaji. Pernikahan bermasalah. Satu anak belia. Namun saya yakin, tak ada satupun orang dengan akal sehat yang akan mempertimbangkannya masuk dalam nominasi award manapun. Well, kecuali Razzie mungkin.
Berry bermain dengan lebai sebagai Karla McCoy, ibu dari Frankie (Sage Coreea) yang harus selalu tampak histeris dan berteriak “Oh, Tuhan!”, “Astaga!”, dan/atau “Ia menculik anakku!” nyaris sepanjang film. Yah, walau sebenarnya kita tak bisa menyalahkan Berry sepenuhnya, karena bagaimana lagi caranya untuk menjual film semacam ini. Lagipula, hei, disini diceritakan anaknya diculik. Kita pun boleh jadi akan sepanik ini saat si kecil dibawa kabur orang.
Untuk memastikan kita peduli dengan nasib Frankie, film dibuka dengan potongan video dokumentasi mulai dari Frankie bayi sampai beranjak SD. Kita lalu melihat Karla yang sedang bekerja di restoran dengan mengajak Frankie. Selama sekitar 10 menit, film ini berfokus pada bagaimana susahnya Karla menangani pelanggan yang rewel; ada yang salah pesan, ada yang tiba-tiba mengganti pesanan, sampai ada yang judes karena kebetulan sedang berantem dengan pacarnya. Tepat sebelum saya menyangka film ini berjudul Hari Terburuk Seorang Pramusaji, Karla diijinkan pulang oleh bosnya. Akhirnya.
Karla mengajak Frankie bermain ke taman. Anda tahu, proses perceraian Karla dengan suaminya sedang berlangsung, jadi wajar saat ia mendapat telpon dari pengacaranya. Persoalan kali ini tampaknya cukup pelik sehingga sedemikian teralihkannya Karla, ia sampai tak menyadari bahwa Frankie sudah hilang. Karla segera mencarinya kemana-mana. Ia sempat melihat Frankie dibawa masuk ke dalam mobil oleh seorang wanita paruh baya. Tapi semua sudah terlambat. Yang bisa dilakukan Karla memakai metode primitif: mengejar langsung dengan mobilnya sendiri secara membabi-buta, mungkin karena Karla terlalu banyak menonton film Fast & Furious.
Kenapa tak menelepon polisi, anda bilang? Penulis naskah Knate Lee sudah memikirkan ini. Sebelum naik mobil, Karla tak sengaja menjatuhkan ponselnya di taman. Dan semua orang yang dimintainya tolong untuk menelpon 911 harus selalu salah paham, agar tak ada polisi yang mengejar dan membuat kacau plot yang sudah disiapkan untuk film yang kacau ini. Bagaimana pula dengan media yang biasanya sebegitu gesit meliput hingga bisa memberitakan dengan segera tas bermerek yang baru saja dibeli seorang artis top? Entahlah. Mungkin wartawan Amerika tak secanggih wartawan Indonesia.
Jika Liam Neeson menghajar orang yang menculik putrinya karena punya special set of skills yang diperoleh dari profesi sebelumnya dalam Taken, maka darimana Karla mendapatkan kelihaian menyupir sekelas Dominic Toretto dalam Kidnap? Sejujurnya, saya tak tahu. Mungkin insting ibu-ibu. Ia mengoper persnelling, menghantam pedal gas, berganti arah mendadak, membuat mobil-mobil di belakangnya berjumpalitan, dan menabrak mobil penculik. Saya jadi ragu apa Karla ingin menyelamatkan Frankie atau malah membahayakan nyawanya juga. Sekuens ini tak seseru kedengarannya, karena dirancang dan disorot ala kadarnya.
Narasi film ini sebenarnya punya stuktur sederhana yang bergantung pada arguably satu mekanika aksi, yaitu kejar-kejaran mobil gila-gilaan antara dua supir yang tak kompeten di jalan raya, yang menghasilkan beberapa kecelakaan lalu-lintas yang mematikan, bukan bagi mereka tapi buat orang lain yang tak bersalah. Namun sekuens aksinya begitu samar-samar, kita tak bisa menangkap apa yang sebenarnya berlangsung di layar. Editing-nya serampangan. Banyak potongan adegan repetitif —gambar muka histeris Berry, gambar speedometer, gambar mobil tampak belakang, gambar mobil tampak depan— yang berganti dengan cepat sekali. Mungkin untuk membuat kita mengira sesuatu yang menegangkan sedang terjadi, yang malah menciptakan ketidakjelasan. Saya tak tahu sensasi apa yang ingin dibuat oleh sutradaranya, Luis Prieto.
Untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi, tokoh utama kita perlu untuk bicara pada dirinya sendiri dan kadang-kadang pada Tuhan, entah itu saat ingin mengambil sesuatu atau hanya memikirkan sesuatu. Dan ini sering sekali sampai terasa menjengkelkan. Nah pertanyaannya, apa yang akan dilakukan Karla saat berhasil mengejar penculik? Karla pun tidak tahu. Kejar-kejaran usai begitu saja (takkan saya ungkap bagaimana). Satu-satunya momen dimana karakter utama kita menunjukkan intelejensinya adalah di bagian klimaks saat ia langsung mendatangi rumah penculik.
Daripada menonton filmnya, lebih seru untuk menghitung jumlah cut yang dipakai di setiap adegan aksinya. Jika sekadar ingin tahu filmnya tentang apa, anda bisa membaca sinopsisnya saja, karena anda takkan melewatkan apapun. Anda tak perlu menontonnya. Sebagian besar adegan aksinya toh tak bisa dicerna juga. ■UP
Gregory Chou, Lorenzo di Bonaventura, Erik Howsam, Joey Tufaro, Taylar Wesley, Elaine Goldsmith-Thomas, Halle Berry
Flavio Martinez Labiano
Federico Jusid
Daripada menonton filmnya, lebih seru untuk menghitung jumlah cut yang dipakai di setiap adegan aksinya.
“You took the wrong kid!” — Karla McCoy
Rating UP: Pada tahun 2001, Halle Berry mendapat piala aktris terbaik Oscar berkat penampilannya dalam Monster’s Ball. Berry bermain sebagai seorang pramusaji di restoran, yang juga merupakan seorang single mom dengan pernikahan yang bermasalah sehingga harus membesarkan anak semata wayangnya yang masih belia sendirian. Enam belas tahun kemudian, siapa sangka ia mengulang peran yang sama lewat Kidnap. Pramusaji. Pernikahan bermasalah. Satu anak belia. Namun saya yakin, tak ada satupun orang dengan akal sehat yang akan mempertimbangkannya masuk dalam nominasi award manapun. Well, kecuali Razzie mungkin.
Berry bermain dengan lebai sebagai Karla McCoy, ibu dari Frankie (Sage Coreea) yang harus selalu tampak histeris dan berteriak “Oh, Tuhan!”, “Astaga!”, dan/atau “Ia menculik anakku!” nyaris sepanjang film. Yah, walau sebenarnya kita tak bisa menyalahkan Berry sepenuhnya, karena bagaimana lagi caranya untuk menjual film semacam ini. Lagipula, hei, disini diceritakan anaknya diculik. Kita pun boleh jadi akan sepanik ini saat si kecil dibawa kabur orang.
Untuk memastikan kita peduli dengan nasib Frankie, film dibuka dengan potongan video dokumentasi mulai dari Frankie bayi sampai beranjak SD. Kita lalu melihat Karla yang sedang bekerja di restoran dengan mengajak Frankie. Selama sekitar 10 menit, film ini berfokus pada bagaimana susahnya Karla menangani pelanggan yang rewel; ada yang salah pesan, ada yang tiba-tiba mengganti pesanan, sampai ada yang judes karena kebetulan sedang berantem dengan pacarnya. Tepat sebelum saya menyangka film ini berjudul Hari Terburuk Seorang Pramusaji, Karla diijinkan pulang oleh bosnya. Akhirnya.
Karla mengajak Frankie bermain ke taman. Anda tahu, proses perceraian Karla dengan suaminya sedang berlangsung, jadi wajar saat ia mendapat telpon dari pengacaranya. Persoalan kali ini tampaknya cukup pelik sehingga sedemikian teralihkannya Karla, ia sampai tak menyadari bahwa Frankie sudah hilang. Karla segera mencarinya kemana-mana. Ia sempat melihat Frankie dibawa masuk ke dalam mobil oleh seorang wanita paruh baya. Tapi semua sudah terlambat. Yang bisa dilakukan Karla memakai metode primitif: mengejar langsung dengan mobilnya sendiri secara membabi-buta, mungkin karena Karla terlalu banyak menonton film Fast & Furious.
Kenapa tak menelepon polisi, anda bilang? Penulis naskah Knate Lee sudah memikirkan ini. Sebelum naik mobil, Karla tak sengaja menjatuhkan ponselnya di taman. Dan semua orang yang dimintainya tolong untuk menelpon 911 harus selalu salah paham, agar tak ada polisi yang mengejar dan membuat kacau plot yang sudah disiapkan untuk film yang kacau ini. Bagaimana pula dengan media yang biasanya sebegitu gesit meliput hingga bisa memberitakan dengan segera tas bermerek yang baru saja dibeli seorang artis top? Entahlah. Mungkin wartawan Amerika tak secanggih wartawan Indonesia.
Jika Liam Neeson menghajar orang yang menculik putrinya karena punya special set of skills yang diperoleh dari profesi sebelumnya dalam Taken, maka darimana Karla mendapatkan kelihaian menyupir sekelas Dominic Toretto dalam Kidnap? Sejujurnya, saya tak tahu. Mungkin insting ibu-ibu. Ia mengoper persnelling, menghantam pedal gas, berganti arah mendadak, membuat mobil-mobil di belakangnya berjumpalitan, dan menabrak mobil penculik. Saya jadi ragu apa Karla ingin menyelamatkan Frankie atau malah membahayakan nyawanya juga. Sekuens ini tak seseru kedengarannya, karena dirancang dan disorot ala kadarnya.
Narasi film ini sebenarnya punya stuktur sederhana yang bergantung pada arguably satu mekanika aksi, yaitu kejar-kejaran mobil gila-gilaan antara dua supir yang tak kompeten di jalan raya, yang menghasilkan beberapa kecelakaan lalu-lintas yang mematikan, bukan bagi mereka tapi buat orang lain yang tak bersalah. Namun sekuens aksinya begitu samar-samar, kita tak bisa menangkap apa yang sebenarnya berlangsung di layar. Editing-nya serampangan. Banyak potongan adegan repetitif —gambar muka histeris Berry, gambar speedometer, gambar mobil tampak belakang, gambar mobil tampak depan— yang berganti dengan cepat sekali. Mungkin untuk membuat kita mengira sesuatu yang menegangkan sedang terjadi, yang malah menciptakan ketidakjelasan. Saya tak tahu sensasi apa yang ingin dibuat oleh sutradaranya, Luis Prieto.
Untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi, tokoh utama kita perlu untuk bicara pada dirinya sendiri dan kadang-kadang pada Tuhan, entah itu saat ingin mengambil sesuatu atau hanya memikirkan sesuatu. Dan ini sering sekali sampai terasa menjengkelkan. Nah pertanyaannya, apa yang akan dilakukan Karla saat berhasil mengejar penculik? Karla pun tidak tahu. Kejar-kejaran usai begitu saja (takkan saya ungkap bagaimana). Satu-satunya momen dimana karakter utama kita menunjukkan intelejensinya adalah di bagian klimaks saat ia langsung mendatangi rumah penculik.
Daripada menonton filmnya, lebih seru untuk menghitung jumlah cut yang dipakai di setiap adegan aksinya. Jika sekadar ingin tahu filmnya tentang apa, anda bisa membaca sinopsisnya saja, karena anda takkan melewatkan apapun. Anda tak perlu menontonnya. Sebagian besar adegan aksinya toh tak bisa dicerna juga. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Warner Bros. sedang mengembangkan film tentang asal-muasal musuh ikonik Batman, dan memboyong Martin Scorsese – salah satu sineas terbaik di Hollywood – sebagai produser.
Sebuah kabar tak terduga datang dari Deadline. Pasca Joker tampil mengecewakan di Suicide Squad tahun lalu, Warner Bros. tampaknya tak patah arang dengan karakter tersebut karena kini studio justru sedang mengembangkan film tentang asal-muasal musuh ikonik Batman. Bagian menariknya yang sulit dipercaya, Martin Scorsese – salah satu sineas terbaik di Hollywood – diboyong untuk menjadi produser. Tak berhenti sampai disitu, Todd Phillips – pembesut trilogiThe Hangover – terpilih sebagai sutradara merangkap penulis naskah. Nantinya, Phillips akan menulis skrip bersama ScottSilver (8 Mile).
Informasi lebih lanjut menyebutkan, film Joker ini akan digodok di rumah produksi baru milik WB. Rumah produksi yang belum punya nama ini khusus didirikan untuk mengekspansi “canon” dari properti DC dan menciptakan storyline film yang unik serta melibatkan aktor yang berbeda-beda dalam memerankan karakter ikonik. Maka tak heran jika pemeran Joker di Suicide Squad, Jared Leto, tak dilibatkan di film ini. Sebaliknya, studio kini mencari aktor baru yang lebih muda sebagai pemeran Joker. Namun Leto sendiri kabarnya masih dijadwalkan kembali membintangi SuicideSquad 2 dan Gotham City Sirens.
Lebih dari itu, film asal-usul Joker dikatakan akan bersetting tahun 80-an di Gotham City. Atmosfer film ini pun akan dibuat serupa dengan tiga film top karya Scorsese di era tersebut, yakniTaxi Driver, Raging Bulldan The King of Comedy.
FYI, Joker sendiri sebenarnya tak punya kisah asal-usul yang pasti, mengingat setiap muncul di komik atau film, ia memiliki latar belakang yang berbeda. Hal inilah yang membuat kisah asal-muasal Joker di film mendatang takkan jadi bagian dari iterasi manapun. Dengan kata lain, kisah asal-muasal Joker nanti akan bersifat orisinil. Sementara itu, belum diketahui pasti apakah film ini dibuat stand alone atau terhubung dengan DC Extended Universe. ■UP
Warner Bros. sedang mengembangkan film tentang asal-muasal musuh ikonik Batman, dan memboyong Martin Scorsese – salah satu sineas terbaik di Hollywood – sebagai produser.
Sebuah kabar tak terduga datang dari Deadline. Pasca Joker tampil mengecewakan di Suicide Squad tahun lalu, Warner Bros. tampaknya tak patah arang dengan karakter tersebut karena kini studio justru sedang mengembangkan film tentang asal-muasal musuh ikonik Batman. Bagian menariknya yang sulit dipercaya, Martin Scorsese – salah satu sineas terbaik di Hollywood – diboyong untuk menjadi produser. Tak berhenti sampai disitu, Todd Phillips – pembesut trilogiThe Hangover – terpilih sebagai sutradara merangkap penulis naskah. Nantinya, Phillips akan menulis skrip bersama ScottSilver (8 Mile).
Informasi lebih lanjut menyebutkan, film Joker ini akan digodok di rumah produksi baru milik WB. Rumah produksi yang belum punya nama ini khusus didirikan untuk mengekspansi “canon” dari properti DC dan menciptakan storyline film yang unik serta melibatkan aktor yang berbeda-beda dalam memerankan karakter ikonik. Maka tak heran jika pemeran Joker di Suicide Squad, Jared Leto, tak dilibatkan di film ini. Sebaliknya, studio kini mencari aktor baru yang lebih muda sebagai pemeran Joker. Namun Leto sendiri kabarnya masih dijadwalkan kembali membintangi SuicideSquad 2 dan Gotham City Sirens.
Lebih dari itu, film asal-usul Joker dikatakan akan bersetting tahun 80-an di Gotham City. Atmosfer film ini pun akan dibuat serupa dengan tiga film top karya Scorsese di era tersebut, yakniTaxi Driver, Raging Bulldan The King of Comedy.
FYI, Joker sendiri sebenarnya tak punya kisah asal-usul yang pasti, mengingat setiap muncul di komik atau film, ia memiliki latar belakang yang berbeda. Hal inilah yang membuat kisah asal-muasal Joker di film mendatang takkan jadi bagian dari iterasi manapun. Dengan kata lain, kisah asal-muasal Joker nanti akan bersifat orisinil. Sementara itu, belum diketahui pasti apakah film ini dibuat stand alone atau terhubung dengan DC Extended Universe. ■UP
Jika pondasi menaranya saja tidak kuat, bagaimana bangunan franchise-nya bisa kokoh?
“I kill with my heart.” — Roland Deschain
Rating UP: “Aku tidak menembak dengan tanganku. Aku menembak dengan pikiranku. Aku tidak membunuh dengan pistolku. Aku membunuh dengan hatiku.”
Minta waktu sebentar. Saya harus memastikan kalau ini memang bukan kalimat jagoan paling garing yang pernah anda tonton sepanjang 2017. Benar kan? Kalimat ini berasal dari mulut Roland Deschain sang Gunslinger, jagoan dari The Dark Tower yang begitu mahir menembak, ia sampai bisa menembak dengan akurat peluru yang memantul menggunakan pantulan peluru pula. Saat Idris Elba menyampaikan kalimat tadi dengan ekspresi serius, kegaringannya berkurang dan jadinya terdengar sedikit lebih elegan. Dengan jubah gelap dilengkapi dengan ikat pinggang penuh amunisi, Elba punya karisma yang membuatnya tampak tangguh dan keren, meski harus melontarkan beberapa kalimat yang tak jelas dan terkadang konyol.
Menjadi lawannya, ada Matthew McConaughey sebagai Walter Padick alias Man in Black. Jubahnya jauh lebih mewah daripada Roland. Rambutnya spiky gaul berkilau, dan McConaughey memerankannya dengan gaya flamboyan McConaughey biasanya; cowok keren yang siap merayu dan melelehkan hati gebetan kita. Namun ia adalah manusia keji dengan kemampuan super. Walter bisa menangkap peluru dengan tangan kosong, mengeluarkan api dari tangan, atau mengendalikan orang untuk bunuh diri hanya dengan perintah “berhenti bernapas!”. Ia merupakan karakter horor yang murni jahatnya. Saat ia muncul, kita seharusnya takut, tapi McConaughey lebih sering terlihat konyol.
Kedua karakter tersebut adalah figur kunci dalam serial novel The Dark Tower karya penulis tenar Amerika, Stephen King. Pertarungan mereka pasti sensasional. Jadi sedikit mengherankan saat keduanya relatif mundur ke latar belakang sebagai karakter pendukung, dimana karakter utamanya diambil alih oleh remaja biasa bernama Jake Chambers (Tom Taylor). Ia tak begitu biasa sih karena punya semacam kemampuan spesial, tapi nyaris tak ada yang menarik dengan Jake, baik dari penampilan atau kepribadian. Ia hanyalah avatar untuk membimbing kita mulai masuk ke dalam semesta filmnya, yang sayangnya juga sangat generik dan dangkal.
Maaf, saya terlalu buru-buru. Saya melakukan sesuatu yang juga dilakukan oleh film The Dark Tower: langsung masuk tanpa memberi penjelasan, lalu ingin cepat-cepat selesai. Baiklah. Novel The Dark Tower merupakan novel yang diakui oleh Stephen King sendiri sebagai karya pamungkasnya. Terdiri dari 8 seri yang dibuat dalam rentang waktu lebih dari 3 dekade, film tentang pertarungan epik yang menyangkut takdir semesta ini punya mitologi yang katanya sekompleks The Lord of the Rings-nya J.R.R. Tolkien.
Bagaimana merangkum materi sebanyak itu dalam satu film? Apalagi dengan durasi yang hanya satu setengah jam? Yah, mereka tak melakukannya. Film ini adalah adaptasi yang tak mengambil langsung poin plot melainkan hanya elemen khas dari novelnya. Semacam sekuel katanya. Dan ini menghasilkan sebuah film yang tak buruk, tapi menjemukan, tak imajinatif, dan tak berkesan. Anda merasa pernah melihat film seperti ini di tempat lain sebelumnya. Tak ada hal yang mengejutkan lagi; ceritanya seperti berjalan dalam mode autopilot.
Film dibuka dengan teks yang bilang bahwa ada sebuah menara yang menjadi pusat alam semesta, yang katanya melindungi kita dari kegelapan. Hanya pikiran anak-anak yang bisa meruntuhkannya. Jake bermimpi melihat Man in Black yang berhasil melakukan hal tersebut. Ia juga melihat sekilas seorang pria keren dengan pistol serta monster yang bisa memakai wajah manusia. Penerawangan Jake ini asli, karena di film fantasi seperti tak ada protagonis yang delusional. Karena tak punya tempat curhat, ia menumpahkannya ke media gambar. Ibunya yang khawatir jangan-jangan Jake stres akibat berpulangnya sang ayah, meminta bantuan psikolog. Namun, karena curiga bahwa yang menjemputnya adalah monster berkulit manusia, Jake melarikan diri. Anda tahu, manusia biasa tak bisa melihat monster ini, karena Jake yang punya kemampuan khusus bernama “shine”. Penggemar karya Stephen King pasti tahu ini adalah referensi kepada The Shining.
Di sebuah rumah bobrok, Jake menemukan gerbang menuju dunia paralel yang disebut Mid-World. Kok bisa? Berkat “shine” dong. Mid-World merupakan semacam semesta fantasi yang didominasi gurun ala film-film koboi, dimana Jake kemudian berjumpa dengan Roland (Elba). Roland adalah keturunan terakhir dari pejuang berjuluk Gunslinger yang bertugas menjaga kedamaian semesta. Ia secara misterius punya kemampuan untuk menangkal sihir dari Man in Black (McConaughey).
Man in Black sendiri sedang berusaha keras untuk merubuhkan menara. Ia menculik anak-anak, mengikat mereka di kursi baja, dan mengekstrak energi mereka menjadi laser raksasa yang diarahkan ke menara. Kenapa Man in Black berbuat begitu? Saya juga tak tahu pasti, mungkin karena ia jahat. Yang ia butuhkan sekarang hanyalah energi dari Jake yang bisa menciptakan laser mahadahsyat yang akan memporak-porandakan semesta.
Itu baru premisnya. Saya tak perlu banyak menjelaskan plotnya, karena anda bisa menebak sendiri ke arah mana cerita bergerak. Mereka menjadi yang mengejar dan dikejar, tak peduli pihak yang manapun, yang kemudian berujung pada konfrontasi final di klimaks. Yang akan saya beritahu adalah betapa petualangan mereka nyaris nihil energi dan imajinasi. Kita tak merasakan betapa luasnya semesta atau mitologi dari dunianya. Anda bisa menukar Mid-World dengan dunia fantasi manapun, dan perubahan ini takkan signifikan bagi filmnya.
Film ini diberitakan sudah dikembangkan sejak lama, dengan sineas yang berganti-ganti pula, mulai dari J.J. Abrams sampai Ron Howard. Yang berhasil membawakannya kepada kita sekarang adalah Nikolaj Arcel (A Royal Affair) yang tampaknya tak begitu terampil menangani skala naratifnya. Set pieces dan efek spesialnya, uhm, tak spesial. Ruang lingkup ceritanya terasa sempit dan nyaris tak punya stake. Apa benar semesta dalam bahaya? Kok tidak ada ketegangan dan urgensi yang terasa? Saya belum membaca novelnya, tapi saya bisa menebak dari betapa generiknya plot, ada begitu banyak hal-hal yang sudah dilewatkan atau ditampilkan terlalu cepat oleh film dari materi sumbernya.
Kita bisa bilang bahwa The Dark Tower bermain terlalu aman, mungkin tak peduli walau hasilnya selevel dengan film-film fantasi kelas B yang populer di era 90-an. Ada usaha untuk memasukkan trivia dari karya King sebelumnya, mulai dari It, The Shawshank Redemption hingga 1408, namun ini dan filmnya secara keseluruhan adalah usaha yang sia-sia. Sony berencana membangun semesta sinematis dari film ini yang kabarnya akan terdiri dari sekuel dan beberapa serial televisi. Saya jadi ingat nasihat seorang teman. Membangun film itu sama seperti membangun rumah; jika pondasinya saja tak kuat, bagaimana bangunannya bisa kokoh? Tunggu. Rasanya ini analogi untuk rumah tangga. Yah, tetap bisa diterapkan untuk film sih. ■UP
Akiva Goldsman, Jeff Pinkner, Anders Thomas Jensen, Nikolaj Arcel (screenplay), Stephen King (novel)
Akiva Goldsman, Ron Howard, Erica Huggins
Rasmus Videbæk
Tom Holkenborg
Jika pondasi menaranya saja tidak kuat, bagaimana bangunan franchise-nya bisa kokoh?
“I kill with my heart.” — Roland Deschain
Rating UP: “Aku tidak menembak dengan tanganku. Aku menembak dengan pikiranku. Aku tidak membunuh dengan pistolku. Aku membunuh dengan hatiku.”
Minta waktu sebentar. Saya harus memastikan kalau ini memang bukan kalimat jagoan paling garing yang pernah anda tonton sepanjang 2017. Benar kan? Kalimat ini berasal dari mulut Roland Deschain sang Gunslinger, jagoan dari The Dark Tower yang begitu mahir menembak, ia sampai bisa menembak dengan akurat peluru yang memantul menggunakan pantulan peluru pula. Saat Idris Elba menyampaikan kalimat tadi dengan ekspresi serius, kegaringannya berkurang dan jadinya terdengar sedikit lebih elegan. Dengan jubah gelap dilengkapi dengan ikat pinggang penuh amunisi, Elba punya karisma yang membuatnya tampak tangguh dan keren, meski harus melontarkan beberapa kalimat yang tak jelas dan terkadang konyol.
Menjadi lawannya, ada Matthew McConaughey sebagai Walter Padick alias Man in Black. Jubahnya jauh lebih mewah daripada Roland. Rambutnya spiky gaul berkilau, dan McConaughey memerankannya dengan gaya flamboyan McConaughey biasanya; cowok keren yang siap merayu dan melelehkan hati gebetan kita. Namun ia adalah manusia keji dengan kemampuan super. Walter bisa menangkap peluru dengan tangan kosong, mengeluarkan api dari tangan, atau mengendalikan orang untuk bunuh diri hanya dengan perintah “berhenti bernapas!”. Ia merupakan karakter horor yang murni jahatnya. Saat ia muncul, kita seharusnya takut, tapi McConaughey lebih sering terlihat konyol.
Kedua karakter tersebut adalah figur kunci dalam serial novel The Dark Tower karya penulis tenar Amerika, Stephen King. Pertarungan mereka pasti sensasional. Jadi sedikit mengherankan saat keduanya relatif mundur ke latar belakang sebagai karakter pendukung, dimana karakter utamanya diambil alih oleh remaja biasa bernama Jake Chambers (Tom Taylor). Ia tak begitu biasa sih karena punya semacam kemampuan spesial, tapi nyaris tak ada yang menarik dengan Jake, baik dari penampilan atau kepribadian. Ia hanyalah avatar untuk membimbing kita mulai masuk ke dalam semesta filmnya, yang sayangnya juga sangat generik dan dangkal.
Maaf, saya terlalu buru-buru. Saya melakukan sesuatu yang juga dilakukan oleh film The Dark Tower: langsung masuk tanpa memberi penjelasan, lalu ingin cepat-cepat selesai. Baiklah. Novel The Dark Tower merupakan novel yang diakui oleh Stephen King sendiri sebagai karya pamungkasnya. Terdiri dari 8 seri yang dibuat dalam rentang waktu lebih dari 3 dekade, film tentang pertarungan epik yang menyangkut takdir semesta ini punya mitologi yang katanya sekompleks The Lord of the Rings-nya J.R.R. Tolkien.
Bagaimana merangkum materi sebanyak itu dalam satu film? Apalagi dengan durasi yang hanya satu setengah jam? Yah, mereka tak melakukannya. Film ini adalah adaptasi yang tak mengambil langsung poin plot melainkan hanya elemen khas dari novelnya. Semacam sekuel katanya. Dan ini menghasilkan sebuah film yang tak buruk, tapi menjemukan, tak imajinatif, dan tak berkesan. Anda merasa pernah melihat film seperti ini di tempat lain sebelumnya. Tak ada hal yang mengejutkan lagi; ceritanya seperti berjalan dalam mode autopilot.
Film dibuka dengan teks yang bilang bahwa ada sebuah menara yang menjadi pusat alam semesta, yang katanya melindungi kita dari kegelapan. Hanya pikiran anak-anak yang bisa meruntuhkannya. Jake bermimpi melihat Man in Black yang berhasil melakukan hal tersebut. Ia juga melihat sekilas seorang pria keren dengan pistol serta monster yang bisa memakai wajah manusia. Penerawangan Jake ini asli, karena di film fantasi seperti tak ada protagonis yang delusional. Karena tak punya tempat curhat, ia menumpahkannya ke media gambar. Ibunya yang khawatir jangan-jangan Jake stres akibat berpulangnya sang ayah, meminta bantuan psikolog. Namun, karena curiga bahwa yang menjemputnya adalah monster berkulit manusia, Jake melarikan diri. Anda tahu, manusia biasa tak bisa melihat monster ini, karena Jake yang punya kemampuan khusus bernama “shine”. Penggemar karya Stephen King pasti tahu ini adalah referensi kepada The Shining.
Di sebuah rumah bobrok, Jake menemukan gerbang menuju dunia paralel yang disebut Mid-World. Kok bisa? Berkat “shine” dong. Mid-World merupakan semacam semesta fantasi yang didominasi gurun ala film-film koboi, dimana Jake kemudian berjumpa dengan Roland (Elba). Roland adalah keturunan terakhir dari pejuang berjuluk Gunslinger yang bertugas menjaga kedamaian semesta. Ia secara misterius punya kemampuan untuk menangkal sihir dari Man in Black (McConaughey).
Man in Black sendiri sedang berusaha keras untuk merubuhkan menara. Ia menculik anak-anak, mengikat mereka di kursi baja, dan mengekstrak energi mereka menjadi laser raksasa yang diarahkan ke menara. Kenapa Man in Black berbuat begitu? Saya juga tak tahu pasti, mungkin karena ia jahat. Yang ia butuhkan sekarang hanyalah energi dari Jake yang bisa menciptakan laser mahadahsyat yang akan memporak-porandakan semesta.
Itu baru premisnya. Saya tak perlu banyak menjelaskan plotnya, karena anda bisa menebak sendiri ke arah mana cerita bergerak. Mereka menjadi yang mengejar dan dikejar, tak peduli pihak yang manapun, yang kemudian berujung pada konfrontasi final di klimaks. Yang akan saya beritahu adalah betapa petualangan mereka nyaris nihil energi dan imajinasi. Kita tak merasakan betapa luasnya semesta atau mitologi dari dunianya. Anda bisa menukar Mid-World dengan dunia fantasi manapun, dan perubahan ini takkan signifikan bagi filmnya.
Film ini diberitakan sudah dikembangkan sejak lama, dengan sineas yang berganti-ganti pula, mulai dari J.J. Abrams sampai Ron Howard. Yang berhasil membawakannya kepada kita sekarang adalah Nikolaj Arcel (A Royal Affair) yang tampaknya tak begitu terampil menangani skala naratifnya. Set pieces dan efek spesialnya, uhm, tak spesial. Ruang lingkup ceritanya terasa sempit dan nyaris tak punya stake. Apa benar semesta dalam bahaya? Kok tidak ada ketegangan dan urgensi yang terasa? Saya belum membaca novelnya, tapi saya bisa menebak dari betapa generiknya plot, ada begitu banyak hal-hal yang sudah dilewatkan atau ditampilkan terlalu cepat oleh film dari materi sumbernya.
Kita bisa bilang bahwa The Dark Tower bermain terlalu aman, mungkin tak peduli walau hasilnya selevel dengan film-film fantasi kelas B yang populer di era 90-an. Ada usaha untuk memasukkan trivia dari karya King sebelumnya, mulai dari It, The Shawshank Redemption hingga 1408, namun ini dan filmnya secara keseluruhan adalah usaha yang sia-sia. Sony berencana membangun semesta sinematis dari film ini yang kabarnya akan terdiri dari sekuel dan beberapa serial televisi. Saya jadi ingat nasihat seorang teman. Membangun film itu sama seperti membangun rumah; jika pondasinya saja tak kuat, bagaimana bangunannya bisa kokoh? Tunggu. Rasanya ini analogi untuk rumah tangga. Yah, tetap bisa diterapkan untuk film sih. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Box Office, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
'The Hitman's Bodyguard' memuncaki bioskop Amerika minggu ini, sementara 'Logan Lucky' malah bernasib naas. Di pasar internasional, 'Wolf Warrior' baru saja mengalahkan rekor 'The Mermaid' dan 'Avatar'. Berikut rekap box office minggu ini.
Terlepas dari respon kritikus yang lumayan buruk (RottenTomatoes "39%"), film aksi-komedi The Hitman's Bodyguard nyatanya berhasil mencetak debut $21,4 juta. Mungkin semua orang rindu dengan Ryan Reynolds yang ber-wisecracking atau Samuel L. Jackson yang melemparkan kata "motherf***er" yang merdu di depan layar. Memang bukan angka yang sensasional, tapi patut dicermati bahwa film ini berating "R/Dewasa" dan dibuat dengan bujet yang hanya $30 juta, sementara debutnya jauh lebih baik dibanding film Reynolds sebelumnya, Criminal ($5,8 juta) dan Life ($12,5 juta). Penonton juga lumayan menikmati, terbukti dari CinemaScore "B+".
The Hitman's Bodyguard juga telah tayang di 11 negara. ComScore melaporkan bahwa dari luar Amerika, ia memperoleh $6,6 juta, dimana pendapatan terbesar berasal dari UK ($2,5 juta). Dengan demikian, total debut globalnya menjadi $33,2 juta.
Di lain sisi, Logan Lucky sayangnya tak begitu, uhm, lucky. Ia hanya mampu memperoleh debut $7,6 juta padahal tayang secara wide release. Merupakan pencapaian buruk saat sebuah film wide release tak bisa melewati pendapatan dua digit di minggu perdananya. Nama-nama mentereng di deretan pemainnya seperti Daniel Craig, Channing Tatum, Hillary Swank, dan Adam Driver, tak begitu membantu. Demikian pula dengan resepsi bagus dari kritikus (RottenTomatoes "93%"). Ini adalah hasil terburuk bagi sutradara Steven Soderbergh sejak Solaris ($6,7 juta) yang dirilis 15 tahun lalu. Penonton memberinya CinemaScore "B". Film ini baru tayang di 3 negara dengan perolehan $0,8 juta, yang membuat total debut globalnya menjadi $8,9 juta.
Digeser The Hitman's Bodyguard, Annabelle: Creation turun ke posisi kedua sebesar 55,4% dengan pendapatan $15,6 juta. Dari dua minggu penayangan saja, film ini sudah mendapatkan laba lebih dari empat kali bujetnya, yaitu $64,2 juta. Di luar Amerika, film horor ini juga masih kuat dengan perolehan $43,4 juta dari 56 negara. Secara global, ia sudah meraup total $162,8 juta.
Dunkirk masih bertahan di lima besar meski sudah memasuki minggu kelima penayangan. Minggu ini ia mendapat $6,6 juta, sehingga total pendapatan domestiknya menjadi $165,4 juta. Minggu ini, ia mendapat tambahan $9,2 juta dari 61 negara, yang mengangkat total pendapatan globalnya ke angka $395,2 juta. Ini belum termasuk dari Cina yang baru menayangkannya pada awal September mendatang.
Anak-anak yang relatif tak punya tontonan minggu ini tampaknya hanya bisa memilih film animasi The Nut Job 2: Nutty by Nature. Cuma ini penjelasan logis kenapa filmnya masih dapat meraup $5,1 juta, hanya turun 39,0% dibanding minggu lalu. Selama dua minggu, ia baru mengumpulkan $17,7 juta.
Melewati rekor The Mermaid, Wolf Warrior 2 menjadi film Mandarin terlaris sepanjang masa dengan total perolehan global $774,3 juta, berkat tambahan $36 juta minggu ini. Film ini juga mengalahkan rekor Avatar sebagai film terlaris kedua di pasar tunggal karena sukses memanen $768,2 juta hanya dari Cina saja. Buat para importir, kenapa kita belum mendengar kabar kapan filmnya tayang disini?
'The Hitman's Bodyguard' memuncaki bioskop Amerika minggu ini, sementara 'Logan Lucky' malah bernasib naas. Di pasar internasional, 'Wolf Warrior' baru saja mengalahkan rekor 'The Mermaid' dan 'Avatar'. Berikut rekap box office minggu ini.
Terlepas dari respon kritikus yang lumayan buruk (RottenTomatoes "39%"), film aksi-komedi The Hitman's Bodyguard nyatanya berhasil mencetak debut $21,4 juta. Mungkin semua orang rindu dengan Ryan Reynolds yang ber-wisecracking atau Samuel L. Jackson yang melemparkan kata "motherf***er" yang merdu di depan layar. Memang bukan angka yang sensasional, tapi patut dicermati bahwa film ini berating "R/Dewasa" dan dibuat dengan bujet yang hanya $30 juta, sementara debutnya jauh lebih baik dibanding film Reynolds sebelumnya, Criminal ($5,8 juta) dan Life ($12,5 juta). Penonton juga lumayan menikmati, terbukti dari CinemaScore "B+".
The Hitman's Bodyguard juga telah tayang di 11 negara. ComScore melaporkan bahwa dari luar Amerika, ia memperoleh $6,6 juta, dimana pendapatan terbesar berasal dari UK ($2,5 juta). Dengan demikian, total debut globalnya menjadi $33,2 juta.
Di lain sisi, Logan Lucky sayangnya tak begitu, uhm, lucky. Ia hanya mampu memperoleh debut $7,6 juta padahal tayang secara wide release. Merupakan pencapaian buruk saat sebuah film wide release tak bisa melewati pendapatan dua digit di minggu perdananya. Nama-nama mentereng di deretan pemainnya seperti Daniel Craig, Channing Tatum, Hillary Swank, dan Adam Driver, tak begitu membantu. Demikian pula dengan resepsi bagus dari kritikus (RottenTomatoes "93%"). Ini adalah hasil terburuk bagi sutradara Steven Soderbergh sejak Solaris ($6,7 juta) yang dirilis 15 tahun lalu. Penonton memberinya CinemaScore "B". Film ini baru tayang di 3 negara dengan perolehan $0,8 juta, yang membuat total debut globalnya menjadi $8,9 juta.
Digeser The Hitman's Bodyguard, Annabelle: Creation turun ke posisi kedua sebesar 55,4% dengan pendapatan $15,6 juta. Dari dua minggu penayangan saja, film ini sudah mendapatkan laba lebih dari empat kali bujetnya, yaitu $64,2 juta. Di luar Amerika, film horor ini juga masih kuat dengan perolehan $43,4 juta dari 56 negara. Secara global, ia sudah meraup total $162,8 juta.
Dunkirk masih bertahan di lima besar meski sudah memasuki minggu kelima penayangan. Minggu ini ia mendapat $6,6 juta, sehingga total pendapatan domestiknya menjadi $165,4 juta. Minggu ini, ia mendapat tambahan $9,2 juta dari 61 negara, yang mengangkat total pendapatan globalnya ke angka $395,2 juta. Ini belum termasuk dari Cina yang baru menayangkannya pada awal September mendatang.
Anak-anak yang relatif tak punya tontonan minggu ini tampaknya hanya bisa memilih film animasi The Nut Job 2: Nutty by Nature. Cuma ini penjelasan logis kenapa filmnya masih dapat meraup $5,1 juta, hanya turun 39,0% dibanding minggu lalu. Selama dua minggu, ia baru mengumpulkan $17,7 juta.
Melewati rekor The Mermaid, Wolf Warrior 2 menjadi film Mandarin terlaris sepanjang masa dengan total perolehan global $774,3 juta, berkat tambahan $36 juta minggu ini. Film ini juga mengalahkan rekor Avatar sebagai film terlaris kedua di pasar tunggal karena sukses memanen $768,2 juta hanya dari Cina saja. Buat para importir, kenapa kita belum mendengar kabar kapan filmnya tayang disini?
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Sutradara Adam Wingard akan membuat jelas siapa monster yang keluar sebagai pemenang dalam pertarungan titular 'Godzilla Vs. Kong'.
Menyuguhkan pertarunganGodzilla vs Kongdi layar lebar memang terdengar epik. Namun di sisi lain, duel antar dua monster raksasa dengan jutaan penggemar fanatik ini juga bisa berakhir dengan polarisasi pendapat atau bahkan debat kusir, jika nyatanya hanya ada satu pemenang dari pertarungan masif tersebut. Konsekuensi inilah yang siap dihadapi Adam Wingard selaku sutradara dari Godzilla Vs. Kong, film keempat dalam MonsterVerse.
Melalui wawancara dengan Entertainment Weekly, Wingard menyatakan ia akan membuat jelas siapa monster yang keluar sebagai pemenang dalam pertarungan titular Godzilla Vs. Kong. Lebih lanjut, Wingard memastikan film ini akan bernuansa serius, lantaran ia tak ingin pertarungan dua monster legendaris ini dianggap main-main.
“Saya ingin ada satu pemenang (di Godzilla Vs. Kong). Film originalnya sangat seru, tapi Anda merasa agak kecewa karena di filmnya tak ada pemenang pasti. Hingga kini orang masih memperdebatkan siapa pemenang di film original tersebut. Jadi, saya ingin penonton film ini mengetahui pemenang secara pasti,”jelas Wingard terkait visinya.
FYI, film original yang dimaksud Wingard adalah King Kong vs. Godzilla (1962) yang menandai pertarungan pertama kedua monster di layar lebar. Duel ini pun berakhir menggantung sebab keduanya jatuh ke dalam laut. Banyak yang menilai King Kong menjadi pemenang karena hanya ia yang menyeruak dari air. Namun anggapan ini masih dipertanyakan lantaran Godzilla bisa saja masih bertahan hidup dan berenang ke tempat aman untuk memulihkan diri.
Bagaimanapun, meski pemenang duel titular Godzilla Vs. Kong akan ditentukan dengan gamblang, diprediksi akan tetap terjadi adu argumen antara mereka yang pro dan kontra. Sementara itu, saat ini Wingard sedang mempersiapkan film live-action adaptasi anime Death Note yang akan dirilis di Netflix pada 25 Agustus 2017. Setelahnya, Wingard akan mulai mengembangkan Godzilla Vs. Kong yang akan tayang 22 Mei 2020. ■UP
Sutradara Adam Wingard akan membuat jelas siapa monster yang keluar sebagai pemenang dalam pertarungan titular 'Godzilla Vs. Kong'.
Menyuguhkan pertarunganGodzilla vs Kongdi layar lebar memang terdengar epik. Namun di sisi lain, duel antar dua monster raksasa dengan jutaan penggemar fanatik ini juga bisa berakhir dengan polarisasi pendapat atau bahkan debat kusir, jika nyatanya hanya ada satu pemenang dari pertarungan masif tersebut. Konsekuensi inilah yang siap dihadapi Adam Wingard selaku sutradara dari Godzilla Vs. Kong, film keempat dalam MonsterVerse.
Melalui wawancara dengan Entertainment Weekly, Wingard menyatakan ia akan membuat jelas siapa monster yang keluar sebagai pemenang dalam pertarungan titular Godzilla Vs. Kong. Lebih lanjut, Wingard memastikan film ini akan bernuansa serius, lantaran ia tak ingin pertarungan dua monster legendaris ini dianggap main-main.
“Saya ingin ada satu pemenang (di Godzilla Vs. Kong). Film originalnya sangat seru, tapi Anda merasa agak kecewa karena di filmnya tak ada pemenang pasti. Hingga kini orang masih memperdebatkan siapa pemenang di film original tersebut. Jadi, saya ingin penonton film ini mengetahui pemenang secara pasti,”jelas Wingard terkait visinya.
FYI, film original yang dimaksud Wingard adalah King Kong vs. Godzilla (1962) yang menandai pertarungan pertama kedua monster di layar lebar. Duel ini pun berakhir menggantung sebab keduanya jatuh ke dalam laut. Banyak yang menilai King Kong menjadi pemenang karena hanya ia yang menyeruak dari air. Namun anggapan ini masih dipertanyakan lantaran Godzilla bisa saja masih bertahan hidup dan berenang ke tempat aman untuk memulihkan diri.
Bagaimanapun, meski pemenang duel titular Godzilla Vs. Kong akan ditentukan dengan gamblang, diprediksi akan tetap terjadi adu argumen antara mereka yang pro dan kontra. Sementara itu, saat ini Wingard sedang mempersiapkan film live-action adaptasi anime Death Note yang akan dirilis di Netflix pada 25 Agustus 2017. Setelahnya, Wingard akan mulai mengembangkan Godzilla Vs. Kong yang akan tayang 22 Mei 2020. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Selepas membangun fondasi yang solid lewat 'Unbreakable' dan 'Split', penulis/sutradara M. Night Shyamalan kini siap menghadirkan momen klimaks di 'Glass'.
Selepas membangun fondasi yang solid lewat Unbreakable dan Split, penulis/sutradara M. Night Shyamalan kini siap menghadirkan momen klimaks di Glass. Menjadi seri pamungkas dalam trilogi yang dimulai dengan Unbreakable dan dilanjutkan dengan Split, Glass akan mempertemukan pemain dari dua film pendahulunya meliputi: Samuel L. Jackson (Elijah Price a.k.a. Mr. Glass), Bruce Willis (Nick Dunn), James McAvoy (Kevin Crumb a.k.a. The Beast) dan Anya Taylor-Joy (Casey Cooke).
Berdasarkan sinopsisnya yang baru saja dirilis, film ini mengisahkan aksi Dunn si manusia kebal yang mengejar Crumb si manusia super berkepribadian ganda dalam rangkaian pertemuan mendebarkan. Di saat mengetahui mereka sedang bergumul, Price si manusia bertulang rapuh diam-diam bertindak sebagai dalang yang memegang rahasia penting menyangkut Dunn dan Crumb. Tentunya “rahasia” ini akan berakhir sebagai twist, dimana elemen pelintiran cerita ini selalu menjadi ciri khas dan keistimewaan seorang Shyamalan.
Sebelumnya, Shyamalan mengisyaratkan Glass – sebagai konklusi dari trilogi superhero buatannya – akan menyuguhkan klimaks emosional. Lebih dari itu, budget Glass juga akan lebih tinggi dari para pendahulunya, sehingga ada kemungkinan skala adegan action di film ini akan lebih besar. Rencananya Glass akan dirilis 18 Januari 2019, dan diprediksi proses syutingnya akan bergulir akhir tahun ini atau awal tahun depan. ■UP
Selepas membangun fondasi yang solid lewat 'Unbreakable' dan 'Split', penulis/sutradara M. Night Shyamalan kini siap menghadirkan momen klimaks di 'Glass'.
Selepas membangun fondasi yang solid lewat Unbreakable dan Split, penulis/sutradara M. Night Shyamalan kini siap menghadirkan momen klimaks di Glass. Menjadi seri pamungkas dalam trilogi yang dimulai dengan Unbreakable dan dilanjutkan dengan Split, Glass akan mempertemukan pemain dari dua film pendahulunya meliputi: Samuel L. Jackson (Elijah Price a.k.a. Mr. Glass), Bruce Willis (Nick Dunn), James McAvoy (Kevin Crumb a.k.a. The Beast) dan Anya Taylor-Joy (Casey Cooke).
Berdasarkan sinopsisnya yang baru saja dirilis, film ini mengisahkan aksi Dunn si manusia kebal yang mengejar Crumb si manusia super berkepribadian ganda dalam rangkaian pertemuan mendebarkan. Di saat mengetahui mereka sedang bergumul, Price si manusia bertulang rapuh diam-diam bertindak sebagai dalang yang memegang rahasia penting menyangkut Dunn dan Crumb. Tentunya “rahasia” ini akan berakhir sebagai twist, dimana elemen pelintiran cerita ini selalu menjadi ciri khas dan keistimewaan seorang Shyamalan.
Sebelumnya, Shyamalan mengisyaratkan Glass – sebagai konklusi dari trilogi superhero buatannya – akan menyuguhkan klimaks emosional. Lebih dari itu, budget Glass juga akan lebih tinggi dari para pendahulunya, sehingga ada kemungkinan skala adegan action di film ini akan lebih besar. Rencananya Glass akan dirilis 18 Januari 2019, dan diprediksi proses syutingnya akan bergulir akhir tahun ini atau awal tahun depan. ■UP