Sunday, September 17, 2017

Claire Foy Terpilih Jadi Lisbeth Salander di ‘The Girl in the Spider's Web’

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Claire Foy Terpilih Jadi Lisbeth Salander di ‘The Girl in the Spider's Web’
link : Claire Foy Terpilih Jadi Lisbeth Salander di ‘The Girl in the Spider's Web’

Baca juga


Pencarian Sony Pictures dalam menemukan pemeran baru Lisbeth Salander di 'The Girl in the Spider's Web' telah selesai.

Pencarian Sony Pictures dalam menemukan pemeran baru Lisbeth Salander di The Girl in the Spider's Web telah selesai.

Sebagaimana yang dikonfirmasi studio, Claire Foy terpilih memerankan karakter yang merupakan hacker bergaya gothic ini. Foy nantinya siap berakting di bawah arahan sutradara Fede Alverez, sineas di balik film thriller Don’t Breathe dan remake horror Evil Dead. Kedua film tersebut sukses baik dari segi box office maupun kritikal, sehingga Sony agaknya berharap Alvarez bisa kembali memberikan sentuhan magisnya untuk The Girl in the Spider's Web. Adapun melalui sebuah pernyataan, Alvarez menyambut antusias didapuknya Foy sebagai Lisbeth Salander. Ia mengatakan:

“Saya amat senang Claire mengambil peran ikonik Lisbeth Salander. Claire adalah talenta yang langka dan luar biasa, yang akan menyuntikan hal baru dan seru ke dalam karakter Lisbeth. Saya tak sabar menghadirkan kisah baru ini kepada penonton dunia, bersama Claire Foy sebagai bintang utamanya.

Meski namanya mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, Foy sendiri memiliki rekam jejak cukup mentereng. Lewat perannya sebagai Queen Elizabeth di serial hit Netflix The Crown, Foy berhasil memenangkan Golden Globe Award dan Screen Actors Guild Award, ditambah nominasi Emmy Awards. Belakangan Foy baru saja menyelesaikan syuting Unsane garapan Steven Soderbergh, dan bulan ini Foy akan syuting bersama Ryan Gosling di First Man besutan Damien Chazelle. FYI, Foy telah menyisihkan dua aktris elit dalam persaingan menjadi Lisbeth Salander, yakni Natalie Portman dan Scarlet Johansson.

Diadaptasi dari novel saga Millenium berjudul sama, film The Girl in the Spider's Web diposisikan sebagai sekuel dari The Girl with the Dragon Tattoo karya David Fincher. Dalam versi Fincher, Lisbeth Salander diperankan Rooney Mara yang penampilannya berubah drastis demi menghidupkan sang karakter. Meski berakhir melempem di box office, Dragon Tattoo tetap menuai banyak pujian dari kritikus. Disamping itu, totalitas dan akting Mara sebagai Lisbeth Salander pun juga berbuah manis seiring ia dianugerahi nominasi Oscar.

Selain memegang kemudi sutradara, Alvarez juga menulis skrip Spider's Web bersama Steven Knight dan Jay Basu. Spider's Web sendiri mengisahkan kerjasama Lisbeth Salander dan jurnalis Mikael Blomkvist dalam mengusut kasus yang melibatkan mata-mata, kejahatan cyber dan pemerintahan korup.

Rencananya The Girl in the Spider's Web akan syuting Januari , dan akan dirilis 19 Oktober 2018. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Pencarian Sony Pictures dalam menemukan pemeran baru Lisbeth Salander di 'The Girl in the Spider's Web' telah selesai.

Pencarian Sony Pictures dalam menemukan pemeran baru Lisbeth Salander di The Girl in the Spider's Web telah selesai.

Sebagaimana yang dikonfirmasi studio, Claire Foy terpilih memerankan karakter yang merupakan hacker bergaya gothic ini. Foy nantinya siap berakting di bawah arahan sutradara Fede Alverez, sineas di balik film thriller Don’t Breathe dan remake horror Evil Dead. Kedua film tersebut sukses baik dari segi box office maupun kritikal, sehingga Sony agaknya berharap Alvarez bisa kembali memberikan sentuhan magisnya untuk The Girl in the Spider's Web. Adapun melalui sebuah pernyataan, Alvarez menyambut antusias didapuknya Foy sebagai Lisbeth Salander. Ia mengatakan:

“Saya amat senang Claire mengambil peran ikonik Lisbeth Salander. Claire adalah talenta yang langka dan luar biasa, yang akan menyuntikan hal baru dan seru ke dalam karakter Lisbeth. Saya tak sabar menghadirkan kisah baru ini kepada penonton dunia, bersama Claire Foy sebagai bintang utamanya.

Meski namanya mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, Foy sendiri memiliki rekam jejak cukup mentereng. Lewat perannya sebagai Queen Elizabeth di serial hit Netflix The Crown, Foy berhasil memenangkan Golden Globe Award dan Screen Actors Guild Award, ditambah nominasi Emmy Awards. Belakangan Foy baru saja menyelesaikan syuting Unsane garapan Steven Soderbergh, dan bulan ini Foy akan syuting bersama Ryan Gosling di First Man besutan Damien Chazelle. FYI, Foy telah menyisihkan dua aktris elit dalam persaingan menjadi Lisbeth Salander, yakni Natalie Portman dan Scarlet Johansson.

Diadaptasi dari novel saga Millenium berjudul sama, film The Girl in the Spider's Web diposisikan sebagai sekuel dari The Girl with the Dragon Tattoo karya David Fincher. Dalam versi Fincher, Lisbeth Salander diperankan Rooney Mara yang penampilannya berubah drastis demi menghidupkan sang karakter. Meski berakhir melempem di box office, Dragon Tattoo tetap menuai banyak pujian dari kritikus. Disamping itu, totalitas dan akting Mara sebagai Lisbeth Salander pun juga berbuah manis seiring ia dianugerahi nominasi Oscar.

Selain memegang kemudi sutradara, Alvarez juga menulis skrip Spider's Web bersama Steven Knight dan Jay Basu. Spider's Web sendiri mengisahkan kerjasama Lisbeth Salander dan jurnalis Mikael Blomkvist dalam mengusut kasus yang melibatkan mata-mata, kejahatan cyber dan pemerintahan korup.

Rencananya The Girl in the Spider's Web akan syuting Januari , dan akan dirilis 19 Oktober 2018. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Buletin LSF: 'The Lego Ninjago', 'The Foreigner', Geostorm', dll

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Buletin, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Buletin LSF: 'The Lego Ninjago', 'The Foreigner', Geostorm', dll
link : Buletin LSF: 'The Lego Ninjago', 'The Foreigner', Geostorm', dll

Baca juga


Film lulus sensor minggu ini antara lain: 'My Little Pony', 'Surga Pun Ikut Menangis', 'The Lego Ninjago Movie', 'Serpent', 'Geostorm', dan 'The Foreigner'.

Di antara rilisan LSF minggu ini, ada dua film yang kemungkinan besar akan kita tonton duluan daripada Amerika. Film bencana Geostorm yang baru tayang di Amerika pada 20 Oktober nanti, sudah lulus sensor minggu ini dengan rating "13+", sama dengan rating MPAA.

The Foreigner juga baru dirilis di Amerika pada 13 Oktober, namun mengingat jadwal rilis Cina di tanggal 30 September, maka kemungkinan PT Prima Cinema Multimedia (PCM) akan melepas film yang dibintangi Jackie Chan dan Pierce Brosnan ini lebih cepat. Ratingnya adalah "17+", tanpa pemotongan durasi.

The Lego Ninjago Movie yang tayang tiga hari lagi lulus sensor dengan rating "Semua Umur", tentu saja. Temannya adalah My Little Pony (iya, yang ada serialnya itu) yang diimpor oleh PT PCM yang berarti hanya akan tayang di jaringan XXI.

Berikut daftar lengkap buletin LSF minggu ini.
MY LITTLE PONY
875/DCP/EA/SU/07.2026/2017
11 September 2017
PT. Prima Cinema Multimedia
ANAK-ANAK / KARTUN
Semua Umur
2852 Meter / 104 Menit
SURGA PUN IKUT MENANGIS
873/DCP/NAS/13/09.2022/2017
11 September 2017
PT PRASHANTI WIDYA SINEMA
DRAMA
13+
2824 Meter / 103 Menit
THE LEGO NINJAGO MOVIE
882/DCP/EA/SU/02.2022/2017
12 September 2017
PT. Omega Film
KARTUN
Semua Umur
2769 Meter / 101 Menit
SERPENT
881/DCP/ANM/17/08.2027/2017
13 September 2017
PT. Overseas Korean Television Network
DRAMA
17+
2331 Meter / 85 Menit
GEOSTORM
892/DCP/EA/13/03.2022/2017
14 September 2017
PT. Omega Film
DRAMA / ACTION / ADVENTURE
13+
2989 Meter / 109 Menit
THE FOREIGNER
899/DCP/AM/17/07.2027/2017
15 September 2017
PT. Prima Cinema Multimedia
DRAMA / ACTION
17+
3016 METER / 110 MENIT
Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem ■UP

[Sumber Data : Lembaga Sensor Film]

Film lulus sensor minggu ini antara lain: 'My Little Pony', 'Surga Pun Ikut Menangis', 'The Lego Ninjago Movie', 'Serpent', 'Geostorm', dan 'The Foreigner'.

Di antara rilisan LSF minggu ini, ada dua film yang kemungkinan besar akan kita tonton duluan daripada Amerika. Film bencana Geostorm yang baru tayang di Amerika pada 20 Oktober nanti, sudah lulus sensor minggu ini dengan rating "13+", sama dengan rating MPAA.

The Foreigner juga baru dirilis di Amerika pada 13 Oktober, namun mengingat jadwal rilis Cina di tanggal 30 September, maka kemungkinan PT Prima Cinema Multimedia (PCM) akan melepas film yang dibintangi Jackie Chan dan Pierce Brosnan ini lebih cepat. Ratingnya adalah "17+", tanpa pemotongan durasi.

The Lego Ninjago Movie yang tayang tiga hari lagi lulus sensor dengan rating "Semua Umur", tentu saja. Temannya adalah My Little Pony (iya, yang ada serialnya itu) yang diimpor oleh PT PCM yang berarti hanya akan tayang di jaringan XXI.

Berikut daftar lengkap buletin LSF minggu ini.
MY LITTLE PONY
875/DCP/EA/SU/07.2026/2017
11 September 2017
PT. Prima Cinema Multimedia
ANAK-ANAK / KARTUN
Semua Umur
2852 Meter / 104 Menit
SURGA PUN IKUT MENANGIS
873/DCP/NAS/13/09.2022/2017
11 September 2017
PT PRASHANTI WIDYA SINEMA
DRAMA
13+
2824 Meter / 103 Menit
THE LEGO NINJAGO MOVIE
882/DCP/EA/SU/02.2022/2017
12 September 2017
PT. Omega Film
KARTUN
Semua Umur
2769 Meter / 101 Menit
SERPENT
881/DCP/ANM/17/08.2027/2017
13 September 2017
PT. Overseas Korean Television Network
DRAMA
17+
2331 Meter / 85 Menit
GEOSTORM
892/DCP/EA/13/03.2022/2017
14 September 2017
PT. Omega Film
DRAMA / ACTION / ADVENTURE
13+
2989 Meter / 109 Menit
THE FOREIGNER
899/DCP/AM/17/07.2027/2017
15 September 2017
PT. Prima Cinema Multimedia
DRAMA / ACTION
17+
3016 METER / 110 MENIT
Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem ■UP

[Sumber Data : Lembaga Sensor Film]

Review Film: 'Berlin Syndrome' (2017)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Drama, Artikel Review, Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Berlin Syndrome' (2017)
link : Review Film: 'Berlin Syndrome' (2017)

Baca juga


Judulnya bermain dengan ekspektasi kita. Sayangnya, saya mendapati filmnya terlalu panjang secara durasi tapi juga terlalu singkat untuk menggali lebih dalam.

“Don't worry. No one can hear you.”
— Andi Werner
Rating UP:
Berlin Syndrome adalah judul yang bagus. Ia bermain dengan ekspektasi kita. Judul tersebut kemungkinan merujuk kepada "Stockholm Syndrome", yang sebagaimana kita tahu, merupakan respon psikologis dimana para sandera penculikan mulai merasakan simpati kepada penyanderanya tanpa mempedulikan apa yang telah mereka alami sebelumnya. Apakah tokoh utama kita, Clare akan mengalami pergeseran persepsi, tak hanya menerima takdirnya tapi juga mulai jatuh hati kepada penyekapnya, Andi?

Nice try, Cate Shortland.


Tak seorang pun dengan akal sehat yang mau menerima orang yang menyekapnya selama (mungkin) berbulan-bulan lalu menjadikannya pacar, kecuali jika anda adalah Kristin dari Bank Sveriges Kredit di Swiss yang saking cintanya pada penyandera sampai membatalkan pertunangannya dengan sang pacar. Fakta logis ini menjadikan konsep utama yang diangkat filmnya, yang jika dilihat dari judulnya adalah suspens mengenai apakah tokoh utama kita "akan" atau "tidak akan", tidak lagi menjadi, uhm, suspens. Kita tahu apa yang akan terjadi dan filmnya juga tak memberi semacam pengalihan yang meyakinkan untuk membuat kita percaya itu akan terjadi atau tidak.

Meski begitu, ketegangan film ini cukup untuk membuat satu lagi alasan kuat agar jangan bepergian sendirian ke kota asing, khususnya jika anda adalah seorang wanita muda dan digoda oleh bule tampan. Bule mungkin besar (badannya), tapi belum tentu baik hatinya. Saya yakin film ini pasti lebih menakutkan bagi penonton wanita. Menariknya, Berlin Syndrome melakukan pendekatan yang berbeda dari premisnya di permukaan. Film ini bukan thriller bunuh-bunuhan melainkan thriller psikologis. Alih-alih menjadi film gore dangkal dengan adegan siksa-menyiksa atau pelecehan seksual, Cate Shortland yang mengangkat skrip dari Shaun Grant hasil adaptasi novel Melanie Joosten mencoba bergerak lebih dalam dengan berfokus pada aspek psikologis baik pelaku maupun korbannya.

Clare (Teresa Palmer) adalah seorang gadis Australia, yang sebagaimana kebanyakan milenial yang punya terlalu banyak duit, melakukan perjalanan ke luar negeri dalam rangka mencari jati diri. Ia berkelililing kota Berlin sendirian, berbelanja, atau mengambil foto bangunan bersejarah. Pribadi Clare sepertinya asyik, karena ia dengan mudah bisa berbaur dan nongkrong dengan anak-anak muda di sekitar hostelnya.

"Hampir semua orang yang jalan-jalan sendirian itu kesepian," kata Andi (Max Riemelt) yang tampan. Andi yang seorang guru SMA, sepertinya lucu, ramah, dan hangat. Oh, apalagi ia juga menawarkan stroberi segar; tak ada yang tak suka stroberi. Jadi, Clare sengaja menunda perjalanannya ke Dresden, lalu dengan horny (saya nilai dari napasnya yang terengah) kembali mengunjungi Andi. Keduanya menghabiskan malam yang menggairahkan di apartemen Andi. Benar, sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tapi Clare belum akan tahu itu.

Well, Clare sudah punya firasat, tapi begitulah. Pagi harinya, Clare mendapati pintu apartemen terkunci dari luar. Saat pulang kerja, Andi minta maaf tidak meninggalkan kunci cadangan. Clare percaya dengan berat hati dan masih belum juga pulang. Esok harinya, ia melihat kunci di atas meja, namun akhirnya menyadari bahwa Andi sama sekali tak menginginkannya pergi.

Shortland membangun setup-nya dengan penceritaan yang efektif. Ia menggunakan eksposisi minimal yang terjalin mulus dengan cerita. Paruh pertama adalah bagian terbaik dari filmnya. Kita tahu apapun yang terjadi di apartemen Andi takkan sampai ke dunia luar. "Tak ada yang akan mendengarmu," kata Andi di momen panas saat mereka pertama kali bercumbu. Takkan ada pula yang akan mendengar saat Clare grasak-grusuk berusaha kabur nantinya. Jendela apartemennya anti pecah. Jaringan ponsel tak sampai kesana.

Ada beberapa adegan yang akan membuat ngilu, tapi Berlin Syndrome sebagian besar mengenai dinamika hubungan antara Clare dengan Andi, menjanjikan sesuatu yang tampaknya berhubungan dengan judul film. Seiring dengan berjalannya waktu, kecuali fakta bahwa ia disekap, Clare diperlakukan dengan normal. Andi membawakannya bunga, kado, memasakkan makanan, memandikan hingga memotongkan kuku Clare. Meski demikian, kita masih bisa merasakan kesedihan dan keletihan mendalam dari Clare berkat penampilan kuat dari Palmer. Karakterisasinya yang lebih bertumpu pada gestur dan ekspresi. Palmer menunjukkan karakter yang kompeks terlepas dari fakta bahwa karakternya yang tak banyak omong dan tak terlalu dijelaskan latar belakangnya.

Shortland membagi perhatian dengan seimbang bagi kedua tokoh utamanya. Untuk karakter Clare, kita diajak mengintip transisi kondisi mentalnya. Sedangkan Andi mendapat porsi untuk diperlihatkan sekilas mengenai masa lalu dan apa yang kemungkinan besar membuat ia menjadi seperti sekarang. Walaupun tak sampai membuat kita berempati pada Andi, Riemelt memainkan perannya dengan tenang dan tulus yang menyugestikan bahwa maniak ini paling tidak punya sisi lembut. Ia lebih seperti pria melankolis yang tak bisa menahan obsesi sintingnya. Tak sedikit pun kita melihat Andi sebagai penjahat yang lebai walau sempat beberapa kali berbuat sadis.

Sayangnya, saya mendapati film ini terlalu panjang secara durasi tapi juga terlalu singkat untuk menggali lebih dalam. Film sampai pada klimaks yang tak begitu mengeksplorasi apa yang coba diangkatnya. Cengkeramannya mulai melonggar ketika setup-nya sudah selesai. Di pertengahan film Clare tampak sudah terlalu letih karena disekap selama berhari-hati. Saya juga mulai jemu saat filmnya bertele-tele disana. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Berlin Syndrome

116 menit
Dewasa
Cate Shortland
Shaun Grant (screenplay), Melanie Joosten (novel)
Polly Staniford
Germain McMicking
Bryony Marks

Judulnya bermain dengan ekspektasi kita. Sayangnya, saya mendapati filmnya terlalu panjang secara durasi tapi juga terlalu singkat untuk menggali lebih dalam.

“Don't worry. No one can hear you.”
— Andi Werner
Rating UP:
Berlin Syndrome adalah judul yang bagus. Ia bermain dengan ekspektasi kita. Judul tersebut kemungkinan merujuk kepada "Stockholm Syndrome", yang sebagaimana kita tahu, merupakan respon psikologis dimana para sandera penculikan mulai merasakan simpati kepada penyanderanya tanpa mempedulikan apa yang telah mereka alami sebelumnya. Apakah tokoh utama kita, Clare akan mengalami pergeseran persepsi, tak hanya menerima takdirnya tapi juga mulai jatuh hati kepada penyekapnya, Andi?

Nice try, Cate Shortland.


Tak seorang pun dengan akal sehat yang mau menerima orang yang menyekapnya selama (mungkin) berbulan-bulan lalu menjadikannya pacar, kecuali jika anda adalah Kristin dari Bank Sveriges Kredit di Swiss yang saking cintanya pada penyandera sampai membatalkan pertunangannya dengan sang pacar. Fakta logis ini menjadikan konsep utama yang diangkat filmnya, yang jika dilihat dari judulnya adalah suspens mengenai apakah tokoh utama kita "akan" atau "tidak akan", tidak lagi menjadi, uhm, suspens. Kita tahu apa yang akan terjadi dan filmnya juga tak memberi semacam pengalihan yang meyakinkan untuk membuat kita percaya itu akan terjadi atau tidak.

Meski begitu, ketegangan film ini cukup untuk membuat satu lagi alasan kuat agar jangan bepergian sendirian ke kota asing, khususnya jika anda adalah seorang wanita muda dan digoda oleh bule tampan. Bule mungkin besar (badannya), tapi belum tentu baik hatinya. Saya yakin film ini pasti lebih menakutkan bagi penonton wanita. Menariknya, Berlin Syndrome melakukan pendekatan yang berbeda dari premisnya di permukaan. Film ini bukan thriller bunuh-bunuhan melainkan thriller psikologis. Alih-alih menjadi film gore dangkal dengan adegan siksa-menyiksa atau pelecehan seksual, Cate Shortland yang mengangkat skrip dari Shaun Grant hasil adaptasi novel Melanie Joosten mencoba bergerak lebih dalam dengan berfokus pada aspek psikologis baik pelaku maupun korbannya.

Clare (Teresa Palmer) adalah seorang gadis Australia, yang sebagaimana kebanyakan milenial yang punya terlalu banyak duit, melakukan perjalanan ke luar negeri dalam rangka mencari jati diri. Ia berkelililing kota Berlin sendirian, berbelanja, atau mengambil foto bangunan bersejarah. Pribadi Clare sepertinya asyik, karena ia dengan mudah bisa berbaur dan nongkrong dengan anak-anak muda di sekitar hostelnya.

"Hampir semua orang yang jalan-jalan sendirian itu kesepian," kata Andi (Max Riemelt) yang tampan. Andi yang seorang guru SMA, sepertinya lucu, ramah, dan hangat. Oh, apalagi ia juga menawarkan stroberi segar; tak ada yang tak suka stroberi. Jadi, Clare sengaja menunda perjalanannya ke Dresden, lalu dengan horny (saya nilai dari napasnya yang terengah) kembali mengunjungi Andi. Keduanya menghabiskan malam yang menggairahkan di apartemen Andi. Benar, sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tapi Clare belum akan tahu itu.

Well, Clare sudah punya firasat, tapi begitulah. Pagi harinya, Clare mendapati pintu apartemen terkunci dari luar. Saat pulang kerja, Andi minta maaf tidak meninggalkan kunci cadangan. Clare percaya dengan berat hati dan masih belum juga pulang. Esok harinya, ia melihat kunci di atas meja, namun akhirnya menyadari bahwa Andi sama sekali tak menginginkannya pergi.

Shortland membangun setup-nya dengan penceritaan yang efektif. Ia menggunakan eksposisi minimal yang terjalin mulus dengan cerita. Paruh pertama adalah bagian terbaik dari filmnya. Kita tahu apapun yang terjadi di apartemen Andi takkan sampai ke dunia luar. "Tak ada yang akan mendengarmu," kata Andi di momen panas saat mereka pertama kali bercumbu. Takkan ada pula yang akan mendengar saat Clare grasak-grusuk berusaha kabur nantinya. Jendela apartemennya anti pecah. Jaringan ponsel tak sampai kesana.

Ada beberapa adegan yang akan membuat ngilu, tapi Berlin Syndrome sebagian besar mengenai dinamika hubungan antara Clare dengan Andi, menjanjikan sesuatu yang tampaknya berhubungan dengan judul film. Seiring dengan berjalannya waktu, kecuali fakta bahwa ia disekap, Clare diperlakukan dengan normal. Andi membawakannya bunga, kado, memasakkan makanan, memandikan hingga memotongkan kuku Clare. Meski demikian, kita masih bisa merasakan kesedihan dan keletihan mendalam dari Clare berkat penampilan kuat dari Palmer. Karakterisasinya yang lebih bertumpu pada gestur dan ekspresi. Palmer menunjukkan karakter yang kompeks terlepas dari fakta bahwa karakternya yang tak banyak omong dan tak terlalu dijelaskan latar belakangnya.

Shortland membagi perhatian dengan seimbang bagi kedua tokoh utamanya. Untuk karakter Clare, kita diajak mengintip transisi kondisi mentalnya. Sedangkan Andi mendapat porsi untuk diperlihatkan sekilas mengenai masa lalu dan apa yang kemungkinan besar membuat ia menjadi seperti sekarang. Walaupun tak sampai membuat kita berempati pada Andi, Riemelt memainkan perannya dengan tenang dan tulus yang menyugestikan bahwa maniak ini paling tidak punya sisi lembut. Ia lebih seperti pria melankolis yang tak bisa menahan obsesi sintingnya. Tak sedikit pun kita melihat Andi sebagai penjahat yang lebai walau sempat beberapa kali berbuat sadis.

Sayangnya, saya mendapati film ini terlalu panjang secara durasi tapi juga terlalu singkat untuk menggali lebih dalam. Film sampai pada klimaks yang tak begitu mengeksplorasi apa yang coba diangkatnya. Cengkeramannya mulai melonggar ketika setup-nya sudah selesai. Di pertengahan film Clare tampak sudah terlalu letih karena disekap selama berhari-hati. Saya juga mulai jemu saat filmnya bertele-tele disana. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Berlin Syndrome

116 menit
Dewasa
Cate Shortland
Shaun Grant (screenplay), Melanie Joosten (novel)
Polly Staniford
Germain McMicking
Bryony Marks

Friday, September 15, 2017

Polling: Film Pilihan 08-09-2017 s.d. 14-09-2017

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Polling, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Polling: Film Pilihan 08-09-2017 s.d. 14-09-2017
link : Polling: Film Pilihan 08-09-2017 s.d. 14-09-2017

Baca juga



Ada 8 film yang dirilis minggu lalu, yaitu Cage Dive, It, The Evil Within, Renegades, The Exception, dan diantaranya 3 film lokal yaitu Jembatan Pensil, Petak Umpet Minako serta Tommi n Jerri.

It menang mutlak untuk menjadi film favorit pembaca UP dengan suara 58,33%. Di bawahnya menyusul The Evil Within dengan 16,67%. Berikut hasil lengkapnya.


Berikut adalah polling untuk minggu ini. Seperti biasa, peraturannya: saya hanya mencantumkan film terbaru yang tayang dalam minggu ini, saya tidak akan mengikutsertakan film yang tayang pada midnight show, dan anda hanya bisa memilih maksimal 3 film.

Polling akan saya tutup Kamis depan pukul 23.59. Silakan pilih film pilihan anda minggu ini agar bisa menjadi referensi bagi penonton lainnya (dan mungkin bagi saya juga). Polling juga bisa anda akses setiap saat di bagian sidebar blog ini. Happy voting. ■UP


Ada 8 film yang dirilis minggu lalu, yaitu Cage Dive, It, The Evil Within, Renegades, The Exception, dan diantaranya 3 film lokal yaitu Jembatan Pensil, Petak Umpet Minako serta Tommi n Jerri.

It menang mutlak untuk menjadi film favorit pembaca UP dengan suara 58,33%. Di bawahnya menyusul The Evil Within dengan 16,67%. Berikut hasil lengkapnya.


Berikut adalah polling untuk minggu ini. Seperti biasa, peraturannya: saya hanya mencantumkan film terbaru yang tayang dalam minggu ini, saya tidak akan mengikutsertakan film yang tayang pada midnight show, dan anda hanya bisa memilih maksimal 3 film.

Polling akan saya tutup Kamis depan pukul 23.59. Silakan pilih film pilihan anda minggu ini agar bisa menjadi referensi bagi penonton lainnya (dan mungkin bagi saya juga). Polling juga bisa anda akses setiap saat di bagian sidebar blog ini. Happy voting. ■UP

Review Film: 'Extortion' (2017)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Aksi, Artikel Kriminal, Artikel Review, Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Extortion' (2017)
link : Review Film: 'Extortion' (2017)

Baca juga


Kalau saja film ini berhenti di menit ke enam puluh, ia akan menjadi film yang jauh lebih baik.

“How much is your family life worth?”
— Miguel Kaba
Rating UP:
Extortion bisa menjadi film thriller kelas B yang sangat menegangkan dan efektif, namun mengapung terlalu jauh dari premis sederhananya untuk menjadi film lain yang lebih rumit. Film ini keluar dari jalur beberapa kali menuju arah yang tak kita duga, tapi juga tak kita harapkan, in a bad way. Melewati setengah durasi, ia menjadi film yang semakin buruk setiap menit berjalan selagi karakter kita melakukan hal-hal yang semakin bodoh, not in a fun way.


Sayang sekali mengingat idenya yang memang tak baru, tapi cukup mantap. Extortion mengeksploitasi salah satu ketakutan dasar kita, yaitu terdampar di suatu tempat yang tak punya akomodasi yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dan tanpa ada peluang untuk selamat. Ada semacam kengerian saat terjebak di tempat asing yang sama sekali tak kita kenal. Karakter utama kita adalah keluarga kecil Amerika yang terdampar di sebuah pulau di Karibia. Jika sebelumnya kita mendapatkan film Cage Dive yang diklaim sebagai film ketiga Open Water, maka sesungguhnya Extortion lebih layak menyandang prediket tersebut.

Paruh pertama film ini memberi dampak psikis khusus pada saya, dan mungkin sebagian besar anda juga. Saya otomatis menempatkan diri di tempat tokoh utama, karena skenario yang terjadi padanya sangat mungkin terjadi di kehidupan nyata. Sudah cukup menakutkan untuk terjebak sendirian di pulau tak berpenghuni, tapi jauh lebih mengerikan saat keluarga ikut terbawa, dengan anak yang masih bocah pula. Ada banyak hal yang bisa dilakukan bagi diri sendiri untuk bertahan hidup, namun bagaimana dengan istri dan anak? Insting tanggung jawab sebagai kepala keluarga ini menciptakan kemarahan dan keputusasaan dalam kondisi demikian.

Kevin Riley (Eion Bailey) adalah seorang dokter sukses yang berencana mengajak istrinya, Julie (Bethany Joy Lenz) dan anaknya yang masih berusia 6 tahun, Andy (Mauricio Alemany) liburan ke Karibia. Dokter memang pintar, tapi bukan berarti tahu semua hal; ia tak bisa memperbaiki mesin pemotong rumput. Siapa sangka ini menjadi fakta yang cukup penting nantinya. Kevin bermaksud untuk menyenangkan keduanya dengan menyewa fasilitas paling mewah disana sampai rela menggelontorkan duit lebih. “Semua hal di Karibia bisa dinegosiasikan dengan uang,” nasihat salah satu tetangganya sebelum berangkat. Jadi saat ia tak bisa mendapatkan jetski dari hotel, ia menyewa boat langsung ke warga lokal.

Kevin membawa Julie dan Andy berkeliling laut di sekitar Karibia, lalu bermain sejenak di pulau kecil tak berpenghuni. Namun saat akan pulang, mesinnya boat tak bisa hidup. Siang berganti malam, ia masih tak bisa mengusahakan apapun. Dahaga tak tertahankan lagi karena pulau tersebut ternyata tak punya sumber mata air tawar. Tak ada kapal yang melintas di sekitar mereka, kalaupun ada terlalu jauh untuk bisa melihat mereka. Beberapa hari kemudian bantuan datang.

Saya tak akan terlalu mengungkap apa yang terjadi disini. Yang jelas, bantuannya tak seperti yang mereka harapkan. Meski begitu, ada beberapa poin plot yang lumayan spoiler tapi harus saya beberkan agar anda bisa menangkap apa yang sebenarnya terjadi., yaitu: (1) tokoh utama kita harus berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan istri dan anaknya; serta (2) ada nelayan yang harus melakukan hal yang sangat sangat buruk demi menghidupi istri dan anaknya.

That’s a movie you got there. Plotnya sudah cukup untuk sebuah film. Namun sutradara Phil Volken yang juga menulis skrip memberikan kelokan peristiwa yang begitu aneh dan saking tak masuk akalnya sampai anda geleng-geleng kepala karena tak percaya. Kasus Kevin menarik perhatian publik hingga Kedutaan Besar Amerika. Polisi yang dipimpin oleh Danny Glover sudah turun tangan, tapi Kevin ingin menanganinya sendiri. Nah, coba anda perhatikan ini. Kevin yang notabene adalah dokter biasa, berhasil melacak nama nelayan yang dimaksud, tahu bahwa ia pengungsi dari Haiti, alamat rumahnya, hingga nomor kapal yang digunakan, terlepas dari fakta bahwa Karibia terdiri dari banyak kepulauan dan berisi (mungkin) ratusan nelayan.

Kevin melakukan hal yang sangat patut dipertanyakan kelogisannya . Memang dalam keadaan stres orang bisa melakukan hal-hal sinting, tapi setidaknya masih punya akal sehat untuk menyadari bahwa apa yang akan ia lakukan itu malahan membuat nyawa keluarganya semakin dalam bahaya. Ia serampangan, dan masih saja kaget saat semua berakhir keliru. Tapi siapa saya berhak nge-judge; bukan keluarga saya yang dalam bahaya. Meski demikian, Bailey memberikan akting yang dibutuhkan karakternya. Barkhad Abdi kembali menunjukkan penampilan sebagai karakter pendukung yang kuat setelah perannya dalam Captain Phillips.

Ending filmnya juga berjalan 15 menit terlalu panjang. Sesuatu terjadi, dan kemudian sesuatu yang lain terjadi pula. Saat saya mengira filmnya sudah akan berakhir, ternyata ia masih punya kelokan tak penting yang seolah harus dijelaskan. Kalau saja film ini berhenti di menit ke enam puluh, ia akan menjadi film yang jauh lebih baik. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Extortion

109 menit
Remaja - BO
Phil Volken
Phil Volken
Phil Volken, Alina Shraybman
Gad Emile Zeitune

Kalau saja film ini berhenti di menit ke enam puluh, ia akan menjadi film yang jauh lebih baik.

“How much is your family life worth?”
— Miguel Kaba
Rating UP:
Extortion bisa menjadi film thriller kelas B yang sangat menegangkan dan efektif, namun mengapung terlalu jauh dari premis sederhananya untuk menjadi film lain yang lebih rumit. Film ini keluar dari jalur beberapa kali menuju arah yang tak kita duga, tapi juga tak kita harapkan, in a bad way. Melewati setengah durasi, ia menjadi film yang semakin buruk setiap menit berjalan selagi karakter kita melakukan hal-hal yang semakin bodoh, not in a fun way.


Sayang sekali mengingat idenya yang memang tak baru, tapi cukup mantap. Extortion mengeksploitasi salah satu ketakutan dasar kita, yaitu terdampar di suatu tempat yang tak punya akomodasi yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dan tanpa ada peluang untuk selamat. Ada semacam kengerian saat terjebak di tempat asing yang sama sekali tak kita kenal. Karakter utama kita adalah keluarga kecil Amerika yang terdampar di sebuah pulau di Karibia. Jika sebelumnya kita mendapatkan film Cage Dive yang diklaim sebagai film ketiga Open Water, maka sesungguhnya Extortion lebih layak menyandang prediket tersebut.

Paruh pertama film ini memberi dampak psikis khusus pada saya, dan mungkin sebagian besar anda juga. Saya otomatis menempatkan diri di tempat tokoh utama, karena skenario yang terjadi padanya sangat mungkin terjadi di kehidupan nyata. Sudah cukup menakutkan untuk terjebak sendirian di pulau tak berpenghuni, tapi jauh lebih mengerikan saat keluarga ikut terbawa, dengan anak yang masih bocah pula. Ada banyak hal yang bisa dilakukan bagi diri sendiri untuk bertahan hidup, namun bagaimana dengan istri dan anak? Insting tanggung jawab sebagai kepala keluarga ini menciptakan kemarahan dan keputusasaan dalam kondisi demikian.

Kevin Riley (Eion Bailey) adalah seorang dokter sukses yang berencana mengajak istrinya, Julie (Bethany Joy Lenz) dan anaknya yang masih berusia 6 tahun, Andy (Mauricio Alemany) liburan ke Karibia. Dokter memang pintar, tapi bukan berarti tahu semua hal; ia tak bisa memperbaiki mesin pemotong rumput. Siapa sangka ini menjadi fakta yang cukup penting nantinya. Kevin bermaksud untuk menyenangkan keduanya dengan menyewa fasilitas paling mewah disana sampai rela menggelontorkan duit lebih. “Semua hal di Karibia bisa dinegosiasikan dengan uang,” nasihat salah satu tetangganya sebelum berangkat. Jadi saat ia tak bisa mendapatkan jetski dari hotel, ia menyewa boat langsung ke warga lokal.

Kevin membawa Julie dan Andy berkeliling laut di sekitar Karibia, lalu bermain sejenak di pulau kecil tak berpenghuni. Namun saat akan pulang, mesinnya boat tak bisa hidup. Siang berganti malam, ia masih tak bisa mengusahakan apapun. Dahaga tak tertahankan lagi karena pulau tersebut ternyata tak punya sumber mata air tawar. Tak ada kapal yang melintas di sekitar mereka, kalaupun ada terlalu jauh untuk bisa melihat mereka. Beberapa hari kemudian bantuan datang.

Saya tak akan terlalu mengungkap apa yang terjadi disini. Yang jelas, bantuannya tak seperti yang mereka harapkan. Meski begitu, ada beberapa poin plot yang lumayan spoiler tapi harus saya beberkan agar anda bisa menangkap apa yang sebenarnya terjadi., yaitu: (1) tokoh utama kita harus berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan istri dan anaknya; serta (2) ada nelayan yang harus melakukan hal yang sangat sangat buruk demi menghidupi istri dan anaknya.

That’s a movie you got there. Plotnya sudah cukup untuk sebuah film. Namun sutradara Phil Volken yang juga menulis skrip memberikan kelokan peristiwa yang begitu aneh dan saking tak masuk akalnya sampai anda geleng-geleng kepala karena tak percaya. Kasus Kevin menarik perhatian publik hingga Kedutaan Besar Amerika. Polisi yang dipimpin oleh Danny Glover sudah turun tangan, tapi Kevin ingin menanganinya sendiri. Nah, coba anda perhatikan ini. Kevin yang notabene adalah dokter biasa, berhasil melacak nama nelayan yang dimaksud, tahu bahwa ia pengungsi dari Haiti, alamat rumahnya, hingga nomor kapal yang digunakan, terlepas dari fakta bahwa Karibia terdiri dari banyak kepulauan dan berisi (mungkin) ratusan nelayan.

Kevin melakukan hal yang sangat patut dipertanyakan kelogisannya . Memang dalam keadaan stres orang bisa melakukan hal-hal sinting, tapi setidaknya masih punya akal sehat untuk menyadari bahwa apa yang akan ia lakukan itu malahan membuat nyawa keluarganya semakin dalam bahaya. Ia serampangan, dan masih saja kaget saat semua berakhir keliru. Tapi siapa saya berhak nge-judge; bukan keluarga saya yang dalam bahaya. Meski demikian, Bailey memberikan akting yang dibutuhkan karakternya. Barkhad Abdi kembali menunjukkan penampilan sebagai karakter pendukung yang kuat setelah perannya dalam Captain Phillips.

Ending filmnya juga berjalan 15 menit terlalu panjang. Sesuatu terjadi, dan kemudian sesuatu yang lain terjadi pula. Saat saya mengira filmnya sudah akan berakhir, ternyata ia masih punya kelokan tak penting yang seolah harus dijelaskan. Kalau saja film ini berhenti di menit ke enam puluh, ia akan menjadi film yang jauh lebih baik. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Extortion

109 menit
Remaja - BO
Phil Volken
Phil Volken
Phil Volken, Alina Shraybman
Gad Emile Zeitune

Thursday, September 14, 2017

Trailer 'Tomb Raider' Segera Dirilis, Alicia Vikander Bagikan Detail Cerita

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Trailer 'Tomb Raider' Segera Dirilis, Alicia Vikander Bagikan Detail Cerita
link : Trailer 'Tomb Raider' Segera Dirilis, Alicia Vikander Bagikan Detail Cerita

Baca juga


Mengingat 'Tomb Raider' dijadwalkan tayang awal 2018, publik pun mulai bertanya-tanya kapan trailernya akan dirilis. Teka-teki ini akhirnya dijawab Alicia Vikander di sela event TIFF 2017.

Meski sejauh ini mayoritas film adaptasi video game selalu menorehkan hasil negatif baik dari segi box office maupun resepsi penonton, hal ini tak menyurutkan semangat studio Hollywood untuk terus membuat film sejenis. Yang terbaru, ada Warner Bros. yang siap menghadirkan Tomb Raider reboot dengan Alicia Vikander sebagai pemeran Lara Croft si gadis petualang.

Mengingat Tomb Raider dijadwalkan tayang awal 2018, publik pun mulai bertanya-tanya kapan trailernya akan dirilis. Teka-teki ini akhirnya dijawab Vikander saat ditemui Ottawa Sun di sela event TIFF 2017. Ia mengakui, trailer perdana Tomb Raider akan meluncur dalam dua minggu. Berangkat dari pernyataan Vikander, sebagian pihak memprediksi trailer ini akan dirilis bersamaan dengan The LEGO Ninjago Movie yang akan tayang 22 September nanti. Selain jadwal perilisan trailer, Vikander juga berbagi detail baru terkait cerita Tomb Raider. Ia menjelaskan:

“Menurut saya film ini bercerita tentang gadis yang sedang mencari jati dirinya. Film ini tentang anak muda yang belum tahu benar akan situasi dunia yang sesungguhnya. Akan ada sejumlah pertanyaan apa yang ingin atau harus Anda lakukan, yang mana hal semacam itu tak mudah untuk dijawab bagi anak remaja. (Jadi) film ini adalah tentang kisah pendewasaan diri dengan karakter utama populer yang sarat akan aksi. Semoga kita bisa melihat sisi Lara Croft yang belum pernah kita lihat sebelumnya.”

Sebelumnya, Vikander juga mengkonfirmasi film ini akan menjelaskan asal-usul Lara Croft, dan ia belum pernah berpetualang saat cerita filmnya dimulai. Yang menarik, Vikander juga pernah mengatakan film ini punya banyak adegan yang melibatkan air. Kita lihat saja apakah adegan air ini akan dipamerkan di trailernya.

Mengambil inspirasi dari game Tomb Raider reboot yang dirilis 2013, film ini sendiri akan mengisahkan perjalanan Lara Croft muda dalam mencari ayahnya yang hilang secara misterius. Selain Vikander, daftar cast juga diisi Walton Goggins (villain Mathias Vogel), Daniel Wu (Lu Ren), Hannah-John Kamen (Sophie) dan Dominic West (ayah Lara, Lord Richard Croft). Disutradarai Roar Uthaug (The Wave), Tomb Raider akan rilis 16 Maret 2018. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Mengingat 'Tomb Raider' dijadwalkan tayang awal 2018, publik pun mulai bertanya-tanya kapan trailernya akan dirilis. Teka-teki ini akhirnya dijawab Alicia Vikander di sela event TIFF 2017.

Meski sejauh ini mayoritas film adaptasi video game selalu menorehkan hasil negatif baik dari segi box office maupun resepsi penonton, hal ini tak menyurutkan semangat studio Hollywood untuk terus membuat film sejenis. Yang terbaru, ada Warner Bros. yang siap menghadirkan Tomb Raider reboot dengan Alicia Vikander sebagai pemeran Lara Croft si gadis petualang.

Mengingat Tomb Raider dijadwalkan tayang awal 2018, publik pun mulai bertanya-tanya kapan trailernya akan dirilis. Teka-teki ini akhirnya dijawab Vikander saat ditemui Ottawa Sun di sela event TIFF 2017. Ia mengakui, trailer perdana Tomb Raider akan meluncur dalam dua minggu. Berangkat dari pernyataan Vikander, sebagian pihak memprediksi trailer ini akan dirilis bersamaan dengan The LEGO Ninjago Movie yang akan tayang 22 September nanti. Selain jadwal perilisan trailer, Vikander juga berbagi detail baru terkait cerita Tomb Raider. Ia menjelaskan:

“Menurut saya film ini bercerita tentang gadis yang sedang mencari jati dirinya. Film ini tentang anak muda yang belum tahu benar akan situasi dunia yang sesungguhnya. Akan ada sejumlah pertanyaan apa yang ingin atau harus Anda lakukan, yang mana hal semacam itu tak mudah untuk dijawab bagi anak remaja. (Jadi) film ini adalah tentang kisah pendewasaan diri dengan karakter utama populer yang sarat akan aksi. Semoga kita bisa melihat sisi Lara Croft yang belum pernah kita lihat sebelumnya.”

Sebelumnya, Vikander juga mengkonfirmasi film ini akan menjelaskan asal-usul Lara Croft, dan ia belum pernah berpetualang saat cerita filmnya dimulai. Yang menarik, Vikander juga pernah mengatakan film ini punya banyak adegan yang melibatkan air. Kita lihat saja apakah adegan air ini akan dipamerkan di trailernya.

Mengambil inspirasi dari game Tomb Raider reboot yang dirilis 2013, film ini sendiri akan mengisahkan perjalanan Lara Croft muda dalam mencari ayahnya yang hilang secara misterius. Selain Vikander, daftar cast juga diisi Walton Goggins (villain Mathias Vogel), Daniel Wu (Lu Ren), Hannah-John Kamen (Sophie) dan Dominic West (ayah Lara, Lord Richard Croft). Disutradarai Roar Uthaug (The Wave), Tomb Raider akan rilis 16 Maret 2018. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

‘John Wick: Chapter 3’ Siap Dirilis 2019

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : ‘John Wick: Chapter 3’ Siap Dirilis 2019
link : ‘John Wick: Chapter 3’ Siap Dirilis 2019

Baca juga


Usai menelurkan seri kedua di awal 2017 ini, 'John Wick' siap mengeluarkan seri ketiga yang baru saja mendapatkan tanggal rilis.

Meluncur pada akhir 2014, siapa yang menyangka jika John Wick tak hanya berakhir menjadi film action keren yang kembali mengangkat pamor Keanu Reeves, tapi juga sukses menjadi franchise. Usai menelurkan seri kedua di awal 2017 ini, John Wick siap mengeluarkan seri ketiga yang baru saja mendapatkan tanggal rilis.

Seolah ingin menjadikan John Wick: Chapter 3 sebagai sajian summer blockbuster, Lionsgate memastikan film ini akan tayang 17 Mei 2019. Langkah Lionsgate merilis Chapter 3 pada musim panas pun dinilai sebagai bentuk keyakinan studio terhadap kesuksesan filmnya, meski nanti harus berhadapan dengan beberapa film besar yang tak kalah menarik. Sebut saja Avengers 4 yang tayang dua minggu sebelum Chapter 3. Kemudian juga ada live-action Aladdin dan film adaptasi game populer Minecraft yang tayang seminggu setelah Chapter 3.

Meski Reeves dipastikan kembali berperan sebagai John Wick, belum diketahui pasti apakah Chapter 3 kembali dibesut sutradara film sebelumnya, Chad Stahelski. Kendati demikian, Stahelski sempat berbagi detail cerita Chapter 3. Alih-alih membuat segalanya lebih besar termasuk action set piece, seri ketiga justru hadir dengan menghadirkan lebih banyak intrik yang mewarnai dunia pembunuh bayaran dan mafia.

“Jadi alih-alih set piece masif, saya berniat memperlihatkan intrik yang lebih banyak dan lebih keren. Saya ingin menunjukkan bagaimana operasi yang berbeda-beda berjalan di New York. Menurut saya keliru apabila sektor budget dan kreatif hanya sekedar diperbesar di seri ketiga. Bukan itu cara kerja kami. Itu cara kerja film adaptasi komik atau film James Bond,”ungkap Stahelski. Ia pun juga menambahkan, John Wick: Chapter 3 kemungkinan akan syuting akhir 2017 atau awal 2018. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Usai menelurkan seri kedua di awal 2017 ini, 'John Wick' siap mengeluarkan seri ketiga yang baru saja mendapatkan tanggal rilis.

Meluncur pada akhir 2014, siapa yang menyangka jika John Wick tak hanya berakhir menjadi film action keren yang kembali mengangkat pamor Keanu Reeves, tapi juga sukses menjadi franchise. Usai menelurkan seri kedua di awal 2017 ini, John Wick siap mengeluarkan seri ketiga yang baru saja mendapatkan tanggal rilis.

Seolah ingin menjadikan John Wick: Chapter 3 sebagai sajian summer blockbuster, Lionsgate memastikan film ini akan tayang 17 Mei 2019. Langkah Lionsgate merilis Chapter 3 pada musim panas pun dinilai sebagai bentuk keyakinan studio terhadap kesuksesan filmnya, meski nanti harus berhadapan dengan beberapa film besar yang tak kalah menarik. Sebut saja Avengers 4 yang tayang dua minggu sebelum Chapter 3. Kemudian juga ada live-action Aladdin dan film adaptasi game populer Minecraft yang tayang seminggu setelah Chapter 3.

Meski Reeves dipastikan kembali berperan sebagai John Wick, belum diketahui pasti apakah Chapter 3 kembali dibesut sutradara film sebelumnya, Chad Stahelski. Kendati demikian, Stahelski sempat berbagi detail cerita Chapter 3. Alih-alih membuat segalanya lebih besar termasuk action set piece, seri ketiga justru hadir dengan menghadirkan lebih banyak intrik yang mewarnai dunia pembunuh bayaran dan mafia.

“Jadi alih-alih set piece masif, saya berniat memperlihatkan intrik yang lebih banyak dan lebih keren. Saya ingin menunjukkan bagaimana operasi yang berbeda-beda berjalan di New York. Menurut saya keliru apabila sektor budget dan kreatif hanya sekedar diperbesar di seri ketiga. Bukan itu cara kerja kami. Itu cara kerja film adaptasi komik atau film James Bond,”ungkap Stahelski. Ia pun juga menambahkan, John Wick: Chapter 3 kemungkinan akan syuting akhir 2017 atau awal 2018. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem