Sunday, June 3, 2018

Sutradara ‘Mission: Impossible’ Tulis Film Horror Tentang Skandal Harvey Weinstein

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Sutradara ‘Mission: Impossible’ Tulis Film Horror Tentang Skandal Harvey Weinstein
link : Sutradara ‘Mission: Impossible’ Tulis Film Horror Tentang Skandal Harvey Weinstein

Baca juga


Skandal Harvey Weinstein rupanya sangat menyedot perhatian Brian De Palma, hingga akhirnya sineas legendaris Hollywood ini menulis skrip film yang menyoroti skandal Weinstein.

Dari produser top Hollywood dengan jajaran film berkualitas jempolan, menjadi kriminal yang dibanjiri hujatan. Ya, karir gemilang seorang Harvey Weinstein hancur seketika begitu tindakan asusilanya terungkap ke publik, dan mengguncang industri film Hollywood. Banyaknya aktris yang mengaku pernah jadi korban kekerasan seksual Weinstein pun membuat skandalnya jadi sorotan dunia di sepanjang tahun 2017 lalu. Skandal Weinstein ini rupanya juga sangat menyedot perhatian Brian De Palma, hingga akhirnya sineas legendaris Hollywood ini menulis skrip film yang menyoroti skandal Weinstein.

Di masa lalu, Palma sendiri pernah menyutradarai film pertama Mission: Impossible, yang kini menjelma menjadi franchise action raksasa. Palma juga dikenal dengan film-filmnya yang berbau thriller psikologi dan kriminal, seperti Carrie dan Scarface. Dengan rekam jejaknya, tentu proyek film skandal Weinstein yang ditulis Palma menarik dinanti.

Ketika mengungkap eksistensi proyek ini lewat media Le Parisian, Palma pun memastikan karakter di film ini takkan dinamai Harvey Weinstein. Namun Palma mengakui ini akan menjadi film horror, dengan karakter pelaku kekerasan seksual, dan setting cerita di industri film. Meski tak menjelaskan sudah sejauh mana pengembangan skrip ini, Palma menyatakan saat ini ia sedang berdiskusi dengan seorang produser Perancis untuk merealisasikan proyek film tersebut. Karena itu, ada kemungkinan ini akan menjadi film produksi Perancis, yang seringkali tampil lebih eksplisit ketimbang punya Hollywood. Sayangnya, belum ada konfirmasi apakah film tentang skandal Weinstein ini juga akan disutradarai Palma dan kapan ia akan mulai syuting.

Palma sendiri terakhir kali membuat film pada 2012 silam dengan judul Passion yang dibintangi Rachel McAdams (Doctor Strange) dan Noomi Rapace (Prometheus). Kini Palma tengah mempersiapkan film terbarunya, Domino, yang akan dirilis tahun 2018. Menghadirkan Nikolaj Coster Waldau (Game of Thrones) dan Guy Pearce (Iron Man 3), film ini mengisahkan seorang polisi yang menuntut keadilan atas kematian temannya yang dibunuh oleh pria misterius.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Skandal Harvey Weinstein rupanya sangat menyedot perhatian Brian De Palma, hingga akhirnya sineas legendaris Hollywood ini menulis skrip film yang menyoroti skandal Weinstein.

Dari produser top Hollywood dengan jajaran film berkualitas jempolan, menjadi kriminal yang dibanjiri hujatan. Ya, karir gemilang seorang Harvey Weinstein hancur seketika begitu tindakan asusilanya terungkap ke publik, dan mengguncang industri film Hollywood. Banyaknya aktris yang mengaku pernah jadi korban kekerasan seksual Weinstein pun membuat skandalnya jadi sorotan dunia di sepanjang tahun 2017 lalu. Skandal Weinstein ini rupanya juga sangat menyedot perhatian Brian De Palma, hingga akhirnya sineas legendaris Hollywood ini menulis skrip film yang menyoroti skandal Weinstein.

Di masa lalu, Palma sendiri pernah menyutradarai film pertama Mission: Impossible, yang kini menjelma menjadi franchise action raksasa. Palma juga dikenal dengan film-filmnya yang berbau thriller psikologi dan kriminal, seperti Carrie dan Scarface. Dengan rekam jejaknya, tentu proyek film skandal Weinstein yang ditulis Palma menarik dinanti.

Ketika mengungkap eksistensi proyek ini lewat media Le Parisian, Palma pun memastikan karakter di film ini takkan dinamai Harvey Weinstein. Namun Palma mengakui ini akan menjadi film horror, dengan karakter pelaku kekerasan seksual, dan setting cerita di industri film. Meski tak menjelaskan sudah sejauh mana pengembangan skrip ini, Palma menyatakan saat ini ia sedang berdiskusi dengan seorang produser Perancis untuk merealisasikan proyek film tersebut. Karena itu, ada kemungkinan ini akan menjadi film produksi Perancis, yang seringkali tampil lebih eksplisit ketimbang punya Hollywood. Sayangnya, belum ada konfirmasi apakah film tentang skandal Weinstein ini juga akan disutradarai Palma dan kapan ia akan mulai syuting.

Palma sendiri terakhir kali membuat film pada 2012 silam dengan judul Passion yang dibintangi Rachel McAdams (Doctor Strange) dan Noomi Rapace (Prometheus). Kini Palma tengah mempersiapkan film terbarunya, Domino, yang akan dirilis tahun 2018. Menghadirkan Nikolaj Coster Waldau (Game of Thrones) dan Guy Pearce (Iron Man 3), film ini mengisahkan seorang polisi yang menuntut keadilan atas kematian temannya yang dibunuh oleh pria misterius.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Hasbro Siap Hadirkan Film Terbaru ‘Power Rangers’

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Hasbro Siap Hadirkan Film Terbaru ‘Power Rangers’
link : Hasbro Siap Hadirkan Film Terbaru ‘Power Rangers’

Baca juga


Pasca mengakuisisi brand ‘Power Rangers’, Hasbro mengumumkan mereka akan membuat film terbaru ‘Power Rangers’ kedepannya.

Setelah tampil melempem di box office pada 2017 lalu, nasib sekuel dari film reboot Power Rangers pun dipertanyakan. Rencana Lionsgate untuk menjadikan Power Rangers sebagai franchise film baru mereka juga seolah hilang ditelan bumi, lantaran hingga saat ini belum ada kabar yang mengindikasikan studio di balik franchise The Hunger Games ini melanjutkan proyek sekuel Power Rangers. Kendati demikian, harapan fans untuk kembali melihat aksi Power Rangers di layar lebar belum sepenuhnya pupus. Pasalnya, Hasbro yang belum lama ini mengakuisisi brand Power Rangers dan properti milik Saban lainnya telah mengumumkan, mereka akan membuat film terbaru Power Rangers kedepannya.

Kepastian soal pembuatan film terbaru Power Rangers ini disampaikan langsung oleh CEO Hasbro Brian Goldner. Usai berhasil mengantongi lisensi Power Rangers bulan lalu, Goldner menyatakan pihaknya berniat memperkuat brand Power Rangers di dunia hiburan. Ambisi ini akan diwujudkan dengan cara memproduksi film, mainan hingga game di masa depan.

“Kami merasa potensi brand Power Rangers sangat kurang dimaksimalkan dan kurang diapresiasi. Kami rasa kami mampu mengeksploitasi Power Rangers lebih jauh lagi, dan ini merupakan kesempatan yang luar biasa bagi kami untuk mengakuisisi brand tersebut,”terang Goldner.

Di luar pengumuman tersebut, Goldner belum berbicara lebih lanjut terkait kapan film terbaru Power Rangers akan diproduksi dan dirilis. Selain itu, juga belum diketahui apakah Power Rangers garapan Hasbro ini akan melibatkan pemain yang sama dengan reboot milik Lionsgate. Dan satu hal lagi yang menjadi tanda tanya, apakah Hasbro akan memproduksi film terbaru Power Rangers bersama partner setia mereka, Paramount, atau justru memilih berkolaborasi dengan Lionsgate.

Reboot Power Rangers yang dirilis 2017 sendiri masih menawarkan kisah lima remaja berkostum canggih yang menyelamatkan dunia dari serangan alien, sebagaimana serial TV-nya yang populer di era 90-an. Dengan budget $100 juta, reboot ini harus puas dengan hanya mengumpulkan total pendapatan $140 juta. Berkaca dari kesuksesan Hasbro menjadikan Transformers sebagai franchise film miliaran dollar, diharapkan mereka mampu melakukan hal serupa untuk Power Rangers.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Pasca mengakuisisi brand ‘Power Rangers’, Hasbro mengumumkan mereka akan membuat film terbaru ‘Power Rangers’ kedepannya.

Setelah tampil melempem di box office pada 2017 lalu, nasib sekuel dari film reboot Power Rangers pun dipertanyakan. Rencana Lionsgate untuk menjadikan Power Rangers sebagai franchise film baru mereka juga seolah hilang ditelan bumi, lantaran hingga saat ini belum ada kabar yang mengindikasikan studio di balik franchise The Hunger Games ini melanjutkan proyek sekuel Power Rangers. Kendati demikian, harapan fans untuk kembali melihat aksi Power Rangers di layar lebar belum sepenuhnya pupus. Pasalnya, Hasbro yang belum lama ini mengakuisisi brand Power Rangers dan properti milik Saban lainnya telah mengumumkan, mereka akan membuat film terbaru Power Rangers kedepannya.

Kepastian soal pembuatan film terbaru Power Rangers ini disampaikan langsung oleh CEO Hasbro Brian Goldner. Usai berhasil mengantongi lisensi Power Rangers bulan lalu, Goldner menyatakan pihaknya berniat memperkuat brand Power Rangers di dunia hiburan. Ambisi ini akan diwujudkan dengan cara memproduksi film, mainan hingga game di masa depan.

“Kami merasa potensi brand Power Rangers sangat kurang dimaksimalkan dan kurang diapresiasi. Kami rasa kami mampu mengeksploitasi Power Rangers lebih jauh lagi, dan ini merupakan kesempatan yang luar biasa bagi kami untuk mengakuisisi brand tersebut,”terang Goldner.

Di luar pengumuman tersebut, Goldner belum berbicara lebih lanjut terkait kapan film terbaru Power Rangers akan diproduksi dan dirilis. Selain itu, juga belum diketahui apakah Power Rangers garapan Hasbro ini akan melibatkan pemain yang sama dengan reboot milik Lionsgate. Dan satu hal lagi yang menjadi tanda tanya, apakah Hasbro akan memproduksi film terbaru Power Rangers bersama partner setia mereka, Paramount, atau justru memilih berkolaborasi dengan Lionsgate.

Reboot Power Rangers yang dirilis 2017 sendiri masih menawarkan kisah lima remaja berkostum canggih yang menyelamatkan dunia dari serangan alien, sebagaimana serial TV-nya yang populer di era 90-an. Dengan budget $100 juta, reboot ini harus puas dengan hanya mengumpulkan total pendapatan $140 juta. Berkaca dari kesuksesan Hasbro menjadikan Transformers sebagai franchise film miliaran dollar, diharapkan mereka mampu melakukan hal serupa untuk Power Rangers.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Saturday, June 2, 2018

Review Film: 'Hostiles' (2018)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Adventure, Artikel Drama, Artikel Review, Artikel Western, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Hostiles' (2018)
link : Review Film: 'Hostiles' (2018)

Baca juga


'Hostiles' mungkin bukan film Scott Cooper yang terbaik atau paling mengesankan, tapi film ini adalah filmnya yang paling definitif dan aktual.

“I was just doing my job.”
— Captain Blockers
Rating UP:
Hostiles mungkin bukan film Scott Cooper yang terbaik atau paling mengesankan, tapi film ini adalah filmnya yang paling definitif dan aktual. Sejauh ini ia sudah membesut 4 film; selain film ini, ada Crazy Heart, Out of Furnace, dan Black Mass. Meski punya latar cerita yang berbeda-beda, poin tematisnya relatif sama, yaitu Western getir yang kontemplatif. Cooper boleh dibilang hanya punya satu gaya. Tapi tidak apa-apa, sebab ia selalu bisa menanganinya dengan mantap.


Dengan memakai kemasan film paling Western dari genre Western, yakni koboi-koboian tentu saja, ia menyentil isu yang sudah mengakar masyarakat Amerika: rasisme. Betul filmnya yang diangkat dari tulisan Donald E. Stewart menampilkan koboi, Indian, kuda, aksi tembak-tembakan, bahkan beberapa di antara adegannya sangat brutal, tapi film ini bukan film aksi yang akan membuat kita berdebar-bedar atas keseruannya. Alih-alih, ia slowburn drama yang lebih ditujukan untuk menyentuh sisi sensitif penonton dalam mengamati hubungan antara warga kulit putih dengan penduduk asli Amerika.

Dalam adegan pembuka yang singkat, film dengan brilian memperlihatkan betapa mirisnya lingkaran setan ini. Kedua belah pihak melakukan tindakan keji kepada pihak lain yang dianggap musuh. Awalnya tidak ada yang salah. Masuk akal kenapa orang Indian murka, soalnya mereka kan diasingkan bahkan diusir dari tanah sendiri; mereka cuma membela tanah sendiri. Di lain sisi, kulit putih merasa menjadi juru selamat yang berperan membawa peradaban kepada orang barbar. Hasilnya, tak ada yang menang. Mereka semua sekarang adalah setan sekaligus korban atas perbuatan mereka sendiri.

Film ini dibintangi Christian Bale sebagai Kapten Blockers, tentara yang terkenal atas reputasinya sebagai pembantai Indian yang moncer. Tahunnya 1892, saat konfrontasi antara kulit putih dan Indian sedang panas-panasnya. Blockers percaya bahwa ia berada di pihak yang benar. Setelah menyaksikan betapa banyak teman dan rekan tentara yang dibantai, ia menganggap bahwa pembantaian yang ia lakukan sendiri merupakan bakti kepada negara.

Namun, masa-masa damai sudah menjelang. Sebagai bentuk rekonsiliasi, Presiden Amerika Benjamin Harrison memberi perintah untuk mengawal Kepala Suku, Yellow Hawk (Wes Studi) beserta keluarganya untuk mudik dengan aman. Yellow Hawk menderita kanker dan ia ingin disemayamkan di kampung halaman. Dan yang bertugas untuk mengawalnya adalah Blockers. Alasannya, Blockers tahu tempat yang akan dituju dan ia fasih berbahasa Indian.

Blockers menganggap ini sebagai penghinaan. Bukan hanya harus membebaskan Yellow Hawk yang notabene adalah seorang tahanan bersuku Indian, Blockers juga harus mengawal orang pernah berhadapan dengannya di medan perang dan membunuh lusinan teman-temannya dengan brutal. Apa-apaan ini? Namun tugas adalah tugas. Jadi, berangkatlah ia bersama serombongan tentara yang diperankan oleh Jesse Plemons, Rory Cochrane, Jonathan Majors, dan Timothee Chalamet.

Bale tampil fantastis. Ia mampu menguarkan banyak emosi tanpa perlu banyak berkata-kata. Blockers adalah orang yang tak banyak bicara. Sekalinya bicara, lebih cenderung menggumam atau menggeram. Namun berkat intensitas akting dari Bale, kita bisa membaca kemarahan, dendam, dan duka yang dialami karakternya cukup dari mata dan raut muka.

Kita tahu maksud dan akhir dari perjalanan ini. Yang lebih penting justru perjalanan itu sendiri. Ceritanya sederhana, tapi diceritakan dengan elegan. Latar pemandangan alam yang menawan disorot dengan cantik oleh sinematografer Masanobu Takayanagi, langganan Cooper. Dalam rangka menemukan penebusan, Blockers berjumpa dengan karakter-karakter yang menarik. Rosalie (Rosamund Pike) adalah janda yang merasakan sendiri kekejaman suku Indian di awal film. Rumahnya dibakar, kudanya dicuri, kepala suaminya dikuliti, sementara tiga anaknya ditembak mati. Blockers tak punya pilihan; ia harus membawa Rosalie.

Yang kedua adalah Sersan Willis (Ben Foster), yang harus diantar Blockers menuju tiang gantungan atas kejahatannya membantai satu suku Indian dengan sadis. Karakter Willis memberi dimensi tersendiri bagi konflik internal Blockers. Merupakan rekannya di masa lalu, Willis menegaskan kepada Blockers bahwa mereka pada dasarnya sama saja. Cuma beda nasib. Sayangnya, bagian ini tak mengantarkan filmnya kemana-mana. Kehadiran Willis lebih terasa sebagai distraksi singkat yang tak begitu menyatu dengan film.

Yang menahan film ini untuk benar-benar memberikan kompleksitas moral yang saya yakin dimaksudkan filmnya adalah penggambaran karakter pendukungnya yang nyaris datar. Yellow Hawk dan keluarganya diceritakan murni baiknya. Mereka disederhanakan agar nyaman dengan kebutuhan plot untuk memberi pencerahan kepada kulit putih. Ada satu suku Indian, yaitu Comanche, yang cuma dijadikan sebagai penjahat murni agar protagonis kita jadi saling mengerti satu sama lain. Memang nanti ada pula penjahat dari kulit putih (mungkin biar seimbang), namun mereka adalah pemburu kulit hewan, sementara kita tak begitu mengerti kenapa Comanche melakukan apa yang mereka lakukan. Sebagai Yellow Hawk, Wes Studi juga tampil solid, tapi ia tak diberi banyak ruang untuk dieksplor. Ia hanyalah orang tua bijak yang cuma ingin menanti ajal dengan damai.

Kendati demikian, Cooper menghandel filmnya dengan tangan yang mantap. Meski narasinya formulaik dan tak menyampaikan sesuatu yang baru, tapi penceritaannya merupakan hasil eksekusi yang telaten. Ada beberapa adegan yang seharusnya cringey, tapi terasa dramatis disini. Alurnya tak terburu-buru, berisi banyak adegan selow, tapi sangat mengikat. Mungkin ini karena filmnya berhasil menarik rasa simpati kita, bahkan saat ia tak begitu yakin akan bagaimana karakter utamanya menemukan penebusan. Itu adalah alasan yang paling sederhana untuk memaafkan. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Hostiles

133 menit
Dewasa
Scott Cooper
Scott Cooper
Scott Cooper, Ken Kao, John Lesher
Masanobu Takayanagi
Max Richter

'Hostiles' mungkin bukan film Scott Cooper yang terbaik atau paling mengesankan, tapi film ini adalah filmnya yang paling definitif dan aktual.

“I was just doing my job.”
— Captain Blockers
Rating UP:
Hostiles mungkin bukan film Scott Cooper yang terbaik atau paling mengesankan, tapi film ini adalah filmnya yang paling definitif dan aktual. Sejauh ini ia sudah membesut 4 film; selain film ini, ada Crazy Heart, Out of Furnace, dan Black Mass. Meski punya latar cerita yang berbeda-beda, poin tematisnya relatif sama, yaitu Western getir yang kontemplatif. Cooper boleh dibilang hanya punya satu gaya. Tapi tidak apa-apa, sebab ia selalu bisa menanganinya dengan mantap.


Dengan memakai kemasan film paling Western dari genre Western, yakni koboi-koboian tentu saja, ia menyentil isu yang sudah mengakar masyarakat Amerika: rasisme. Betul filmnya yang diangkat dari tulisan Donald E. Stewart menampilkan koboi, Indian, kuda, aksi tembak-tembakan, bahkan beberapa di antara adegannya sangat brutal, tapi film ini bukan film aksi yang akan membuat kita berdebar-bedar atas keseruannya. Alih-alih, ia slowburn drama yang lebih ditujukan untuk menyentuh sisi sensitif penonton dalam mengamati hubungan antara warga kulit putih dengan penduduk asli Amerika.

Dalam adegan pembuka yang singkat, film dengan brilian memperlihatkan betapa mirisnya lingkaran setan ini. Kedua belah pihak melakukan tindakan keji kepada pihak lain yang dianggap musuh. Awalnya tidak ada yang salah. Masuk akal kenapa orang Indian murka, soalnya mereka kan diasingkan bahkan diusir dari tanah sendiri; mereka cuma membela tanah sendiri. Di lain sisi, kulit putih merasa menjadi juru selamat yang berperan membawa peradaban kepada orang barbar. Hasilnya, tak ada yang menang. Mereka semua sekarang adalah setan sekaligus korban atas perbuatan mereka sendiri.

Film ini dibintangi Christian Bale sebagai Kapten Blockers, tentara yang terkenal atas reputasinya sebagai pembantai Indian yang moncer. Tahunnya 1892, saat konfrontasi antara kulit putih dan Indian sedang panas-panasnya. Blockers percaya bahwa ia berada di pihak yang benar. Setelah menyaksikan betapa banyak teman dan rekan tentara yang dibantai, ia menganggap bahwa pembantaian yang ia lakukan sendiri merupakan bakti kepada negara.

Namun, masa-masa damai sudah menjelang. Sebagai bentuk rekonsiliasi, Presiden Amerika Benjamin Harrison memberi perintah untuk mengawal Kepala Suku, Yellow Hawk (Wes Studi) beserta keluarganya untuk mudik dengan aman. Yellow Hawk menderita kanker dan ia ingin disemayamkan di kampung halaman. Dan yang bertugas untuk mengawalnya adalah Blockers. Alasannya, Blockers tahu tempat yang akan dituju dan ia fasih berbahasa Indian.

Blockers menganggap ini sebagai penghinaan. Bukan hanya harus membebaskan Yellow Hawk yang notabene adalah seorang tahanan bersuku Indian, Blockers juga harus mengawal orang pernah berhadapan dengannya di medan perang dan membunuh lusinan teman-temannya dengan brutal. Apa-apaan ini? Namun tugas adalah tugas. Jadi, berangkatlah ia bersama serombongan tentara yang diperankan oleh Jesse Plemons, Rory Cochrane, Jonathan Majors, dan Timothee Chalamet.

Bale tampil fantastis. Ia mampu menguarkan banyak emosi tanpa perlu banyak berkata-kata. Blockers adalah orang yang tak banyak bicara. Sekalinya bicara, lebih cenderung menggumam atau menggeram. Namun berkat intensitas akting dari Bale, kita bisa membaca kemarahan, dendam, dan duka yang dialami karakternya cukup dari mata dan raut muka.

Kita tahu maksud dan akhir dari perjalanan ini. Yang lebih penting justru perjalanan itu sendiri. Ceritanya sederhana, tapi diceritakan dengan elegan. Latar pemandangan alam yang menawan disorot dengan cantik oleh sinematografer Masanobu Takayanagi, langganan Cooper. Dalam rangka menemukan penebusan, Blockers berjumpa dengan karakter-karakter yang menarik. Rosalie (Rosamund Pike) adalah janda yang merasakan sendiri kekejaman suku Indian di awal film. Rumahnya dibakar, kudanya dicuri, kepala suaminya dikuliti, sementara tiga anaknya ditembak mati. Blockers tak punya pilihan; ia harus membawa Rosalie.

Yang kedua adalah Sersan Willis (Ben Foster), yang harus diantar Blockers menuju tiang gantungan atas kejahatannya membantai satu suku Indian dengan sadis. Karakter Willis memberi dimensi tersendiri bagi konflik internal Blockers. Merupakan rekannya di masa lalu, Willis menegaskan kepada Blockers bahwa mereka pada dasarnya sama saja. Cuma beda nasib. Sayangnya, bagian ini tak mengantarkan filmnya kemana-mana. Kehadiran Willis lebih terasa sebagai distraksi singkat yang tak begitu menyatu dengan film.

Yang menahan film ini untuk benar-benar memberikan kompleksitas moral yang saya yakin dimaksudkan filmnya adalah penggambaran karakter pendukungnya yang nyaris datar. Yellow Hawk dan keluarganya diceritakan murni baiknya. Mereka disederhanakan agar nyaman dengan kebutuhan plot untuk memberi pencerahan kepada kulit putih. Ada satu suku Indian, yaitu Comanche, yang cuma dijadikan sebagai penjahat murni agar protagonis kita jadi saling mengerti satu sama lain. Memang nanti ada pula penjahat dari kulit putih (mungkin biar seimbang), namun mereka adalah pemburu kulit hewan, sementara kita tak begitu mengerti kenapa Comanche melakukan apa yang mereka lakukan. Sebagai Yellow Hawk, Wes Studi juga tampil solid, tapi ia tak diberi banyak ruang untuk dieksplor. Ia hanyalah orang tua bijak yang cuma ingin menanti ajal dengan damai.

Kendati demikian, Cooper menghandel filmnya dengan tangan yang mantap. Meski narasinya formulaik dan tak menyampaikan sesuatu yang baru, tapi penceritaannya merupakan hasil eksekusi yang telaten. Ada beberapa adegan yang seharusnya cringey, tapi terasa dramatis disini. Alurnya tak terburu-buru, berisi banyak adegan selow, tapi sangat mengikat. Mungkin ini karena filmnya berhasil menarik rasa simpati kita, bahkan saat ia tak begitu yakin akan bagaimana karakter utamanya menemukan penebusan. Itu adalah alasan yang paling sederhana untuk memaafkan. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Hostiles

133 menit
Dewasa
Scott Cooper
Scott Cooper
Scott Cooper, Ken Kao, John Lesher
Masanobu Takayanagi
Max Richter

Friday, June 1, 2018

J.K. Rowling Mulai Kerjakan Skrip ‘Fantastic Beasts 3’

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : J.K. Rowling Mulai Kerjakan Skrip ‘Fantastic Beasts 3’
link : J.K. Rowling Mulai Kerjakan Skrip ‘Fantastic Beasts 3’

Baca juga


Melalui situs resmi miliknya, J.K. Rowling mengumumkan bahwa kini ia sedang menulis skrip ‘Fantastic Beasts 3’.

Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald memang baru akan tayang November ini. Namun meski jadwal rilis ini masih terhitung lama, Warner Bros. bersama penulis J.K. Rowling sudah mulai mengembangkan film berikutnya, yang notabene jadi seri ketiga Fantastic Beasts. Melalui situs resmi miliknya, Rowling mengumumkan bahwa kini ia sedang menulis skrip Fantastic Beasts 3. Di luar itu, ia juga mengakui telah merampungkan novel keempat Galbraith, Lethal White. Dan usai menyelesaikan naskah Fantastic Beasts 3 nanti, Rowling berencana kembali menulis buku untuk anak-anak, karena sudah enam tahun ia tak menghadirkan kisah anak-anak.

Pengumuman Rowling terkait penulisan skrip Fantastic Beasts 3 sendiri mengindikasikan studio cukup percaya diri dengan franchise ber-timeline cerita sebelum Harry Potter ini. Wajar saja, mengingat film pertama Fantastic Beasts (2016) sukses mendulang pendapatan cukup tinggi sebesar $814 juta, padahal filmnya sendiri tampil tanpa karakter sepopuler Harry Potter. Diprediksi performa The Crimes of Grindelwald di box office akan lebih superior, berkat kehadiran salah satu karakter favorit di franchise Harry Potter, yakni Dumbledore. Bedanya, di filmnya nanti Dumbledore akan tampil lebih muda dan diperankan oleh Jude Law.

Jika tak ada arah melintang, studio diketahui berencana membuat lima film Fantastic Beasts, yang kesemuanya ditulis Rowling dan disutradarai David Yates. Sineas ini tentu bukanlah orang baru di franchise dunia sihir, mengingat ia berpengalaman membesut empat film terakhir Harry Potter.

Bicara soal cerita The Crimes of Grindelwald, beberapa bulan pasca Newt membantu proses penangkapan Grindelwald, sang penyihir jahat melarikan diri secara dramatis dan mengumpulkan lebih banyak pengikut untuk melaksanakan rencana membinasakan kaum non-penyihir. Mengetahui aksi sahabatnya yang kini berubah jadi jahat, Dumbledore akhirnya meminta bantuan muridnya, Newt, untuk menghadapi Grindewald. Newt pun kemudian bereuni dengan Tina, Queenie dan Jacob, sebelum akhirnya mereka menyadari misi berbahaya ini ternyata juga akan menguji kesetiaan mereka. Adapun setting Fantastic Beasts 2 akan berada di London dan Paris pada tahun 1927.

Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald akan dirilis 16 November 2018.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Melalui situs resmi miliknya, J.K. Rowling mengumumkan bahwa kini ia sedang menulis skrip ‘Fantastic Beasts 3’.

Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald memang baru akan tayang November ini. Namun meski jadwal rilis ini masih terhitung lama, Warner Bros. bersama penulis J.K. Rowling sudah mulai mengembangkan film berikutnya, yang notabene jadi seri ketiga Fantastic Beasts. Melalui situs resmi miliknya, Rowling mengumumkan bahwa kini ia sedang menulis skrip Fantastic Beasts 3. Di luar itu, ia juga mengakui telah merampungkan novel keempat Galbraith, Lethal White. Dan usai menyelesaikan naskah Fantastic Beasts 3 nanti, Rowling berencana kembali menulis buku untuk anak-anak, karena sudah enam tahun ia tak menghadirkan kisah anak-anak.

Pengumuman Rowling terkait penulisan skrip Fantastic Beasts 3 sendiri mengindikasikan studio cukup percaya diri dengan franchise ber-timeline cerita sebelum Harry Potter ini. Wajar saja, mengingat film pertama Fantastic Beasts (2016) sukses mendulang pendapatan cukup tinggi sebesar $814 juta, padahal filmnya sendiri tampil tanpa karakter sepopuler Harry Potter. Diprediksi performa The Crimes of Grindelwald di box office akan lebih superior, berkat kehadiran salah satu karakter favorit di franchise Harry Potter, yakni Dumbledore. Bedanya, di filmnya nanti Dumbledore akan tampil lebih muda dan diperankan oleh Jude Law.

Jika tak ada arah melintang, studio diketahui berencana membuat lima film Fantastic Beasts, yang kesemuanya ditulis Rowling dan disutradarai David Yates. Sineas ini tentu bukanlah orang baru di franchise dunia sihir, mengingat ia berpengalaman membesut empat film terakhir Harry Potter.

Bicara soal cerita The Crimes of Grindelwald, beberapa bulan pasca Newt membantu proses penangkapan Grindelwald, sang penyihir jahat melarikan diri secara dramatis dan mengumpulkan lebih banyak pengikut untuk melaksanakan rencana membinasakan kaum non-penyihir. Mengetahui aksi sahabatnya yang kini berubah jadi jahat, Dumbledore akhirnya meminta bantuan muridnya, Newt, untuk menghadapi Grindewald. Newt pun kemudian bereuni dengan Tina, Queenie dan Jacob, sebelum akhirnya mereka menyadari misi berbahaya ini ternyata juga akan menguji kesetiaan mereka. Adapun setting Fantastic Beasts 2 akan berada di London dan Paris pada tahun 1927.

Fantastic Beasts: The Crimes of Grindelwald akan dirilis 16 November 2018.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Spin-Off Spider-Man ‘Silver & Black’ Ditangguhkan

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Spin-Off Spider-Man ‘Silver & Black’ Ditangguhkan
link : Spin-Off Spider-Man ‘Silver & Black’ Ditangguhkan

Baca juga


Sebuah langkah mengecewakan baru saja ditempuh Sony untuk spin-off Spider-Man kedua setelah ‘Venom’, yaitu ‘Silver & Black’.

Sebuah langkah mengecewakan baru saja ditempuh Sony untuk spin-off Spider-Man kedua setelah Venom, yaitu Silver & Black. Semula dijadwalkan rilis 18 Februari 2019, kini studio memutuskan untuk menunda Silver & Black dan sayangnya, tak memberikan tanggal tayang baru. Dengan kata lain, spin-off berkarakter utama perempuan ini ditangguhkan, dan jika sebuah film bernasib demikian, seringkali ia akan berakhir terjebak di development hell atau bahkan batal diproduksi.

FYI, film Silver & Black sendiri mengusung karakter utama Silver Sable dan Black Cat, dua antihero yang kadangkala menjadi musuh Spider-Man. Di komiknya, Silver Cable adalah seorang pembunuh bayaran merangkap CEO sebuah perusahaan, sedangkan Black Cat adalah pencuri ulung yang lihai berakrobat. Rumor yang beredar menyebut, film ini akan mengusung Kraven the Hunter sebagai villain, dan hal ini pun terdengar menarik karena Kraven adalah salah satu musuh terkuat Spider-Man.

Lebih jauh lagi, ada spekulasi yang mengklaim Norman Osborn versi Marvel Cinematic Universe akan debut di Silver & Black, dan ia akan muncul sekilas layaknya perkenalan Thanos di MCU. Kendati semesta film spin-off Spider-Man yang dibangun Sony akan berdiri sendiri, Kevin Feige selaku pimpinan Marvel Studios pernah mengklarifikasi bahwa cinematic universe milik Sony masih bisa dihubungkan dengan MCU. Alhasil, hal ini memungkinkan Norman Osborn dari MCU muncul di Silver & Black, jika spekulasi tadi terbukti benar.

Silver & Black sendiri akan disutradarai Gina Prince-Bythewood, yang dikenal lewat The Secret Life of Bees. Belum diketahui apa alasan Sony menangguhkan pengembangan spin-off ini. Namun THR mengabarkan, masih ada harapan bagi Silver & Black untuk diproduksi, terlebih jika spin-off perdana dari Sony’s Marvel Universe, Venom, meraih kesuksesan baik secara kritikal maupun finansial.

Rencananya Venom akan dirilis 5 Oktober 2018.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Sebuah langkah mengecewakan baru saja ditempuh Sony untuk spin-off Spider-Man kedua setelah ‘Venom’, yaitu ‘Silver & Black’.

Sebuah langkah mengecewakan baru saja ditempuh Sony untuk spin-off Spider-Man kedua setelah Venom, yaitu Silver & Black. Semula dijadwalkan rilis 18 Februari 2019, kini studio memutuskan untuk menunda Silver & Black dan sayangnya, tak memberikan tanggal tayang baru. Dengan kata lain, spin-off berkarakter utama perempuan ini ditangguhkan, dan jika sebuah film bernasib demikian, seringkali ia akan berakhir terjebak di development hell atau bahkan batal diproduksi.

FYI, film Silver & Black sendiri mengusung karakter utama Silver Sable dan Black Cat, dua antihero yang kadangkala menjadi musuh Spider-Man. Di komiknya, Silver Cable adalah seorang pembunuh bayaran merangkap CEO sebuah perusahaan, sedangkan Black Cat adalah pencuri ulung yang lihai berakrobat. Rumor yang beredar menyebut, film ini akan mengusung Kraven the Hunter sebagai villain, dan hal ini pun terdengar menarik karena Kraven adalah salah satu musuh terkuat Spider-Man.

Lebih jauh lagi, ada spekulasi yang mengklaim Norman Osborn versi Marvel Cinematic Universe akan debut di Silver & Black, dan ia akan muncul sekilas layaknya perkenalan Thanos di MCU. Kendati semesta film spin-off Spider-Man yang dibangun Sony akan berdiri sendiri, Kevin Feige selaku pimpinan Marvel Studios pernah mengklarifikasi bahwa cinematic universe milik Sony masih bisa dihubungkan dengan MCU. Alhasil, hal ini memungkinkan Norman Osborn dari MCU muncul di Silver & Black, jika spekulasi tadi terbukti benar.

Silver & Black sendiri akan disutradarai Gina Prince-Bythewood, yang dikenal lewat The Secret Life of Bees. Belum diketahui apa alasan Sony menangguhkan pengembangan spin-off ini. Namun THR mengabarkan, masih ada harapan bagi Silver & Black untuk diproduksi, terlebih jika spin-off perdana dari Sony’s Marvel Universe, Venom, meraih kesuksesan baik secara kritikal maupun finansial.

Rencananya Venom akan dirilis 5 Oktober 2018.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Thursday, May 31, 2018

Jelang Syuting, Remake ‘The Crow’ Kehilangan Jason Momoa & Sutradara

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Jelang Syuting, Remake ‘The Crow’ Kehilangan Jason Momoa & Sutradara
link : Jelang Syuting, Remake ‘The Crow’ Kehilangan Jason Momoa & Sutradara

Baca juga


Jelang proses syutingnya yang akan bergulir dalam waktu dekat, remake ‘The Crow’ kehilangan sang lakon utama Jason Momoa dan sutradara Corin Hardy.

Selama masa pengembangannya, remake The Crow diketahui kerap dirundung masalah, mulai dari kehilangan sutradara hingga mundurnya aktor utama, Kini jelang proses syutingnya yang akan bergulir dalam waktu dekat, masalah yang sama kembali terulang, menyusul sang lakon utama Jason Momoa dan sutradara Corin Hardy.

Sementara Hardy masih belum angkat bicara, aktor Aquaman secara resmi meminta maaf lantaran ia merasa telah mengecewakan pihak pembuat film maupun fans. Momoa juga mengakui ia telah menunggu selama 8 tahun untuk bisa mendapatkan peran Eric Draven, karakter utama The Crow. Di akhir pernyataannya, Momoa mengungkapkan ia baru siap bermain jika proyek remake The Crow sudah “tepat”. Hal ini tentu mengindikasikan ada yang tak beres dalam pembuatan The Crow, entah itu dari aspek cerita, budget ataupun jadwal produksi.

Dugaan ini pun semakin diperkuat oleh laporan Deadline. Menurut sumber, Sony Pictures selaku pihak distributor khawatir dengan ketidakmampuan rumah produksi Davis Films dalam mengatur budget dan konsep kreatif yang tepat untuk The Crow. Kekhawatiran Sony dan kapabilitas Davis Films yang meragukan inilah yang diklaim melatarbelakangi alasan Momoa dan Hardy untuk hengkang. Kini nasib film adaptasi novel karya James O’Barr ini menjadi tidak jelas, padahal kru film kabarnya akan meluncur ke Budapest untuk persiapan syuting.

Kehilangan pemain dan sutradara bukan hal baru dalam pengembangan remake The Crow. Sebelumnya, beberapa sutradara yang pernah terlibat meliputi Stephen Norrington, Nick Cave, Juan Carlos Fresnadillo dan F. Javier Gutierrezz. Sementara untuk peran Eric Draven sempat dikaitkan dengan Mark Wahlberg, Bradley Cooper, James McAvoy, Luke Evans dan Jack Huston.

Di luar isu pergantian pemain dan sutradara, The Crow juga hampir batal dibuat lantaran studio yang memotori proyek remake ini, Relativity Media, harus gulung tikar. Namun akhirnya nasib The Crow terselamatkan setelah Sony mengambil alih sebagai distributor baru. Sayangnya, kabar terbaru menyebut posisi The Crow rupanya belum sepenuhnya aman, karena ada kemungkinan Sony akan ikut mundur setelah ditinggalkan Momoa dan Hardy. Kini jadwal rilis 11 Oktober 2019 yang ditentukan Sony untuk The Crow dipertanyakan.

FYI, film perdana The Crow dirilis 1994 dan dibintangi Brandon Lee sebagai pemeran utama. Dengan atmosfer kelam dan suram, film ini mengisahkan seorang penyanyi rock bernama Eric Draven yang bangkit dari kematian untuk menuntut balas pembunuhnya yang juga bertanggung jawab atas kematian tunangannya. Selain menjadi film cult, The Crow juga mendapat banyak sorotan lantaran Lee tewas akibat insiden di lokasi syuting film tersebut.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Jelang proses syutingnya yang akan bergulir dalam waktu dekat, remake ‘The Crow’ kehilangan sang lakon utama Jason Momoa dan sutradara Corin Hardy.

Selama masa pengembangannya, remake The Crow diketahui kerap dirundung masalah, mulai dari kehilangan sutradara hingga mundurnya aktor utama, Kini jelang proses syutingnya yang akan bergulir dalam waktu dekat, masalah yang sama kembali terulang, menyusul sang lakon utama Jason Momoa dan sutradara Corin Hardy.

Sementara Hardy masih belum angkat bicara, aktor Aquaman secara resmi meminta maaf lantaran ia merasa telah mengecewakan pihak pembuat film maupun fans. Momoa juga mengakui ia telah menunggu selama 8 tahun untuk bisa mendapatkan peran Eric Draven, karakter utama The Crow. Di akhir pernyataannya, Momoa mengungkapkan ia baru siap bermain jika proyek remake The Crow sudah “tepat”. Hal ini tentu mengindikasikan ada yang tak beres dalam pembuatan The Crow, entah itu dari aspek cerita, budget ataupun jadwal produksi.

Dugaan ini pun semakin diperkuat oleh laporan Deadline. Menurut sumber, Sony Pictures selaku pihak distributor khawatir dengan ketidakmampuan rumah produksi Davis Films dalam mengatur budget dan konsep kreatif yang tepat untuk The Crow. Kekhawatiran Sony dan kapabilitas Davis Films yang meragukan inilah yang diklaim melatarbelakangi alasan Momoa dan Hardy untuk hengkang. Kini nasib film adaptasi novel karya James O’Barr ini menjadi tidak jelas, padahal kru film kabarnya akan meluncur ke Budapest untuk persiapan syuting.

Kehilangan pemain dan sutradara bukan hal baru dalam pengembangan remake The Crow. Sebelumnya, beberapa sutradara yang pernah terlibat meliputi Stephen Norrington, Nick Cave, Juan Carlos Fresnadillo dan F. Javier Gutierrezz. Sementara untuk peran Eric Draven sempat dikaitkan dengan Mark Wahlberg, Bradley Cooper, James McAvoy, Luke Evans dan Jack Huston.

Di luar isu pergantian pemain dan sutradara, The Crow juga hampir batal dibuat lantaran studio yang memotori proyek remake ini, Relativity Media, harus gulung tikar. Namun akhirnya nasib The Crow terselamatkan setelah Sony mengambil alih sebagai distributor baru. Sayangnya, kabar terbaru menyebut posisi The Crow rupanya belum sepenuhnya aman, karena ada kemungkinan Sony akan ikut mundur setelah ditinggalkan Momoa dan Hardy. Kini jadwal rilis 11 Oktober 2019 yang ditentukan Sony untuk The Crow dipertanyakan.

FYI, film perdana The Crow dirilis 1994 dan dibintangi Brandon Lee sebagai pemeran utama. Dengan atmosfer kelam dan suram, film ini mengisahkan seorang penyanyi rock bernama Eric Draven yang bangkit dari kematian untuk menuntut balas pembunuhnya yang juga bertanggung jawab atas kematian tunangannya. Selain menjadi film cult, The Crow juga mendapat banyak sorotan lantaran Lee tewas akibat insiden di lokasi syuting film tersebut.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Tom Cruise Rilis Foto Pertama ‘Top Gun 2’

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Tom Cruise Rilis Foto Pertama ‘Top Gun 2’
link : Tom Cruise Rilis Foto Pertama ‘Top Gun 2’

Baca juga


Tom Cruise resmi kembali menjadi pilot jet tempur seiring ia merilis foto pertamanya untuk ‘Top Gun: Maverick’.

Tom Cruise resmi kembali menjadi pilot jet tempur seiring ia merilis foto pertamanya untuk Top Gun 2. Foto yang dibagikan Cruise melalui Instagram ini pun menandai dimulainya proses syuting sekuel dari film action era 80-an yang melejitkan nama sang aktor. Lebih dari itu, foto ini juga mencantumkan tulisan “feel the need”, yang merujuk pada salah satu kalimat paling populer dari film pertamanya.

Sebagai informasi, sekuel ini sendiri mengusung judul Top Gun: Maverick, dimana sub judul filmnya diambil dari nama karakter Cruise di film. Semula film ini akan kembali disutradarai Tony Scott, sebelum rencana ini diurungkan lantaran sang sineas tutup usia pada 2012 silam. Lima tahun berselang, Top Gun: Maverick akhirnya merekrut Joseph Kosinski (Tron: Legacy) sebagai sutradara. Kosinski diketahui pernah menggarap film action Cruise yang bertajuk Oblivion.

Selain Cruise, belum ada pemain lain yang resmi terlibat di film produksi Paramount, studio di balik franchise film action Cruise, Mission: Impossible. Namun lawan main Cruise di film pertama, Val Kilmer, mengaku tertarik kembali sebagai pilot Tom Kazanski a.k.a. Iceman.

Meski untuk saat ini detail cerita masih minim, Top Gun 2 diakui Cruise masih mengusung tema persaingan layaknya film terdahulu. Namun Cruise menilai persaingan ini akan mempengaruhi perkembangan Maverick baik sebagai seorang pilot maupun pribadi. Kabar lain juga menyebutkan, sekuel ini akan menampilkan drone yang dipandang sebagai ancaman bagi karir pilot pesawat tempur lantaran dibekali teknologi yang lebih canggih dan efektifitas yang lebih baik.

Top Gun: Maverick akan dirilis 12 Juli 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Tom Cruise resmi kembali menjadi pilot jet tempur seiring ia merilis foto pertamanya untuk ‘Top Gun: Maverick’.

Tom Cruise resmi kembali menjadi pilot jet tempur seiring ia merilis foto pertamanya untuk Top Gun 2. Foto yang dibagikan Cruise melalui Instagram ini pun menandai dimulainya proses syuting sekuel dari film action era 80-an yang melejitkan nama sang aktor. Lebih dari itu, foto ini juga mencantumkan tulisan “feel the need”, yang merujuk pada salah satu kalimat paling populer dari film pertamanya.

Sebagai informasi, sekuel ini sendiri mengusung judul Top Gun: Maverick, dimana sub judul filmnya diambil dari nama karakter Cruise di film. Semula film ini akan kembali disutradarai Tony Scott, sebelum rencana ini diurungkan lantaran sang sineas tutup usia pada 2012 silam. Lima tahun berselang, Top Gun: Maverick akhirnya merekrut Joseph Kosinski (Tron: Legacy) sebagai sutradara. Kosinski diketahui pernah menggarap film action Cruise yang bertajuk Oblivion.

Selain Cruise, belum ada pemain lain yang resmi terlibat di film produksi Paramount, studio di balik franchise film action Cruise, Mission: Impossible. Namun lawan main Cruise di film pertama, Val Kilmer, mengaku tertarik kembali sebagai pilot Tom Kazanski a.k.a. Iceman.

Meski untuk saat ini detail cerita masih minim, Top Gun 2 diakui Cruise masih mengusung tema persaingan layaknya film terdahulu. Namun Cruise menilai persaingan ini akan mempengaruhi perkembangan Maverick baik sebagai seorang pilot maupun pribadi. Kabar lain juga menyebutkan, sekuel ini akan menampilkan drone yang dipandang sebagai ancaman bagi karir pilot pesawat tempur lantaran dibekali teknologi yang lebih canggih dan efektifitas yang lebih baik.

Top Gun: Maverick akan dirilis 12 Juli 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem