Thursday, June 28, 2018

Review Film: 'Hereditary' (2018)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Drama, Artikel Horor, Artikel Misteri, Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Hereditary' (2018)
link : Review Film: 'Hereditary' (2018)

Baca juga


Barangkali salah satu film paling intens yang pernah saya tonton. Namun soal klaim 'yang terseram', tunggu dulu.

“Who's going to take care of me?”
— Charlie Graham
Rating UP:
Kita tak bisa memilih dari keluarga mana kita lahir. Ada beberapa hal yang mau tak mau harus kita terima begitu saja. Tak bisa protes, karena itu sudah turunan. Demikianlah yang dialami keluarga Graham. Keluarga ini sepertinya selalu dikutuk dengan kemalangan dalam bentuk penyakit kejiwaan. Hereditary membawa istilah "warisan" ke sisi yang paling ekstrim, dan untuk itu, Ari Aster menyajikannya lewat pendekatan yang sangat intens. Barangkali salah satu film paling intens yang pernah saya tonton. Namun soal klaim "yang terseram", tunggu dulu.

Seram itu relatif. Bagi saya yang anak kosan, hal yang terseram tetaplah tanggal tua. Okefine, garing. Lanjut.


Menyebutnya plek sebagai film horor mungkin akan membuat sebagian penonton kasual kecele. Horor memang, bahkan di satu titik masuk ke ranah supranatural, tapi bukan horor yang berfokus pada hantu-hantuan atau sadis-sadisan belaka. Memang ada adegan penampakan dan barang yang bergerak sendiri serta bagian yang berdarah-darah, namun bukan aktivitas paranormal yang membuat kita takut. Alih-alih, ia menggunakan elemen supranatural untuk mengeksplorasi tragedi emosional. Kita ngeri akan apa yang mungkin bakal menimpa mereka atau apa yang mungkin bakal mereka lakukan.

Ini sukses membuat kita duduk tak nyaman nyaris sepanjang durasi berkat kelihaian pembuatnya dalam membangun atmosfer. Kita langsung bisa menyadari bahwa kita berada di tangan sutradara yang mantap, terlepas dari fakta bahwa ini adalah film panjang pertamanya. Horornya berasal dari sumber teror yang paling hakiki, yaitu realitas jiwa manusia itu sendiri. Namun ini juga membuatnya menjadi film yang pelik. Ia berusaha begitu dekat dengan dunia nyata sampai printilan-printilan cela yang biasanya saya abaikan dalam sebuah film horor tradisional menyentil logika saya berkali-kali, yang jujur saja mengganggu kenikmatan menonton.

Apa yang akan menimpa keluarga Graham, silakan anda temukan sendiri. Tapi saya bisa memberi tahu apa yang baru saja mereka alami. Film dibuka dengan pemakaman. Nenek baru saja meninggal. Meski berduka, Annie (Toni Collette) bilang bahwa ia tak pernah dekat-dekat amat dengan ibunya tersebut. Sang ibu, katanya, adalah orang tertutup yang hanya mau bergaul dengan teman-teman eksklusifnya.

Yang bermasalah bukan cuma si nenek. Anak sulung Annie, Peter (Alex Wolff) adalah remaja canggung yang suka bengong dan ngerokok ganja. Sementara anak bungsunya, Charlie (Milly Shapiro)... sangat aneh. Betul-betul aneh. Ia suka bikin suara "klok" dengan mulut, rajin membuat gambar-gambar seram di buku catatan, dan itu buat apa potongan kepala dari bangkai burung dikantongin. Cuma si ayah (Gabriel Byrne) yang kelihatan agak normal.

Bagaimana dengan Annie? Ia sendiri bahkan tak yakin dengan kesehatan mentalnya. Pernah dulu ia melakukan sesuatu saat sleepwalking yang nyaris membahayakan nyawa kedua anaknya. Di hari biasa, Annie adalah seniman miniatur yang sedang punya proyek komersil, tapi malah membuat membuat miniatur rumahnya sendiri, termasuk reka ulang dari beberapa tragedi yang menimpa keluarganya. Apakah ini perwujudan dari hasratnya yang ingin mengontrol nasib keluarga yang tak bisa ia kendalikan? Atau... atau...

Yang jelas, kematian si nenek memicu kemalangan berturut-turut yang tak terduga buat mereka, yang sebaiknya tak saya ungkap. Film ini bahkan berani mengambil pilihan naratif yang sangat mengejutkan di paruh awal film, saya sampai tak mempercayai apa yang baru saja saya lihat. Setiap tragedi baru terjadi, keluarga ini semakin hancur dan anggotanya semakin menjauh. Kemudian masuklah Joan (Ann Dowd), ibu-ibu simpatik yang baru saja kehilangan anaknya, yang kemudian menunjukkan Annie cara untuk berkomunikasi dengan orang yang sudah mati.

Ada semacam sense of confusion yang terasa hadir, namun agaknya ini disengaja karena Aster menempatkan kita langsung di tengah-tengah keluarga Graham. Setidaknya sampai momen klimaks, kita tak tahu apakah yang kita lihat benar-benar terjadi atau tidak. Yang menuntun kita adalah penampilan kuat dari pemainnya, terutama Collette. Annie Graham adalah karakter yang kompleks, dan Collette sukses membawakannya. Ia mampu berpindah emosi secara ekstrim dalam waktu singkat, bahkan dalam satu adegan. Ini adalah akting yang istimewa, bukan hanya dalam konteks horor saja. Penampilannya menyayat hati. Wolff memberikan akting yang sangat ganjil, tak seperti akting yang biasa kita lihat. Tapi worked dan sangat intens.

Tak hanya urusan aktor, Aster juga mengomandoi penuh filmnya secara teknis. Secara audio-visual, film ini sempurna. Sinematografi suram dari Pawel Pogorzleski, scoring mencekam dari Colin Stetson, dan penguasaan ruang dan tempat oleh Aster menciptakan sensasi kengerian nanggung-nanggung sedap dimana kita selalu mengantisipasi sesuatu yang buruk bakal terjadi. Kita dikondisikan berada di posisi "hampir" sepanjang waktu; tegang tapi berhenti tepat sebelum klimaks. Begitu terus, berulang-ulang. Sedari awal, Aster sudah menanamkan beberapa foreshadowing dan petunjuk untuk membantu kita mencerna detil plot sekaligus memainkan ekspektasi. Dan ketika itu terjadi, ia tak disajikan lewat jumpscares melainkan imagery pembuat syok yang kemungkinan besar akan terpatri lama di benak kita.

Meski begitu, saya tak menyukai film ini sebesar yang saya harapkan. Film ini menjaga ketegangannya hampir selama satu jam lebih, tapi kemudian meloncat keluar rel di paruh akhir. Meteran suspension of disbelief saya sudah hampir lewat batas maksimal saat film beberapa kali menyederhanakan logika demi kenyamanan plot, dan akhirnya jebol juga di bagian klimaks. Saya tak bisa bicara secara detail karena ini mengharuskan saya membeberkan spoiler. Namun yang jelas, ini mengingatkan saya pada The Witch. Namun The Witch punya keuntungan karena skalanya yang sempit; ia sukses berkat setting-nya di masa lampau dan dalam lingkup yang sangat terbatas. Hereditary tak punya keuntungan ini dan jelas sulit bagi Aster untuk membuat situasi yang mencengangkan nanti bisa meyakinkan.

Sekarang, saya bingung. Saya kagum dengan keterampilan pembuatnya. Maksud saya, atmosfernya benar-benar membuat bergidik. Saya juga sangat larut dengan dinamika keluarga Graham. Namun cela logika dasar dan loncatan tone di bagian akhir meninggalkan rasa asam setelah menonton. Mungkin kalau nonton sekali lagi bakal lebih suka.

Eh tunggu, kayaknya tidak jadi deh. Nontonnya capek. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Hereditary

127 menit
Dewasa
Ari Aster
Ari Aster
Kevin Frakes, Lars Knudsen, Buddy Patrick
Pawel Pogorzelski
Colin Stetson

Barangkali salah satu film paling intens yang pernah saya tonton. Namun soal klaim 'yang terseram', tunggu dulu.

“Who's going to take care of me?”
— Charlie Graham
Rating UP:
Kita tak bisa memilih dari keluarga mana kita lahir. Ada beberapa hal yang mau tak mau harus kita terima begitu saja. Tak bisa protes, karena itu sudah turunan. Demikianlah yang dialami keluarga Graham. Keluarga ini sepertinya selalu dikutuk dengan kemalangan dalam bentuk penyakit kejiwaan. Hereditary membawa istilah "warisan" ke sisi yang paling ekstrim, dan untuk itu, Ari Aster menyajikannya lewat pendekatan yang sangat intens. Barangkali salah satu film paling intens yang pernah saya tonton. Namun soal klaim "yang terseram", tunggu dulu.

Seram itu relatif. Bagi saya yang anak kosan, hal yang terseram tetaplah tanggal tua. Okefine, garing. Lanjut.


Menyebutnya plek sebagai film horor mungkin akan membuat sebagian penonton kasual kecele. Horor memang, bahkan di satu titik masuk ke ranah supranatural, tapi bukan horor yang berfokus pada hantu-hantuan atau sadis-sadisan belaka. Memang ada adegan penampakan dan barang yang bergerak sendiri serta bagian yang berdarah-darah, namun bukan aktivitas paranormal yang membuat kita takut. Alih-alih, ia menggunakan elemen supranatural untuk mengeksplorasi tragedi emosional. Kita ngeri akan apa yang mungkin bakal menimpa mereka atau apa yang mungkin bakal mereka lakukan.

Ini sukses membuat kita duduk tak nyaman nyaris sepanjang durasi berkat kelihaian pembuatnya dalam membangun atmosfer. Kita langsung bisa menyadari bahwa kita berada di tangan sutradara yang mantap, terlepas dari fakta bahwa ini adalah film panjang pertamanya. Horornya berasal dari sumber teror yang paling hakiki, yaitu realitas jiwa manusia itu sendiri. Namun ini juga membuatnya menjadi film yang pelik. Ia berusaha begitu dekat dengan dunia nyata sampai printilan-printilan cela yang biasanya saya abaikan dalam sebuah film horor tradisional menyentil logika saya berkali-kali, yang jujur saja mengganggu kenikmatan menonton.

Apa yang akan menimpa keluarga Graham, silakan anda temukan sendiri. Tapi saya bisa memberi tahu apa yang baru saja mereka alami. Film dibuka dengan pemakaman. Nenek baru saja meninggal. Meski berduka, Annie (Toni Collette) bilang bahwa ia tak pernah dekat-dekat amat dengan ibunya tersebut. Sang ibu, katanya, adalah orang tertutup yang hanya mau bergaul dengan teman-teman eksklusifnya.

Yang bermasalah bukan cuma si nenek. Anak sulung Annie, Peter (Alex Wolff) adalah remaja canggung yang suka bengong dan ngerokok ganja. Sementara anak bungsunya, Charlie (Milly Shapiro)... sangat aneh. Betul-betul aneh. Ia suka bikin suara "klok" dengan mulut, rajin membuat gambar-gambar seram di buku catatan, dan itu buat apa potongan kepala dari bangkai burung dikantongin. Cuma si ayah (Gabriel Byrne) yang kelihatan agak normal.

Bagaimana dengan Annie? Ia sendiri bahkan tak yakin dengan kesehatan mentalnya. Pernah dulu ia melakukan sesuatu saat sleepwalking yang nyaris membahayakan nyawa kedua anaknya. Di hari biasa, Annie adalah seniman miniatur yang sedang punya proyek komersil, tapi malah membuat membuat miniatur rumahnya sendiri, termasuk reka ulang dari beberapa tragedi yang menimpa keluarganya. Apakah ini perwujudan dari hasratnya yang ingin mengontrol nasib keluarga yang tak bisa ia kendalikan? Atau... atau...

Yang jelas, kematian si nenek memicu kemalangan berturut-turut yang tak terduga buat mereka, yang sebaiknya tak saya ungkap. Film ini bahkan berani mengambil pilihan naratif yang sangat mengejutkan di paruh awal film, saya sampai tak mempercayai apa yang baru saja saya lihat. Setiap tragedi baru terjadi, keluarga ini semakin hancur dan anggotanya semakin menjauh. Kemudian masuklah Joan (Ann Dowd), ibu-ibu simpatik yang baru saja kehilangan anaknya, yang kemudian menunjukkan Annie cara untuk berkomunikasi dengan orang yang sudah mati.

Ada semacam sense of confusion yang terasa hadir, namun agaknya ini disengaja karena Aster menempatkan kita langsung di tengah-tengah keluarga Graham. Setidaknya sampai momen klimaks, kita tak tahu apakah yang kita lihat benar-benar terjadi atau tidak. Yang menuntun kita adalah penampilan kuat dari pemainnya, terutama Collette. Annie Graham adalah karakter yang kompleks, dan Collette sukses membawakannya. Ia mampu berpindah emosi secara ekstrim dalam waktu singkat, bahkan dalam satu adegan. Ini adalah akting yang istimewa, bukan hanya dalam konteks horor saja. Penampilannya menyayat hati. Wolff memberikan akting yang sangat ganjil, tak seperti akting yang biasa kita lihat. Tapi worked dan sangat intens.

Tak hanya urusan aktor, Aster juga mengomandoi penuh filmnya secara teknis. Secara audio-visual, film ini sempurna. Sinematografi suram dari Pawel Pogorzleski, scoring mencekam dari Colin Stetson, dan penguasaan ruang dan tempat oleh Aster menciptakan sensasi kengerian nanggung-nanggung sedap dimana kita selalu mengantisipasi sesuatu yang buruk bakal terjadi. Kita dikondisikan berada di posisi "hampir" sepanjang waktu; tegang tapi berhenti tepat sebelum klimaks. Begitu terus, berulang-ulang. Sedari awal, Aster sudah menanamkan beberapa foreshadowing dan petunjuk untuk membantu kita mencerna detil plot sekaligus memainkan ekspektasi. Dan ketika itu terjadi, ia tak disajikan lewat jumpscares melainkan imagery pembuat syok yang kemungkinan besar akan terpatri lama di benak kita.

Meski begitu, saya tak menyukai film ini sebesar yang saya harapkan. Film ini menjaga ketegangannya hampir selama satu jam lebih, tapi kemudian meloncat keluar rel di paruh akhir. Meteran suspension of disbelief saya sudah hampir lewat batas maksimal saat film beberapa kali menyederhanakan logika demi kenyamanan plot, dan akhirnya jebol juga di bagian klimaks. Saya tak bisa bicara secara detail karena ini mengharuskan saya membeberkan spoiler. Namun yang jelas, ini mengingatkan saya pada The Witch. Namun The Witch punya keuntungan karena skalanya yang sempit; ia sukses berkat setting-nya di masa lampau dan dalam lingkup yang sangat terbatas. Hereditary tak punya keuntungan ini dan jelas sulit bagi Aster untuk membuat situasi yang mencengangkan nanti bisa meyakinkan.

Sekarang, saya bingung. Saya kagum dengan keterampilan pembuatnya. Maksud saya, atmosfernya benar-benar membuat bergidik. Saya juga sangat larut dengan dinamika keluarga Graham. Namun cela logika dasar dan loncatan tone di bagian akhir meninggalkan rasa asam setelah menonton. Mungkin kalau nonton sekali lagi bakal lebih suka.

Eh tunggu, kayaknya tidak jadi deh. Nontonnya capek. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Hereditary

127 menit
Dewasa
Ari Aster
Ari Aster
Kevin Frakes, Lars Knudsen, Buddy Patrick
Pawel Pogorzelski
Colin Stetson

Wednesday, June 27, 2018

Jared Leto akan Jadi Vampire di Spin-Off Spider-Man ‘Morbius’

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Jared Leto akan Jadi Vampire di Spin-Off Spider-Man ‘Morbius’
link : Jared Leto akan Jadi Vampire di Spin-Off Spider-Man ‘Morbius’

Baca juga


Tak puas hanya memerankan Joker dari DC, Jared Leto pun akhirnya mencaplok karakter vampire dari Marvel yang bernama Morbius.

Tak puas bisa memerankan Joker dari DC, Jared Leto pun akhirnya mencaplok karakter dari Marvel yang bernama Morbius. Karakter berjuluk The Living Vampire ini nantinya diperankan Leto dalam film spin-off Spider-Man produksi Sony Pictures, dimana pembesut film thriller sci-fi Life (2017), Daniel Espinosa, terpilih sebagai sutradara.

Menurut kabar dari Variety, Leto sempat bertemu sejumlah sutradara sebelum ia setuju membintangi film berjudul Morbius ini. Pertemuan ini dilakukan Leto karena ia ingin memastikan proyek film ini ditangani dengan tepat, dan selepas bertemu Espinosa bulan lalu di Jerman saat menggelar tur bersama bandnya Thirty Seconds to Mars, Leto akhirnya merasa yakin untuk bergabung di Morbius. Naskah filmnya sendiri ditulis Burk Sharpless dan Matt Sazama (Lost in Space).

FYI, Morbius the Living Vampire mengawali debutnya di komik The Amazing Spider-Man #101. Secara teknis, sebenarnya Morbius bukanlah vampire tulen. Sebab, jiwa makhluk penghisap darah tumbuh dalam diri Morbius, setelah ia melakukan eksperimen terhadap dirinya untuk mengobati penyakit darah langka. Pasca eksperimen ini berakhir gagal, Morbius memiliki taring dan membutuhkan darah untuk bertahan hidup. Meski gigitan Morbius bisa mematikan, korbannya tak berubah menjadi vampire.Dalam komiknya, Morius dikenal sebagai salah satu musuh Spider-Man.

Sebelum Morbius, Leto sempat memerankan karakter komik dengan bermain di Suicide Squad sebagai Joker. Kendati film DC Extended Universe ini dibanjiri kritik pedas, ia terhitung sukses secara finansial, hingga menelurkan satu sekuel (Suicide Squad 2), diikuti dua spin-off berupa film Harley Quinn plus film Joker Leto. Sementara ketiga proyek tersebut belum memiliki jadwal syuting, Morbius kabarnya berpotensi syuting tahun 2018 ini. Alhasil, kemungkinan Leto akan beraksi terlebih dahulu sebagai sang vampire, sebelum kembali memerankan musuh ikonik Batman.

Untuk saat ini, ada beberapa spin-off Spider-Man yang dikembangkan Sony selain Morbius, yakni Silver and Black, Silk dan Nightwatch. Sedangkan Venom – spin-off Spider-Man perdana dari Sony – siap dirilis 5 Oktober 2018.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Tak puas hanya memerankan Joker dari DC, Jared Leto pun akhirnya mencaplok karakter vampire dari Marvel yang bernama Morbius.

Tak puas bisa memerankan Joker dari DC, Jared Leto pun akhirnya mencaplok karakter dari Marvel yang bernama Morbius. Karakter berjuluk The Living Vampire ini nantinya diperankan Leto dalam film spin-off Spider-Man produksi Sony Pictures, dimana pembesut film thriller sci-fi Life (2017), Daniel Espinosa, terpilih sebagai sutradara.

Menurut kabar dari Variety, Leto sempat bertemu sejumlah sutradara sebelum ia setuju membintangi film berjudul Morbius ini. Pertemuan ini dilakukan Leto karena ia ingin memastikan proyek film ini ditangani dengan tepat, dan selepas bertemu Espinosa bulan lalu di Jerman saat menggelar tur bersama bandnya Thirty Seconds to Mars, Leto akhirnya merasa yakin untuk bergabung di Morbius. Naskah filmnya sendiri ditulis Burk Sharpless dan Matt Sazama (Lost in Space).

FYI, Morbius the Living Vampire mengawali debutnya di komik The Amazing Spider-Man #101. Secara teknis, sebenarnya Morbius bukanlah vampire tulen. Sebab, jiwa makhluk penghisap darah tumbuh dalam diri Morbius, setelah ia melakukan eksperimen terhadap dirinya untuk mengobati penyakit darah langka. Pasca eksperimen ini berakhir gagal, Morbius memiliki taring dan membutuhkan darah untuk bertahan hidup. Meski gigitan Morbius bisa mematikan, korbannya tak berubah menjadi vampire.Dalam komiknya, Morius dikenal sebagai salah satu musuh Spider-Man.

Sebelum Morbius, Leto sempat memerankan karakter komik dengan bermain di Suicide Squad sebagai Joker. Kendati film DC Extended Universe ini dibanjiri kritik pedas, ia terhitung sukses secara finansial, hingga menelurkan satu sekuel (Suicide Squad 2), diikuti dua spin-off berupa film Harley Quinn plus film Joker Leto. Sementara ketiga proyek tersebut belum memiliki jadwal syuting, Morbius kabarnya berpotensi syuting tahun 2018 ini. Alhasil, kemungkinan Leto akan beraksi terlebih dahulu sebagai sang vampire, sebelum kembali memerankan musuh ikonik Batman.

Untuk saat ini, ada beberapa spin-off Spider-Man yang dikembangkan Sony selain Morbius, yakni Silver and Black, Silk dan Nightwatch. Sedangkan Venom – spin-off Spider-Man perdana dari Sony – siap dirilis 5 Oktober 2018.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Dwayne Johnson Umumkan Tanggal Rilis Sekuel ‘Jumanji’

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Dwayne Johnson Umumkan Tanggal Rilis Sekuel ‘Jumanji’
link : Dwayne Johnson Umumkan Tanggal Rilis Sekuel ‘Jumanji’

Baca juga


Dengan kesuksesan besar di box office pada akhir 2017 lalu, tak sulit membayangkan ‘Jumanji: Welcome to the Jungle' akan mendapatkan sekuel.

Dengan kesuksesan besar di box office pada akhir 2017 lalu, tak sulit membayangkan Jumanji: Welcome to the Jungle akan mendapatkan sekuel dan proses pengembangannya pun berpotensi dikebut. Benar saja, Dwayne Johnson selaku pemain Jumanji mengumumkan, sekuelnya siap dirilis 13 Desember 2019, dan diprediksi film tersebut akan mulai syuting akhir tahun ini juga.

Johnson sendiri mengungkap tanggal main seri ketiga Jumanji lewat Instagram, dan ia memastikan akan ada karakter-karakter baru yang siap unjuk gigi di film mendatang. Lebih dari itu, Johnson mengkonfirmasi Jumanji 3 akan kembali menampilkan empat karakter utama dari Welcome to the Jungle, yakni Smolder Bravestone (Dwayne Johnson), Ruby Roundhouse (Karen Gillan), Sheldon Oberon (Jack Black) dan Franklin Finbar (Kevin Hart). Belum diketahui cerita seperti apa yang akan diusung Jumanji 3.

Diposisikan sebagai sekuel dari Jumanji (1995) yang dibintangi mendiang Robin Williams, Welcome to the Jungle mengisahkan sekelompok remaja yang masuk ke dalam dunia video game bersetting alam liar. Kendati masa produksinya tak pernah lepas dari sentimen negatif, film ini berhasil membuat kejutan dengan menuai respon positif dan pendapatan mencapai $962 juta, hingga akhirnya menjadi film terlaris Sony Pictures di Amerika. Hebatnya lagi, rekor ini dicetak Welcome to the Jungle di saat ia tayang bersamaan dengan Star Wars: The Last Jedi. Nantinya persaingan sengit ini kemungkinan akan kembali terulang, seiring Jumanji 3 tayang seminggu sebelum Star Wars Episode IX di Desember 2019.

Sementara itu, meski kembalinya sutradara Jake Kasdan masih simpang siur, naskah Jumanji 3 dikonfirmasi kembali digarap Jeff Pinkner dan Scott Rosenberg. Di luar itu, Johnson saat ini tengah bersiap melakoni syuting film action Disney, Jungle Cruise, dan sebuah film spin-off Fast and Furious.

Rencananya Jumanji 3 akan dirilis 13 Desember 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Dengan kesuksesan besar di box office pada akhir 2017 lalu, tak sulit membayangkan ‘Jumanji: Welcome to the Jungle' akan mendapatkan sekuel.

Dengan kesuksesan besar di box office pada akhir 2017 lalu, tak sulit membayangkan Jumanji: Welcome to the Jungle akan mendapatkan sekuel dan proses pengembangannya pun berpotensi dikebut. Benar saja, Dwayne Johnson selaku pemain Jumanji mengumumkan, sekuelnya siap dirilis 13 Desember 2019, dan diprediksi film tersebut akan mulai syuting akhir tahun ini juga.

Johnson sendiri mengungkap tanggal main seri ketiga Jumanji lewat Instagram, dan ia memastikan akan ada karakter-karakter baru yang siap unjuk gigi di film mendatang. Lebih dari itu, Johnson mengkonfirmasi Jumanji 3 akan kembali menampilkan empat karakter utama dari Welcome to the Jungle, yakni Smolder Bravestone (Dwayne Johnson), Ruby Roundhouse (Karen Gillan), Sheldon Oberon (Jack Black) dan Franklin Finbar (Kevin Hart). Belum diketahui cerita seperti apa yang akan diusung Jumanji 3.

Diposisikan sebagai sekuel dari Jumanji (1995) yang dibintangi mendiang Robin Williams, Welcome to the Jungle mengisahkan sekelompok remaja yang masuk ke dalam dunia video game bersetting alam liar. Kendati masa produksinya tak pernah lepas dari sentimen negatif, film ini berhasil membuat kejutan dengan menuai respon positif dan pendapatan mencapai $962 juta, hingga akhirnya menjadi film terlaris Sony Pictures di Amerika. Hebatnya lagi, rekor ini dicetak Welcome to the Jungle di saat ia tayang bersamaan dengan Star Wars: The Last Jedi. Nantinya persaingan sengit ini kemungkinan akan kembali terulang, seiring Jumanji 3 tayang seminggu sebelum Star Wars Episode IX di Desember 2019.

Sementara itu, meski kembalinya sutradara Jake Kasdan masih simpang siur, naskah Jumanji 3 dikonfirmasi kembali digarap Jeff Pinkner dan Scott Rosenberg. Di luar itu, Johnson saat ini tengah bersiap melakoni syuting film action Disney, Jungle Cruise, dan sebuah film spin-off Fast and Furious.

Rencananya Jumanji 3 akan dirilis 13 Desember 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Foto Leonardo DiCaprio & Brad Pitt di ‘Once Upon a Time in Hollywood’

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Foto Leonardo DiCaprio & Brad Pitt di ‘Once Upon a Time in Hollywood’
link : Foto Leonardo DiCaprio & Brad Pitt di ‘Once Upon a Time in Hollywood’

Baca juga


Leonardo DiCaprio membagikan fotonya bersama Brad Pitt saat mengenakan kostum untuk film terbaru garapan Quentin Tarantino, ‘Once Upon a Time in Hollywood’.

Menjadi salah satu film paling diantisipasi pada 2019, karya terbaru Quentin Tarantino yang bertajuk Once Upon a Time in Hollywood akhirnya memulai masa produksi. Di film yang menyoroti hingar bingar Hollywood di akhir tahun 60-an ini, Tarantino menduetkan dua aktor besar sebagai pemeran utama, yakni Leonardo DiCaprio dan Brad Pitt. Melalui akun Instagram miliknya, Leo pun membagikan fotonya bersama Pitt saat mengenakan kostum untuk Once Upon a Time in Hollywood, dan penampilan mereka tampak kental akan nuansa vintage.


Ditulis dan disutradarai Tarantino, Once Upon a Time in Hollywood bersetting di Los Angeles pada tahun 1969, dimana saat itu jagat hiburan Amerika didominasi kaum hippies. Film ini mengusung dua karakter sentral bernama Rick Dalton (DiCaprio) – mantan bintang serial TV western – dan Cliff Booth (Pitt) – stuntman andalan Dalton. Mereka berdua mengalami kesulitan untuk berkarir di Hollywood lantaran kondisinya yang sudah berubah. Namun menariknya, Rick punya tetangga yang sangat terkenal, yaitu Sharon Tate.

Dan sebagai tambahan, film ini juga menyoroti beberapa peristiwa yang paling banyak menyita perhatian di tahun 1969, salah satunya adalah aksi pembunuhan oleh kelompok Charles Manson, dimana aktris Sharon Tate turut menjadi korban. Kabarnya, Tate diperankan Margot Robbie, yang sebelumnya pernah bersanding dengan DiCaprio di The Wolf of Wall Street.

Selain Leo, Pitt dan Robbie, film yang diakui Tarantino menyerupai Pulp Fiction ini juga menampilkan Timothy Olyphant, Al Pacino, Burt Reynolds, Damian Lewis, Luke Perry, Dakota Fanning, Clifton Collins, Keith Jefferson, Emile Hirsch, Tim Roth, Michael Madsen, Scoot McNairy dan Nicholas Hammon. Once Upon a Time in Hollywood menandai kolaborasi pertama Tarantino dengan Sony Pictures, setelah sekian lama ia bekerja sama dengan The Weinstein Company.

Rencananya Once Upon a Time in Hollywood akan dirilis 9 Agustus 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Leonardo DiCaprio membagikan fotonya bersama Brad Pitt saat mengenakan kostum untuk film terbaru garapan Quentin Tarantino, ‘Once Upon a Time in Hollywood’.

Menjadi salah satu film paling diantisipasi pada 2019, karya terbaru Quentin Tarantino yang bertajuk Once Upon a Time in Hollywood akhirnya memulai masa produksi. Di film yang menyoroti hingar bingar Hollywood di akhir tahun 60-an ini, Tarantino menduetkan dua aktor besar sebagai pemeran utama, yakni Leonardo DiCaprio dan Brad Pitt. Melalui akun Instagram miliknya, Leo pun membagikan fotonya bersama Pitt saat mengenakan kostum untuk Once Upon a Time in Hollywood, dan penampilan mereka tampak kental akan nuansa vintage.


Ditulis dan disutradarai Tarantino, Once Upon a Time in Hollywood bersetting di Los Angeles pada tahun 1969, dimana saat itu jagat hiburan Amerika didominasi kaum hippies. Film ini mengusung dua karakter sentral bernama Rick Dalton (DiCaprio) – mantan bintang serial TV western – dan Cliff Booth (Pitt) – stuntman andalan Dalton. Mereka berdua mengalami kesulitan untuk berkarir di Hollywood lantaran kondisinya yang sudah berubah. Namun menariknya, Rick punya tetangga yang sangat terkenal, yaitu Sharon Tate.

Dan sebagai tambahan, film ini juga menyoroti beberapa peristiwa yang paling banyak menyita perhatian di tahun 1969, salah satunya adalah aksi pembunuhan oleh kelompok Charles Manson, dimana aktris Sharon Tate turut menjadi korban. Kabarnya, Tate diperankan Margot Robbie, yang sebelumnya pernah bersanding dengan DiCaprio di The Wolf of Wall Street.

Selain Leo, Pitt dan Robbie, film yang diakui Tarantino menyerupai Pulp Fiction ini juga menampilkan Timothy Olyphant, Al Pacino, Burt Reynolds, Damian Lewis, Luke Perry, Dakota Fanning, Clifton Collins, Keith Jefferson, Emile Hirsch, Tim Roth, Michael Madsen, Scoot McNairy dan Nicholas Hammon. Once Upon a Time in Hollywood menandai kolaborasi pertama Tarantino dengan Sony Pictures, setelah sekian lama ia bekerja sama dengan The Weinstein Company.

Rencananya Once Upon a Time in Hollywood akan dirilis 9 Agustus 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Box Office: 'Jurassic World: Fallen Kingdom' Juga Jago di Kandang

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Box Office, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Box Office: 'Jurassic World: Fallen Kingdom' Juga Jago di Kandang
link : Box Office: 'Jurassic World: Fallen Kingdom' Juga Jago di Kandang

Baca juga


Menyusul debut masifnya di pasar internasional, 'Jurassic World: Fallen Kingdom' juga mengaum hebat di Amerika. Berikut rekap box office minggu ini.

Setelah menunjukkan tajinya di bioskop global beberapa minggu yang lalu, kali ini Jurassic World: Fallen Kingdom membuktikan bahwa ia juga mampu berbuat serupa di kandang sendiri. Baru tayang di Amerika minggu ini, Fallen Kingdom memperoleh debut masif $148,0 juta, bahkan dengan keberadaan Incredibles 2 yang baru dirilis minggu lalu.

Hasil tadi memang belum melewati raihan Jurassic World ($208,8 juta), namun bisa dimaklumi jika mengingat antisipasi untuk film pertama tersebut jauh lebih tinggi. Debut Fallen Kingdom sudah terbilang cukup memuaskan, sebab merupakan debut terbesar keempat tahun ini. Sejauh ini, belum ada film rilisan 2018 yang bisa memperoleh debut sebesar itu kecuali film superhero.

Meski respon dari kritikus tak begitu bagus (RottenTomatoes "51%"), penonton sepertinya cukup menikmati, terbukti dengan CinemaScore "A-", yang berarti hanya turun sedikit saja dari skor "A"-nya Jurassic World.

Secara global, Fallen Kingdom ternyata sudah mencatatkan omset $715 juta oleh karena ia sudah tayang sejak 3 minggu lalu. Minggu ini ada tambahan $111,9 juta dari 67 negara. Penyumbang terbesar, tentu saja, Cina dengan total $204,4 juta. Pasar besar terakhir adalah Jepang pada Juli nanti. Target $1 miliar sepertinya sudah di depan mata.

Incredibles 2 otomatis turun ke posisi kedua. Performanya juga anjlok 56%. Namun ia masih cukup tangguh untuk meraup $80,3 juta. Dalam dua minggu saja, ia sudah mengumpulkan $349,8 juta untuk menjadi film terlaris keempat Pixar. Dalam beberapa hari, ia akan merebut posisi ketiga yang dipegang Inside Out ($345,5 juta).

Menariknya, Incredibles 2 tak saling makan dengan Fallen Kingdom di Cina. Mereka sama-sama kuat. Incredibles 2 mencetak rekor sebagai film Pixar terlaris disana, dengan perolehan $21 juta. Ini menggenapkan perolehannya di luar Amerika menjadi $56,8 juta (dari total 28 negara) sehingga total pendapatan globalnya sekarang sudah $485 juta. Semua hanya dalam waktu 2 minggu saja.

Kabar baik juga menjadi milik Ocean's 8 yang rupanya menjadi film paling kuat minggu ini di box office Amerika. Memperoleh $11,5 juta, performanya hanya turun 39,1% dibanding minggu lalu. Selama tiga minggu, total pendapatan domestiknya adalah $100,3 juta. Sedangkan total pendapatan globalnya adalah $171,6 juta berkat tambahan $27,6 juta dari 60 negara.

Di posisi keempat, ada Tag dengan $8,2 juta yang menggenapkan total pendapatannya menjadi $30,4 juta.

Deadpool 2 menutup lima besar dengan $5,2 juta. Total pendapatan domestiknya sekarang adalah $304,2 juta, sementara total pendapatan globalnya sudah $705 juta.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Weekend Box Office 22 Juni - 24 Juni 2018

1.

Jurassic World: Fallen Kingdom
Minggu ini $148,024,610
Total $148,024,610

2.

Incredibles 2
Minggu ini $80,347,651
Total $349,794,341

3.

Ocean's 8
Minggu ini $11,546,462
Total $100,282,222

4.

Tag
Minggu ini $8,251,230
Total $30,418,775

5.

Deadpool 2
Minggu ini $5,271,882
Total $304,172,203
Ulasan Weekend Box Office Minggu Sebelumnya: Box Office: 'Incredibles 2' Cetak Rekor Debut Animasi Terlaris ■UP

Menyusul debut masifnya di pasar internasional, 'Jurassic World: Fallen Kingdom' juga mengaum hebat di Amerika. Berikut rekap box office minggu ini.

Setelah menunjukkan tajinya di bioskop global beberapa minggu yang lalu, kali ini Jurassic World: Fallen Kingdom membuktikan bahwa ia juga mampu berbuat serupa di kandang sendiri. Baru tayang di Amerika minggu ini, Fallen Kingdom memperoleh debut masif $148,0 juta, bahkan dengan keberadaan Incredibles 2 yang baru dirilis minggu lalu.

Hasil tadi memang belum melewati raihan Jurassic World ($208,8 juta), namun bisa dimaklumi jika mengingat antisipasi untuk film pertama tersebut jauh lebih tinggi. Debut Fallen Kingdom sudah terbilang cukup memuaskan, sebab merupakan debut terbesar keempat tahun ini. Sejauh ini, belum ada film rilisan 2018 yang bisa memperoleh debut sebesar itu kecuali film superhero.

Meski respon dari kritikus tak begitu bagus (RottenTomatoes "51%"), penonton sepertinya cukup menikmati, terbukti dengan CinemaScore "A-", yang berarti hanya turun sedikit saja dari skor "A"-nya Jurassic World.

Secara global, Fallen Kingdom ternyata sudah mencatatkan omset $715 juta oleh karena ia sudah tayang sejak 3 minggu lalu. Minggu ini ada tambahan $111,9 juta dari 67 negara. Penyumbang terbesar, tentu saja, Cina dengan total $204,4 juta. Pasar besar terakhir adalah Jepang pada Juli nanti. Target $1 miliar sepertinya sudah di depan mata.

Incredibles 2 otomatis turun ke posisi kedua. Performanya juga anjlok 56%. Namun ia masih cukup tangguh untuk meraup $80,3 juta. Dalam dua minggu saja, ia sudah mengumpulkan $349,8 juta untuk menjadi film terlaris keempat Pixar. Dalam beberapa hari, ia akan merebut posisi ketiga yang dipegang Inside Out ($345,5 juta).

Menariknya, Incredibles 2 tak saling makan dengan Fallen Kingdom di Cina. Mereka sama-sama kuat. Incredibles 2 mencetak rekor sebagai film Pixar terlaris disana, dengan perolehan $21 juta. Ini menggenapkan perolehannya di luar Amerika menjadi $56,8 juta (dari total 28 negara) sehingga total pendapatan globalnya sekarang sudah $485 juta. Semua hanya dalam waktu 2 minggu saja.

Kabar baik juga menjadi milik Ocean's 8 yang rupanya menjadi film paling kuat minggu ini di box office Amerika. Memperoleh $11,5 juta, performanya hanya turun 39,1% dibanding minggu lalu. Selama tiga minggu, total pendapatan domestiknya adalah $100,3 juta. Sedangkan total pendapatan globalnya adalah $171,6 juta berkat tambahan $27,6 juta dari 60 negara.

Di posisi keempat, ada Tag dengan $8,2 juta yang menggenapkan total pendapatannya menjadi $30,4 juta.

Deadpool 2 menutup lima besar dengan $5,2 juta. Total pendapatan domestiknya sekarang adalah $304,2 juta, sementara total pendapatan globalnya sudah $705 juta.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem dan di instagram: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Weekend Box Office 22 Juni - 24 Juni 2018

1.

Jurassic World: Fallen Kingdom
Minggu ini $148,024,610
Total $148,024,610

2.

Incredibles 2
Minggu ini $80,347,651
Total $349,794,341

3.

Ocean's 8
Minggu ini $11,546,462
Total $100,282,222

4.

Tag
Minggu ini $8,251,230
Total $30,418,775

5.

Deadpool 2
Minggu ini $5,271,882
Total $304,172,203
Ulasan Weekend Box Office Minggu Sebelumnya: Box Office: 'Incredibles 2' Cetak Rekor Debut Animasi Terlaris ■UP

Tuesday, June 26, 2018

Mark Wahlberg & Peter Berg Kembali Berkolaborasi di 'Wonderland'

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Mark Wahlberg & Peter Berg Kembali Berkolaborasi di 'Wonderland'
link : Mark Wahlberg & Peter Berg Kembali Berkolaborasi di 'Wonderland'

Baca juga


Seolah sudah menemukan chemistry yang kuat, untuk kesekian kalinya aktor Mark Wahlberg dan sutradara Peter Berg kembali berkolaborasi di sebuah film detektif bertajuk ‘Wonderland’.

Seolah sudah menemukan chemistry yang kuat, untuk kesekian kalinya aktor Mark Wahlberg dan sutradara Peter Berg kembali berkolaborasi di sebuah film detektif bertajuk Wonderland. Film yang diproduksi Netflix ini datang dari produser franchise Fast and Furious, Neal H. Moritz, dengan skrip yang ditulis Sean O’Keefe.

Berdasarkan kabar dari THR, Wonderland diadaptasi dari seri novel detektif karya Robert B. Parker, yang sukses menjadi bestseller New York Times. Filmnya sendiri mengisahkan seorang pria yang baru bebas dari penjara, yang terpaksa kembali ke dunia kriminal Boston setelah ia mengungkap kebenaran di balik kasus pembunuhan sensasional. Karakter utama dalam seri novel ini bernama Spenser, mantan petinju dan mantan tentara yang dikenal menjunjung tinggi kode etik. Mengingat novel Spenser punya 48 seri, ada kemungkinan Netflix akan membuat sekuel Wonderland jika film pertamanya sukses.

Wonderland disebut jadi karya terbaru Netflix untuk memperkuat daya saingnya dengan studio film Hollywood, dengan cara menggaet aktor dan sutradara ternama. Wonderland merupakan proyek film besar ketiga yang diproduksi Netflix, setelah sebelumnya ada Bright yang digawangi Will Smith dan David Ayer (dua nama di balik Suicide Squad), dan yang terbaru, Six Underground yang dibintangi Ryan Reynolds (Deadpool) dan disutradarai Michael Bay (Transformers).

Wahlberg dan Berg diketahui sudah empat kali berkolaborasi lewat Lone Survivor, Deepwater Horizon, Patriots Day dan Mile 22. Sementara Wonderland masih dikembangkan dan belum menentukan tanggal main, Mile 22 akan dirilis 17 Agustus 2018.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Seolah sudah menemukan chemistry yang kuat, untuk kesekian kalinya aktor Mark Wahlberg dan sutradara Peter Berg kembali berkolaborasi di sebuah film detektif bertajuk ‘Wonderland’.

Seolah sudah menemukan chemistry yang kuat, untuk kesekian kalinya aktor Mark Wahlberg dan sutradara Peter Berg kembali berkolaborasi di sebuah film detektif bertajuk Wonderland. Film yang diproduksi Netflix ini datang dari produser franchise Fast and Furious, Neal H. Moritz, dengan skrip yang ditulis Sean O’Keefe.

Berdasarkan kabar dari THR, Wonderland diadaptasi dari seri novel detektif karya Robert B. Parker, yang sukses menjadi bestseller New York Times. Filmnya sendiri mengisahkan seorang pria yang baru bebas dari penjara, yang terpaksa kembali ke dunia kriminal Boston setelah ia mengungkap kebenaran di balik kasus pembunuhan sensasional. Karakter utama dalam seri novel ini bernama Spenser, mantan petinju dan mantan tentara yang dikenal menjunjung tinggi kode etik. Mengingat novel Spenser punya 48 seri, ada kemungkinan Netflix akan membuat sekuel Wonderland jika film pertamanya sukses.

Wonderland disebut jadi karya terbaru Netflix untuk memperkuat daya saingnya dengan studio film Hollywood, dengan cara menggaet aktor dan sutradara ternama. Wonderland merupakan proyek film besar ketiga yang diproduksi Netflix, setelah sebelumnya ada Bright yang digawangi Will Smith dan David Ayer (dua nama di balik Suicide Squad), dan yang terbaru, Six Underground yang dibintangi Ryan Reynolds (Deadpool) dan disutradarai Michael Bay (Transformers).

Wahlberg dan Berg diketahui sudah empat kali berkolaborasi lewat Lone Survivor, Deepwater Horizon, Patriots Day dan Mile 22. Sementara Wonderland masih dikembangkan dan belum menentukan tanggal main, Mile 22 akan dirilis 17 Agustus 2018.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Penulis ‘A Quiet Place’ Adaptasi Cerpen Stephen King ‘The Boogeyman’

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Penulis ‘A Quiet Place’ Adaptasi Cerpen Stephen King ‘The Boogeyman’
link : Penulis ‘A Quiet Place’ Adaptasi Cerpen Stephen King ‘The Boogeyman’

Baca juga


Tren film adaptasi novel Stephen King di jagat Hollywood rupanya masih berlanjut setelah kesuksesan besar ‘It’ pada akhir 2017 lalu. Kali ini karya King yang diangkat ke layar lebar adalah ‘The Boogeyman’.

Tren film adaptasi novel Stephen King di jagat Hollywood rupanya masih berlanjut setelah kesuksesan besar It pada akhir 2017 lalu. Kali ini karya King yang diangkat ke layar lebar adalah The Boogeyman, yang sebenarnya bukan novel, melainkan cerita pendek yang diterbitkan pada tahun 70-an. Usut punya usut, The Boogeyman telah dijadikan film pendek sebanyak tujuh kali, dan baru kali ini salah satu cerita favorit karangan King diadaptasi menjadi film layar lebar.

Proyek The Boogeyman yang dimotori 20th Century Fox ini pun kian menarik, karena Deadline mengabarkan film ini ditulis Scott Beck dan Bryan Woods. Duo penulis tersebut kini menjadi sorotan setelah film mereka, A Quiet Place, meraih hasil yang fenomenal. Sebab bukan hanya dibanjiri pujian, film horror thriller berbudget hanya $17 juta ini juga membuat kejutan besar dengan mendulang pendapatan $325 juta. Beck dan Woods diketahui menulis A Quiet Place sejak awal pengembangan, dan naskah mereka akhirnya dipoles saat John Krasinski bergabung sebagai sutradara. Adapun sejak A Quiet Place menjadi hit, kabarnya semua mata studio Hollywood tertuju pada Beck dan Woods, dan karena itu, proyek apapun yang ditangani duo ini pasti menarik perhatian.

The Boogeyman sendiri mengisahkan seorang pria yang baru saja kehilangan semua anaknya akibat diserang sesosok makhluk yang mengintai dari dalam closet. Sebuah cerita yang relatif sederhana memang. Namun lewat A Quiet Place, Beck dan Woods membuktikan bahwa mereka mampu menyulap cerita sederhana menjadi istimewa. Kini studio tinggal mencari sutradara bertangan dingin untuk memastikan The Boogeyman bisa tampil maksimal dengan ceritanya yang sederhana. Belum diketahui kapan The Boogeyman akan dirilis.

Selain The Boogeyman, beberapa film adaptasi karya King yang tengah dibuat adalah It 2, Pet Sematary, Doctor Sleep (sekuel The Shining) dan The Tommyknockers. Khusus untuk It 2 dan Pet Sematary, kedua film horror ini siap meluncur pada 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Tren film adaptasi novel Stephen King di jagat Hollywood rupanya masih berlanjut setelah kesuksesan besar ‘It’ pada akhir 2017 lalu. Kali ini karya King yang diangkat ke layar lebar adalah ‘The Boogeyman’.

Tren film adaptasi novel Stephen King di jagat Hollywood rupanya masih berlanjut setelah kesuksesan besar It pada akhir 2017 lalu. Kali ini karya King yang diangkat ke layar lebar adalah The Boogeyman, yang sebenarnya bukan novel, melainkan cerita pendek yang diterbitkan pada tahun 70-an. Usut punya usut, The Boogeyman telah dijadikan film pendek sebanyak tujuh kali, dan baru kali ini salah satu cerita favorit karangan King diadaptasi menjadi film layar lebar.

Proyek The Boogeyman yang dimotori 20th Century Fox ini pun kian menarik, karena Deadline mengabarkan film ini ditulis Scott Beck dan Bryan Woods. Duo penulis tersebut kini menjadi sorotan setelah film mereka, A Quiet Place, meraih hasil yang fenomenal. Sebab bukan hanya dibanjiri pujian, film horror thriller berbudget hanya $17 juta ini juga membuat kejutan besar dengan mendulang pendapatan $325 juta. Beck dan Woods diketahui menulis A Quiet Place sejak awal pengembangan, dan naskah mereka akhirnya dipoles saat John Krasinski bergabung sebagai sutradara. Adapun sejak A Quiet Place menjadi hit, kabarnya semua mata studio Hollywood tertuju pada Beck dan Woods, dan karena itu, proyek apapun yang ditangani duo ini pasti menarik perhatian.

The Boogeyman sendiri mengisahkan seorang pria yang baru saja kehilangan semua anaknya akibat diserang sesosok makhluk yang mengintai dari dalam closet. Sebuah cerita yang relatif sederhana memang. Namun lewat A Quiet Place, Beck dan Woods membuktikan bahwa mereka mampu menyulap cerita sederhana menjadi istimewa. Kini studio tinggal mencari sutradara bertangan dingin untuk memastikan The Boogeyman bisa tampil maksimal dengan ceritanya yang sederhana. Belum diketahui kapan The Boogeyman akan dirilis.

Selain The Boogeyman, beberapa film adaptasi karya King yang tengah dibuat adalah It 2, Pet Sematary, Doctor Sleep (sekuel The Shining) dan The Tommyknockers. Khusus untuk It 2 dan Pet Sematary, kedua film horror ini siap meluncur pada 2019.

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem