Tuesday, May 15, 2018

Review Film: 'Deadpool 2' (2018)

Review Film: 'Deadpool 2' (2018) - Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Review Film: 'Deadpool 2' (2018), kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Adventure, Artikel Aksi, Artikel Komedi, Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Deadpool 2' (2018)
link : Review Film: 'Deadpool 2' (2018)

Baca juga


Review Film: 'Deadpool 2' (2018)

Deadpool tak peduli apakah itu sesuatu yang kecil atau besar, atau apakah bakal kena bagi penonton atau tidak. He just delivers.

“Well, that's just lazy writing.”
— Deadpool
Rating UP:
F**k #ThanosDemandsYourSilence!

Oke, Deadpool memang tak bilang, tapi ini terdengar seperti sesuatu yang akan diucapkannya lewat film Deadpool 2. Film ini punya spoiler yang lebih gurih, bahkan teman anda yang maniak Deadpool dan telah menonton semua materi promo atau membaca komiknya kemungkinan besar takkan menduganya. Yah, kecuali kalau mereka sepupuan sama Ryan Reynolds.

Jika dibandingkan, spoiler dalam Avengers: Infinity War hanyalah sedotan ale-ale belaka. Dan Deadpool selow abis, tak menanggapinya dengan berlebihan. Attitude ini saja sudah bisa mengantarkannya kemana pun. Deadpool tak peduli apakah itu sesuatu yang kecil atau besar, atau apakah bakal kena bagi penonton atau tidak. He just delivers.


Seperti kebanyakan sekuel, film ini menaikkan dosis dari apa saja yang membuat film pertamanya sukses: lebih banyak lelucon meta, lebih banyak aksi brutal, lebih royal dengan bujet dan efek spesial, serta lebih banyak manusia berkekuatan super. Di beberapa kesempatan, ini memberatkan filmnya, tak seperti film pertamanya yang ramping. But, Deadpool just delivers.

Dalam adegan pembuka yang menjanjikan film yang lebih superior, Deadpool langsung memamerkan keahliannya, yaitu memotong anggota tubuh dan meledek superhero lain. Agaknya keseharian Deadpool/Wade Wilson (Reynolds) berlangsung di waktu yang sama dengan kita; ia tahu bahwa Logan ikut-ikutan meniru rating "R/Dewasa" atau perolehan box office film pertamanya yang cuma bisa dikalahkan oleh Yesus. Namun, ia sekarang sedang stres dan berniat menyusul Wolverine ke alam baka. Untung buat kita tapi masalah bagi Wade, ia tak bisa mati. Apa gerangan yang membawanya ke lembah suicidal tersebut?

Itu adalah satu dari beberapa set-up yang harus dipakai Deadpool 2 untuk memperoleh momentum dalam bercerita. Awal film agak belibet. Wade kemudian dibawa Colossus (Stefan Kapicic) ke sekolah Profesor Xavier alias markas X-Men. Misi pertamanya (sebagai trainee, ingat itu!) adalah menangani bocah mutan, Russell (Julian Dennison) yang sedang dongkol. Singkat cerita, Wade bikin masalah dan keduanya disetrap.

Lalu datanglah Cable (Josh Brolin) dari masa depan. Mutan setengah robot yang ini cuma punya satu misi, yakni melenyapkan Russell.

Oleh karena itu, Wade membentuk tim demi menyelamatkan Russell dan mengatasi Cable. Nama timnya adalah X-Force, beda dengan X-Men yang seksis karena khusus untuk "men"/pria. Anggotanya antara lain: Bedlam (Terry Crews) si pengendali medan magnet, Shatterstar (Lewis Tan) penguasa gelombang listrik, Zeitgeist (Bill Skarsgard) yang bisa memuntahkan ludah korosif, dan Vanisher ( ;) ) yang kemampuannya sesuai dengan namanya.

Namun yang terbaik adalah Domino (Zazie Beetz), yang mengklaim bahwa kekuatan supernya adalah keberuntungan. "Keberuntungan gak sinematis kalo dipamerkan dalam film," protes Deadpool, tak tahu bahwa Domino baru saja menghajar beberapa orang dan selamat dari beberapa adegan maut hanya dengan modal keberuntungan saja.

Sebentar. Coret paragraf tadi, karena kita juga punya Peter (Rob Delaney), pria paruh baya dengan kumis tebal, yang kekuatan supernya tak lebih hebat dibanding oom-oom yang suka menelpon dengan berisik saat menonton bersama anda.

Yah, begitulah Deadpool. Macam-macam kekuatan super bisa menjadi lelucon. Ada lelucon kilat yang menyengat dalam sekali lempar, dan ada pula lelucon panjang yang dibangun lewat cerita. Yang terakhir tentu saja lebih pecah. Sebagian besarnya juga dielevasi dengan kehadiran berbagai macam cameo, termasuk bintang Hollywood yang tak anda duga, yang takkan saya ungkap disini. Anda akan tahu saat melihatnya.

Posisi sutradara sekarang diambil alih oleh David Leitch yang pernah menggarap John Wick dan Atomic Blonde. Tak seperti di dua film tersebut dimana setiap sekuens aksi diaksentuasi, adegan aksi dalam Deadpool terasa lebih melempem. Ia tak kurang sadis dari film sebelumnya, tapi ada semacam ketumpulan kala menyaksikan kekerasan komikal rutin yang terjadi disini. Meski begitu, ada satu sekuens aksi cukup sulit yang melibatkan banyak hal dan karakter bergerak dalam skala cukup besar yang ditangani dengan kompeten oleh Leitch.

Deadpool sempat bilang bahwa film ini adalah film keluarga. Meski saya tidak merekomendasikan untuk membawa semua anggota keluarga ke bioskop karena anda bakal bikin risih sendiri, tapi saya setuju dengan klaim tersebut. Di antara muncratan darah dan lelucon vulgar, film memberi ruang untuk drama, kebanyakan berasal dari Wade yang mencari makna hqq dari "family is where your heart is". Cheesy seperti kedengarannya. Tapi anda tahu Deadpool; ia siap mengedipkan matanya kapan saja dimana saja. Ia senang menunjuk sendiri lobang plotnya. Ada banyak poin yang menunjukkan penulisan skrip yang malas, dan film ini tetap menggunakannya.

Ryan Reynolds sekarang mendapat kredit sebagai salah satu penulis naskah, bersama Rhett Reese dan Paul Wernick. Sepertinya karena ia punya kontrol yang lebih besar dibanding film pertama. Tapi rasa-rasanya takkan ada yang menyalahkannya untuk itu, sebab Deadpool sudah menjadi kepribadian kedua bagi Reynolds. Barangkali mayoritas celutukan Deadpool berasal darinya. Ia terlihat nyaman dan ocehannya terdengar spontan. Di titik ini, ia sudah tahu betul bagaimana Deadpool itu, dan he just delivers.

Saya lumayan kaget melihat melihat bagaimana dunia Deadpool sudah banyak berubah dari yang saya ingat. Ia sekarang begitu dekat dengan X-Men. Tak ada lagi keraguan akan posisi Deadpool dalam semesta X-Men. Masyarakat awam sudah banyak tahu soal mutan, bahkan ada penjara khusus buat mutan. Anda tahu perubahan ini bermakna apa; betul, franchise-building. Ah, lagi-lagi trik korporasi. Namun di lain sisi, Deadpool justru terlihat seperti sedang menyelamatkan franchise induknya itu.

Ya, Deadpool barangkali memang bisa membuat apa saja menjadi mungkin. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Deadpool 2

119 menit
Dewasa
David Leitch
Rhett Reese, Paul Wernick, Ryan Reynolds (cerita), Fabien Nicieza, Rob Liefeld (komik)
Simon Kinberg, Ryan Reynolds, Lauren Shuler Donner
Jonathan Sela
Tyler Bates


Demikianlah Artikel Review Film: 'Deadpool 2' (2018)

Sekianlah artikel Review Film: 'Deadpool 2' (2018) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Review Film: 'Deadpool 2' (2018) dengan alamat link https://moviefilm99.blogspot.com/2018/05/review-film-2-2018.html

No comments:

Post a Comment