Friday, August 25, 2017

Review Film: 'American Made' (2017)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Aksi, Artikel Biografi, Artikel Komedi, Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'American Made' (2017)
link : Review Film: 'American Made' (2017)

Baca juga


Filmnya tak terbang terlalu jauh, tapi menghibur dan lepas landas dengan lancar.

“My name is Barry Seal. Some of this s**t really happened. It really did.”
— Barry Seal
Rating UP:
Judulnya tak bisa lebih tepat lagi selain American Made. Yang membuat Barry Seal menjadi "Barry Seal" yang itu adalah Amerika. Barry Seal, mantan pilot komersil yang beralih menjadi pilot bagi CIA sekaligus kartel narkoba Kolombia, adalah produk dari iklim politik Amerika yang kerap berubah gara-gara tendensi mereka mencampuri urusan negara lain. Yah, anda mungkin sudah tahu kalau Amerika memang suka begitu. Anda mungkin juga sudah tahu bagaimana filmnya akan berjalan, karena telah banyak menyaksikan film kriminal slenge'an "based on true story" seperti ini. Filmnya tak terbang terlalu jauh, tapi menghibur dan lepas landas dengan lancar.


Barry diperankan oleh Tom Cruise. Iya, bintang film kecintaan semua orang yang identik dengan citra jagoan dan auranya yang agak bandel, kali ini harus bermain sedikit lebih nakal lagi sebagai kriminal penyelundup narkoba dan senjata dari Amerika ke Amerika Latin. Kisah nyatanya sendiri sangat absurd, dan pasti menyadari hal ini, sutradara Doug Liman membawakan filmnya dengan dengan ringan dan cenderung komedik. Cruise, seperti biasa, menampilkan karisma dan seringai songongnya yang menjadi driving force kuat bagi film ini, hingga di satu titik saya sampai berpikir jangan-jangan saya peduli pada karakternya gara-gara diperankan Cruise.

Di tahun 70-an, Seal adalah pilot bagi maskapai penumpang Trans World Airlines (TWA) yang sebegitu bosan dengan pekerjaannya, ia sampai iseng sengaja membuat turbulensi palsu dengan membelokkan pesawat ke bawah secara mendadak. Barry dan copilot-nya cengar-cengir, tapi untunglah tak ada penumpang pesawat yang jantungan. Dalam perjalanan pulang, Barry juga sekalian menyelundupkan cerutu Kuba ke Amerika. Operasi kecil-kecilannya menjadi perhatian bagi CIA, namun alih-alih menangkap Barry, mereka malah merekrutnya untuk misi mata-mata. Wakil CIA, Schafer (Domhnall Gleeson) menyuruh Barry terbang seperti biasa ke Amerika Latin, tapi kali ini ia harus mengambil laporan spionase dari rekanan CIA atau memotret aktivitas militer yang dilakukan disana.

Operasi yang ini juga ketahuan, tapi oleh trio kartel Medellin, yang diantaranya beranggotakan raja narkoba, Pablo Escobar. Mereka tahu bahwa Barry bekerja pada CIA, namun mereka ingin memanfaatkan situasi. Barry diharuskan menyelundupkan ratusan kilo kokain ke Amerika. Sebagai imbalan, ia akan dibayar $2 ribu perkilo. Nikmatnya menjadi Barry adalah: (1) selalu ketahuan, tapi (2) selalu bisa lolos, dan (3) bernasib lebih baik daripada sebelumnya. Kali ini ia digerebek polisi Kolombia, tapi dibebaskan kembali oleh Schafer. Untuk menyembunyikan identitas, Barry harus memindahkan keluarganya ke kota kecil Mena, dimana ia diberi rumah dan satu bandara pribadi yang khusus untuk menerbangkan senjata, karena kini Presiden merasa perlu mempersenjatai militan Contras di Nikaragua. Sementara itu, bisnis kurir narkoba semakin besar hingga Barry merekrut beberapa pilot sebagai anak buahnya.

Kesalahan Barry adalah saat punya terlalu banyak uang, ia sampai tak tahu lagi bagaimana cara menyimpannya. Kota kecil Mena sudah seperti kota pribadi Barry karena ia membuat beberapa bisnis dan bank fiktif untuk mencuci uang. Uang tunai berceceran sampai ke kandang kuda karena sudah tak muat lagi di dalam koper-koper. Kedatangan adik iparnya (Caleb Landry Jones) yang seorang preman kacangan, membuat situasi menjadi lebih kacau. Di titik ini, anda penasaran bagaimana Barry masih bisa lolos. Pemerintah bukannya tidak tahu, alih-alih lepas tangan, sebab mereka merasa bahwa ada urusan yang lebih penting, which is, menangani urusan negara orang, tentu saja. Barry hanyalah seorang oportunis yang berada di waktu dan tempat yang tepat, memerah duit dari berbagai pihak yang juga memerahnya.

Film dibuka dengan Barry yang sedang merekam video dokumenter menggunakan VHS, menjelaskan tentang pekerjaannya. "This s**t really happened," kata Barry. American Made menggunakan video ini didukung dengan narasi langsung dari Cruise sebagai framing device untuk memandu kita melewati timeline yang meloncat-loncat sejak 70-an sampai akhir 80-an. Sinematografer yang digandeng Liman adalah Cesar Charlone. Seperti yang diterapkannya pada City of God (2002), Charlone suka dengan gambar nyaris close-up dengan warna calak. Gerakan kameranya hiperaktif dengan filter gambar yang kerap berganti, memberikan urgensi tersendiri di setiap adegan. Gaya filmnya pas sekali dengan karakterisasi serampangan dari Cruise. Untuk menjelaskan geografi naratifnya, Liman menggunakan peta yang dicoret dengan spidol, sembari menyentil keapatisan kebanyakan orang Amerika terhadap geografi negara orang, mengingatkan saya pada rubrik "Other Countries' Presidents" dari talkshow Last Week Tonight with John Oliver.

Film ini adalah satire, dan Liman bijak sekali tak terjun terlalu dalam terhadap latar belakang politiknya. Ini hanyalah cerita tentang Barry Seal, yang kebetulan dilatari dengan figur publik tenar semacam Escobar, Kolonel Noriega, dan Presiden Reagan. Konspirasi yang aslinya bernama skandal Iran-Contra ini seperti terpisah dari kehidupan Barry, namun kita masih bisa mengintip sekilas apa yang yang sebenarnya terjadi. Jika tidak, ini akan menjadi film yang sama sekali berbeda, yang kemungkinan besar akan menimbulkan ketimpangan tone.

Di lain sisi, hal ini juga membuat karakter lain tertutupi oleh Barry-nya Cruise. Pasangan sherif Mena, Jesse Plemons dan Lola Kirke terutama, yang tampaknya seperti punya peran cukup krusial di awal, namun ternyata tak begitu memberi dampak dalam kisah Barry. Sarah Wright Olsen sebagai istri Barry, Lucy baru mendapat porsi yang cukup mencolok menjelang film berakhir. Komitmen Liman agar filmnya selalu santai, menjadikan petualangan Barry dalam film ini tak seliar dan setajam kisah nyatanya. Saya pikir Liman menargetkan tohokan emosional untuk adegan penutup yang tragis. Ini tidak tercapai karena American Made tak mengajak kita menyelami lika-liku perjalanan moral dari Barry. Petualangan Barry terlalu fun. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

American Made

109 menit
Dewasa
Doug Liman
Gary Spinelli
Doug Davison, Brian Grazer, Ron Howard, Brian Oliver, Kim Roth, Tyler Thompson
César Charlone
Christophe Beck

Filmnya tak terbang terlalu jauh, tapi menghibur dan lepas landas dengan lancar.

“My name is Barry Seal. Some of this s**t really happened. It really did.”
— Barry Seal
Rating UP:
Judulnya tak bisa lebih tepat lagi selain American Made. Yang membuat Barry Seal menjadi "Barry Seal" yang itu adalah Amerika. Barry Seal, mantan pilot komersil yang beralih menjadi pilot bagi CIA sekaligus kartel narkoba Kolombia, adalah produk dari iklim politik Amerika yang kerap berubah gara-gara tendensi mereka mencampuri urusan negara lain. Yah, anda mungkin sudah tahu kalau Amerika memang suka begitu. Anda mungkin juga sudah tahu bagaimana filmnya akan berjalan, karena telah banyak menyaksikan film kriminal slenge'an "based on true story" seperti ini. Filmnya tak terbang terlalu jauh, tapi menghibur dan lepas landas dengan lancar.


Barry diperankan oleh Tom Cruise. Iya, bintang film kecintaan semua orang yang identik dengan citra jagoan dan auranya yang agak bandel, kali ini harus bermain sedikit lebih nakal lagi sebagai kriminal penyelundup narkoba dan senjata dari Amerika ke Amerika Latin. Kisah nyatanya sendiri sangat absurd, dan pasti menyadari hal ini, sutradara Doug Liman membawakan filmnya dengan dengan ringan dan cenderung komedik. Cruise, seperti biasa, menampilkan karisma dan seringai songongnya yang menjadi driving force kuat bagi film ini, hingga di satu titik saya sampai berpikir jangan-jangan saya peduli pada karakternya gara-gara diperankan Cruise.

Di tahun 70-an, Seal adalah pilot bagi maskapai penumpang Trans World Airlines (TWA) yang sebegitu bosan dengan pekerjaannya, ia sampai iseng sengaja membuat turbulensi palsu dengan membelokkan pesawat ke bawah secara mendadak. Barry dan copilot-nya cengar-cengir, tapi untunglah tak ada penumpang pesawat yang jantungan. Dalam perjalanan pulang, Barry juga sekalian menyelundupkan cerutu Kuba ke Amerika. Operasi kecil-kecilannya menjadi perhatian bagi CIA, namun alih-alih menangkap Barry, mereka malah merekrutnya untuk misi mata-mata. Wakil CIA, Schafer (Domhnall Gleeson) menyuruh Barry terbang seperti biasa ke Amerika Latin, tapi kali ini ia harus mengambil laporan spionase dari rekanan CIA atau memotret aktivitas militer yang dilakukan disana.

Operasi yang ini juga ketahuan, tapi oleh trio kartel Medellin, yang diantaranya beranggotakan raja narkoba, Pablo Escobar. Mereka tahu bahwa Barry bekerja pada CIA, namun mereka ingin memanfaatkan situasi. Barry diharuskan menyelundupkan ratusan kilo kokain ke Amerika. Sebagai imbalan, ia akan dibayar $2 ribu perkilo. Nikmatnya menjadi Barry adalah: (1) selalu ketahuan, tapi (2) selalu bisa lolos, dan (3) bernasib lebih baik daripada sebelumnya. Kali ini ia digerebek polisi Kolombia, tapi dibebaskan kembali oleh Schafer. Untuk menyembunyikan identitas, Barry harus memindahkan keluarganya ke kota kecil Mena, dimana ia diberi rumah dan satu bandara pribadi yang khusus untuk menerbangkan senjata, karena kini Presiden merasa perlu mempersenjatai militan Contras di Nikaragua. Sementara itu, bisnis kurir narkoba semakin besar hingga Barry merekrut beberapa pilot sebagai anak buahnya.

Kesalahan Barry adalah saat punya terlalu banyak uang, ia sampai tak tahu lagi bagaimana cara menyimpannya. Kota kecil Mena sudah seperti kota pribadi Barry karena ia membuat beberapa bisnis dan bank fiktif untuk mencuci uang. Uang tunai berceceran sampai ke kandang kuda karena sudah tak muat lagi di dalam koper-koper. Kedatangan adik iparnya (Caleb Landry Jones) yang seorang preman kacangan, membuat situasi menjadi lebih kacau. Di titik ini, anda penasaran bagaimana Barry masih bisa lolos. Pemerintah bukannya tidak tahu, alih-alih lepas tangan, sebab mereka merasa bahwa ada urusan yang lebih penting, which is, menangani urusan negara orang, tentu saja. Barry hanyalah seorang oportunis yang berada di waktu dan tempat yang tepat, memerah duit dari berbagai pihak yang juga memerahnya.

Film dibuka dengan Barry yang sedang merekam video dokumenter menggunakan VHS, menjelaskan tentang pekerjaannya. "This s**t really happened," kata Barry. American Made menggunakan video ini didukung dengan narasi langsung dari Cruise sebagai framing device untuk memandu kita melewati timeline yang meloncat-loncat sejak 70-an sampai akhir 80-an. Sinematografer yang digandeng Liman adalah Cesar Charlone. Seperti yang diterapkannya pada City of God (2002), Charlone suka dengan gambar nyaris close-up dengan warna calak. Gerakan kameranya hiperaktif dengan filter gambar yang kerap berganti, memberikan urgensi tersendiri di setiap adegan. Gaya filmnya pas sekali dengan karakterisasi serampangan dari Cruise. Untuk menjelaskan geografi naratifnya, Liman menggunakan peta yang dicoret dengan spidol, sembari menyentil keapatisan kebanyakan orang Amerika terhadap geografi negara orang, mengingatkan saya pada rubrik "Other Countries' Presidents" dari talkshow Last Week Tonight with John Oliver.

Film ini adalah satire, dan Liman bijak sekali tak terjun terlalu dalam terhadap latar belakang politiknya. Ini hanyalah cerita tentang Barry Seal, yang kebetulan dilatari dengan figur publik tenar semacam Escobar, Kolonel Noriega, dan Presiden Reagan. Konspirasi yang aslinya bernama skandal Iran-Contra ini seperti terpisah dari kehidupan Barry, namun kita masih bisa mengintip sekilas apa yang yang sebenarnya terjadi. Jika tidak, ini akan menjadi film yang sama sekali berbeda, yang kemungkinan besar akan menimbulkan ketimpangan tone.

Di lain sisi, hal ini juga membuat karakter lain tertutupi oleh Barry-nya Cruise. Pasangan sherif Mena, Jesse Plemons dan Lola Kirke terutama, yang tampaknya seperti punya peran cukup krusial di awal, namun ternyata tak begitu memberi dampak dalam kisah Barry. Sarah Wright Olsen sebagai istri Barry, Lucy baru mendapat porsi yang cukup mencolok menjelang film berakhir. Komitmen Liman agar filmnya selalu santai, menjadikan petualangan Barry dalam film ini tak seliar dan setajam kisah nyatanya. Saya pikir Liman menargetkan tohokan emosional untuk adegan penutup yang tragis. Ini tidak tercapai karena American Made tak mengajak kita menyelami lika-liku perjalanan moral dari Barry. Petualangan Barry terlalu fun. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

American Made

109 menit
Dewasa
Doug Liman
Gary Spinelli
Doug Davison, Brian Grazer, Ron Howard, Brian Oliver, Kim Roth, Tyler Thompson
César Charlone
Christophe Beck

‘The Shape of Water’ Digadang Masuk Oscar, Guillermo Del Toro Tunda ‘Fantastic Voyage’

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : ‘The Shape of Water’ Digadang Masuk Oscar, Guillermo Del Toro Tunda ‘Fantastic Voyage’
link : ‘The Shape of Water’ Digadang Masuk Oscar, Guillermo Del Toro Tunda ‘Fantastic Voyage’

Baca juga


'The Shape of Water' sukses menuai reaksi awal sangat positif, Guillermo Del Toro akhirnya harus menunda proses pra-produksi 'Fantastic Voyage'.

Sembari mempersiapkan film terbarunya, The Shape of Water, yang akan tayang Desember 2017, Guillermo Del Toro sebenarnya juga bersiap memulai proses pra-produksi Fantastic Voyage pada musim gugur ini. Namun kini penggarapan film big budget yang dimotori 20th Century Fox dan Lightstorm tersebut harus ditunda. Alasannya, The Shape of Water sukses menuai reaksi awal sangat positif, dan praktis, hal itu berpotensi membuat Del Toro disibukkan oleh deretan ajang perhargaan film yang perlu ia hadiri. Oleh karena itu, pihak studio telah sepakat meluangkan jadwal Del Toro sampai pagelaran Oscar selesai dihelat pada Maret 2018 mendatang.

FYI, The Shape of Water merupakan film fantasi bersetting Perang Dingin yang ditulis dan disutradarai Del Toro. Kisahnya menyoroti seorang wanita petugas kebersihan yang bekerja di fasilitas rahasia pemerintah yang menampung seorang manusia ikan.

Rencananya film ini akan tayang perdana di Venice Film Festival, Toronto Film Festival dan kemungkinan juga di Telluride Film Festival. Tiga festival tadi kerap jadi referensi para kritikus untuk menemukan film-film yang ramah Oscar. Alhasil, jika The Shape of Water disambut meriah di festival tersebut, maka Del Toro berpeluang melihat filmnya menembus nominasi Oscar. Dan peluang ini pun dinilai cukup besar, karena kabarnya The Shape of Water kerap dibandingkan dengan film fantasi pemenang Oscar karya Del Toro, Pan’s Labyrinth.

Di bawah arahan Del Toro, Fantastic Voyage akan menjadi remake dari film rilisan 1965 yang berkisah tim ilmuwan yang menciutkan tubuh mereka dan masuk ke dalam tubuh temannya demi menyelamatkan nyawanya. Film yang diproduseri James Cameron ini menjadi proyek big budget terbaru yang ditangani Del Toro sejak Pacific Rim (2013). Menurut kabar dari Deadline, Fantastic Voyage ditargetkan bisa syuting paling lambat pada akhir 2018. Belum diketahui kapan film ini akan dirilis. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

'The Shape of Water' sukses menuai reaksi awal sangat positif, Guillermo Del Toro akhirnya harus menunda proses pra-produksi 'Fantastic Voyage'.

Sembari mempersiapkan film terbarunya, The Shape of Water, yang akan tayang Desember 2017, Guillermo Del Toro sebenarnya juga bersiap memulai proses pra-produksi Fantastic Voyage pada musim gugur ini. Namun kini penggarapan film big budget yang dimotori 20th Century Fox dan Lightstorm tersebut harus ditunda. Alasannya, The Shape of Water sukses menuai reaksi awal sangat positif, dan praktis, hal itu berpotensi membuat Del Toro disibukkan oleh deretan ajang perhargaan film yang perlu ia hadiri. Oleh karena itu, pihak studio telah sepakat meluangkan jadwal Del Toro sampai pagelaran Oscar selesai dihelat pada Maret 2018 mendatang.

FYI, The Shape of Water merupakan film fantasi bersetting Perang Dingin yang ditulis dan disutradarai Del Toro. Kisahnya menyoroti seorang wanita petugas kebersihan yang bekerja di fasilitas rahasia pemerintah yang menampung seorang manusia ikan.

Rencananya film ini akan tayang perdana di Venice Film Festival, Toronto Film Festival dan kemungkinan juga di Telluride Film Festival. Tiga festival tadi kerap jadi referensi para kritikus untuk menemukan film-film yang ramah Oscar. Alhasil, jika The Shape of Water disambut meriah di festival tersebut, maka Del Toro berpeluang melihat filmnya menembus nominasi Oscar. Dan peluang ini pun dinilai cukup besar, karena kabarnya The Shape of Water kerap dibandingkan dengan film fantasi pemenang Oscar karya Del Toro, Pan’s Labyrinth.

Di bawah arahan Del Toro, Fantastic Voyage akan menjadi remake dari film rilisan 1965 yang berkisah tim ilmuwan yang menciutkan tubuh mereka dan masuk ke dalam tubuh temannya demi menyelamatkan nyawanya. Film yang diproduseri James Cameron ini menjadi proyek big budget terbaru yang ditangani Del Toro sejak Pacific Rim (2013). Menurut kabar dari Deadline, Fantastic Voyage ditargetkan bisa syuting paling lambat pada akhir 2018. Belum diketahui kapan film ini akan dirilis. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Polling: Film Pilihan 18-08-2017 s.d. 24-08-2017

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Polling, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Polling: Film Pilihan 18-08-2017 s.d. 24-08-2017
link : Polling: Film Pilihan 18-08-2017 s.d. 24-08-2017

Baca juga



Ada 8 film yang dirilis minggu lalu, diantaranya Atomic Blonde, Cars 3, The Battleship Island, The Hitman's Bodyguard, Toilet Ek Prem Katha, serta 3 film Indonesia yaitu A:Aku, Benci, dan Cinta, The Underdogs, dan Turah.

Tiga film yang relatif berada di demografi yang berbeda sama-sama menjadi favoorit. Atomic Blonde, Cars 3, dan The Battleship Island mendapat hasil seri dengan 21,74%. Berikut hasil lengkapnya.


Berikut adalah polling untuk minggu ini. Seperti biasa, peraturannya: saya hanya mencantumkan film terbaru yang tayang dalam minggu ini, saya tidak akan mengikutsertakan film yang tayang pada midnight show, dan anda hanya bisa memilih maksimal 3 film.

Polling akan saya tutup Kamis depan pukul 23.59. Silakan pilih film pilihan anda minggu ini agar bisa menjadi referensi bagi penonton lainnya (dan mungkin bagi saya juga). Polling juga bisa anda akses setiap saat di bagian sidebar blog ini. Happy voting. ■UP


Ada 8 film yang dirilis minggu lalu, diantaranya Atomic Blonde, Cars 3, The Battleship Island, The Hitman's Bodyguard, Toilet Ek Prem Katha, serta 3 film Indonesia yaitu A:Aku, Benci, dan Cinta, The Underdogs, dan Turah.

Tiga film yang relatif berada di demografi yang berbeda sama-sama menjadi favoorit. Atomic Blonde, Cars 3, dan The Battleship Island mendapat hasil seri dengan 21,74%. Berikut hasil lengkapnya.


Berikut adalah polling untuk minggu ini. Seperti biasa, peraturannya: saya hanya mencantumkan film terbaru yang tayang dalam minggu ini, saya tidak akan mengikutsertakan film yang tayang pada midnight show, dan anda hanya bisa memilih maksimal 3 film.

Polling akan saya tutup Kamis depan pukul 23.59. Silakan pilih film pilihan anda minggu ini agar bisa menjadi referensi bagi penonton lainnya (dan mungkin bagi saya juga). Polling juga bisa anda akses setiap saat di bagian sidebar blog ini. Happy voting. ■UP

James Cameron Ungkap Jadwal Syuting Sekuel ‘Avatar’

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : James Cameron Ungkap Jadwal Syuting Sekuel ‘Avatar’
link : James Cameron Ungkap Jadwal Syuting Sekuel ‘Avatar’

Baca juga


Sutradara James Cameron mengungkap kapan ia akan mulai menggarap jajaran sekuel 'Avatar'.

Usai memastikan Stephen Lang (Colonel Quaritch) akan jadi villain di keempat sekuel Avatar, kali ini sutradara James Cameron mengungkap kapan ia akan mulai menggarap jajaran film sci-fi ambisius ini.

Ketika berbincang dengan Entertainment Weekly dalam rangka mempromosikan rilis ulang Terminator 2: Judgement Day berformat 3D, Cameron bercerita kini sekuel Avatar telah sepenuhnya berada di tahap produksi. Lebih spesifik, Cameron menyebut tahap produksi ini sebagai “scouting”, yang menurutnya sama dengan syuting.

Melalui proses scouting yang berlokasi di set virtual, Cameron bersama para pemainnya berupaya mencari skala, posisi dan lighting yang pas. Selanjutnya, usai pencarian ini rampung, Cameron akan menggelar gladi bersih dengan para pemain. Rencananya Cameron akan menggulirkan proses syuting sesungguhnya pada akhir September 2017.

Sebelumnya, Cameron sendiri menyatakan proses syuting keempat sekuel Avatar akan berjalan secara simultan layaknya miniseri, sebab keempat film ini tergabung dalam satu produksi besar. Berbekal metode syuting tersebut, Cameron menjelaskan ia bisa merekam sebuah adegan Avatar 2 di hari A, kemudian di hari B ia bisa langsung merekam sebuah adegan Avatar 4.

Saking kompleksnya proses syuting keempat sekuel Avatar, sang sutradara pun menilai menggarap keempat sekuel Avatar ibarat menggarap tiga film Godfather secara bersamaan. Dengan demikian, cukup masuk akal jika Cameron mengakui proyek sekuel Avatar adalah tantangan terbesar sepanjang karirnya.

Selain Stephen Lang, jajaran sekuel Avatar kembali dibintangi Sam Worthington (Jake), Zoe Saldana (Neytiri) dan Sigourney Weaver (Dr. Grace Augustine), disusul pemain baru meliputi Oona Chaplin dan Cliff Curtis. Film-film ini akan menyoroti kehidupan keluarga baru Jake bersama suku Na’Vi di planet Pandora.

Avatar 2 akan dirilis 18 Desember 2020. Sementara, tiga sekuel lainnya siap menyusul secara bergiliran pada 17 Desember 2021, 20 Desember 2024 dan 19 Desember 2025. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Sutradara James Cameron mengungkap kapan ia akan mulai menggarap jajaran sekuel 'Avatar'.

Usai memastikan Stephen Lang (Colonel Quaritch) akan jadi villain di keempat sekuel Avatar, kali ini sutradara James Cameron mengungkap kapan ia akan mulai menggarap jajaran film sci-fi ambisius ini.

Ketika berbincang dengan Entertainment Weekly dalam rangka mempromosikan rilis ulang Terminator 2: Judgement Day berformat 3D, Cameron bercerita kini sekuel Avatar telah sepenuhnya berada di tahap produksi. Lebih spesifik, Cameron menyebut tahap produksi ini sebagai “scouting”, yang menurutnya sama dengan syuting.

Melalui proses scouting yang berlokasi di set virtual, Cameron bersama para pemainnya berupaya mencari skala, posisi dan lighting yang pas. Selanjutnya, usai pencarian ini rampung, Cameron akan menggelar gladi bersih dengan para pemain. Rencananya Cameron akan menggulirkan proses syuting sesungguhnya pada akhir September 2017.

Sebelumnya, Cameron sendiri menyatakan proses syuting keempat sekuel Avatar akan berjalan secara simultan layaknya miniseri, sebab keempat film ini tergabung dalam satu produksi besar. Berbekal metode syuting tersebut, Cameron menjelaskan ia bisa merekam sebuah adegan Avatar 2 di hari A, kemudian di hari B ia bisa langsung merekam sebuah adegan Avatar 4.

Saking kompleksnya proses syuting keempat sekuel Avatar, sang sutradara pun menilai menggarap keempat sekuel Avatar ibarat menggarap tiga film Godfather secara bersamaan. Dengan demikian, cukup masuk akal jika Cameron mengakui proyek sekuel Avatar adalah tantangan terbesar sepanjang karirnya.

Selain Stephen Lang, jajaran sekuel Avatar kembali dibintangi Sam Worthington (Jake), Zoe Saldana (Neytiri) dan Sigourney Weaver (Dr. Grace Augustine), disusul pemain baru meliputi Oona Chaplin dan Cliff Curtis. Film-film ini akan menyoroti kehidupan keluarga baru Jake bersama suku Na’Vi di planet Pandora.

Avatar 2 akan dirilis 18 Desember 2020. Sementara, tiga sekuel lainnya siap menyusul secara bergiliran pada 17 Desember 2021, 20 Desember 2024 dan 19 Desember 2025. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Thursday, August 24, 2017

'Guardians of the Galaxy Vol. 3' akan Jadi Fondasi Film Marvel 20 Tahun Kedepan

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : 'Guardians of the Galaxy Vol. 3' akan Jadi Fondasi Film Marvel 20 Tahun Kedepan
link : 'Guardians of the Galaxy Vol. 3' akan Jadi Fondasi Film Marvel 20 Tahun Kedepan

Baca juga


Marvel akan menjadikan 'Guardians of the Galaxy Vol. 3' sebagai set up bagi film-film anyar MCU yang akan dirilis untuk 10-20 tahun kedepan.

Para pengamat memprediksi kelak akan terjadi “superhero fatigue” bila tingkat produksi film sejenis dirasa berlebihan dan ujungnya bisa membuat penonton bosan. Namun prediksi ini sepertinya hanya angin lalu lantaran studio Hollywood tetap tak bergeming dan bahkan semakin agresif dalam menggodok film superhero berikut cinematic universe ciptaannya untuk jangka panjang. Satu bukti nyata yang menggambarkan situasi tersebut ialah Marvel Studios yang rupanya sudah punya rencana terkait Marvel Cinematic Universe untuk 10 hingga 20 tahun kedepan.

Sebagai langkah awal untuk melaksanakan rencana jangka panjangnya yang ambisius, Marvel pun menjadikan Guardians of the Galaxy Vol. 3 sebagai set up atau fondasi bagi film-film anyar MCU yang akan dirilis untuk 10-20 tahun kedepan. Hal diakui langsung oleh James Gunn selaku penulis/sutradara Guardians of the Galaxy Vol. 3 melalui Facebook.

Lebih dari itu, Gunn juga memastikan filmnya yang bersetting pasca Avengers 4 ini siap memperluas sektor cosmic universe dari MCU, dan memperkenalkan sejumlah karakter baru. Di akhir pernyataannya, Gunn tak lupa mengkonfirmasi Vol. 3 akan jadi film terakhir bagi anggota Guardians of the Galaxy yang sekarang. Artinya, kemungkinan Vol. 3 akan menandai penampilan terakhir Star-Lord, Gamora, Drax, Rocket Raccoon dan Groot.

Sementara itu, saat ini Marvel tengah mempersiapkan tak kurang dari tujuh film sampai 2019. Diantaranya: Thor: Ragnarok (November 2017), Black Panther (Februari 2018), Avengers: Infinity War (Mei 2018) dan Ant-Man and the Wasp (Juli 2018). Kemudian disusul Captain Marvel (Maret 2019), Avengers 4 (Mei 2019) dan Spider-Man: Homecoming 2 (Juli 2019). ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Marvel akan menjadikan 'Guardians of the Galaxy Vol. 3' sebagai set up bagi film-film anyar MCU yang akan dirilis untuk 10-20 tahun kedepan.

Para pengamat memprediksi kelak akan terjadi “superhero fatigue” bila tingkat produksi film sejenis dirasa berlebihan dan ujungnya bisa membuat penonton bosan. Namun prediksi ini sepertinya hanya angin lalu lantaran studio Hollywood tetap tak bergeming dan bahkan semakin agresif dalam menggodok film superhero berikut cinematic universe ciptaannya untuk jangka panjang. Satu bukti nyata yang menggambarkan situasi tersebut ialah Marvel Studios yang rupanya sudah punya rencana terkait Marvel Cinematic Universe untuk 10 hingga 20 tahun kedepan.

Sebagai langkah awal untuk melaksanakan rencana jangka panjangnya yang ambisius, Marvel pun menjadikan Guardians of the Galaxy Vol. 3 sebagai set up atau fondasi bagi film-film anyar MCU yang akan dirilis untuk 10-20 tahun kedepan. Hal diakui langsung oleh James Gunn selaku penulis/sutradara Guardians of the Galaxy Vol. 3 melalui Facebook.

Lebih dari itu, Gunn juga memastikan filmnya yang bersetting pasca Avengers 4 ini siap memperluas sektor cosmic universe dari MCU, dan memperkenalkan sejumlah karakter baru. Di akhir pernyataannya, Gunn tak lupa mengkonfirmasi Vol. 3 akan jadi film terakhir bagi anggota Guardians of the Galaxy yang sekarang. Artinya, kemungkinan Vol. 3 akan menandai penampilan terakhir Star-Lord, Gamora, Drax, Rocket Raccoon dan Groot.

Sementara itu, saat ini Marvel tengah mempersiapkan tak kurang dari tujuh film sampai 2019. Diantaranya: Thor: Ragnarok (November 2017), Black Panther (Februari 2018), Avengers: Infinity War (Mei 2018) dan Ant-Man and the Wasp (Juli 2018). Kemudian disusul Captain Marvel (Maret 2019), Avengers 4 (Mei 2019) dan Spider-Man: Homecoming 2 (Juli 2019). ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Review Film: 'Bad Genius' (2017)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Drama, Artikel Kriminal, Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Bad Genius' (2017)
link : Review Film: 'Bad Genius' (2017)

Baca juga


Film ini seru dan sangat menegangkan.

“If you don't cheat,life will cheat on you. ”
— Lynn
Rating UP:
Bad Genius mengkonfirmasi kepercayaan kita semasa sekolah bahwa menyontek merupakan sebuah thriller. Film ini menyajikan aksi contek-menyontek seolah seperti film heist. Siapa bilang menyontek itu tak menyangkut hidup-mati? Film ini tak berlebihan. Guru-guru mungkin tidak tahu bahwa bagi kita menyontek itu adalah sebuah misi yang mendebarkan. Mungkin tahu tapi sudah lupa. Atau pura-pura tidak tahu.


Film ini seru dan sangat menegangkan. Mungkin karena ia diangkat dari kisah nyata. Para siswa menyusun dan mengeksekusi rencana yang cerdik agar bisa lulus ujian adalah bahasan yang sudah lumrah. Saya berani bilang bahwa cerita semacam ini adalah pengalaman kita semua, termasuk say... maksud saya, teman-teman saya. Film ini secara khusus terinspirasi dari skandal internasional yang terjadi saat ujian SAT (Scholastic Assessment Tests).

Film dimulai dengan adegan interogasi dari siswa yang sepertinya sedang dicurigai melakukan kecurangan. Siswa pertama adalah Lynn (Chutimon Chuengcharoensukying). Ia berasal dari keluarga miskin. Ayahnya, yang baru saja bercerai, hanya seorang guru biasa. Namun Lynn berhasil masuk ke sekolah elit di Bangkok, lalu ngeles dengan sedemikian lihai hingga sukses mendapat beasiswa penuh.

Lynn kemudian baru tahu kalau ternyata siswa sekolah elit tak harus pintar semua. Kebanyakan dari mereka hanyalah anak orang kaya. Salah satunya adalah Grace (Eisaya Hosuwan) yang menjadi teman pertama Lynn, dan mungkin satu-satunya. Masalahnya, Grace tak begitu cemerlang di bidang akademis tapi ia butuh nilai yang cukup agar diperbolehkan ikut kelas akting. Jadi, Lynn bersedia membantunya saat ujian.

Hal ini segera menjadi peluang bisnis setelah pacar Grace yang juga sama lemotnya, Pat (Teeradon Supapunpinyo) menawarkan bayaran untuk jasa Lynn. Lynn sebenarnya bukan siswa yang culas. Namun melihat bagaimana mudahnya anak-anak orang kaya bisa bersekolah elit, sedikit tersentuh untuk membantu temannya, dan mempertimbangkan keuangan keluarganya yang angot-angotan, Lynn meyakinkan dirinya bahwa ini demi kebaikan bersama.

Namanya sekolah, gosip menyebar secepat arisan ibu-ibu komplek. Semakin banyak siswa yang rela membayar demi mendapatkan jawaban. Tentu saja bakal ketauan. Ingat kalau dulu kita juga punya teman yang suka ngadu? Rival Lynn, Bank (Canon Santinatornkul) melakukannya. Namun Lynn tak hanya bisa dengan cepat beradaptasi, ia juga berhasil melebarkan bisnisnya tersebut ke skala internasional.

Saya kira film ini akan menginspirasi teknik-teknik baru dalam menyontek. Mulai dari menggunakan penghapus dan sepatu sebagaimana yang dilakukan Lynn saat pertama kali, mengetukkan jari tangan, sampai memalsukan sakit perut dan memakai barcode di pensil. Semua ini sangat kreatif dan sebagian besar tak pernah saya lihat sebelumnya. Tapi siswa sekolah selalu merupakan pribadi yang bermotivasi tinggi. Saya yakin mereka mampu merancang teknik yang lebih dahsyat daripada yang dipakai di dalam film.

Karena menyontek di dunia nyata tak bisa disebut sebagai heist sungguhan, mengagumkan bagaimana sutradara Nattawut Poonpiya sukses dalam menjaga fimnya tetap menegangkan. Ia merancang setiap aksi menyontek ini layaknya sekuens dalam film heist atau semacamnya. Sinematografi dan editing dipakai sedemikian rupa untuk mengeskalasi ketegangan. Bagian puncak, ketika Lynn dkk berusaha mencurangi ujian STIC (SAT fiktif versi film) adalah ketegangan hqq karena ini melibatkan ujian skala internasional yang tentu saja punya tingkat keamanan yang tinggi sehingga butuh teknik yang lebih pelik dan timing yang lebih ketat.

Anda tahu, inilah yang bermasalah dengan pendidikan masa kini. Film ini juga menjadi kritik sosial terhadap budaya ujian dan sistem pendidikan. Kita kadung memberi standar akademis yang terbatas hanya pada nilai. Nilai bagus berarti siswa yang pintar. Padahal tidak selalu. Belum lagi korupsi dari institusi pendidikan itu sendiri yang mencederai kesempatan bagi sebagian orang untuk memperoleh pendidikan yang sepadan. Menjelang akhir, film ini sedikit menyentil ranah yang lebih gelap, dimana kita melihat salah satu karakternya terbawa korup. Namun film ditutup dengan ending yang positif, mungkin demi memberi pesan moral.

Ini membuat Bad Genius tak terkesan menglorifikasi contek-menyontek, meskipun cara filmnya mempresentasikan sekuens contek-menyontek menjadikannya terlihat keren. Ingat adik-adik, menyontek ini tidak boleh.... kalau sampai ketahuan. Eh, maaf. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Bad Genius

93 menit
Remaja - BO
Nattawut Poonpiriya
Nattawut Poonpiriya, Tanida Hantaweewatana, Vasudhorn Piyaromna
Scott Rudin, Eli Bush, Evelyn O'Neil
Hualampong Riddim

Film ini seru dan sangat menegangkan.

“If you don't cheat,life will cheat on you. ”
— Lynn
Rating UP:
Bad Genius mengkonfirmasi kepercayaan kita semasa sekolah bahwa menyontek merupakan sebuah thriller. Film ini menyajikan aksi contek-menyontek seolah seperti film heist. Siapa bilang menyontek itu tak menyangkut hidup-mati? Film ini tak berlebihan. Guru-guru mungkin tidak tahu bahwa bagi kita menyontek itu adalah sebuah misi yang mendebarkan. Mungkin tahu tapi sudah lupa. Atau pura-pura tidak tahu.


Film ini seru dan sangat menegangkan. Mungkin karena ia diangkat dari kisah nyata. Para siswa menyusun dan mengeksekusi rencana yang cerdik agar bisa lulus ujian adalah bahasan yang sudah lumrah. Saya berani bilang bahwa cerita semacam ini adalah pengalaman kita semua, termasuk say... maksud saya, teman-teman saya. Film ini secara khusus terinspirasi dari skandal internasional yang terjadi saat ujian SAT (Scholastic Assessment Tests).

Film dimulai dengan adegan interogasi dari siswa yang sepertinya sedang dicurigai melakukan kecurangan. Siswa pertama adalah Lynn (Chutimon Chuengcharoensukying). Ia berasal dari keluarga miskin. Ayahnya, yang baru saja bercerai, hanya seorang guru biasa. Namun Lynn berhasil masuk ke sekolah elit di Bangkok, lalu ngeles dengan sedemikian lihai hingga sukses mendapat beasiswa penuh.

Lynn kemudian baru tahu kalau ternyata siswa sekolah elit tak harus pintar semua. Kebanyakan dari mereka hanyalah anak orang kaya. Salah satunya adalah Grace (Eisaya Hosuwan) yang menjadi teman pertama Lynn, dan mungkin satu-satunya. Masalahnya, Grace tak begitu cemerlang di bidang akademis tapi ia butuh nilai yang cukup agar diperbolehkan ikut kelas akting. Jadi, Lynn bersedia membantunya saat ujian.

Hal ini segera menjadi peluang bisnis setelah pacar Grace yang juga sama lemotnya, Pat (Teeradon Supapunpinyo) menawarkan bayaran untuk jasa Lynn. Lynn sebenarnya bukan siswa yang culas. Namun melihat bagaimana mudahnya anak-anak orang kaya bisa bersekolah elit, sedikit tersentuh untuk membantu temannya, dan mempertimbangkan keuangan keluarganya yang angot-angotan, Lynn meyakinkan dirinya bahwa ini demi kebaikan bersama.

Namanya sekolah, gosip menyebar secepat arisan ibu-ibu komplek. Semakin banyak siswa yang rela membayar demi mendapatkan jawaban. Tentu saja bakal ketauan. Ingat kalau dulu kita juga punya teman yang suka ngadu? Rival Lynn, Bank (Canon Santinatornkul) melakukannya. Namun Lynn tak hanya bisa dengan cepat beradaptasi, ia juga berhasil melebarkan bisnisnya tersebut ke skala internasional.

Saya kira film ini akan menginspirasi teknik-teknik baru dalam menyontek. Mulai dari menggunakan penghapus dan sepatu sebagaimana yang dilakukan Lynn saat pertama kali, mengetukkan jari tangan, sampai memalsukan sakit perut dan memakai barcode di pensil. Semua ini sangat kreatif dan sebagian besar tak pernah saya lihat sebelumnya. Tapi siswa sekolah selalu merupakan pribadi yang bermotivasi tinggi. Saya yakin mereka mampu merancang teknik yang lebih dahsyat daripada yang dipakai di dalam film.

Karena menyontek di dunia nyata tak bisa disebut sebagai heist sungguhan, mengagumkan bagaimana sutradara Nattawut Poonpiya sukses dalam menjaga fimnya tetap menegangkan. Ia merancang setiap aksi menyontek ini layaknya sekuens dalam film heist atau semacamnya. Sinematografi dan editing dipakai sedemikian rupa untuk mengeskalasi ketegangan. Bagian puncak, ketika Lynn dkk berusaha mencurangi ujian STIC (SAT fiktif versi film) adalah ketegangan hqq karena ini melibatkan ujian skala internasional yang tentu saja punya tingkat keamanan yang tinggi sehingga butuh teknik yang lebih pelik dan timing yang lebih ketat.

Anda tahu, inilah yang bermasalah dengan pendidikan masa kini. Film ini juga menjadi kritik sosial terhadap budaya ujian dan sistem pendidikan. Kita kadung memberi standar akademis yang terbatas hanya pada nilai. Nilai bagus berarti siswa yang pintar. Padahal tidak selalu. Belum lagi korupsi dari institusi pendidikan itu sendiri yang mencederai kesempatan bagi sebagian orang untuk memperoleh pendidikan yang sepadan. Menjelang akhir, film ini sedikit menyentil ranah yang lebih gelap, dimana kita melihat salah satu karakternya terbawa korup. Namun film ditutup dengan ending yang positif, mungkin demi memberi pesan moral.

Ini membuat Bad Genius tak terkesan menglorifikasi contek-menyontek, meskipun cara filmnya mempresentasikan sekuens contek-menyontek menjadikannya terlihat keren. Ingat adik-adik, menyontek ini tidak boleh.... kalau sampai ketahuan. Eh, maaf. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Bad Genius

93 menit
Remaja - BO
Nattawut Poonpiriya
Nattawut Poonpiriya, Tanida Hantaweewatana, Vasudhorn Piyaromna
Scott Rudin, Eli Bush, Evelyn O'Neil
Hualampong Riddim

Kisah Cinta Joker & Harley Quinn akan Difilmkan, ‘The Batman’ Kemungkinan Dibintangi Aktor Baru

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Kisah Cinta Joker & Harley Quinn akan Difilmkan, ‘The Batman’ Kemungkinan Dibintangi Aktor Baru
link : Kisah Cinta Joker & Harley Quinn akan Difilmkan, ‘The Batman’ Kemungkinan Dibintangi Aktor Baru

Baca juga


Menyusul beredarnya kabar bahwa Warner Bros. akan membuat film asal-usul Joker yang diproduseri sineas elit Martin Scorcese, kini ada dua kabar baru lainnya terkait DC yang juga menjadi sorotan.

Menyusul beredarnya kabar bahwa Warner Bros. akan membuat film asal-usul Joker yang diproduseri sineas elit Martin Scorcese, kini ada dua kabar baru lainnya terkait DC yang juga menjadi sorotan.

Berdasarkan laporan dari THR, WB berencana membuat film khusus Joker dan Harley Quinn dengan kembali dibintangi dua pemeran karakter tersebut di Suicide Squad, yakni Jared Leto dan Margot Robbie. Film ini sendiri akan menyoroti kisah cinta Joker dan Harley Quinn yang gila dan sulit ditebak. Film ini pun digambarkan akan seperti When Harry Met Sally yang dikombinasikan dengan obat terlarang. Saat ini WB sedang bernegosiasi dengan Glenn Ficarra dan John Requa untuk ditunjuk sebagai sutradara sekaligus penulis skrip. Pemilihan duo sineas ini dinilai cukup tepat untuk film Joker dan Harley Quinn karena sebelumnya mereka pernah menghadirkan kisah cinta tak biasa lewat Crazy, Stupid, Love dan Focus.

Lebh lanjut, film Joker dan Harley Quinn nantinya akan terhubung dengan DC Extended Universe. Sementara itu, di saat bersamaan, kini WB juga mengembangkan Suicide Squad 2 dan Gotham City Sirens yang kembali dibintangi Leto sebagai musuh besar Batman.

Nah, bicara soal Batman, dalam kabar lainnya THR menyebutkan The Batman belum tentu tergabung dalam DCEU. Karenanya, ada potensi film yang disutradarai Matt Reeves ini takkan kembali dibintangi Ben Affleck, melainkan dibintangi aktor baru sebagai karakter titular. Muncul dugaan bahwa The Batman nanti akan menyusul film asal-usul Joker sebagai proyek garapan rumah produksi baru milik WB yang khusus menangani film DC yang bukan bagian DCEU.

Bagaimanapun, kabar yang mengklaim Affleck tak kembali jadi jagoan DC di The Batman memang belum tentu benar. Hanya saja, sulit untuk tidak memercayainya lantaran belum lama ini aktor yang juga adik Ben, Casey Affleck, mengaku sang kakak takkan tampil di The Batman. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Menyusul beredarnya kabar bahwa Warner Bros. akan membuat film asal-usul Joker yang diproduseri sineas elit Martin Scorcese, kini ada dua kabar baru lainnya terkait DC yang juga menjadi sorotan.

Menyusul beredarnya kabar bahwa Warner Bros. akan membuat film asal-usul Joker yang diproduseri sineas elit Martin Scorcese, kini ada dua kabar baru lainnya terkait DC yang juga menjadi sorotan.

Berdasarkan laporan dari THR, WB berencana membuat film khusus Joker dan Harley Quinn dengan kembali dibintangi dua pemeran karakter tersebut di Suicide Squad, yakni Jared Leto dan Margot Robbie. Film ini sendiri akan menyoroti kisah cinta Joker dan Harley Quinn yang gila dan sulit ditebak. Film ini pun digambarkan akan seperti When Harry Met Sally yang dikombinasikan dengan obat terlarang. Saat ini WB sedang bernegosiasi dengan Glenn Ficarra dan John Requa untuk ditunjuk sebagai sutradara sekaligus penulis skrip. Pemilihan duo sineas ini dinilai cukup tepat untuk film Joker dan Harley Quinn karena sebelumnya mereka pernah menghadirkan kisah cinta tak biasa lewat Crazy, Stupid, Love dan Focus.

Lebh lanjut, film Joker dan Harley Quinn nantinya akan terhubung dengan DC Extended Universe. Sementara itu, di saat bersamaan, kini WB juga mengembangkan Suicide Squad 2 dan Gotham City Sirens yang kembali dibintangi Leto sebagai musuh besar Batman.

Nah, bicara soal Batman, dalam kabar lainnya THR menyebutkan The Batman belum tentu tergabung dalam DCEU. Karenanya, ada potensi film yang disutradarai Matt Reeves ini takkan kembali dibintangi Ben Affleck, melainkan dibintangi aktor baru sebagai karakter titular. Muncul dugaan bahwa The Batman nanti akan menyusul film asal-usul Joker sebagai proyek garapan rumah produksi baru milik WB yang khusus menangani film DC yang bukan bagian DCEU.

Bagaimanapun, kabar yang mengklaim Affleck tak kembali jadi jagoan DC di The Batman memang belum tentu benar. Hanya saja, sulit untuk tidak memercayainya lantaran belum lama ini aktor yang juga adik Ben, Casey Affleck, mengaku sang kakak takkan tampil di The Batman. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem