Friday, September 15, 2017

Review Film: 'Extortion' (2017)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Aksi, Artikel Kriminal, Artikel Review, Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Extortion' (2017)
link : Review Film: 'Extortion' (2017)

Baca juga


Kalau saja film ini berhenti di menit ke enam puluh, ia akan menjadi film yang jauh lebih baik.

“How much is your family life worth?”
— Miguel Kaba
Rating UP:
Extortion bisa menjadi film thriller kelas B yang sangat menegangkan dan efektif, namun mengapung terlalu jauh dari premis sederhananya untuk menjadi film lain yang lebih rumit. Film ini keluar dari jalur beberapa kali menuju arah yang tak kita duga, tapi juga tak kita harapkan, in a bad way. Melewati setengah durasi, ia menjadi film yang semakin buruk setiap menit berjalan selagi karakter kita melakukan hal-hal yang semakin bodoh, not in a fun way.


Sayang sekali mengingat idenya yang memang tak baru, tapi cukup mantap. Extortion mengeksploitasi salah satu ketakutan dasar kita, yaitu terdampar di suatu tempat yang tak punya akomodasi yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dan tanpa ada peluang untuk selamat. Ada semacam kengerian saat terjebak di tempat asing yang sama sekali tak kita kenal. Karakter utama kita adalah keluarga kecil Amerika yang terdampar di sebuah pulau di Karibia. Jika sebelumnya kita mendapatkan film Cage Dive yang diklaim sebagai film ketiga Open Water, maka sesungguhnya Extortion lebih layak menyandang prediket tersebut.

Paruh pertama film ini memberi dampak psikis khusus pada saya, dan mungkin sebagian besar anda juga. Saya otomatis menempatkan diri di tempat tokoh utama, karena skenario yang terjadi padanya sangat mungkin terjadi di kehidupan nyata. Sudah cukup menakutkan untuk terjebak sendirian di pulau tak berpenghuni, tapi jauh lebih mengerikan saat keluarga ikut terbawa, dengan anak yang masih bocah pula. Ada banyak hal yang bisa dilakukan bagi diri sendiri untuk bertahan hidup, namun bagaimana dengan istri dan anak? Insting tanggung jawab sebagai kepala keluarga ini menciptakan kemarahan dan keputusasaan dalam kondisi demikian.

Kevin Riley (Eion Bailey) adalah seorang dokter sukses yang berencana mengajak istrinya, Julie (Bethany Joy Lenz) dan anaknya yang masih berusia 6 tahun, Andy (Mauricio Alemany) liburan ke Karibia. Dokter memang pintar, tapi bukan berarti tahu semua hal; ia tak bisa memperbaiki mesin pemotong rumput. Siapa sangka ini menjadi fakta yang cukup penting nantinya. Kevin bermaksud untuk menyenangkan keduanya dengan menyewa fasilitas paling mewah disana sampai rela menggelontorkan duit lebih. “Semua hal di Karibia bisa dinegosiasikan dengan uang,” nasihat salah satu tetangganya sebelum berangkat. Jadi saat ia tak bisa mendapatkan jetski dari hotel, ia menyewa boat langsung ke warga lokal.

Kevin membawa Julie dan Andy berkeliling laut di sekitar Karibia, lalu bermain sejenak di pulau kecil tak berpenghuni. Namun saat akan pulang, mesinnya boat tak bisa hidup. Siang berganti malam, ia masih tak bisa mengusahakan apapun. Dahaga tak tertahankan lagi karena pulau tersebut ternyata tak punya sumber mata air tawar. Tak ada kapal yang melintas di sekitar mereka, kalaupun ada terlalu jauh untuk bisa melihat mereka. Beberapa hari kemudian bantuan datang.

Saya tak akan terlalu mengungkap apa yang terjadi disini. Yang jelas, bantuannya tak seperti yang mereka harapkan. Meski begitu, ada beberapa poin plot yang lumayan spoiler tapi harus saya beberkan agar anda bisa menangkap apa yang sebenarnya terjadi., yaitu: (1) tokoh utama kita harus berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan istri dan anaknya; serta (2) ada nelayan yang harus melakukan hal yang sangat sangat buruk demi menghidupi istri dan anaknya.

That’s a movie you got there. Plotnya sudah cukup untuk sebuah film. Namun sutradara Phil Volken yang juga menulis skrip memberikan kelokan peristiwa yang begitu aneh dan saking tak masuk akalnya sampai anda geleng-geleng kepala karena tak percaya. Kasus Kevin menarik perhatian publik hingga Kedutaan Besar Amerika. Polisi yang dipimpin oleh Danny Glover sudah turun tangan, tapi Kevin ingin menanganinya sendiri. Nah, coba anda perhatikan ini. Kevin yang notabene adalah dokter biasa, berhasil melacak nama nelayan yang dimaksud, tahu bahwa ia pengungsi dari Haiti, alamat rumahnya, hingga nomor kapal yang digunakan, terlepas dari fakta bahwa Karibia terdiri dari banyak kepulauan dan berisi (mungkin) ratusan nelayan.

Kevin melakukan hal yang sangat patut dipertanyakan kelogisannya . Memang dalam keadaan stres orang bisa melakukan hal-hal sinting, tapi setidaknya masih punya akal sehat untuk menyadari bahwa apa yang akan ia lakukan itu malahan membuat nyawa keluarganya semakin dalam bahaya. Ia serampangan, dan masih saja kaget saat semua berakhir keliru. Tapi siapa saya berhak nge-judge; bukan keluarga saya yang dalam bahaya. Meski demikian, Bailey memberikan akting yang dibutuhkan karakternya. Barkhad Abdi kembali menunjukkan penampilan sebagai karakter pendukung yang kuat setelah perannya dalam Captain Phillips.

Ending filmnya juga berjalan 15 menit terlalu panjang. Sesuatu terjadi, dan kemudian sesuatu yang lain terjadi pula. Saat saya mengira filmnya sudah akan berakhir, ternyata ia masih punya kelokan tak penting yang seolah harus dijelaskan. Kalau saja film ini berhenti di menit ke enam puluh, ia akan menjadi film yang jauh lebih baik. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Extortion

109 menit
Remaja - BO
Phil Volken
Phil Volken
Phil Volken, Alina Shraybman
Gad Emile Zeitune

Kalau saja film ini berhenti di menit ke enam puluh, ia akan menjadi film yang jauh lebih baik.

“How much is your family life worth?”
— Miguel Kaba
Rating UP:
Extortion bisa menjadi film thriller kelas B yang sangat menegangkan dan efektif, namun mengapung terlalu jauh dari premis sederhananya untuk menjadi film lain yang lebih rumit. Film ini keluar dari jalur beberapa kali menuju arah yang tak kita duga, tapi juga tak kita harapkan, in a bad way. Melewati setengah durasi, ia menjadi film yang semakin buruk setiap menit berjalan selagi karakter kita melakukan hal-hal yang semakin bodoh, not in a fun way.


Sayang sekali mengingat idenya yang memang tak baru, tapi cukup mantap. Extortion mengeksploitasi salah satu ketakutan dasar kita, yaitu terdampar di suatu tempat yang tak punya akomodasi yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dan tanpa ada peluang untuk selamat. Ada semacam kengerian saat terjebak di tempat asing yang sama sekali tak kita kenal. Karakter utama kita adalah keluarga kecil Amerika yang terdampar di sebuah pulau di Karibia. Jika sebelumnya kita mendapatkan film Cage Dive yang diklaim sebagai film ketiga Open Water, maka sesungguhnya Extortion lebih layak menyandang prediket tersebut.

Paruh pertama film ini memberi dampak psikis khusus pada saya, dan mungkin sebagian besar anda juga. Saya otomatis menempatkan diri di tempat tokoh utama, karena skenario yang terjadi padanya sangat mungkin terjadi di kehidupan nyata. Sudah cukup menakutkan untuk terjebak sendirian di pulau tak berpenghuni, tapi jauh lebih mengerikan saat keluarga ikut terbawa, dengan anak yang masih bocah pula. Ada banyak hal yang bisa dilakukan bagi diri sendiri untuk bertahan hidup, namun bagaimana dengan istri dan anak? Insting tanggung jawab sebagai kepala keluarga ini menciptakan kemarahan dan keputusasaan dalam kondisi demikian.

Kevin Riley (Eion Bailey) adalah seorang dokter sukses yang berencana mengajak istrinya, Julie (Bethany Joy Lenz) dan anaknya yang masih berusia 6 tahun, Andy (Mauricio Alemany) liburan ke Karibia. Dokter memang pintar, tapi bukan berarti tahu semua hal; ia tak bisa memperbaiki mesin pemotong rumput. Siapa sangka ini menjadi fakta yang cukup penting nantinya. Kevin bermaksud untuk menyenangkan keduanya dengan menyewa fasilitas paling mewah disana sampai rela menggelontorkan duit lebih. “Semua hal di Karibia bisa dinegosiasikan dengan uang,” nasihat salah satu tetangganya sebelum berangkat. Jadi saat ia tak bisa mendapatkan jetski dari hotel, ia menyewa boat langsung ke warga lokal.

Kevin membawa Julie dan Andy berkeliling laut di sekitar Karibia, lalu bermain sejenak di pulau kecil tak berpenghuni. Namun saat akan pulang, mesinnya boat tak bisa hidup. Siang berganti malam, ia masih tak bisa mengusahakan apapun. Dahaga tak tertahankan lagi karena pulau tersebut ternyata tak punya sumber mata air tawar. Tak ada kapal yang melintas di sekitar mereka, kalaupun ada terlalu jauh untuk bisa melihat mereka. Beberapa hari kemudian bantuan datang.

Saya tak akan terlalu mengungkap apa yang terjadi disini. Yang jelas, bantuannya tak seperti yang mereka harapkan. Meski begitu, ada beberapa poin plot yang lumayan spoiler tapi harus saya beberkan agar anda bisa menangkap apa yang sebenarnya terjadi., yaitu: (1) tokoh utama kita harus berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan istri dan anaknya; serta (2) ada nelayan yang harus melakukan hal yang sangat sangat buruk demi menghidupi istri dan anaknya.

That’s a movie you got there. Plotnya sudah cukup untuk sebuah film. Namun sutradara Phil Volken yang juga menulis skrip memberikan kelokan peristiwa yang begitu aneh dan saking tak masuk akalnya sampai anda geleng-geleng kepala karena tak percaya. Kasus Kevin menarik perhatian publik hingga Kedutaan Besar Amerika. Polisi yang dipimpin oleh Danny Glover sudah turun tangan, tapi Kevin ingin menanganinya sendiri. Nah, coba anda perhatikan ini. Kevin yang notabene adalah dokter biasa, berhasil melacak nama nelayan yang dimaksud, tahu bahwa ia pengungsi dari Haiti, alamat rumahnya, hingga nomor kapal yang digunakan, terlepas dari fakta bahwa Karibia terdiri dari banyak kepulauan dan berisi (mungkin) ratusan nelayan.

Kevin melakukan hal yang sangat patut dipertanyakan kelogisannya . Memang dalam keadaan stres orang bisa melakukan hal-hal sinting, tapi setidaknya masih punya akal sehat untuk menyadari bahwa apa yang akan ia lakukan itu malahan membuat nyawa keluarganya semakin dalam bahaya. Ia serampangan, dan masih saja kaget saat semua berakhir keliru. Tapi siapa saya berhak nge-judge; bukan keluarga saya yang dalam bahaya. Meski demikian, Bailey memberikan akting yang dibutuhkan karakternya. Barkhad Abdi kembali menunjukkan penampilan sebagai karakter pendukung yang kuat setelah perannya dalam Captain Phillips.

Ending filmnya juga berjalan 15 menit terlalu panjang. Sesuatu terjadi, dan kemudian sesuatu yang lain terjadi pula. Saat saya mengira filmnya sudah akan berakhir, ternyata ia masih punya kelokan tak penting yang seolah harus dijelaskan. Kalau saja film ini berhenti di menit ke enam puluh, ia akan menjadi film yang jauh lebih baik. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Extortion

109 menit
Remaja - BO
Phil Volken
Phil Volken
Phil Volken, Alina Shraybman
Gad Emile Zeitune

Thursday, September 14, 2017

Trailer 'Tomb Raider' Segera Dirilis, Alicia Vikander Bagikan Detail Cerita

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Trailer 'Tomb Raider' Segera Dirilis, Alicia Vikander Bagikan Detail Cerita
link : Trailer 'Tomb Raider' Segera Dirilis, Alicia Vikander Bagikan Detail Cerita

Baca juga


Mengingat 'Tomb Raider' dijadwalkan tayang awal 2018, publik pun mulai bertanya-tanya kapan trailernya akan dirilis. Teka-teki ini akhirnya dijawab Alicia Vikander di sela event TIFF 2017.

Meski sejauh ini mayoritas film adaptasi video game selalu menorehkan hasil negatif baik dari segi box office maupun resepsi penonton, hal ini tak menyurutkan semangat studio Hollywood untuk terus membuat film sejenis. Yang terbaru, ada Warner Bros. yang siap menghadirkan Tomb Raider reboot dengan Alicia Vikander sebagai pemeran Lara Croft si gadis petualang.

Mengingat Tomb Raider dijadwalkan tayang awal 2018, publik pun mulai bertanya-tanya kapan trailernya akan dirilis. Teka-teki ini akhirnya dijawab Vikander saat ditemui Ottawa Sun di sela event TIFF 2017. Ia mengakui, trailer perdana Tomb Raider akan meluncur dalam dua minggu. Berangkat dari pernyataan Vikander, sebagian pihak memprediksi trailer ini akan dirilis bersamaan dengan The LEGO Ninjago Movie yang akan tayang 22 September nanti. Selain jadwal perilisan trailer, Vikander juga berbagi detail baru terkait cerita Tomb Raider. Ia menjelaskan:

“Menurut saya film ini bercerita tentang gadis yang sedang mencari jati dirinya. Film ini tentang anak muda yang belum tahu benar akan situasi dunia yang sesungguhnya. Akan ada sejumlah pertanyaan apa yang ingin atau harus Anda lakukan, yang mana hal semacam itu tak mudah untuk dijawab bagi anak remaja. (Jadi) film ini adalah tentang kisah pendewasaan diri dengan karakter utama populer yang sarat akan aksi. Semoga kita bisa melihat sisi Lara Croft yang belum pernah kita lihat sebelumnya.”

Sebelumnya, Vikander juga mengkonfirmasi film ini akan menjelaskan asal-usul Lara Croft, dan ia belum pernah berpetualang saat cerita filmnya dimulai. Yang menarik, Vikander juga pernah mengatakan film ini punya banyak adegan yang melibatkan air. Kita lihat saja apakah adegan air ini akan dipamerkan di trailernya.

Mengambil inspirasi dari game Tomb Raider reboot yang dirilis 2013, film ini sendiri akan mengisahkan perjalanan Lara Croft muda dalam mencari ayahnya yang hilang secara misterius. Selain Vikander, daftar cast juga diisi Walton Goggins (villain Mathias Vogel), Daniel Wu (Lu Ren), Hannah-John Kamen (Sophie) dan Dominic West (ayah Lara, Lord Richard Croft). Disutradarai Roar Uthaug (The Wave), Tomb Raider akan rilis 16 Maret 2018. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Mengingat 'Tomb Raider' dijadwalkan tayang awal 2018, publik pun mulai bertanya-tanya kapan trailernya akan dirilis. Teka-teki ini akhirnya dijawab Alicia Vikander di sela event TIFF 2017.

Meski sejauh ini mayoritas film adaptasi video game selalu menorehkan hasil negatif baik dari segi box office maupun resepsi penonton, hal ini tak menyurutkan semangat studio Hollywood untuk terus membuat film sejenis. Yang terbaru, ada Warner Bros. yang siap menghadirkan Tomb Raider reboot dengan Alicia Vikander sebagai pemeran Lara Croft si gadis petualang.

Mengingat Tomb Raider dijadwalkan tayang awal 2018, publik pun mulai bertanya-tanya kapan trailernya akan dirilis. Teka-teki ini akhirnya dijawab Vikander saat ditemui Ottawa Sun di sela event TIFF 2017. Ia mengakui, trailer perdana Tomb Raider akan meluncur dalam dua minggu. Berangkat dari pernyataan Vikander, sebagian pihak memprediksi trailer ini akan dirilis bersamaan dengan The LEGO Ninjago Movie yang akan tayang 22 September nanti. Selain jadwal perilisan trailer, Vikander juga berbagi detail baru terkait cerita Tomb Raider. Ia menjelaskan:

“Menurut saya film ini bercerita tentang gadis yang sedang mencari jati dirinya. Film ini tentang anak muda yang belum tahu benar akan situasi dunia yang sesungguhnya. Akan ada sejumlah pertanyaan apa yang ingin atau harus Anda lakukan, yang mana hal semacam itu tak mudah untuk dijawab bagi anak remaja. (Jadi) film ini adalah tentang kisah pendewasaan diri dengan karakter utama populer yang sarat akan aksi. Semoga kita bisa melihat sisi Lara Croft yang belum pernah kita lihat sebelumnya.”

Sebelumnya, Vikander juga mengkonfirmasi film ini akan menjelaskan asal-usul Lara Croft, dan ia belum pernah berpetualang saat cerita filmnya dimulai. Yang menarik, Vikander juga pernah mengatakan film ini punya banyak adegan yang melibatkan air. Kita lihat saja apakah adegan air ini akan dipamerkan di trailernya.

Mengambil inspirasi dari game Tomb Raider reboot yang dirilis 2013, film ini sendiri akan mengisahkan perjalanan Lara Croft muda dalam mencari ayahnya yang hilang secara misterius. Selain Vikander, daftar cast juga diisi Walton Goggins (villain Mathias Vogel), Daniel Wu (Lu Ren), Hannah-John Kamen (Sophie) dan Dominic West (ayah Lara, Lord Richard Croft). Disutradarai Roar Uthaug (The Wave), Tomb Raider akan rilis 16 Maret 2018. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

‘John Wick: Chapter 3’ Siap Dirilis 2019

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : ‘John Wick: Chapter 3’ Siap Dirilis 2019
link : ‘John Wick: Chapter 3’ Siap Dirilis 2019

Baca juga


Usai menelurkan seri kedua di awal 2017 ini, 'John Wick' siap mengeluarkan seri ketiga yang baru saja mendapatkan tanggal rilis.

Meluncur pada akhir 2014, siapa yang menyangka jika John Wick tak hanya berakhir menjadi film action keren yang kembali mengangkat pamor Keanu Reeves, tapi juga sukses menjadi franchise. Usai menelurkan seri kedua di awal 2017 ini, John Wick siap mengeluarkan seri ketiga yang baru saja mendapatkan tanggal rilis.

Seolah ingin menjadikan John Wick: Chapter 3 sebagai sajian summer blockbuster, Lionsgate memastikan film ini akan tayang 17 Mei 2019. Langkah Lionsgate merilis Chapter 3 pada musim panas pun dinilai sebagai bentuk keyakinan studio terhadap kesuksesan filmnya, meski nanti harus berhadapan dengan beberapa film besar yang tak kalah menarik. Sebut saja Avengers 4 yang tayang dua minggu sebelum Chapter 3. Kemudian juga ada live-action Aladdin dan film adaptasi game populer Minecraft yang tayang seminggu setelah Chapter 3.

Meski Reeves dipastikan kembali berperan sebagai John Wick, belum diketahui pasti apakah Chapter 3 kembali dibesut sutradara film sebelumnya, Chad Stahelski. Kendati demikian, Stahelski sempat berbagi detail cerita Chapter 3. Alih-alih membuat segalanya lebih besar termasuk action set piece, seri ketiga justru hadir dengan menghadirkan lebih banyak intrik yang mewarnai dunia pembunuh bayaran dan mafia.

“Jadi alih-alih set piece masif, saya berniat memperlihatkan intrik yang lebih banyak dan lebih keren. Saya ingin menunjukkan bagaimana operasi yang berbeda-beda berjalan di New York. Menurut saya keliru apabila sektor budget dan kreatif hanya sekedar diperbesar di seri ketiga. Bukan itu cara kerja kami. Itu cara kerja film adaptasi komik atau film James Bond,”ungkap Stahelski. Ia pun juga menambahkan, John Wick: Chapter 3 kemungkinan akan syuting akhir 2017 atau awal 2018. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Usai menelurkan seri kedua di awal 2017 ini, 'John Wick' siap mengeluarkan seri ketiga yang baru saja mendapatkan tanggal rilis.

Meluncur pada akhir 2014, siapa yang menyangka jika John Wick tak hanya berakhir menjadi film action keren yang kembali mengangkat pamor Keanu Reeves, tapi juga sukses menjadi franchise. Usai menelurkan seri kedua di awal 2017 ini, John Wick siap mengeluarkan seri ketiga yang baru saja mendapatkan tanggal rilis.

Seolah ingin menjadikan John Wick: Chapter 3 sebagai sajian summer blockbuster, Lionsgate memastikan film ini akan tayang 17 Mei 2019. Langkah Lionsgate merilis Chapter 3 pada musim panas pun dinilai sebagai bentuk keyakinan studio terhadap kesuksesan filmnya, meski nanti harus berhadapan dengan beberapa film besar yang tak kalah menarik. Sebut saja Avengers 4 yang tayang dua minggu sebelum Chapter 3. Kemudian juga ada live-action Aladdin dan film adaptasi game populer Minecraft yang tayang seminggu setelah Chapter 3.

Meski Reeves dipastikan kembali berperan sebagai John Wick, belum diketahui pasti apakah Chapter 3 kembali dibesut sutradara film sebelumnya, Chad Stahelski. Kendati demikian, Stahelski sempat berbagi detail cerita Chapter 3. Alih-alih membuat segalanya lebih besar termasuk action set piece, seri ketiga justru hadir dengan menghadirkan lebih banyak intrik yang mewarnai dunia pembunuh bayaran dan mafia.

“Jadi alih-alih set piece masif, saya berniat memperlihatkan intrik yang lebih banyak dan lebih keren. Saya ingin menunjukkan bagaimana operasi yang berbeda-beda berjalan di New York. Menurut saya keliru apabila sektor budget dan kreatif hanya sekedar diperbesar di seri ketiga. Bukan itu cara kerja kami. Itu cara kerja film adaptasi komik atau film James Bond,”ungkap Stahelski. Ia pun juga menambahkan, John Wick: Chapter 3 kemungkinan akan syuting akhir 2017 atau awal 2018. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Sutradara Ingin Jadikan ‘Nightwing’ Film Action Badass

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Sutradara Ingin Jadikan ‘Nightwing’ Film Action Badass
link : Sutradara Ingin Jadikan ‘Nightwing’ Film Action Badass

Baca juga


Chris McKay selaku sutradara memiliki visi yang terdengar cocok dengan karakter Nightwing.

Nightwing menjadi salah satu dari sejumlah proyek DC Extended Universe yang saat ini tengah dikembangkan. Meski popularitasnya tak setinggi Robin di mata orang awam, Nightwing yang juga dikenal sebagai partner setia Batman dalam menumpas kejahatan ini punya daya tarik tersendiri dengan gaya bertarungnya yang lincah dan akrobatik.

Merujuk pada karakter Nightwing alias Dick Grayson yang demikian, Chris McKay (Lego Batman Movie) selaku sutradara filmnya memiliki visi yang terdengar cocok. Saat ditemui Collider, McKay mengakui Nightwing akan jadi film action badass yang punya banyak hati dan emosi. Pada intinya, McKay menjanjikan Nightwing akan menghadirkan pengalaman menonton yang gila dan seru.

Beralih ke soal teknis, McKay menyatakan ia tak berniat menggunakan banyak efek CGI di Nightwing. McKay mengakui segala aksi di filmnya harus terlihat sungguhan, dan karenanya ia ingin para stuntman melakukan tugasnya di depan kamera dengan kredibel. Bagi McKay, Nightwing akan menjadi pengalaman intens baik bagi pemain, kru maupun penonton.

Nightwing takkan seperti film superhero lain yang mengandalkan banyak efek CGI. Semua yang ia lakukan harus tampak sungguhan. Sebagai manusia biasa, kekuatan supernya (Nightwing) ada di keahliannya dalam bertarung dan berakrobat. Jadi itulah yang nanti akan Anda saksikan di filmnya,”jelas McKay.

Disamping visi dan teknis, McKay juga membicarakan kecintaannya terhadap Nightwing. Tumbuh besar sebagai penggemar sang superhero, McKay menilai Nightwing adalah salah satu kisah karakter underdog terbaik yang ada di di komik. Ia pun mengakui cerita di filmnya akan setia dengan komiknya, yakni mengisahkan perjalanan Nightwing yang sarat akan tema from zero to hero.

Untuk saat ini Nightwing masih belum memiliki tanggal rilis. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Chris McKay selaku sutradara memiliki visi yang terdengar cocok dengan karakter Nightwing.

Nightwing menjadi salah satu dari sejumlah proyek DC Extended Universe yang saat ini tengah dikembangkan. Meski popularitasnya tak setinggi Robin di mata orang awam, Nightwing yang juga dikenal sebagai partner setia Batman dalam menumpas kejahatan ini punya daya tarik tersendiri dengan gaya bertarungnya yang lincah dan akrobatik.

Merujuk pada karakter Nightwing alias Dick Grayson yang demikian, Chris McKay (Lego Batman Movie) selaku sutradara filmnya memiliki visi yang terdengar cocok. Saat ditemui Collider, McKay mengakui Nightwing akan jadi film action badass yang punya banyak hati dan emosi. Pada intinya, McKay menjanjikan Nightwing akan menghadirkan pengalaman menonton yang gila dan seru.

Beralih ke soal teknis, McKay menyatakan ia tak berniat menggunakan banyak efek CGI di Nightwing. McKay mengakui segala aksi di filmnya harus terlihat sungguhan, dan karenanya ia ingin para stuntman melakukan tugasnya di depan kamera dengan kredibel. Bagi McKay, Nightwing akan menjadi pengalaman intens baik bagi pemain, kru maupun penonton.

Nightwing takkan seperti film superhero lain yang mengandalkan banyak efek CGI. Semua yang ia lakukan harus tampak sungguhan. Sebagai manusia biasa, kekuatan supernya (Nightwing) ada di keahliannya dalam bertarung dan berakrobat. Jadi itulah yang nanti akan Anda saksikan di filmnya,”jelas McKay.

Disamping visi dan teknis, McKay juga membicarakan kecintaannya terhadap Nightwing. Tumbuh besar sebagai penggemar sang superhero, McKay menilai Nightwing adalah salah satu kisah karakter underdog terbaik yang ada di di komik. Ia pun mengakui cerita di filmnya akan setia dengan komiknya, yakni mengisahkan perjalanan Nightwing yang sarat akan tema from zero to hero.

Untuk saat ini Nightwing masih belum memiliki tanggal rilis. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Review Film: 'American Assassin' (2017)

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Aksi, Artikel Review, Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'American Assassin' (2017)
link : Review Film: 'American Assassin' (2017)

Baca juga


Digarap dengan baik, tapi tak ada karakteristik yang membuatnya benar-benar berbeda dari para agen sinematis lainnya.

“Don't make it personal.”
— Stan Hurley
Rating UP:
Mungkin CIA seharusnya membiarkannya melakukan apa yang sedang ia lakukan. Mitch Rapp (Dylan O’Brien) adalah seorang vigilante, pejuang jalanan yang menumpas teroris internasional dari satu sarang ke sarang lainnya hanya berbekal kemampuan dan akomodasi pribadi. Namun jangan salah, Mitch sudah sedemikian terampil hingga bisa menyusup ke sarang teroris yang menjadi target pamungkasnya. Ia pada dasarnya adalah Batman wannabe spesialis teroris. CIA butuh lebih banyak orang yang seperti ini; mereka tak perlu repot-repot lagi turun tangan langsung. Di lain sisi, Mitch juga terlalu sayang untuk dikorbankan, meski ia lebih sering membahayakan nyawanya dan misi gara-gara tak bisa mengontrol diri.


Mitch Rapp merupakan karakter rekaan Vince Flynn yang diciptakan sebagai tokoh utama untuk belasan seri novelnya. American Assassin adalah penampilan perdananya di layar lebar, dan sepertinya dimaksudkan sebagai pembuka bagi franchise aksi mata-mata berbasis karakter, sama halnya dengan Jack Ryan-nya Tom Clancy atau Jack Reacher-nya Lee Child. Mitch adalah agen yang lumayan tangguh dan efektif tapi agresif dan pikirannya tak terlalu panjang. Semacam Bourne versi ceroboh. Selain dari itu, sama seperti filmnya ini sendiri, tak ada karakteristik lain yang membuatnya benar-benar berbeda dari para agen sinematis lainnya.

Kita pertama kali mengenal Mitch 18 bulan sebelumnya, saat ia akan melamar pacarnya di sebuah resort mewah di pantai Ibiza. Namun, tiba-tiba pantai tersebut diserbu oleh teroris muslim yang segera menembaki pengunjung dengan membabi-buta dalam sebuah sekuens one-take yang kesadisannya di luar perkiraan saya sebelum menonton. Mitch berhasil selamat meski mengalami luka tembak yang cukup parah. Namun, di antara puluhan yang meninggal, salah satu korban adalah pacarnya.

Sekarang Mitch sudah menjadi pria tangguh. Tahu darimana? Tahu dari sikapnya yang suka memancing keributan. Di sasana MMA, ia menghajar teman sparring-nya. Di area menembak, ia sembarangan menembaki semua target (walau semuanya tepat sasaran). Di rumah, ia dengan gaduh meninju sansak sampai membuat tetangganya protes. Oh, dan ia juga menumbuhkan jenggot lebat, karena orang tangguh selalu punya jenggot lebat. Hasratnya adalah membunuh teroris yang sudah membantai pacarnya. Agar lebih meyakinkan saat menyusup ke sarang mereka nanti, Mitch juga sudah mendalami Islam.

Ia berangkat ke Libya dengan modal sendiri. Kerennya lagi, ia berhasil berhadapan langsung dengan para teroris. Begitulah tangguhnya Mitch. Ia siap membunuh Mansur si pimpinan teroris dan semua orang yang ada disana, namun CIA lagi-lagi melakukan sesuatu yang menjadi spesialiasi mereka: ikut campur dalam urusan orang lain. Dor! Kalau dipikir-pikir sekarang, mungkin ini alasan kenapa Mitch cepat panas dan selalu bandel dalam menjalankan misinya nanti.

Ternyata CIA sudah lama memantau aktivitas Mitch. Ia dibawa ke kantor CIA. Namun alih-alih ditangkap, CIA malah bermaksud untuk melatih Mitch menjadi agen sungguhan. “Ia adalah vigilante terbaik yang pernah kulihat,” ujar Sekretaris CIA, Irene (Sanaa Lathan) yang kemudian membawa Mitch untuk dilatih oleh Batman langsung, Michael Keaton sebagai veteran perang bernama Stan Hurley yang punya fasilitas latihan khusus di tengah hutan. Bagian di fasilitas latihan ini menginjeksikan sedikit orisinalitas bagi plotnya yang relatif standar. Latihan yang diberikan lumayan barbar, dimana para murid harus bertarung satu sama lain dengan brutal sementara Hurley melakukan provokasi verbal sampai menembakkan pistol hanya untuk sekadar mengganggu fokus mereka. Namun fasilitas ini sebenarnya juga canggih. Ada latihan menembak dengan perangkat virtual reality hingga simulasi di area soundstage studio.

Ceritanya tak bisa lebih klise lagi dengan sumber konflik yang melibatkan pemicu nuklir. Kita bahkan diberikan antagonis berjuluk “The Ghost” (Taylor Kistch) yang merupakan mantan agen yang sekarang menjadi penjahat internasional. Ia baru saja mencuri pemicu tersebut dari mafia Rusia, dan sekarang berniat untuk menjualnya kepada penawar tertinggi. Stan merasa Mitch belum siap untuk misi ini, namun Irene yakin ia sudah mampu. Tak perlu kita tanya kenapa.

Yang dibutuhkan oleh film semacam ini hanyalah tokoh utama dan sekuens laga yang meyakinkan. Dylan O’Brien menarik untuk dilihat. Ia bukan lagi remaja puber yang anda ingat pernah berlarian di The Maze Runner, melainkan benar-benar tampak tangguh sebagai bintang laga meski masih punya rambut bergaya anak band. Ia memberikan fokus dan amarah yang cukup bagi karakternya. Sementara itu, Keaton sepertinya tahu ia sedang bermain di film seperti apa. Scott Adkins dan Shiva Negar tampil singkat sebagai pemeran pendukung.

Adegan aksinya berlangsung di semesta khas film aksi, dimana para karakter kita saling menembak di tengah keramaian tapi tak terlalu menarik perhatian polisi. Kalau saya tak salah ingat, hanya ada 4 polisi yang muncul disini, dan tak ada satupun yang krusial bagi cerita. Mungkin mereka tak mau ikut campur urusan CIA. Meski begitu, ia digarap dengan baik. Sutradara Michael Cuesta kebanyakan merancang sekuens aksinya yang agresif dalam sorotan close-up, lebih sering melibatkan pertarungan jarak dekat. Ada sebuah adegan besar di klimaks, lebih dari sekadar tabrakan mobil atau kehancuran gedung, yang dibuat menggunakan banyak CGI dan tak kita duga akan kita dapatkan dalam film seperti ini. Adegan ini takkan saya ungkap, yang jelas lumayan membuat saya terpana.

Saya bisa membayangkan bagaimana film ini mungkin akan membuat tersinggung banyak orang, khususnya di jaman sekarang dimana semua orang bisa tersinggung hampir karena apapun. Pemilihan antagonisnya yang berdasarkan paradigma sosiopolitis Amerika akan memancing kontroversi terutama di negara Islam. Ada pula beberapa adegan yang memperlihatkan kekerasan terhadap wanita, yang secara naratif masuk akal, tapi tetap membuat lidah saya sedikit kecut saat menyaksikannya.

Namun kita lebih baik tidak memikirkannya, karena filmnya sendiri juga tak begitu memikirkannya. Elemen tadi hanyalah mekanika plot untuk menyuguhkan kita sebuah film aksi yang lebih bergantung pada aksi daripada melibatkan aspek manusiawi apalagi kontemplasi politik. Dan bagian aksinya lumayan seru untuk disaksikan. Lagipula tak banyak yang akan anda ingat dari film ini saat anda melangkah keluar dari pintu bioskop. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

American Assassin

111 menit
Dewasa
Michael Cuesta
Stephen Schiff, Michael Finch, Edward Zwick, Marshall Herskovitz (screenplay), Vince Flynn (novel)
Lorenzo di Bonaventura, Nick Wechsler
Enrique Chediak
Steven Price

Digarap dengan baik, tapi tak ada karakteristik yang membuatnya benar-benar berbeda dari para agen sinematis lainnya.

“Don't make it personal.”
— Stan Hurley
Rating UP:
Mungkin CIA seharusnya membiarkannya melakukan apa yang sedang ia lakukan. Mitch Rapp (Dylan O’Brien) adalah seorang vigilante, pejuang jalanan yang menumpas teroris internasional dari satu sarang ke sarang lainnya hanya berbekal kemampuan dan akomodasi pribadi. Namun jangan salah, Mitch sudah sedemikian terampil hingga bisa menyusup ke sarang teroris yang menjadi target pamungkasnya. Ia pada dasarnya adalah Batman wannabe spesialis teroris. CIA butuh lebih banyak orang yang seperti ini; mereka tak perlu repot-repot lagi turun tangan langsung. Di lain sisi, Mitch juga terlalu sayang untuk dikorbankan, meski ia lebih sering membahayakan nyawanya dan misi gara-gara tak bisa mengontrol diri.


Mitch Rapp merupakan karakter rekaan Vince Flynn yang diciptakan sebagai tokoh utama untuk belasan seri novelnya. American Assassin adalah penampilan perdananya di layar lebar, dan sepertinya dimaksudkan sebagai pembuka bagi franchise aksi mata-mata berbasis karakter, sama halnya dengan Jack Ryan-nya Tom Clancy atau Jack Reacher-nya Lee Child. Mitch adalah agen yang lumayan tangguh dan efektif tapi agresif dan pikirannya tak terlalu panjang. Semacam Bourne versi ceroboh. Selain dari itu, sama seperti filmnya ini sendiri, tak ada karakteristik lain yang membuatnya benar-benar berbeda dari para agen sinematis lainnya.

Kita pertama kali mengenal Mitch 18 bulan sebelumnya, saat ia akan melamar pacarnya di sebuah resort mewah di pantai Ibiza. Namun, tiba-tiba pantai tersebut diserbu oleh teroris muslim yang segera menembaki pengunjung dengan membabi-buta dalam sebuah sekuens one-take yang kesadisannya di luar perkiraan saya sebelum menonton. Mitch berhasil selamat meski mengalami luka tembak yang cukup parah. Namun, di antara puluhan yang meninggal, salah satu korban adalah pacarnya.

Sekarang Mitch sudah menjadi pria tangguh. Tahu darimana? Tahu dari sikapnya yang suka memancing keributan. Di sasana MMA, ia menghajar teman sparring-nya. Di area menembak, ia sembarangan menembaki semua target (walau semuanya tepat sasaran). Di rumah, ia dengan gaduh meninju sansak sampai membuat tetangganya protes. Oh, dan ia juga menumbuhkan jenggot lebat, karena orang tangguh selalu punya jenggot lebat. Hasratnya adalah membunuh teroris yang sudah membantai pacarnya. Agar lebih meyakinkan saat menyusup ke sarang mereka nanti, Mitch juga sudah mendalami Islam.

Ia berangkat ke Libya dengan modal sendiri. Kerennya lagi, ia berhasil berhadapan langsung dengan para teroris. Begitulah tangguhnya Mitch. Ia siap membunuh Mansur si pimpinan teroris dan semua orang yang ada disana, namun CIA lagi-lagi melakukan sesuatu yang menjadi spesialiasi mereka: ikut campur dalam urusan orang lain. Dor! Kalau dipikir-pikir sekarang, mungkin ini alasan kenapa Mitch cepat panas dan selalu bandel dalam menjalankan misinya nanti.

Ternyata CIA sudah lama memantau aktivitas Mitch. Ia dibawa ke kantor CIA. Namun alih-alih ditangkap, CIA malah bermaksud untuk melatih Mitch menjadi agen sungguhan. “Ia adalah vigilante terbaik yang pernah kulihat,” ujar Sekretaris CIA, Irene (Sanaa Lathan) yang kemudian membawa Mitch untuk dilatih oleh Batman langsung, Michael Keaton sebagai veteran perang bernama Stan Hurley yang punya fasilitas latihan khusus di tengah hutan. Bagian di fasilitas latihan ini menginjeksikan sedikit orisinalitas bagi plotnya yang relatif standar. Latihan yang diberikan lumayan barbar, dimana para murid harus bertarung satu sama lain dengan brutal sementara Hurley melakukan provokasi verbal sampai menembakkan pistol hanya untuk sekadar mengganggu fokus mereka. Namun fasilitas ini sebenarnya juga canggih. Ada latihan menembak dengan perangkat virtual reality hingga simulasi di area soundstage studio.

Ceritanya tak bisa lebih klise lagi dengan sumber konflik yang melibatkan pemicu nuklir. Kita bahkan diberikan antagonis berjuluk “The Ghost” (Taylor Kistch) yang merupakan mantan agen yang sekarang menjadi penjahat internasional. Ia baru saja mencuri pemicu tersebut dari mafia Rusia, dan sekarang berniat untuk menjualnya kepada penawar tertinggi. Stan merasa Mitch belum siap untuk misi ini, namun Irene yakin ia sudah mampu. Tak perlu kita tanya kenapa.

Yang dibutuhkan oleh film semacam ini hanyalah tokoh utama dan sekuens laga yang meyakinkan. Dylan O’Brien menarik untuk dilihat. Ia bukan lagi remaja puber yang anda ingat pernah berlarian di The Maze Runner, melainkan benar-benar tampak tangguh sebagai bintang laga meski masih punya rambut bergaya anak band. Ia memberikan fokus dan amarah yang cukup bagi karakternya. Sementara itu, Keaton sepertinya tahu ia sedang bermain di film seperti apa. Scott Adkins dan Shiva Negar tampil singkat sebagai pemeran pendukung.

Adegan aksinya berlangsung di semesta khas film aksi, dimana para karakter kita saling menembak di tengah keramaian tapi tak terlalu menarik perhatian polisi. Kalau saya tak salah ingat, hanya ada 4 polisi yang muncul disini, dan tak ada satupun yang krusial bagi cerita. Mungkin mereka tak mau ikut campur urusan CIA. Meski begitu, ia digarap dengan baik. Sutradara Michael Cuesta kebanyakan merancang sekuens aksinya yang agresif dalam sorotan close-up, lebih sering melibatkan pertarungan jarak dekat. Ada sebuah adegan besar di klimaks, lebih dari sekadar tabrakan mobil atau kehancuran gedung, yang dibuat menggunakan banyak CGI dan tak kita duga akan kita dapatkan dalam film seperti ini. Adegan ini takkan saya ungkap, yang jelas lumayan membuat saya terpana.

Saya bisa membayangkan bagaimana film ini mungkin akan membuat tersinggung banyak orang, khususnya di jaman sekarang dimana semua orang bisa tersinggung hampir karena apapun. Pemilihan antagonisnya yang berdasarkan paradigma sosiopolitis Amerika akan memancing kontroversi terutama di negara Islam. Ada pula beberapa adegan yang memperlihatkan kekerasan terhadap wanita, yang secara naratif masuk akal, tapi tetap membuat lidah saya sedikit kecut saat menyaksikannya.

Namun kita lebih baik tidak memikirkannya, karena filmnya sendiri juga tak begitu memikirkannya. Elemen tadi hanyalah mekanika plot untuk menyuguhkan kita sebuah film aksi yang lebih bergantung pada aksi daripada melibatkan aspek manusiawi apalagi kontemplasi politik. Dan bagian aksinya lumayan seru untuk disaksikan. Lagipula tak banyak yang akan anda ingat dari film ini saat anda melangkah keluar dari pintu bioskop. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

American Assassin

111 menit
Dewasa
Michael Cuesta
Stephen Schiff, Michael Finch, Edward Zwick, Marshall Herskovitz (screenplay), Vince Flynn (novel)
Lorenzo di Bonaventura, Nick Wechsler
Enrique Chediak
Steven Price

Penulis ‘The Expendables’ Gabung ‘Wonder Woman 2’

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Penulis ‘The Expendables’ Gabung ‘Wonder Woman 2’
link : Penulis ‘The Expendables’ Gabung ‘Wonder Woman 2’

Baca juga


Seiring Patty Jenkins resmi kembali menyutradarai 'Wonder Woman 2', tim kreatif pun kini mulai dibentuk. Satu nama yang baru saja bergabung ialah Dave Callaham.

Seiring Patty Jenkins resmi kembali menyutradarai Wonder Woman 2, tim kreatif pun kini mulai dibentuk. Satu nama yang baru saja bergabung ialah Dave Callaham, yang tak lain salah satu penulis skrip The Expendables. Menurut The Hollywood Reporter, Callaham akan menulis naskah Wonder Woman 2 bersama Jenkins dan arsitek DC Extended Universe, Geoff Johns.

Disamping The Expendables, Callaham juga terlibat di Godzilla (2014) dan Zombieland 2. Belum lama ini Callaham digandeng Universal untuk menulis ulang skrip film Dark Universe bertajuk The Wolf Man.

Kedatangan Callaham sendiri tepat sehari pasca Jenkins menyepakati negosiasi untuk kembali di Wonder Woman 2, yang menjadikannya sutradara perempuan bergaji tertinggi. Kabarnya, Callaham direkrut langsung oleh Jenkins karena mereka pernah berkolaborasi mengembangkan Jackpot. Semula, film adaptasi novel milik Jo Nesbo ini akan menjadi film baru Jenkins, sebelum ia terpilih sebagai sutradara Wonder Woman.

Selama beberapa bulan terakhir, Jenkins dan Johns disebut telah meracik cerita Wonder Woman 2, dan kini giliran Callaham yang akan menerjemahkannya dalam bentuk skrip. Rencananya sekuel yang kembali dibintangi Gal Gadot ini akan bersetting di Amerika semasa Perang Dingin. Jenkins juga sempat mengakui kendaraan ikonik Wonder Woman, Invisible Jet, berpotensi muncul di sekuel.

Wonder Woman 2 akan dirilis 13 Desember 2019. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Seiring Patty Jenkins resmi kembali menyutradarai 'Wonder Woman 2', tim kreatif pun kini mulai dibentuk. Satu nama yang baru saja bergabung ialah Dave Callaham.

Seiring Patty Jenkins resmi kembali menyutradarai Wonder Woman 2, tim kreatif pun kini mulai dibentuk. Satu nama yang baru saja bergabung ialah Dave Callaham, yang tak lain salah satu penulis skrip The Expendables. Menurut The Hollywood Reporter, Callaham akan menulis naskah Wonder Woman 2 bersama Jenkins dan arsitek DC Extended Universe, Geoff Johns.

Disamping The Expendables, Callaham juga terlibat di Godzilla (2014) dan Zombieland 2. Belum lama ini Callaham digandeng Universal untuk menulis ulang skrip film Dark Universe bertajuk The Wolf Man.

Kedatangan Callaham sendiri tepat sehari pasca Jenkins menyepakati negosiasi untuk kembali di Wonder Woman 2, yang menjadikannya sutradara perempuan bergaji tertinggi. Kabarnya, Callaham direkrut langsung oleh Jenkins karena mereka pernah berkolaborasi mengembangkan Jackpot. Semula, film adaptasi novel milik Jo Nesbo ini akan menjadi film baru Jenkins, sebelum ia terpilih sebagai sutradara Wonder Woman.

Selama beberapa bulan terakhir, Jenkins dan Johns disebut telah meracik cerita Wonder Woman 2, dan kini giliran Callaham yang akan menerjemahkannya dalam bentuk skrip. Rencananya sekuel yang kembali dibintangi Gal Gadot ini akan bersetting di Amerika semasa Perang Dingin. Jenkins juga sempat mengakui kendaraan ikonik Wonder Woman, Invisible Jet, berpotensi muncul di sekuel.

Wonder Woman 2 akan dirilis 13 Desember 2019. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Wednesday, September 13, 2017

Foto Pertama ‘Outlaw King’, Film Netflix dari Tim ‘Hell or High Water’

- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Foto Pertama ‘Outlaw King’, Film Netflix dari Tim ‘Hell or High Water’
link : Foto Pertama ‘Outlaw King’, Film Netflix dari Tim ‘Hell or High Water’

Baca juga


Menandai dimulainya proses syuting, Netflix akhirnya merilis foto pertama 'Outlaw King' yang disutradarai David Mackenzie dan dibintangi Chris Pine.

Menandai dimulainya proses syuting, Netflix akhirnya merilis foto pertama Outlaw King. Mengusung cerita tentang Robert the Bruce sang Raja Skotlandia, film ini pun menjadi menarik untuk dinanti karena disutradarai David Mackenzie dan dibintangi Chris Pine, dua nama di balik film western jempolan Hell or High Water. Foto dari Netflix pun memperlihatkan penampilan berbeda Pine dalam menghidupkan sosok Robert the Bruce.


Berdasarkan sinopsisnya, Outlaw King menyoroti kisah nyata perjuangan Robert the Bruce dalam membebaskan negaranya dari penjajahan Inggris. Dan sebagaimana yang disinyalkan judulnya, untuk menaklukkan pasukan Inggris yang jauh lebih banyak dan tangguh, Robert the Bruce tak hanya bermodalkan keberanian saja, melainkan juga strategi licik yang jauh dari kesan mulia. Melalui Outlaw King, Mackenzie pun berniat mengeksplor kisah Robert the Bruce lebih jauh, dan membuka sejumlah fakta dari sang Raja Skotlandia yang selama ini jarang diketahui.

FYI, tokoh Robert the Bruce sebelumnya sempat muncul di film kolosal epik Braveheart yang didalangi Mel Gibson. Namun jika di film rilisan 1995 ini Robert the Bruce hanya menjadi karakter pendukung, maka di Outlaw King ia naik pangkat menjadi karakter utama.

Ditulis dan disutradarai Mackenzie, Outlaw King juga menampilkan Aaron Taylor-Johnson (Nocturnal Animals), Florence Pugh (Lady Macbeth), Tony Curran (Sons of Anarchy), Stephen Dillane (Game of Thrones) dan Billy Howle (On Chesil Beach). Rencananya film ini akan rilis di Netflix pada 2018. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Menandai dimulainya proses syuting, Netflix akhirnya merilis foto pertama 'Outlaw King' yang disutradarai David Mackenzie dan dibintangi Chris Pine.

Menandai dimulainya proses syuting, Netflix akhirnya merilis foto pertama Outlaw King. Mengusung cerita tentang Robert the Bruce sang Raja Skotlandia, film ini pun menjadi menarik untuk dinanti karena disutradarai David Mackenzie dan dibintangi Chris Pine, dua nama di balik film western jempolan Hell or High Water. Foto dari Netflix pun memperlihatkan penampilan berbeda Pine dalam menghidupkan sosok Robert the Bruce.


Berdasarkan sinopsisnya, Outlaw King menyoroti kisah nyata perjuangan Robert the Bruce dalam membebaskan negaranya dari penjajahan Inggris. Dan sebagaimana yang disinyalkan judulnya, untuk menaklukkan pasukan Inggris yang jauh lebih banyak dan tangguh, Robert the Bruce tak hanya bermodalkan keberanian saja, melainkan juga strategi licik yang jauh dari kesan mulia. Melalui Outlaw King, Mackenzie pun berniat mengeksplor kisah Robert the Bruce lebih jauh, dan membuka sejumlah fakta dari sang Raja Skotlandia yang selama ini jarang diketahui.

FYI, tokoh Robert the Bruce sebelumnya sempat muncul di film kolosal epik Braveheart yang didalangi Mel Gibson. Namun jika di film rilisan 1995 ini Robert the Bruce hanya menjadi karakter pendukung, maka di Outlaw King ia naik pangkat menjadi karakter utama.

Ditulis dan disutradarai Mackenzie, Outlaw King juga menampilkan Aaron Taylor-Johnson (Nocturnal Animals), Florence Pugh (Lady Macbeth), Tony Curran (Sons of Anarchy), Stephen Dillane (Game of Thrones) dan Billy Howle (On Chesil Beach). Rencananya film ini akan rilis di Netflix pada 2018. ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem