- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Horor,
Artikel Review,
Artikel Thriller, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
'The Gallows' adalah film horor found-footage yang tak berbeda dengan film horor kekinian yang klise. Namun premis dan ending-nya cukup menjanjikan meski masih bisa diprediksi.
“Don't say his name!” — Reese Houser
Dengan durasi yang sangat singkat, The Gallows adalah film horor found-footage kekinian yang telah sering kita lihat sebelumnya. Benar, yang buruknya. Hal terbaik yang mungkin bisa diperoleh dari film ini adalah premis yang lumayan dan twist-ending yang walaupun bisa terprediksi, namun dikemas sedikit lebih baik dibanding paruh keduanya yang membosankan.
Cerita dibuka dengan video rekaman yang menampilkan adegan pementasan drama "The Gallows" di SMA Beatrice. Dalam acara ini, terjadi malfungsi properti yang mengakibatkan salah satu pemainnya, Charlie Grimille tewas tergantung, dimana peristiwa ini disaksikan oleh seluruh penonton.
Tanpa alasan yang jelas dan takkan kita mengerti, 20 tahun kemudian, pementasan ini kembali dilakukan. Reese Houser (Reese Mishler) mendapat peran yang dulunya dimainkan oleh Charlie, hanya untuk menarik perhatian Pfeifer Ross (Pfeifer Brown) yang menjadi pemeran utama. Reese adalah aktor yang jelek dan sudah dipastikan akan mengacaukan pementasan, sehingga saat teman baiknya, Ryan Shoos (Ryan Shoos) menawarkan bantuan untuk menggagalkan pementasan, dia menyetujuinya.
Ditambah dengan pacar Ryan, Cassidy Spilker (Cassidy Gifford), ketiganya menyelinap ke gedung sekolah di malam sebelum pementasan dan segera mereka menyadari bahwa ini bukanlah ide yang bagus. Usaha mereka mengobrak-abrik properti ketahuan oleh Pfeifer yang tiba-tiba datang. Namun bukan hal ini yang harus dikhawatirkan, sebab peristiwa gaib mulai meneror keempat remaja tanggung ini.
Setting yang sebagian besar hanya di satu lokasi mungkin dimaksudkan untuk memberi nuansa klaustrofobik yang menyeramkan. Ada sedikit usaha untuk membangun atmosfer yang didayagunakan oleh sutradara Travis Cluff dan Chris Lofing dengan metode sorotan steady-long-shot di beberapa bagian.
Namun, kemudian kita kembali disuguhkan dengan gaya rutin film horor kekinian yang klise. Suara menggelegar, televisi yang menyala tiba-tiba, pintu menutup atau membuka sendiri, suara langkah, kelebatan bayangan dan jump-scares. Semuanya dihadirkan dengan cara yang mudah ditebak yang membuat level kengeriannya anjlok.
Cluff dan Lofing juga tak terlihat serius dengan naskahnya filmnya yang asal-asalan. Perkembangan karakternya dangkal dengan karakter stereotip: si polos Reese, si baik Pfeifer, si slengekan Ryan dan si seksi nan bodoh Cassidy. Anda pasti bisa menerka siapa yang mati duluan. Sulit untuk bersimpati dan terikat dengan karakternya.
Untuk ukuran subgenre found-footage sendiri, The Gallows terkesan setengah-setengah. Terkadang penggunaan satu kamera berganti ke kamera lain di sudut yang berbeda yang tak koheren dengan narasi. Yah, tentu saja ini dilakukan agar penonton mendapatatkan view yang lebih baik, tapi tetap saja jadinya janggal. Sorotan found-footage-nya pun tak lebih baik. Found-footage ditujukan agar memberikan kesan realisme, namun gerak kamera yang tak fokus dan sembarangan membuat penonton sulit untuk mengamati apa yang sedang terjadi. Apalagi hampir keseluruhan film ini disorot dalam gelap.
Film ditutup dengan ending yang cukup mengerikan. Mengerikan bukan dari sisi visualnya, melainkan dari sisi konsepnya. Saya tahu bagaimana kerangka berpikir pembuat filmnya: premis dan ending duluan, lalu mari kita tambah sedikit cerita nonsens di antara keduanya. ■ UP
Pemain: Reese Mishler, Pfeifer Brown, Ryan Shoos, Cassidy Gifford
'The Gallows' adalah film horor found-footage yang tak berbeda dengan film horor kekinian yang klise. Namun premis dan ending-nya cukup menjanjikan meski masih bisa diprediksi.
“Don't say his name!” — Reese Houser
Dengan durasi yang sangat singkat, The Gallows adalah film horor found-footage kekinian yang telah sering kita lihat sebelumnya. Benar, yang buruknya. Hal terbaik yang mungkin bisa diperoleh dari film ini adalah premis yang lumayan dan twist-ending yang walaupun bisa terprediksi, namun dikemas sedikit lebih baik dibanding paruh keduanya yang membosankan.
Cerita dibuka dengan video rekaman yang menampilkan adegan pementasan drama "The Gallows" di SMA Beatrice. Dalam acara ini, terjadi malfungsi properti yang mengakibatkan salah satu pemainnya, Charlie Grimille tewas tergantung, dimana peristiwa ini disaksikan oleh seluruh penonton.
Tanpa alasan yang jelas dan takkan kita mengerti, 20 tahun kemudian, pementasan ini kembali dilakukan. Reese Houser (Reese Mishler) mendapat peran yang dulunya dimainkan oleh Charlie, hanya untuk menarik perhatian Pfeifer Ross (Pfeifer Brown) yang menjadi pemeran utama. Reese adalah aktor yang jelek dan sudah dipastikan akan mengacaukan pementasan, sehingga saat teman baiknya, Ryan Shoos (Ryan Shoos) menawarkan bantuan untuk menggagalkan pementasan, dia menyetujuinya.
Ditambah dengan pacar Ryan, Cassidy Spilker (Cassidy Gifford), ketiganya menyelinap ke gedung sekolah di malam sebelum pementasan dan segera mereka menyadari bahwa ini bukanlah ide yang bagus. Usaha mereka mengobrak-abrik properti ketahuan oleh Pfeifer yang tiba-tiba datang. Namun bukan hal ini yang harus dikhawatirkan, sebab peristiwa gaib mulai meneror keempat remaja tanggung ini.
Setting yang sebagian besar hanya di satu lokasi mungkin dimaksudkan untuk memberi nuansa klaustrofobik yang menyeramkan. Ada sedikit usaha untuk membangun atmosfer yang didayagunakan oleh sutradara Travis Cluff dan Chris Lofing dengan metode sorotan steady-long-shot di beberapa bagian.
Namun, kemudian kita kembali disuguhkan dengan gaya rutin film horor kekinian yang klise. Suara menggelegar, televisi yang menyala tiba-tiba, pintu menutup atau membuka sendiri, suara langkah, kelebatan bayangan dan jump-scares. Semuanya dihadirkan dengan cara yang mudah ditebak yang membuat level kengeriannya anjlok.
Cluff dan Lofing juga tak terlihat serius dengan naskahnya filmnya yang asal-asalan. Perkembangan karakternya dangkal dengan karakter stereotip: si polos Reese, si baik Pfeifer, si slengekan Ryan dan si seksi nan bodoh Cassidy. Anda pasti bisa menerka siapa yang mati duluan. Sulit untuk bersimpati dan terikat dengan karakternya.
Untuk ukuran subgenre found-footage sendiri, The Gallows terkesan setengah-setengah. Terkadang penggunaan satu kamera berganti ke kamera lain di sudut yang berbeda yang tak koheren dengan narasi. Yah, tentu saja ini dilakukan agar penonton mendapatatkan view yang lebih baik, tapi tetap saja jadinya janggal. Sorotan found-footage-nya pun tak lebih baik. Found-footage ditujukan agar memberikan kesan realisme, namun gerak kamera yang tak fokus dan sembarangan membuat penonton sulit untuk mengamati apa yang sedang terjadi. Apalagi hampir keseluruhan film ini disorot dalam gelap.
Film ditutup dengan ending yang cukup mengerikan. Mengerikan bukan dari sisi visualnya, melainkan dari sisi konsepnya. Saya tahu bagaimana kerangka berpikir pembuat filmnya: premis dan ending duluan, lalu mari kita tambah sedikit cerita nonsens di antara keduanya. ■ UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Box Office,
Artikel Featured, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Dua film yang baru tayang: 'Terminator Genisys' dan 'Magic Mike XXL' ternyata tak membuat 'Jurassic World' dan 'Inside Out' bergeming. Kedua jawara tersebut kokoh bertahan dan membuat rekor-rekor baru.
Di minggu keempatnya, Jurassic World ternyata berhasil disalip oleh Inside Out dengan kemenangan tipis $29,8 juta. Film ini telah unggul sejak hari libur kemerdekaan Amerika (Independence Day) 4 Juli lalu, dan akhirnya bisa mengalahkan Chris Pratt setelah 3 minggu bersaing ketat. Animasi Pixar ini baru tayang di 45% pasar di luar Amerika dan berhasil menambahkan $18,6 juta dengan total laba $363,5 juta secara internasional.
//movietalkexpress.com
Jurassic World berada di posisi kedua dengan $29,2 juta. Hasil ini membuatnya gagal mengikuti jejak film dari Universal lainnya yaitu Furious 7 yang menjadi pemuncak bioskop selama 4 minggu berturut-turut. Total raihan domestik di Amerika saja adalah $556,5 juta. Di luar Amerika, film ini menambahkan $42 juta lagi dengan total laba mencapai $1,39 miliar dan menjadi film terlaris kelima sepanjang masa, melewati Avengers: Age of Ultron dengan $1,37 miliar.
Terminator Genisys yang mendapat nilai CinemaScore "B+", hanya berhasil masuk di posisi ketiga dengan $27,0 juta dan total $42,5 juta sejak hari pembukaannya Rabu lalu. Hasil ini sedikit mengecewakan dibandingkan Terminator 3: Rise of the Machines yang memperoleh $44 juta di minggu pertamanya di tahun 2003 dan Terminator Salvation dengan $42,6 juta di tahun 2009. Lebih mengecewakan lagi jika mengingat bujetnya yang mencapai $155 juta.
Namun hasil di luar Amerika sedikit lebih menggembirakan dan mungkin akan membuat Paramount keukeuh melanjutkan [rencana] trilogi baru mereka ini. Ditayangkan di 44 negara, film ini meraih $74 juta dan menjadi nomor satu di Rusia, Korea, Meksiko, India, Malaysia, Taiwan, Hong Kong, dan Ukraina. Film ini belum tayang di beberapa pasar besar seperti Jerman, Italia, Spanyol, Jepang, dan Cina.
Satu lagi film yang baru tayang di Amerika, Magic Mike XXL yang mendapat nilai CinemaScore "A-" hanya meraih $12,9 juta dan total $27,9 juta sejak pembukaannya pada Rabu lalu. Bandingkan dengan film pertamanya yang meraih $39 juta pada 2012. Fakta yang menarik (namun tak mengejutkan) adalah berdasarkan statistik, 96% penonton adalah wanita. Film ini baru tayang di 15 negara dan memperoleh $33,3 juta secara internasional.
Sementara itu, Ted 2 kembali tampil mengecewakan dengan penurunan 67,2%. Film ini berada di posisi bontot dengan $11,2 juta dan total $58,5 juta. Di luar Amerika, film ini hanya menambahkan $8,8 juta yang berarti raihan internasionalnya hingga saat ini adalah $94,3 juta.
Minions yang saat ini belum tayang di Amerika, berhasil mengumpulkan $36 juta di luar Amerika dengan total $51,7 juta. Poltergeist menambahkan $6,6 juta dengan total $83,4 juta secara internasional.
Dua film yang baru tayang: 'Terminator Genisys' dan 'Magic Mike XXL' ternyata tak membuat 'Jurassic World' dan 'Inside Out' bergeming. Kedua jawara tersebut kokoh bertahan dan membuat rekor-rekor baru.
Di minggu keempatnya, Jurassic World ternyata berhasil disalip oleh Inside Out dengan kemenangan tipis $29,8 juta. Film ini telah unggul sejak hari libur kemerdekaan Amerika (Independence Day) 4 Juli lalu, dan akhirnya bisa mengalahkan Chris Pratt setelah 3 minggu bersaing ketat. Animasi Pixar ini baru tayang di 45% pasar di luar Amerika dan berhasil menambahkan $18,6 juta dengan total laba $363,5 juta secara internasional.
//movietalkexpress.com
Jurassic World berada di posisi kedua dengan $29,2 juta. Hasil ini membuatnya gagal mengikuti jejak film dari Universal lainnya yaitu Furious 7 yang menjadi pemuncak bioskop selama 4 minggu berturut-turut. Total raihan domestik di Amerika saja adalah $556,5 juta. Di luar Amerika, film ini menambahkan $42 juta lagi dengan total laba mencapai $1,39 miliar dan menjadi film terlaris kelima sepanjang masa, melewati Avengers: Age of Ultron dengan $1,37 miliar.
Terminator Genisys yang mendapat nilai CinemaScore "B+", hanya berhasil masuk di posisi ketiga dengan $27,0 juta dan total $42,5 juta sejak hari pembukaannya Rabu lalu. Hasil ini sedikit mengecewakan dibandingkan Terminator 3: Rise of the Machines yang memperoleh $44 juta di minggu pertamanya di tahun 2003 dan Terminator Salvation dengan $42,6 juta di tahun 2009. Lebih mengecewakan lagi jika mengingat bujetnya yang mencapai $155 juta.
Namun hasil di luar Amerika sedikit lebih menggembirakan dan mungkin akan membuat Paramount keukeuh melanjutkan [rencana] trilogi baru mereka ini. Ditayangkan di 44 negara, film ini meraih $74 juta dan menjadi nomor satu di Rusia, Korea, Meksiko, India, Malaysia, Taiwan, Hong Kong, dan Ukraina. Film ini belum tayang di beberapa pasar besar seperti Jerman, Italia, Spanyol, Jepang, dan Cina.
Satu lagi film yang baru tayang di Amerika, Magic Mike XXL yang mendapat nilai CinemaScore "A-" hanya meraih $12,9 juta dan total $27,9 juta sejak pembukaannya pada Rabu lalu. Bandingkan dengan film pertamanya yang meraih $39 juta pada 2012. Fakta yang menarik (namun tak mengejutkan) adalah berdasarkan statistik, 96% penonton adalah wanita. Film ini baru tayang di 15 negara dan memperoleh $33,3 juta secara internasional.
Sementara itu, Ted 2 kembali tampil mengecewakan dengan penurunan 67,2%. Film ini berada di posisi bontot dengan $11,2 juta dan total $58,5 juta. Di luar Amerika, film ini hanya menambahkan $8,8 juta yang berarti raihan internasionalnya hingga saat ini adalah $94,3 juta.
Minions yang saat ini belum tayang di Amerika, berhasil mengumpulkan $36 juta di luar Amerika dengan total $51,7 juta. Poltergeist menambahkan $6,6 juta dengan total $83,4 juta secara internasional.
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Misc, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Minggu ini saya menonton 'Last Knights', 'Diary of a Wimpy Kid', 'The Spectacular Now' serta 'Daredevil' dan 'True Detective' season 2. Apa tontonan anda?
Tak banyak film yang saya tonton minggu ini. Apalagi bisa dibilang tak ada film yang benar-benar baru yang tayang di bioskop. Namun, saya menonton 3 film dan 2 episode serial TV.
Tontonan awal minggu saya adalah Last Knights yang dibintangi oleh Clive Owen dan Morgan Freeman. Film ini terinspirasi dari kisah 47 Ronins dan tampaknya merupakan proyek yang cukup ambisius dari sutradara Kazuaki Kiriya. Sayang, gagal dieksekusi dengan baik. (Baca review lengkap saya disini).
Oh ya, satu lagi film yang baru tayang adalah The Age of Adaline. Ngomong-ngomong saya sudah menontonnya sejak sneak preview beberapa minggu lalu. Namun dikarenakan film tersebut baru tayang secara resmi pada minggu ini, review-nya baru saya posting. Anda bisa membacanya disini.
Di rumah saya menonton film Diary of a Wimpy Kid. Saya sempat membaca bukunya beberapa bulan lalu, dan saya bisa bilang bahwa film ini cukup setia terhadap materi aslinya. Meski film ini tidaklah dibuat dengah baik, namun saya cukup terhibur. Menonton film ini membangkitkan nostalgia masa kecil karena kita dibawa kembali melihat dunia dengan pola pikir Greg yang polos yang tengah melewati masa-masa SMP.
THE SPECTACULAR NOW //carnivorousstudios.com
Pada 2013 lalu, saya belum menonton The Spectacular Now dari James Ponsoldt dan baru sempat menontonnya sekarang. Seperti judulnya, film ini benar-benar spektakuler. Dibintangi oleh Miles Teller dan Shailene Woodley, The Spectacular Now adalah drama remaja yang sangat dalam dibandingkan film-film segenre. Saya bahkan menontonnya sampai 2 kali.
Serial TV yang saya tonton minggu ini, tentu saja, episode kedua dari True Detective Season 2. Setelah menceritakan backstory para tokoh di hampir sepanjang durasi episode 1, cerita mulai bergerak. 3 detektif kita: Ray Velcoro (Colin Farrell), Antimony Bezzerides (Rachel McAdams) dan Paul Woodrugh (Taylor Kitsch) mulai melakukan penyelidikan atas kasus yang sama yaitu pembunuhan Caspere, meski ketiganya punya motif yang berbeda-beda.
Saya melanjutkan menonton Daredevil, dan episode keduanya membuat saya terpana. Kita melihat lebih banyak mengenai masa lalu Matt Murdock termasuk kematian ayahnya. Episode ini ditutup dengan aksi Matt yang menghajar komplotan human trafficker dimana adegan ini diambil dengan one-take ala Oldboy. Yah, walau yang ini lebih inferior. Daredevil langsung menjadi salah satu serial favorit saya.
Nah sekarang giliran anda, apa film (atau serial TV) yang anda tonton minggu ini? Dengan senang hati saya persilakan anda memasukkannya di kolom komentar. ■UP
Minggu ini saya menonton 'Last Knights', 'Diary of a Wimpy Kid', 'The Spectacular Now' serta 'Daredevil' dan 'True Detective' season 2. Apa tontonan anda?
Tak banyak film yang saya tonton minggu ini. Apalagi bisa dibilang tak ada film yang benar-benar baru yang tayang di bioskop. Namun, saya menonton 3 film dan 2 episode serial TV.
Tontonan awal minggu saya adalah Last Knights yang dibintangi oleh Clive Owen dan Morgan Freeman. Film ini terinspirasi dari kisah 47 Ronins dan tampaknya merupakan proyek yang cukup ambisius dari sutradara Kazuaki Kiriya. Sayang, gagal dieksekusi dengan baik. (Baca review lengkap saya disini).
Oh ya, satu lagi film yang baru tayang adalah The Age of Adaline. Ngomong-ngomong saya sudah menontonnya sejak sneak preview beberapa minggu lalu. Namun dikarenakan film tersebut baru tayang secara resmi pada minggu ini, review-nya baru saya posting. Anda bisa membacanya disini.
Di rumah saya menonton film Diary of a Wimpy Kid. Saya sempat membaca bukunya beberapa bulan lalu, dan saya bisa bilang bahwa film ini cukup setia terhadap materi aslinya. Meski film ini tidaklah dibuat dengah baik, namun saya cukup terhibur. Menonton film ini membangkitkan nostalgia masa kecil karena kita dibawa kembali melihat dunia dengan pola pikir Greg yang polos yang tengah melewati masa-masa SMP.
THE SPECTACULAR NOW //carnivorousstudios.com
Pada 2013 lalu, saya belum menonton The Spectacular Now dari James Ponsoldt dan baru sempat menontonnya sekarang. Seperti judulnya, film ini benar-benar spektakuler. Dibintangi oleh Miles Teller dan Shailene Woodley, The Spectacular Now adalah drama remaja yang sangat dalam dibandingkan film-film segenre. Saya bahkan menontonnya sampai 2 kali.
Serial TV yang saya tonton minggu ini, tentu saja, episode kedua dari True Detective Season 2. Setelah menceritakan backstory para tokoh di hampir sepanjang durasi episode 1, cerita mulai bergerak. 3 detektif kita: Ray Velcoro (Colin Farrell), Antimony Bezzerides (Rachel McAdams) dan Paul Woodrugh (Taylor Kitsch) mulai melakukan penyelidikan atas kasus yang sama yaitu pembunuhan Caspere, meski ketiganya punya motif yang berbeda-beda.
Saya melanjutkan menonton Daredevil, dan episode keduanya membuat saya terpana. Kita melihat lebih banyak mengenai masa lalu Matt Murdock termasuk kematian ayahnya. Episode ini ditutup dengan aksi Matt yang menghajar komplotan human trafficker dimana adegan ini diambil dengan one-take ala Oldboy. Yah, walau yang ini lebih inferior. Daredevil langsung menjadi salah satu serial favorit saya.
Nah sekarang giliran anda, apa film (atau serial TV) yang anda tonton minggu ini? Dengan senang hati saya persilakan anda memasukkannya di kolom komentar. ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita,
Artikel Featured, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Berita film apa yang mungkin anda lewatkan minggu ini? UlasanPilem telah merangkum 11 berita mengenai dunia pefilman, diantaranya Iko Uwais main film bareng Mark Wahlberg, Daniel Mananta menjadi duta 'Ant-Man', adaptasi film 'Monopoly', dan masih banyak lagi.
#01 Tyrese Gibson menjadi Green Lantern?
//screenrant.com
Melalui akun instagramnya, Tyrese Gybson (Furious 7) mengisyaratkan bahwa dia mungkin telah akan bermain dalam Justice League sebagai Green Lantern. Jika rumor ini benar, kemungkinan besar Gibson akan memainkan karakter Green Lantern-nya John Stewart, bukannya Hal Jordan yang diperankan Ryan Reynolds pada film Green Lantern versi 2011.
Ditanya mengenai hal ini, Gibson tidak membenarkan tapi juga tidak menyangkal.
"Saya sudah berjanji. Saya melakukan pertemuan dengan Warner Bros. dan membicarakan beberapa hal", ujarnya pada ETOnline. "Kau tahu, ada beberapa hal yang tak bisa saya bicarakan. Namun saya bisa bilang bahwa ini adalah 'kesalahan fans'."
Sebagai informasi, John Stewart yang seorang arsitek dan veteran marinir Amerika, menjadi Green Lantern sebelum Hal Jordan dan merupakan karakter superhero kulit hitam pertama dari DC Comics.
Dalam sebuah wawancara, eksekutif Marvel Kevin Feige keceplosan menyebutkan judul dari sekuel Guardians of the Galaxy yang akhirnya berkembang menjadi spekulasi. "Kami memulai syuting Guardians of the Galaxy Volume 2 bulan Februari atau Maret 2016," ujar Feige via Collider.
Nah ternyata, judul tersebut merupakan judul resmi yang dikonfirmasi sendiri oleh sang sutradara, James Gunn melalui akun twitternya.
Yes, the official title for the @Guardians sequel is GUARDIANS OF THE GALAXY VOL. 2. Nice detective work, @colliderfrosty, etc! You got us!
Guardians of the Galaxy Vol. 2 direncanakan tayang pada 5 Mei 2017.
#03 'Star Trek Beyond' adalah Judul Resmi Star Trek Berikutnya
//filmtakeout.com
Melalui akun twitternya, sutradara Justin Lin mengungkapkan bahwa judul film ketiga Star Trek adalah Star Trek Beyond. Dalam twitter ini, Lin juga memposting lambang Starfleet. Melihat judulnya, banyak yang berasumsi bahwa para kru Enterprise akhirnya akan melakukan misi ikoniknya berkeliling semesta dan menelusuri dunia yang belum pernah dikunjungi manusia.
Star Trek Beyond direncanakan tayang pada 8 Juli 2016. Chris Pine, Zachary Quinto, Zoe Saldana, Antonm Yelchin, dan John Cho akan kembali bermain bersama bintang baru Idris Elba dan Sofia Boutella.
#04 Del Toro Keluar dari Proyek 'Justice League Dark'
//eastsidemags.com
Sebelumnya dikabarkan bahwa adaptasi Justice League Dark — yang merupakan salah satu grup superhero dari DC Comics — akan disutradarai oleh Guillermo del Toro (Hellboy, Pacific Rim, Crimson Peak). Dilansir dari THR, del Toro tak lagi terlibat, namun Warner Bros dikabarkan akan tetap melanjutkan proyek tersebut.
Justice League Dark merupakan grup yang terdiri atas pahlawan supernatural seperti John Constantine, Swamp Thing, Zatanna, Demon, dan Deadman.
#05 Lionsgate akan Membuat Film 'Monopoly' Bersama Hasbro
//screenrant.com
Hollywood makin lama makin tak masuk akal. Lionsgate mengumumkan bahwa mereka akan mengadaptasi salah satu permainan populer (pemecah belah) keluarga, Monopoly. Studio ini bekerjasama dengan Hasbro dengan merekrut Andrew Niccol (The Truman Show, Gattaca, The Terminal) untuk menulis skenarionya.
Rencananya, film ini ditujukan untuk semua usia, megah, penuh aksi dan petualangan. Berikut plotnya:
Cerita akan berfokus pada seorang anak dari Baltic Avenue uang menggunakan Kesempatan dan Komunitas dalam usahanya untuk menjadi kaya melalui perjalanan yang seru dan penuh petualangan. Ini adalah tentang membuat peruntungan, apa yang membuat kalian menjadi kata dalam arti sebenarnya, dan tentu saja, menghindari Penjara.
#06 Kostum Baru 'Ghostbusters' Dibeberkan oleh Paul Feig
//joblo.com
Dengan dimulainya proses syuting film Ghostbusters versi wanita di New York, sutradara Paul Feig mengirimkan twit yang berisi foto kostum yang akan dipakai oleh para pemain, diantaranya Melissa McCarthy, Kristen Wiig, Kate McKinnon dan Leslie Jones. Lihat fotonya berikut.
#07 Daredevil akan Melawan The Punisher dalam Serial 'Daredevil' Season 2
//screenrant.com
Setelah pengumuman bahwa Jon Bernthal akan bermain sebagai Frank Castle alias Punisher dalam serial TV Daredevil season 2, banyak yang mempertanyakan (termasuk saya) seperti apakah peran karakter tersebut dalam dunia Daredevil.
Melalui Nerdist, salah satu produser Daredevil, Marco Ramirez menyebutkan bahwa season baru tersebut akan menjadi Daredevil vs. The Punisher. Seperti yang kita ketahui, The Punisher adalah karakter superhero yang tak pandang bulu dalam beraksi dan tak segan-segan membunuh. Kemungkinan perbedaan prinsip inilah yang akan membuat keduanya mengalami konfrontasi.
#08 'Back to the Future' Takkan Dibuat Ulang. Titik.
//guardian.co.uk
Melihat tren di Hollywood yang sekarang marak melakukan remake, reboot, cinematic universe, sutradara dari franchise populer Back to The Future, Robert Zemeckis angkat bicara.
"Oh Tuhan tidak. Itu takkan terjadi sampai [penulis film] Bob Gale dan saya mati," ujar Zemeckis pada The Telegraph. "Dan saya yakin mereka [studio Universal dan Amblin Entertainment] akan melakukannya, kecuali kami menghentikan hal tersebut."
"Bagi saya, itu gila. Khususnya jika film itu bagus. Ini sama saja dengan bilang 'Ayo buat ulang Citizen Kane'. Siapa yang akan berperan sebagai Kane? Betapa gilanya hal itu? Kenapa orang mau melakukan hal itu?
Zemeckis dan Gale telah meneken kontrak dengan Universal dan Amblin yang menyatakan bahwa mereka berdualah yang berhak mengambil keputusan dalam hal produksi film yang berhubungan dengan Back to the Future, dan tampaknya Zemeckis tak berniat melakukan hal remake. Setidaknya hingga saat ini.
#09 Iko Uwais Main Film Bareng Mark Wahlberg
//geekytyrant.com
Iko Uwais akan mengikuti jejak Joe Taslim dan Yayan Ruhian ke kancah perfilman internasional. Tak main-main, yang menjadi lawan main Iko adalah Mark Wahlberg dalam film aksi berjudul Mile 22. Ikut bermain Ronda Rousey (Entourage).
Film ini akan disutradarai oleh Peter Berg dan merupakan kerjasama berikutnya antara Wahlberg dan Berg setelah The Lone Survivor, Deepwater Horizon, dan Six Billion Dollar Man.
#10 Daniel Mananta Menjadi Duta Resmi 'Ant-Man'
//coconutsmedia.com
Untuk mempromosikan film-film terbarunya di Indonesia, Disney/Marvel kerap menggandeng selebritis ternama tanah air. Sebut saja diantaranya Sandra Dewi sebagai duta Cinderella dan Luna Maya sebagai duta Black Widow untuk Avengers: Age of Ultron. Yang terbaru, Daniel Mananta didapuk menjadi duta untuk film terbaru Marvel, Ant-Man.
"Sekarang gue bersyukur, karena gue diasosiasikan dengan perusahaan besar Marvel. Gue dipercayakan sebagai superhero baru, Ant-Man," ujarnya pada KapanLagi.com.
#11 Ava DuVernay Mengundurkan Diri dari Posisi Sutradara 'Black Panther'
//mcuexchange.com
Salah satu rumor hangat di dunia Marvel adalah kemungkinan Ava DuVernay (Selma) untuk menyutradarai film superhero Black Panther. Jika ini terjadi, maka DuVernay akan menjadi sutradara wanita pertama yang mengarahkan film Marvel. Namun setelah melakukan pertemuan, DuVernay menyatakan pengunduran diri karena — coba tebak — perbedaan kreativitas.
"Saya tak akan menyutradarai Black Panther," ujarnya pada majalah Essence. "Saya rasa kami punya ide yang berbeda [dengan studio Marvel] mengenai cerita film ini nantinya. Marvel punya caranya sendiri dan saya pikir itu fantastis dan banyak orang yang menyukai apa yang mereka lakukan. Pada akhirnya, semuanya berujung pada cerita dan perspektif. Dan sepertinya kami tak cocok."
Black Panther direncanakan tayang pada 3 November 2017 dengan dibintangi oleh Chadwick Boseman (42, Get On Up). ■UP
Berita film apa yang mungkin anda lewatkan minggu ini? UlasanPilem telah merangkum 11 berita mengenai dunia pefilman, diantaranya Iko Uwais main film bareng Mark Wahlberg, Daniel Mananta menjadi duta 'Ant-Man', adaptasi film 'Monopoly', dan masih banyak lagi.
#01 Tyrese Gibson menjadi Green Lantern?
//screenrant.com
Melalui akun instagramnya, Tyrese Gybson (Furious 7) mengisyaratkan bahwa dia mungkin telah akan bermain dalam Justice League sebagai Green Lantern. Jika rumor ini benar, kemungkinan besar Gibson akan memainkan karakter Green Lantern-nya John Stewart, bukannya Hal Jordan yang diperankan Ryan Reynolds pada film Green Lantern versi 2011.
Ditanya mengenai hal ini, Gibson tidak membenarkan tapi juga tidak menyangkal.
"Saya sudah berjanji. Saya melakukan pertemuan dengan Warner Bros. dan membicarakan beberapa hal", ujarnya pada ETOnline. "Kau tahu, ada beberapa hal yang tak bisa saya bicarakan. Namun saya bisa bilang bahwa ini adalah 'kesalahan fans'."
Sebagai informasi, John Stewart yang seorang arsitek dan veteran marinir Amerika, menjadi Green Lantern sebelum Hal Jordan dan merupakan karakter superhero kulit hitam pertama dari DC Comics.
Dalam sebuah wawancara, eksekutif Marvel Kevin Feige keceplosan menyebutkan judul dari sekuel Guardians of the Galaxy yang akhirnya berkembang menjadi spekulasi. "Kami memulai syuting Guardians of the Galaxy Volume 2 bulan Februari atau Maret 2016," ujar Feige via Collider.
Nah ternyata, judul tersebut merupakan judul resmi yang dikonfirmasi sendiri oleh sang sutradara, James Gunn melalui akun twitternya.
Yes, the official title for the @Guardians sequel is GUARDIANS OF THE GALAXY VOL. 2. Nice detective work, @colliderfrosty, etc! You got us!
Guardians of the Galaxy Vol. 2 direncanakan tayang pada 5 Mei 2017.
#03 'Star Trek Beyond' adalah Judul Resmi Star Trek Berikutnya
//filmtakeout.com
Melalui akun twitternya, sutradara Justin Lin mengungkapkan bahwa judul film ketiga Star Trek adalah Star Trek Beyond. Dalam twitter ini, Lin juga memposting lambang Starfleet. Melihat judulnya, banyak yang berasumsi bahwa para kru Enterprise akhirnya akan melakukan misi ikoniknya berkeliling semesta dan menelusuri dunia yang belum pernah dikunjungi manusia.
Star Trek Beyond direncanakan tayang pada 8 Juli 2016. Chris Pine, Zachary Quinto, Zoe Saldana, Antonm Yelchin, dan John Cho akan kembali bermain bersama bintang baru Idris Elba dan Sofia Boutella.
#04 Del Toro Keluar dari Proyek 'Justice League Dark'
//eastsidemags.com
Sebelumnya dikabarkan bahwa adaptasi Justice League Dark — yang merupakan salah satu grup superhero dari DC Comics — akan disutradarai oleh Guillermo del Toro (Hellboy, Pacific Rim, Crimson Peak). Dilansir dari THR, del Toro tak lagi terlibat, namun Warner Bros dikabarkan akan tetap melanjutkan proyek tersebut.
Justice League Dark merupakan grup yang terdiri atas pahlawan supernatural seperti John Constantine, Swamp Thing, Zatanna, Demon, dan Deadman.
#05 Lionsgate akan Membuat Film 'Monopoly' Bersama Hasbro
//screenrant.com
Hollywood makin lama makin tak masuk akal. Lionsgate mengumumkan bahwa mereka akan mengadaptasi salah satu permainan populer (pemecah belah) keluarga, Monopoly. Studio ini bekerjasama dengan Hasbro dengan merekrut Andrew Niccol (The Truman Show, Gattaca, The Terminal) untuk menulis skenarionya.
Rencananya, film ini ditujukan untuk semua usia, megah, penuh aksi dan petualangan. Berikut plotnya:
Cerita akan berfokus pada seorang anak dari Baltic Avenue uang menggunakan Kesempatan dan Komunitas dalam usahanya untuk menjadi kaya melalui perjalanan yang seru dan penuh petualangan. Ini adalah tentang membuat peruntungan, apa yang membuat kalian menjadi kata dalam arti sebenarnya, dan tentu saja, menghindari Penjara.
#06 Kostum Baru 'Ghostbusters' Dibeberkan oleh Paul Feig
//joblo.com
Dengan dimulainya proses syuting film Ghostbusters versi wanita di New York, sutradara Paul Feig mengirimkan twit yang berisi foto kostum yang akan dipakai oleh para pemain, diantaranya Melissa McCarthy, Kristen Wiig, Kate McKinnon dan Leslie Jones. Lihat fotonya berikut.
#07 Daredevil akan Melawan The Punisher dalam Serial 'Daredevil' Season 2
//screenrant.com
Setelah pengumuman bahwa Jon Bernthal akan bermain sebagai Frank Castle alias Punisher dalam serial TV Daredevil season 2, banyak yang mempertanyakan (termasuk saya) seperti apakah peran karakter tersebut dalam dunia Daredevil.
Melalui Nerdist, salah satu produser Daredevil, Marco Ramirez menyebutkan bahwa season baru tersebut akan menjadi Daredevil vs. The Punisher. Seperti yang kita ketahui, The Punisher adalah karakter superhero yang tak pandang bulu dalam beraksi dan tak segan-segan membunuh. Kemungkinan perbedaan prinsip inilah yang akan membuat keduanya mengalami konfrontasi.
#08 'Back to the Future' Takkan Dibuat Ulang. Titik.
//guardian.co.uk
Melihat tren di Hollywood yang sekarang marak melakukan remake, reboot, cinematic universe, sutradara dari franchise populer Back to The Future, Robert Zemeckis angkat bicara.
"Oh Tuhan tidak. Itu takkan terjadi sampai [penulis film] Bob Gale dan saya mati," ujar Zemeckis pada The Telegraph. "Dan saya yakin mereka [studio Universal dan Amblin Entertainment] akan melakukannya, kecuali kami menghentikan hal tersebut."
"Bagi saya, itu gila. Khususnya jika film itu bagus. Ini sama saja dengan bilang 'Ayo buat ulang Citizen Kane'. Siapa yang akan berperan sebagai Kane? Betapa gilanya hal itu? Kenapa orang mau melakukan hal itu?
Zemeckis dan Gale telah meneken kontrak dengan Universal dan Amblin yang menyatakan bahwa mereka berdualah yang berhak mengambil keputusan dalam hal produksi film yang berhubungan dengan Back to the Future, dan tampaknya Zemeckis tak berniat melakukan hal remake. Setidaknya hingga saat ini.
#09 Iko Uwais Main Film Bareng Mark Wahlberg
//geekytyrant.com
Iko Uwais akan mengikuti jejak Joe Taslim dan Yayan Ruhian ke kancah perfilman internasional. Tak main-main, yang menjadi lawan main Iko adalah Mark Wahlberg dalam film aksi berjudul Mile 22. Ikut bermain Ronda Rousey (Entourage).
Film ini akan disutradarai oleh Peter Berg dan merupakan kerjasama berikutnya antara Wahlberg dan Berg setelah The Lone Survivor, Deepwater Horizon, dan Six Billion Dollar Man.
#10 Daniel Mananta Menjadi Duta Resmi 'Ant-Man'
//coconutsmedia.com
Untuk mempromosikan film-film terbarunya di Indonesia, Disney/Marvel kerap menggandeng selebritis ternama tanah air. Sebut saja diantaranya Sandra Dewi sebagai duta Cinderella dan Luna Maya sebagai duta Black Widow untuk Avengers: Age of Ultron. Yang terbaru, Daniel Mananta didapuk menjadi duta untuk film terbaru Marvel, Ant-Man.
"Sekarang gue bersyukur, karena gue diasosiasikan dengan perusahaan besar Marvel. Gue dipercayakan sebagai superhero baru, Ant-Man," ujarnya pada KapanLagi.com.
#11 Ava DuVernay Mengundurkan Diri dari Posisi Sutradara 'Black Panther'
//mcuexchange.com
Salah satu rumor hangat di dunia Marvel adalah kemungkinan Ava DuVernay (Selma) untuk menyutradarai film superhero Black Panther. Jika ini terjadi, maka DuVernay akan menjadi sutradara wanita pertama yang mengarahkan film Marvel. Namun setelah melakukan pertemuan, DuVernay menyatakan pengunduran diri karena — coba tebak — perbedaan kreativitas.
"Saya tak akan menyutradarai Black Panther," ujarnya pada majalah Essence. "Saya rasa kami punya ide yang berbeda [dengan studio Marvel] mengenai cerita film ini nantinya. Marvel punya caranya sendiri dan saya pikir itu fantastis dan banyak orang yang menyukai apa yang mereka lakukan. Pada akhirnya, semuanya berujung pada cerita dan perspektif. Dan sepertinya kami tak cocok."
Black Panther direncanakan tayang pada 3 November 2017 dengan dibintangi oleh Chadwick Boseman (42, Get On Up). ■UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Drama,
Artikel Review,
Artikel Romance, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Sebagai drama cinta dengan sentuhan fantasi, 'The Age of Adaline' takkan pernah bisa dicerna secara logika, tapi secara emosional cukup mengena, paling tidak di bagian akhir.
“Tell me something I can hold on to forever and never let me go” — Adaline
Hidup abadi dan tak pernah menua adalah dua hal yang mungkin menjadi impian setiap orang. Namun bagaimana jika hal itu benar-benar terjadi? Bagaimana cara membaur dengan orang-orang sekitar yang normal dan menua? Bagaimana menghadapi kehilangan orang-orang tersayang yang tergerus karena usia? The Age of Adaline mengangkat premis tersebut dengan menyuntikkan beberapa dosis romansa. Namun yang membuat film ini lebih superior dibanding roman picisan masa kini adalah unsur dramanya.
Di awal film, kita diperkenalkan dengan Adaline Bowman (Blake Lively), seorang wanita muda yang lahir di tahun 1908, menjalani hidup normal, menikah dan punya anak. Sayangnya di usia 29 tahun, suaminya meninggal dalam proyek pembangunan jembatan Golden Gate. Tragedi ini mengantarkan Adaline mengalami kecelakaan yang nyaris merenggut nyawanya, tapi akibat suatu peristiwa magis — dijelaskan dengan narasi ilmiah yang tetap saja tak masuk akal — membuatnya menjadi manusia yang tak bisa menua. Adaline bisa mati, namun dia takkan termakan usia.
Beralih ke masa sekarang, Adaline berkenalan dengan seorang miliarder muda yang tampan, Ellis Jones (Michiel Huisman). Terpikat dengan pesona dan metode pedekate yang berbeda dengan pria lain, membuat Adaline mulai terpikat pada Ellis. Singkat cerita, keduanya menjalin hubungan asmara. Semua berjalan dengan lancar, hingga saat Ellis mengajak Adaline untuk mengunjungi kedua orangtuanya, memaksa Adaline untuk berhadapan dengan kekasih masa lalunya.
Kondisi Adaline ini mungkin memang terdengar too-good-to-be-true. Tapi, pastinya ini menghadirkan konflik tersendiri. Di awal film diceritakan bahwa Adaline nyaris menjadi objek penelitian oleh FBI. Selain itu, dia juga harus berpindah-pindah tempat tinggal agar tidak menimbulkan kecurigaan orang lain. Masalah terbesar (setidaknya bagi Adaline) adalah kondisinya yang membuatnya tak bisa menjalin hubungan cinta yang normal. Saya pikir menarik seandainya film ini mengeksplorasi bagaimana Adaline beradaptasi dan menghadapi lingkungannya. Sayangnya, penulis naskah J. Mills Goodloe dan Salvador Paskowitz mengambil jalan pintas dan menceritakannya dengan sekilas dan sederhana.
Melalui beberapa flashback yang efektif, kita diperlihatkan dengan masa lalu Adaline. Penggarapan film yang serius bisa dilihat dari desain produksi yang tak main-main, termasuk set lokasi, make-up dan tata busana yang menangkap dengan baik jaman yang tengah disorot. Sutradara Lee Toland Krieger dengan bantuan sinematografer David Lazenberg melakukan pengambilan gambar dengan indah, membuat The Age of Adaline menjadi film yang cantik secara visual, cocok dengan atmosfir fantasi yang diangkat filmnya.
Sebagai Adaline, Blake Lively memberikan penampilan yang meyakinkan. Dengan tampilan fisik yang tak berubah, Lively membawakan kematangan emosional dan beban moral dari seseorang yang telah hidup selama lebih dari 10 dekade. Menawan, karismatik, sangat dewasa, dan bijak. Dengan halus, Lively tampil ekspresif hanya dari sunggingan senyum, kerutan alis dan dialog yang minimalis. Sayang, skenario film membuatnya tak punya ruang gerak lebih banyak.
Paruh pertama The Age of Adaline menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menceritakan kisah asmara Adaline dengan Ellis. Mungkin ini dimaksudkan untuk membuat kita berinvestasi pada karakter, but really, tak ada hal yang benar-benar baru, yang belum pernah kita lihat sebelumnya dalam film romance lainnya.
Tepat saat saya mulai skeptis, The Age of Adaline bergerak ke arah yang tak saya duga. Pertemuannya dengan William Jones (Harrison Ford) membangkitkan kenangan masa lalunya, membuat Adaline harus mempertimbangkan kembali keputusannya untuk terus lari saat terlibat terlalu jauh dengan orang lain. Disinilah penonton dibuat merasakan konflik batin yang sebenarnya. Momen saat Lively dan Ford bertemu adalah momen paling mencuri perhatian dari keseluruhan film. Dan Ford memberikan penampilan terbaik dari screentime-nya yang hanya sebentar.
Ending film ini adalah salah satu dari banyak hal yang predictable dari The Age of Adaline. Di akhir film, lagi-lagi narator akan memberikan penjelasan tak rasional dengan istilah-istilah canggih untuk menutup kisah Adaline. Senada dengan narator tersebut, film ini takkan pernah bisa dicerna secara logika, tapi secara emosional cukup mengena, paling tidak di bagian akhir. Ah, kalau saja seluruh film ini punya bobot yang setara dengan paruh terakhirnya. ■UP
'The Age of Adaline' | TEGUH RASPATI | 2 Juli 2015
Pemain: Blake Lively, Michiel Huisman, Harrison Ford
Sebagai drama cinta dengan sentuhan fantasi, 'The Age of Adaline' takkan pernah bisa dicerna secara logika, tapi secara emosional cukup mengena, paling tidak di bagian akhir.
“Tell me something I can hold on to forever and never let me go” — Adaline
Hidup abadi dan tak pernah menua adalah dua hal yang mungkin menjadi impian setiap orang. Namun bagaimana jika hal itu benar-benar terjadi? Bagaimana cara membaur dengan orang-orang sekitar yang normal dan menua? Bagaimana menghadapi kehilangan orang-orang tersayang yang tergerus karena usia? The Age of Adaline mengangkat premis tersebut dengan menyuntikkan beberapa dosis romansa. Namun yang membuat film ini lebih superior dibanding roman picisan masa kini adalah unsur dramanya.
Di awal film, kita diperkenalkan dengan Adaline Bowman (Blake Lively), seorang wanita muda yang lahir di tahun 1908, menjalani hidup normal, menikah dan punya anak. Sayangnya di usia 29 tahun, suaminya meninggal dalam proyek pembangunan jembatan Golden Gate. Tragedi ini mengantarkan Adaline mengalami kecelakaan yang nyaris merenggut nyawanya, tapi akibat suatu peristiwa magis — dijelaskan dengan narasi ilmiah yang tetap saja tak masuk akal — membuatnya menjadi manusia yang tak bisa menua. Adaline bisa mati, namun dia takkan termakan usia.
Beralih ke masa sekarang, Adaline berkenalan dengan seorang miliarder muda yang tampan, Ellis Jones (Michiel Huisman). Terpikat dengan pesona dan metode pedekate yang berbeda dengan pria lain, membuat Adaline mulai terpikat pada Ellis. Singkat cerita, keduanya menjalin hubungan asmara. Semua berjalan dengan lancar, hingga saat Ellis mengajak Adaline untuk mengunjungi kedua orangtuanya, memaksa Adaline untuk berhadapan dengan kekasih masa lalunya.
Kondisi Adaline ini mungkin memang terdengar too-good-to-be-true. Tapi, pastinya ini menghadirkan konflik tersendiri. Di awal film diceritakan bahwa Adaline nyaris menjadi objek penelitian oleh FBI. Selain itu, dia juga harus berpindah-pindah tempat tinggal agar tidak menimbulkan kecurigaan orang lain. Masalah terbesar (setidaknya bagi Adaline) adalah kondisinya yang membuatnya tak bisa menjalin hubungan cinta yang normal. Saya pikir menarik seandainya film ini mengeksplorasi bagaimana Adaline beradaptasi dan menghadapi lingkungannya. Sayangnya, penulis naskah J. Mills Goodloe dan Salvador Paskowitz mengambil jalan pintas dan menceritakannya dengan sekilas dan sederhana.
Melalui beberapa flashback yang efektif, kita diperlihatkan dengan masa lalu Adaline. Penggarapan film yang serius bisa dilihat dari desain produksi yang tak main-main, termasuk set lokasi, make-up dan tata busana yang menangkap dengan baik jaman yang tengah disorot. Sutradara Lee Toland Krieger dengan bantuan sinematografer David Lazenberg melakukan pengambilan gambar dengan indah, membuat The Age of Adaline menjadi film yang cantik secara visual, cocok dengan atmosfir fantasi yang diangkat filmnya.
Sebagai Adaline, Blake Lively memberikan penampilan yang meyakinkan. Dengan tampilan fisik yang tak berubah, Lively membawakan kematangan emosional dan beban moral dari seseorang yang telah hidup selama lebih dari 10 dekade. Menawan, karismatik, sangat dewasa, dan bijak. Dengan halus, Lively tampil ekspresif hanya dari sunggingan senyum, kerutan alis dan dialog yang minimalis. Sayang, skenario film membuatnya tak punya ruang gerak lebih banyak.
Paruh pertama The Age of Adaline menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menceritakan kisah asmara Adaline dengan Ellis. Mungkin ini dimaksudkan untuk membuat kita berinvestasi pada karakter, but really, tak ada hal yang benar-benar baru, yang belum pernah kita lihat sebelumnya dalam film romance lainnya.
Tepat saat saya mulai skeptis, The Age of Adaline bergerak ke arah yang tak saya duga. Pertemuannya dengan William Jones (Harrison Ford) membangkitkan kenangan masa lalunya, membuat Adaline harus mempertimbangkan kembali keputusannya untuk terus lari saat terlibat terlalu jauh dengan orang lain. Disinilah penonton dibuat merasakan konflik batin yang sebenarnya. Momen saat Lively dan Ford bertemu adalah momen paling mencuri perhatian dari keseluruhan film. Dan Ford memberikan penampilan terbaik dari screentime-nya yang hanya sebentar.
Ending film ini adalah salah satu dari banyak hal yang predictable dari The Age of Adaline. Di akhir film, lagi-lagi narator akan memberikan penjelasan tak rasional dengan istilah-istilah canggih untuk menutup kisah Adaline. Senada dengan narator tersebut, film ini takkan pernah bisa dicerna secara logika, tapi secara emosional cukup mengena, paling tidak di bagian akhir. Ah, kalau saja seluruh film ini punya bobot yang setara dengan paruh terakhirnya. ■UP
'The Age of Adaline' | TEGUH RASPATI | 2 Juli 2015
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Adventure,
Artikel Aksi,
Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Terinspirasi dari kisah 47 ronin dengan setting abad pertengahan, usaha sutradara Kazuaki Kiriya memainkan ekspektasi penonton patut diacungi jempol, meski pada akhirnya film ini tak bisa naik level dari kelas "biasa-biasa saja".
“...and now we will restore the voice of our people.” — Raiden
Saya tak pernah merasa Clive Owen tampil meyakinkan dalam film bergenre aksi (ya, termasuk dalam film scifi-aksi dari Alfonso Cuaron, Children of Men). Namun, Owen bahkan bermain sebagai seorang panglima perang yang jago pedang bernama Raiden dalam film aksi medioker bersetting abad pertengahan ini.
Di sebuah negeri antah berantah di era antah berantah (yang mirip dengan abad pertengahan), Komandan Raiden adalah pemimpin pasukan elit yang mengabdi pada seorang bangsawan bernama Bartok (Morgan Freeman). Keluarga Bartok dan klan bangsawan lainnya berada di bawah kekuasaan sang Kaisar (dalam film hanya disebut "kaisar", diperankan oleh Peyman Moaadi). Konflik dimulai saat Perdana Menteri yang lalim, Geza Mott (Aksel Hennie) memaksa Bartok untuk membayar upeti. Bartok adalah bangsawan terhormat dan penolakannya membuat nasibnya berujung tragis.
Keluarga Bartok yang tersisa diasingkan, kerajaannya diambil alih, dan pasukannya dibebastugaskan. Raiden yang kehilangan majikan, menjual pedangnya dan menghabiskan waktu untuk bermabuk-mabukan dan main wanita. Namun, kita tahu kemana arah film ini: pembalasan dendam atas Bartok oleh (mantan) pasukannya.
Segampang-gampangnya alur film ini ditebak, sutradara Kazuaki Kiriya berhasil mengulur narasinya dengan efektif, yang membuat kita mempertanyakan kebenaran prediksi tersebut. Berdurasi hampir 2 jam, usaha Kiriya memainkan ekspektasi penonton patut diacungi jempol , meski pada akhirnya film ini tak bisa naik level dari kelas "biasa-biasa saja".
Terinspirasi dari kisah 47 ronin, Last Knights mengangkat tema kehormatan dan loyalitas. Film ini menjadi film multikultural dengan menggunakan aktor dari berbagai negara, termasuk para kru di belakang layar. Jika anda ingin tahu, aktor tersebut diantaranya dari Amerika (Freeman), Inggris (Owen), Iran (Maadi), Norwegia (Hennie), Korea Selatan (Ahn Sung-ki) dan masih banyak lagi. Hal ini mungkin bisa sedikit mendorong penjualan film di beberapa wilayah, tapi tak berarti banyak bagi produk akhir film itu sendiri.
Semua karakter nyaris one-note, dan karakter yang dimainkan Owen dan Freeman bukanlah pengecualian. Namun setidaknya karakter Bartok lebih memorable berkat pembawaan khas Freeman dengan narasinya yang ikonik. Sayangnya, Freeman pergi terlalu cepat dan berikutnya kita disodorkan dengan karakter Raiden yang klise.
Satu hal yang sangat mengganggu bagi saya adalah set lokasi yang tidak believable. Adegan saat Raiden berdialog dengan Bartok di awal film, serta adegan pertarungan akhir kentara sekali diambil di dalam studio. Gambar yang disorot dengan lensa widescreen oleh Antonia Riestra sedikit tersia-siakan dengan desain produksi yang tak meyakinkan.
Bicara mengenai pertarungan akhir, adegan tersebut sangat sulit untuk ditonton, mengingat settingnya yang sangat gelap dan sulitnya membedakan antara karakter yang satu dengan lainnya. Apalagi sebelumnya kita tak pernah benar-benar dibuat akrab dengan para karakter pendukung. Namun saya tahu bahwa Kiriya memaksudkan adegan ini menjadi adegan yang epik, terdengar dari suara pedang yang saling beradu dan tubuh yang terpotong.
Last Knights terasa seperti satu atau dua episode dari serial televisi bersetting abad pertengahan yang kemudian dipanjang-panjangkan hingga 2 jam. Ceritanya sudah pernah kita lihat sebelumnya, termasuk subplot rivalitas antara Raiden dengan pengawal Geza Mott, Auguste. Dan, ya, tugas berat bagi saya untuk menonton film ini hingga akhir tanpa menguap. ■ UP
Sutradara Kazuaki Kiriya Penulis Michael Konyves, Dove Sussman Pemain Clive Owen, Morgan Freeman, Cliff Curtis
Terinspirasi dari kisah 47 ronin dengan setting abad pertengahan, usaha sutradara Kazuaki Kiriya memainkan ekspektasi penonton patut diacungi jempol, meski pada akhirnya film ini tak bisa naik level dari kelas "biasa-biasa saja".
“...and now we will restore the voice of our people.” — Raiden
Saya tak pernah merasa Clive Owen tampil meyakinkan dalam film bergenre aksi (ya, termasuk dalam film scifi-aksi dari Alfonso Cuaron, Children of Men). Namun, Owen bahkan bermain sebagai seorang panglima perang yang jago pedang bernama Raiden dalam film aksi medioker bersetting abad pertengahan ini.
Di sebuah negeri antah berantah di era antah berantah (yang mirip dengan abad pertengahan), Komandan Raiden adalah pemimpin pasukan elit yang mengabdi pada seorang bangsawan bernama Bartok (Morgan Freeman). Keluarga Bartok dan klan bangsawan lainnya berada di bawah kekuasaan sang Kaisar (dalam film hanya disebut "kaisar", diperankan oleh Peyman Moaadi). Konflik dimulai saat Perdana Menteri yang lalim, Geza Mott (Aksel Hennie) memaksa Bartok untuk membayar upeti. Bartok adalah bangsawan terhormat dan penolakannya membuat nasibnya berujung tragis.
Keluarga Bartok yang tersisa diasingkan, kerajaannya diambil alih, dan pasukannya dibebastugaskan. Raiden yang kehilangan majikan, menjual pedangnya dan menghabiskan waktu untuk bermabuk-mabukan dan main wanita. Namun, kita tahu kemana arah film ini: pembalasan dendam atas Bartok oleh (mantan) pasukannya.
Segampang-gampangnya alur film ini ditebak, sutradara Kazuaki Kiriya berhasil mengulur narasinya dengan efektif, yang membuat kita mempertanyakan kebenaran prediksi tersebut. Berdurasi hampir 2 jam, usaha Kiriya memainkan ekspektasi penonton patut diacungi jempol , meski pada akhirnya film ini tak bisa naik level dari kelas "biasa-biasa saja".
Terinspirasi dari kisah 47 ronin, Last Knights mengangkat tema kehormatan dan loyalitas. Film ini menjadi film multikultural dengan menggunakan aktor dari berbagai negara, termasuk para kru di belakang layar. Jika anda ingin tahu, aktor tersebut diantaranya dari Amerika (Freeman), Inggris (Owen), Iran (Maadi), Norwegia (Hennie), Korea Selatan (Ahn Sung-ki) dan masih banyak lagi. Hal ini mungkin bisa sedikit mendorong penjualan film di beberapa wilayah, tapi tak berarti banyak bagi produk akhir film itu sendiri.
Semua karakter nyaris one-note, dan karakter yang dimainkan Owen dan Freeman bukanlah pengecualian. Namun setidaknya karakter Bartok lebih memorable berkat pembawaan khas Freeman dengan narasinya yang ikonik. Sayangnya, Freeman pergi terlalu cepat dan berikutnya kita disodorkan dengan karakter Raiden yang klise.
Satu hal yang sangat mengganggu bagi saya adalah set lokasi yang tidak believable. Adegan saat Raiden berdialog dengan Bartok di awal film, serta adegan pertarungan akhir kentara sekali diambil di dalam studio. Gambar yang disorot dengan lensa widescreen oleh Antonia Riestra sedikit tersia-siakan dengan desain produksi yang tak meyakinkan.
Bicara mengenai pertarungan akhir, adegan tersebut sangat sulit untuk ditonton, mengingat settingnya yang sangat gelap dan sulitnya membedakan antara karakter yang satu dengan lainnya. Apalagi sebelumnya kita tak pernah benar-benar dibuat akrab dengan para karakter pendukung. Namun saya tahu bahwa Kiriya memaksudkan adegan ini menjadi adegan yang epik, terdengar dari suara pedang yang saling beradu dan tubuh yang terpotong.
Last Knights terasa seperti satu atau dua episode dari serial televisi bersetting abad pertengahan yang kemudian dipanjang-panjangkan hingga 2 jam. Ceritanya sudah pernah kita lihat sebelumnya, termasuk subplot rivalitas antara Raiden dengan pengawal Geza Mott, Auguste. Dan, ya, tugas berat bagi saya untuk menonton film ini hingga akhir tanpa menguap. ■ UP
- Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul
, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Poster, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Warner Bros merilis 5 poster karakter dari film 'The Man from U.N.C.L.E.' yang diangkat dari serial televisi populer tahun 60-an. Dengan setting di era perang dingin, seorang agen Amerika bersama dengan seorang agen Rusia harus melupakan konflik masa lalu dan bersatu untuk menumpas organisasi kriminal internasional yang punya niat jahat dengan memanfaatkan teknologi nuklir mereka.
//comicbook.com
Dari poster-poster yang sangat berwarna berikut, kita bisa melihat tampilan Henry Cavill sebagai Napoleon Solo, Armie Hammer sebagai Ilya Kuryakin, Alicia Vikander sebagai Gaby Teller, Elizabeth Debicki sebagai Victoria Vinciguerra, dan Hugh Grant sebagai Mr. Waverly.
Disutradarai oleh Guy Ritchie (Snatch., Sherlock Holmes), The Man from U.N.C.L.E. tayang pada 14 Agustus mendatang. Berikut posternya. ■UP
//bleedingcool.net
Warner Bros merilis 5 poster karakter dari film 'The Man from U.N.C.L.E.' yang diangkat dari serial televisi populer tahun 60-an. Dengan setting di era perang dingin, seorang agen Amerika bersama dengan seorang agen Rusia harus melupakan konflik masa lalu dan bersatu untuk menumpas organisasi kriminal internasional yang punya niat jahat dengan memanfaatkan teknologi nuklir mereka.
//comicbook.com
Dari poster-poster yang sangat berwarna berikut, kita bisa melihat tampilan Henry Cavill sebagai Napoleon Solo, Armie Hammer sebagai Ilya Kuryakin, Alicia Vikander sebagai Gaby Teller, Elizabeth Debicki sebagai Victoria Vinciguerra, dan Hugh Grant sebagai Mr. Waverly.
Disutradarai oleh Guy Ritchie (Snatch., Sherlock Holmes), The Man from U.N.C.L.E. tayang pada 14 Agustus mendatang. Berikut posternya. ■UP