Sunday, September 3, 2017

Review Film: 'Colossal' (2017)

Review Film: 'Colossal' (2017) - Hallo sahabat Movie Film | Nonton Film | Download, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Review Film: 'Colossal' (2017), kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Drama, Artikel Komedi, Artikel Review, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Review Film: 'Colossal' (2017)
link : Review Film: 'Colossal' (2017)

Baca juga


Review Film: 'Colossal' (2017)

‘Colossal’ adalah film monster terakhir yang akan anda tonton saat anda ingin menonton film monster.

“I got really melodramatic, didn't I?”
— Gloria
Rating UP:
Colossal adalah film monster terakhir yang akan anda tonton saat anda ingin menonton film monster. Jika berharap film monster semacam Godzilla atau Pacific Rim, film ini akan memberikan pengalaman menonton yang canggung. Filmnya semacam hibrid abnormal antara fantasi dengan realisme, invasi monster dengan drama personal. Secara terpisah, keduanya adalah bahan baku generik yang sering dipakai dalam sebuah film, namun saat digabung, mereka menjadi konsep sinematis yang sangat orisinal yang jarang kita dapati dalam beberapa tahun belakangan.


Anne Hathaway bermain sebagai Gloria, wanita cantik dan cerdas tapi juga seorang gadis pesta yang punya tendensi merusak diri sendiri. Ia tinggal bersama pacarnya, Tim (Dan Stevens) di sebuah apartemen di New York. Tapi sekarang tidak lagi, karena Tim sudah mengemas pakaian Gloria dan siap mengusir Gloria karena jengah dengan hobinya yang suka mabuk-mabukan sampai dini hari. Tim sudah tak tahan lagi, lantas menyarankan Gloria untuk mencari jati dirinya terlebih dahulu.

Oleh karenanya, Gloria pulang ke kampung halamannya di sebuah kota kecil. Gloria bermaksud tinggal di rumah orang tuanya yang sudah terbengkalai. Saat sedang beres-beres, ia berjumpa dengan Oscar (Jason Sudeikis), teman masa kecil yang sudah sejak dulu naksir padanya. Oscar mempunyai sebuah bar warisan keluarga, dan melihat Gloria yang menganggur, ia menawarkan pekerjaan sebagai pelayan di barnya. Anda tentu tak melewatkan kata “bar” di kalimat barusan kan? Tentu saja, karena ini adalah bar, maka Gloria akan nongkrong bersama Oscar dan teman-temannya (Tim Blake Nelson dan Austin Stowell) sembari minum-minum lagi, pastinya.

Gloria mulai menyadari bahwa Tim bukanlah cinta sejatinya. Boleh jadi si pria biasa Oscar adalah pasangan idaman yang ia cari selama ini. Perlahan-lahan, Gloria mulai jatuh hati dan berusaha memperbaiki diri. Di akhir film, mereka hidup bahagia selamanya. Serius, ceritanya seperti ini! Seperti film-film komedi romantis yang sudah sering kita lihat.

...

Tentu saja tidak. Cerita sebenarnya tidak seperti ini. Anda juga melihat monster yang nampang di poster kan? Tentu saja ada monster. Monster raksasa ini tiba-tiba muncul di Seoul lalu memporak-porandakan kota. Gloria mengetahui hal ini saat menontonnya di televisi pasca mabuk-mabukan semalam suntuk. Namun ada yang aneh. Monster ini membuat gestur lucu yang familiar. Mungkinkah monster ini meniru gerakan Gloria? Atau justru Gloria yang mengendalikan monster tersebut?

Perkembangan plot, dari skrip yang ditulis sekaligus disutradarai oleh sutradara Spanyol Nacho Vigalondo, unik untuk disaksikan. Film ini ternyata tak menghabiskan waktu kita melihat perjalanan Gloria untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ketika Gloria tahu bahwa monster ini punya hubungan yang sangat kuat dengan dirinya setelah melakukan beberapa uji coba singkat, semua segera menjadi personal bagi Gloria, terutama terhadap gaya hidupnya yang kacau. Awalnya ia bersenang-senang mendemonstrasikan kemampuan supernya tersebut kepada Oscar dkk. Namun kemudian, ia bergidik karena menyadari bahwa setiap kekacauan kecil yang dibuatnya menimbulkan huru-hara besar bagi banyak orang di belahan dunia lain.

Penonton yang cerdas pasti mengenali bahwa ini adalah alegori akan isu pribadi dari Gloria sendiri dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi orang-orang di sekitarnya. Namun, Colossal tak terfokus sekadar pada simbolisme tersebut karena ia juga membangun logikanya yang aneh dengan serius. Kemunculan monster ini punya aturan. Monster baru keluar di Seoul di jam tertentu saat Gloria masuk di sebuah taman bermain tertentu pula. Di satu titik nanti, ada pula robot raksasa yang muncul dengan logika yang sama. Kok bisa? Saya sebenarnya juga tak begitu tahu. Momen seperti ini kadang lucu, kadang menakutkan. Vigalondo merengkuh premis absurdnya ini dengan lurus, tak menganggapnya main-main.

Ini adalah film ketiga Vigalondo. Dua film sebelumnya —Timecrimes tentang perjalanan waktu dan Extraterestrial tentang penculikan alien— katanya juga merupakan film berkonsep spektakuler tapi ditangani dengan skala kecil. CGI untuk mencipta monsternya lebih dari kompeten tapi dipakai dengan efisien, karena Colossal memang lebih berfokus pada drama manusianya. Yang menjadi pusat gravitasinya adalah Hathaway. Ia menampilkan keseimbangan antara gaya hidup kacau dengan pribadi menarik dari Gloria. Ia hobi merusak diri, tapi cukup cerdas untuk mengetahui hal tersebut, yang menjadikannya lumayan relatable. Sudeikis cocok dipilih sebagai “pria baik” biasa, namun saat karakternya harus terjun ke ranah yang lebih gelap, saya kira lebih pas saat perannya diberikan kepada Stevens yang sudah membuktikan kapabilitasnya dalam hal ini lewat The Guest.

Saya ingin terlihat cerdas dengan memberitahu anda bahwa saya bisa mencerna semua subteks dan metafora dari Colossal. Namun apakah anda akan meninggalkan saya dan blog saya saat saya bilang bahwa pemahaman saya tak sebegitu komprehensif selain dari menangkap bahwa ini adalah soal isu personal, khususnya isu wanita? Mungkin penonton wanita akan tahu lebih mendalam. Ngomong-ngomong, kapan lagi mendapati curhatan pribadi yang disajikan dengan menghibur seperti ini? ■UP

Follow Ulasan Pilem di twitter: @ulasanpilem
Kunjungi Ulasan Pilem di facebook: facebook.com/ulasanpilem

Colossal

110 menit
Dewasa
Nacho Vigalondo
Nacho Vigalondo
Nahikari Ipiña, Russell Levine, Nicolas Chartier, Zev Foreman, Dominic Rustam
Eric Kress
Bear McCreary


Demikianlah Artikel Review Film: 'Colossal' (2017)

Sekianlah artikel Review Film: 'Colossal' (2017) kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Review Film: 'Colossal' (2017) dengan alamat link https://moviefilm99.blogspot.com/2017/09/review-film-2017_3.html

No comments:

Post a Comment